• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hak pengelolaan merupakan hak menguasai oleh negara yang kewenangan pelaksanaannya sebagian dilimpahkan kepada pemegang haknya. Pengertian ini dapat diartikan bahwa hak pengelolaan bukan merupakan salah satu hak atas tanah, namun hanya merupakan pelimpahan hak menguasai dari negara. Hak menguasasi dari negara tersebut berdasarkan ketentuan dalam Pasal 33 ayat (3) 65 Ibid,Pasal 38 66 Ibid,Pasal 39 67 http://m.kaskus.co.id/thread/5199f15ebbf87bb96a000003/biaya-penguburan-tinggi-warga-tionghoa-tpura-takut-mati?goto=newpost?goto=newpost.html, diakses tanggal 25 April 2015

undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 yang menyebutkan bahwa bumi, air dan ruang angkasa termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya pada tingkatan tertinggi dikuasai oleh negara sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat. Adanya hak pengelolaan dalam hukum tanah nasional kita tidak disebut dalam UUPA, tetapi tersirat dalam penjelasan umum UUPA yang menyatakan bahwa dengan berpedoman pada tujuan yang disebutkan di atas, negara dapat memberikan tanah yang demikian (dimaksudkan adalah tanah yang tidak dipunyai dengan sesuatu hak oleh seseorang atau pihak lain) kepada seseorang atau badan-badan dengan sesuatu hak menurut peruntukan dan keperluannya.68

Sementara peraturan mengenai dasar-dasar wakaf, tujuan dan fungsi wakaf, wakif, harta benda wakaf, ikrar wakaf, peruntukan harta benda wakaf, wakaf dengan wasiat, dan lain-lain, relatif sama hanya ada beberapa penyesuaian karena terbentuknya BWI. Para ulama juga sepakat bahwa Nazhir dipercaya atas harta wakaf yang dipegangnya. Sebagai orang yang mendapat kepercayaan, dia tidak bertanggung jawab untuk mengganti harta wakaf yang hilang, jika hilangnya barang tersebut bukan karena faktor kesengajaan atau kelalaian.

69

68

Arie Sukanti Hutagalung dan Markus Gunawan, Kewenangan Pemerintah di Bidang Pertanahan, Jakarta : Penerbit Rajawali Pers, 2009, hal 49-53

69

Muhammad Abid Abdullah Al-Kabisi, Hukum Wakaf Kajian Kontemporer Pertama dan terlengkap Tentang Fungsi dan Pengelolaan Wakaf serta Penyelesaian atas Sengketa Wakaf. Depok : Penerbit Pustaka Ilman, 2004. hal 538.

Pertama, Pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara produktif. Kedua, Dalam hal pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf yang dimaksud pada ayat (1) diperlukan penjamin, maka digunakan lembaga penjamin syariah. Ketiga, Dalam mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf. Keempat, Izin hanya dapat diberikan

apabila harta benda wakaf ternyata tidak dapat dipergunakan sesuai dengan peruntukan yang dinyatakan dalam ikrar wakaf.

Nazhir wajib mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf sesuai dengan tujuan, fungsi, dan peruntukannya.70 Pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf oleh Nazhir dilaksanakan sesuai dengan prinsip syariah.71 Pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf dilakukan secara produktif.72 Dalam hal pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf diperlukan penjamin, maka digunakan lembaga penjamin syariah.73Dalam mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf, Nazhir dilarang melakukan perubahan peruntukan harta benda wakaf kecuali atas dasar izin tertulis dari Badan Wakaf Indonesia.74 Izin hanya dapat diberikan apabila harta benda wakaf ternyata tidak dapat dipergunakan sesuai dengan peruntukan yang dinyatakan dalam ikrar wakaf.75

1. Dalam mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf, Nazhir diberhentikan dan diganti dengan Nazhir lain apabila Nazhir yang bersangkutan:

Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, seorang Nazhir dapat regenerasi atau diganti dengan ketentuan-ketentuannya antara lain:

70

Undang-undang No.41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, Pasal 42

71

Ibid, Pasal 42 ayat (1)

72

Ibid, Pasal 42 ayat (2)

73

Ibid, Pasal 42 ayat (3)

74

Ibid, Pasal 43 ayat (1)

75

a) meninggal dunia bagi Nazhir perseorangan; bubar atau dibubarkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang.undangan yang berlaku untuk Nazhir organisasi atau Nazhir badan hukum;

b) atas permintaan sendiri;

c) tidak melaksanakan tugasnya sebagai Nazhir dan/atau melanggar ketentuan larangan dalam pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf sesuai dengan ketentuan peraturan perundang.undanganyang berlaku;

d) dijatuhi hukuman pidana oleh pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. 76

2. Pemberhentian dan penggantian Nazhir dilaksanakan oleh Badan Wakaf Indonesia.

77

3. Pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf yang dilakukan oleh Nazhir lain karena pemberhentian dan penggantian Nazhir, dilakukan dengan tetap memperhatikan peruntukan harta benda wakaf yang ditetapkan dan tujuan serta fungsi wakaf.

78

Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf diatur dengan Peraturan Pemerintah.79Nazhir wajib mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf sesuai dengan peruntukan yang tercantum dalam BIW.80

76

Ibid, Pasal 45 ayat (1)

77

Ibid, Pasal 45 ayat (2)

78

Ibid, Pasal 45 ayat (3)

79

Ibid, Pasal 46

80

Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, Pasal 45 ayat (1)

Dalam mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf untuk memajukan kesejahteraan umum, Nazhir dapat bekerjasama dengan pihak lain

sesuai dengan prinsip syariah.81Pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf dari perorangan warga negara asing, organisasi asing dan badan hukum asing yang berskala nasional atau internasional serta harta benda wakaf terlantar, dapat dilakukan oleh BWI.82

Pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf harus berpedoman pada peraturan BWI.83Pengelolaan dan pengembangan atas harta benda wakaf uang hanya dapat dilakukan melalui investasi pada produk-produk LKS dan/atau instrumen keuangan syariah.84 Dalam hal LKS-PWU menerima wakaf uang untuk jangka waktu tertentu, maka Nazhir hanya dapat melakukan pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf uang pada LKS-PWU.85 Pengelolaan dan pengembangan atas harta benda wakaf uang yang dilakukan pada bank syariah harus mengikuti program lembaga penjamin simpanan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan.86 Pengelolaan dan pengembangan atas harta benda wakaf uang yang dilakukan dalam bentuk investasi di luar bank syariah harus diasuransikan pada asuransi syariah.87

Apabila telah dilakukan pendaftaran tanah wakaf, aspek penting lainnya ialah aspek pengelolaan tanah, mengkaji pengelolaan tanah wakaf dalam hukum Agraria Nasional, tidak bisa melepaskan diri dari mengkaji pengelolanya sendiri, dan pengelola tanah wakaf. Pasal 2 Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 menegaskan bahwa fungsi wakaf adalah mengekalkan manfaat benda wakaf sesuai dengan tujuan wakaf. Dengan kekalnya harta wakaf maka manfaat tanah yang

81

Ibid, Pasal 45 ayat (2)

82

Ibid, Pasal 46

83

Ibid, Pasal 48 ayat (1)

84

Ibid, Pasal 48 ayat (2)

85

Ibid, Pasal 48 ayat (3)

86

Ibid, Pasal 48 ayat (4)

87

diwakafkan agar dapat dinikmati untuk selama-lamanya. Dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Perwakafan untuk tanah Milik telah terjadi suatu perubahan di bidang perwakafan tanah, yakni perwakafan tanah milik diatur, ditertibkan dan diarahkan sehingga benar-benar memenuhi hakekat wakaf adalah pendekatan kepada tuhan (qurbah).88

Nadzir wakaf adalah orang atau badan hukum yang memegang amanat untuk memelihara dan mengurus harta wakaf sesuai dengan wujud dan tujuan wakaf tersebut.

Sedangkan aspek terpenting dari pengelolaan wakaf ialah peran serta Nadzir sebagai top manajer yang menentukan, mengendalikan manajerial perwakafan sehingga berdaya guna dan behasil guna, mengingat kedudukan penting dari Nadzir, PP No 28 Tahun 1997 menentukan syarat-syarat yang harus dipenuhi sebagai Nadzir.

89

88

Noel J Coulso, Hukum Islam dalam Perspektif Sejarah (The History of Islamic Law),

diterjemahkan oleh Hamid Ahmad, cetakan pertama, Jakarta : Penerbit P3M, 1987, hal198

89

Suparman Usman. Hukum perwakafan di Indonesia. Serang : Penerbit Darul Ulum Press, 1994, hal. 33

Sedangkan menurut undang-undang nomor 41 tahun 2004 pasal 1 ayat (4) tentang wakaf menjelaskan bahwa Nadzir adalah pihak yang menerima hartabenda wakaf dari wakif untuk dikelola dan dikembangkan sesuai dengan peruntukannya.

Pengembangan harta wakaf dapat diartikan dengan pembangunan kembali wakaf yang telah hancur atau membangun kembali dan memperbaiki yang rusak, pengembangan ini merupakan masalah lama yang dialami oleh wakaf sejak dahulu. Sedangkan, pengembangan yang kedua dapat diartikan dengan memperluas wakaf yang sudah ada atau menambah wakaf baru kepada wakaf lama yang berpengaruh terhadap tujuan awal wakaf.

Berangkat dari sini, peran nazhir dalam mengelola harta wakaf sangat vital karena mempunyai wewenang penuh dalam mengelola harta wakaf dalam usaha memajukan dan mengembangkan harta wakaf. Nazhir adalah pemimpin umum dalam wakaf, oleh karena itu seorang nazhir harus berakhlak mulia, amanah, berkelakuan baik, berpengalaman menguasai ilmu administrasi dan keuangan yang dianggap perlu untuk melaksanakan tugas-tugasnya sesuai dengan jenis wakaf dan tujuannya.

Pengembangan harta wakaf terkait dengan penambahan wakaf baru pada wakaf lama dapat disebut sebagai penambahan modal wakaf dari sebagian hasilnya, dalam masalah penyisihan sebagian dari hasil wakaf untuk menambah modal adalah prinsip dalam wakaf untuk menghormati syarat yang telah ditetapkan oleh wakif. Berkaitan dengan masalah ini al-Kamal bin al-Hamman mengatakan dalam pembahasannya tentang pembangunan wakaf, “Pembangunan yang layak adalah sesuai dengan kemampuan yang ada pada orang-orang yang berhak atas hasil wakaf berdasarkan kategori yang ditentukan oleh wakif.” Beliau juga mempertegas dengan perkataannya, “Sedangkan penambahan pada wakaf dari hasil itu bukan haknya. Sebab hasil dari wakaf telah menjadi hak orang yang berhak mendapatkan hasilnya.”90

Mengenai kemungkinan pengembangan harta wakaf dari hasilnya dalam beberapa bentuk, yang muncul karena situasi dan kondisi yang baru. Diantaranya,

Dengan demikian, hal baru yang berkaitan dengan penambahan modal wakaf dapat dikatakan harus mendapatkan izin dari pada wakif atau ahlul baitnya.

90

Mundzir Qahaf, Manajemen Wakaf Produktif, Jakarta : Penerbit Khalifa, 2005, hlm. 231

harta wakaf yang ada ditangan nazhir menghasilkan keuntungan yang sangat besar dan masih berlebihan setelah dibagikan pada yang berhak, kemudian sisa hasilnya tersebut dipakai untuk berinvestasi, misalnya mendirikan toko, rumah persewaan, lahan pertanian, dan lain-lain.

Dokumen terkait