• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III TINJAUAN KHUSUS RSUP H ADAM MALIK MEDAN

3.3 Instalasi Farmasi RSUP H Adam Malik

3.3.4 Pelayanan Kefarmasian

Pengkajian dan pelayanan resep untuk pasien rawat inap dilakukan oleh depo farmasi. Sedangkan untuk pasien rawat jalan dilayani oleh apotik I dan apotik II. Apoteker melakukan pengkajian resep sesuai persyaratan administrasi (nama, umur, jenis kelamin, berat badan pasien, nama dokter, paraf dokter, tanggal resep dan ruangan/unit asal resep), persyaratan farmasetik (bentuk dan kekuatan sediaan, dosis dan jumlah obat, stabilitas dan ketersediaan, aturan dan cara pemakaian) dan persyaratan klinis (ketepatan indikasi, dosis dan waktu pemberian, duplikasi pengobatan, alergi, interaksi dan ESO, kontra indikasi dan efek aditif) baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan.

Menurut (JCI, 2012) yang termasuk dalam pengkajian resep harus sesuai dengan Riwayat Medis, Pemeriksaan Fisik, Diagnosis, Laboratorium,

Radiologi, Alergi, Nyeri, Status Gizi, Diet yang Dibutuhkan, Status Psikologi, Status Sosial dan Ekonomi, Status Spiritual, Kebutuhan Pendidikan, Pemeriksaan/Test lain yang diperlukan dan Pengobatan yang dibutuhkan. Apabila ada yang tidak tepat maka dibuat dalam Formulir Telaah Resep.

3.3.4.2 Dispensing

Merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap validasi, interpretasi, menyiapkan/meracik obat, memberikan label/etiket, penyerahan obat dengan pemberian informasi obat yang memadai disertai sistem dokumentasi.

Dispensing khusus di RSUP H. Adam Malik meliputi pencampuran obat kemoterapi dan pencampuran obat suntik KCI. Pencampuran obat suntik KCI di RSUP H. Adam Malik dilakukan sepenuhnya oleh farmasi klinis, kecuali di ruang ICU, OK, HDU, HCU dan IGD dilakukan oleh perawat. Hal ini dikarenakan oleh kebutuhan KCI di ruang ICU, OK dan IGD dibutuhkan segera sehingga akan memakan waktu lebih lama jika harus ditangani oleh farmasi klinis, yang akan berpengaruh pada keselamatan pasien. Selain itu, perawat yang berada di ruang ICU, OK, HDU, HCU dan IGD telah mendapat pelatihan mengenai prosedur pencampuran obat suntik yang baik dan benar.

Pencampuran obat kemoterapi di RSUP H.Adam Malik telah dilakukan sepenuhnya oleh farmasi klinis. Ruangan pencampuran kemoterapi adalah ruang clean room yang sudah terjaga baik, karena telah memiliki ruang pencampuran, ruang antara dan ruang administrasi yang berbeda. Ruang pencampuran dan ruang administrasi telah dilengkapi dengan alat pemeriksa

suhu dan kelembapan ruangan. Kulkas penyimpanan obat kemoterapi juga dilengkapi dengan termometer untuk menjaga suhu tempat penyimpanan sesuai dengan persyaratan sehingga kestabilan obat terjamin. Petugas pencampuran kemoterapi juga sudah memakai alat pelindung diri. Pelaporan pencampuran obat kemoterapi dilakukan setiap bulan. Tetapi terkait sarana dan prasarana di ruang pencampuran kemoterapi, kondisi ruangan belum sepenuhnya memenuhi syarat seperti plafon yang masih berpori dan dinding yang masih memiliki sudut.

3.3.4.3 Pemantauan dan Pelaporan Efek Samping Obat

Kegiatan monitoring efek samping obat di RSUP HAM dilakukan oleh farmasi klinis bersamaan dengan kegiatan visite. Agar MESO di RSUP HAM dapat terjangkau seluruhnya, maka farmasi klinis melatih kepala ruangan untuk memantau ESO di ruangan masing-masing. Bila tenaga kesehatan menemukan Efek Samping Obat (ESO) yang tidak lazim, maka dilaporkan ke pokja Farmasi Klinis, kemudian farmasi klinis akan berkolaborasi dengan dokter yang menangani pasien tersebut dan jika kasus yang didapat ternyata memang Efek Samping Obat (ESO) yang jarang dan berbahaya, maka informasi tersebut akan dituangkan dalam formulir kuning dan selanjutnya dikirim ke pusat MESO Nasional melalui Panitia Farmasi dan Terapi (PFT).

Kemudian petugas farmasi akan mencatat manifestasi ESO pada RM pasien dan menempelkan stiker alergi obat pada RM pasien dan sampul depan status pasien. Kepada pasien akan diberikan kartu pengingat alergi obat dan menganjurkan pasien agar membawa kartu tersebut jika berobat kembali.

Adapun jenis MESO yang dilaporkan adalah:

1. Setiap reaksi efek samping yang dicurigai akibat obat, terutama efek

samping yang selama ini belum pernah terjadi.

2. Setiap reaksi efek samping yang dicurigai akibat interaksi obat. 3. Setiap reaksi efek samping obat yang serius.

3.3.4.4 Pelayanan Informasi Obat

Pelayanan informasi obat (PIO) adalah pelayanan yang dilakukan oleh apoteker untuk memberikan informasi secara akurat tentang obat kepada profesi kesehatan lainnya dan pasien. Seluruh kegiatan PIO telah dilaksanakan di RSUP H. Adam Malik. Untuk pasien rawat inap, PIO dilakukan oleh depo farmasi, sedangkan untuk pasien rawat jalan, dilakukan oleh apotek I dan apotek II, dan juga dilaksanakan oleh seluruh pokja yang ada di IFRS. Salah satu kegiatan PIO yang telah dilaksanakan di RSUP H. Adam Malik yaitu melalui penyuluhan. Penyuluhan dilaksanakan oleh farmasi klinis yang bekerja sama dengan PKMRS sebanyak empat kali dalam satu bulan, yaitu dua kali untuk pasien rawat inap dan dua kali untuk pasien rawat jalan. Kemudian setiap bulan laporan PIO direkap oleh koordianator PIO yang ada di pokja farmasi klinis.

Menurut (JCI, 2012), informasi yang diberikan kepada pasien dan keluarga adalah keamanan dalam penggunaan obat, keamanan dalam penggunaan peralatan medik, penatalaksanaan nyeri, diet dan nutrisi, teknik rehabilitasi, penanganan kebutuhan pribadi dan lain-lain.

3.3.4.5 Konseling

Konseling merupakan kegiatan untuk mengidentifikasi dan penyelesaian masalah pasien yang berkaitan dengan pengambilan dan penggunaan obat pasien rawat jalan maupun rawat inap. Pelaksanaan konseling di RSUP H. Adam Malik masih belum dilaksanakan secara optimal, dimana konseling untuk pasien rawat inap masih belum dilakukan. Konseling untuk pasien rawat jalan dilakukan di ruang konseling yang berada di Apotek II.

Kriteria pasien yang memerlukan pelayanan konseling diantaranya penderita penyakit kronis seperti asma, diabetes, kardiovaskular, penderita yang menerima obat dengan indeks terapi sempit (misalnya digoksin, karbamazepin), pasien lanjut usia, anak-anak, penderita yang sering mengalami reaksi alergi pada penggunaan obat, penderita yang tidak patuh dalam meminum obat, pasien dengan resep polifarmasi (5 atau lebih obat) dan obat dengan tehnik khusus.

3.3.4.6 Visite

Visite dilakukan oleh apoteker dengan melihat terapi pengobatan pasien dari Catatan Perkembangan Terintegrasi (RM 7.1 ) dan mengisi Formulir Edukasi Multidisplin (RM 7.5 ) RSUP HAM pada kolom farmasi. Apoteker mampu menjelaskan kepada pasien nama obat dan kegunaannya, aturan pemakaian, dosis yang diberikan dan efek samping obat.

3.3.4.7 Pengkajian Penggunaan Obat

Pengkajian penggunaan obat merupakan program evaluasi penggunaan obat yang terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin obat-obat yang

digunakan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau. Program ini telah dilakukan di RSUP H. Adam Malik bersamaan pada saat visite.

Dokumen terkait