• Tidak ada hasil yang ditemukan

izi Buruk

SITUASI UPAYA KESEHATAN

A. PELAYANAN KESEHATAN

1. Pelayanan Kesehatan Ibu

Upaya kesehatan ibu dan anak diharapkan mampu menurunkan Angka Kematian. Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus ditujukan untuk mempersiapkan generasi akan datang yang sehat, cerdas, berkualitas dan untuk menurunkan angka kematian bayi dan balita.

a. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil (K1 dan K4)

Upaya kesehatan ibu hamil diwujudkan dalam pemberian pelayanan antenatal sekurang-kurangnya 4 kali selama masa kehamilan. Distribusi

kehamilan 0-12 minggu), 1 kali pada trimester kedua (usia kehamilan 12-24 minggu), dan 2 kali pada trimester ketiga (usia kehamilan 24-36 minggu). Pembagian pelayanan ini dimaksudkan untuk pemantauan dan screening risiko tinggi ibu hamil untuk menjamin perlindungan pada ibu hamil dan atau janin, berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan dan penanganan dini komplikasi kehamilan.

Hasil pencapaian program pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dinilai dengan menggunakan indikator cakupan K1 dan K4. Cakupan pelayanan K1 di Kabupaten Jombang pada tahun 2016 adalah 94.93%, yaitu pelayanan pada 20.573 ibu hamil dari seluruh ibu hamil yang berjumlah 21.671 orang. Sedangkan cakupan K1 tahun 2015 adalah 98,4%.

Cakupan K4 pada tahun 2016 sebesar 89,27%, yaitu pelayanan pada 19.345 ibu hamil dari 21.671 total ibu hamil. Capaian ini menurun dibanding tahun 2015 sebesar 91,4%. Kesenjangan antara K1 dan K4 perlu dicari penyebabnya untuk dibuatkan penyelesaianya sehingga seluruh ibu hamil mendapat pelayanan paripurna.

Gambar 4.1

Cakupan Pemeriksaan K1 & K4 Di Kabupaten Jombang Tahun 2011-2016

Sumber : Seksi Kesga Dinkes Kab. Jombang

Pada grafik di atas terlihat bahwa Cakupan K1 maupun K4 meningkat dari tahun sebelumnya. Meskipun terdapat kesenjangan cakupan K1 dan

pada trimester pertama dilayani menjadi tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan ibu hamil trimester terakhir di Kabupaten Jombang. Hal ini disebabkan adanya mobilitas penduduk dari migrasi (perpindahan), kelahiran, kematian, dan ibu hamil yang belum waktunya kontrol (K2, K3). Jika kesenjangan K1-K4 kecil menunjukkan hampir semua ibu hamil yang melakukan kunjungan pertama pelayanan antenatal, meneruskan hingga kunjungan keempat pada triwulan 3, sehingga kehamilan dapat terus dipantau oleh petugas kesehatan dan diharapkan semua ibu hamil melahirkan di tenaga kesehatan dan di fasilitas kesehatan.

Gambar 4.2

Cakupan Pemeriksaan K4 menurut Puskesmas Di Kabupaten Jombang Tahun 2016

Sumber : Seksi Kesga Dinkes Kab. Jombang Target SPM 

cakupan pelayanan K4 (95%), 25 (dua puluh lima) puskesmas lainnya belum mencapai target SPM beberapa penyebabnya adalah mobilitas penduduk dan data sasaran dari proyeksi penduduk lebih tinggi dari pada jumlah sasaran riil. Puskesmas Jelakombo, Cukir, Japanan,dan Peterongan, memiliki cakupan pelayanan Bumil K4 lebih dari 100% karena jumlah sasaran proyeksi penduduk lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah ibu hamil riil yang dilayani di Puskesmas tersebut.

b. Pertolongan Persalinan oleh tenaga Kesehatan dengan Kompetensi Kebidanan

Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dengan kompetensi kebidanan adalah pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang profesional (dengan kompetensi kebidanan) dimulai dari lahirnya bayi, pemotongan tali pusat sampai keluarnya placenta. Komplikasi dan kematian ibu maternal serta bayi baru lahir sebagian besar terjadi dimasa persalinan yang tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan yang tidak mempunyai kompetensi kebidanan.

Cakupan persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan di Kabupaten Jombang tahun 2016 sebesar 93,19%, dimana pelayanan persalinan pada 19.278 dari total ibu bersalin 20.686 orang. Capaian ini menurun dibandingkan dengan tahun 2015 sebesar 94,8%. Angka ini belum mencapai target SPM Kabupaten Jombang yaitu 95%. Penyebabnya adalah jumlah sasaran riil jauh lebih kecil dari pada jumlah sasaran menurut proyeksi penduduk hasil sensus BPS Provinsi.

Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan menurut Puskesmas di Kabupaten Jombang Tahun 2016

Sumber : Seksi Kesga Dinkes Kesehatan Kab. Jombang

Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa 16 (enam belas) Puskesmas yang memiliki angka cakupan pertolongan persalinan sesuai target dan bahkan lebih.

Data cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di Kabupaten Jombang diperoleh dari semua fasilitas kesehatan yang ada, meliputi Puskesmas, rumah sakit Pemerintah dan rumah sakit swasta, polindes, bidan praktik mandiri, rumah bersalin, dan klinik. Terdapat 7 (tujuh) Puskesmas memiliki cakupan lebih dari 100% karena data sasaran lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah ibu bersalin yang mendapat pertolongan.

Target SPM  95% 

2011-2016.

Gambar 4.4

Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di Kabupaten Jombang Tahun 2011 – 2016

Sumber : Seksi Kesga Dinkes Kab. Jombang

Dari gambar di atas dapat kita ketahui bahwa cakupan persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan mengikuti grafik naik turun. Dari rentang waktu tahun 2011-2016 cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dapat mencapai target hanya pada tahun 2011 dan 2015.

c. Pelayanan Nifas

Pelayanan nifas adalah pelayanan kesehatan pada ibu nifas mulai 6 jam sampai 42 hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan sesuai standar yang dilakukan sekurang-kurangnya 3 (tiga) kali sesuai jadwal yang dianjurkan, yaitu 6 jam sampai dengan 3 hari pasca persalinan, pada hari ke-4 sampai dengan hari ke-28 pasca persalinan, dan pada hari ke-29 sampai dengan hari ke-42 pasca persalinan.

Sedangkan jenis pelayanan nifas yang diberikan antara lain :

a. Pemeriksaan tanda vital (tekanan darah, nadi, nafas, dan suhu); b. Pemeriksaan tinggi puncak rahim ( fundus uteri);

c. Pemeriksaan lokhia dan cairan per vaginam lain;

d. Pemeriksaan payudara dan pemberian anjuran ASI eksklusif; e. Pemeriksaan dan perawatan luka jahit;

bayi baru lahir, termasuk Keluarga Berencana (KB); h. Pelayanan Keluarga Berencana (KB) pasca persalianan.

Pencapaian upaya kesehatan ibu nifas diukur melalui indikator cakupan pelayanan kesehatan ibu nifas (Cakupan KF3). Dari hasil rekap LB3 KIA di seksi Kesga Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang hasil cakupan pelayanan ibu nifas tahun 2016 sebesar 93,27% yaitu pelayanan nifas pada 19.294 ibu nifas dari 20.686 sasaran ibu nifas. Cakupan pelayanan ibu nifas ini sudah mencapai target SPM 90% dan menurun dari pada cakupan tahun 2015 yaitu sebesar 94,7%.

Gambar 4.5

Cakupan Pelayanan Ibu Nifas menurut Puskesmas di Kabupaten Jombang Tahun 2016

Sumber : Seksi Kesga Dinkes Kab. Jombang

Target SPM 90%

memberi pelayanan kesehatan ibu nifas sesuai target, 10 (sepuluh) Puskesmas masih belum dapat mencapai target SPM bidang kesehatan. Terdapat 6 (enam) Puskesmas yang memiliki cakupan di atas 100% disebabkan karena data sasaran lebih sedikit dibanding dengan jumlah ibu nifas riil yang dilayani.

Sedangkan tren atau kecenderungan pemberian pelayanan kesehatan ibu nifas dapat dilihat dalam gambar di bawah ini.

Gambar 4.6

Cakupan Pelayanan Ibu Nifas di Kabupaten Jombang Tahun 2011-2016

Sumber : Seksi Kesga Dinkes Kab. Jombang

Cakupan pelayanan ibu nifas memiliki tren naik turun, selama kurun waktu tahun 2011-2016 cakupan pelayana ibu nifas selalu mencapai target SPM keculi tahun 2013 belum mencapai target. Menurunnya cakupan dari tahu 2015-2016 disebabkan oleh besarnya jumlah sasaran ibu nifas berdasar proyeksi pendudk dari pada sasaran riil ibu nifas yang ada.

d. Pemberian Vitamin A pada Ibu Nifas

Pemberian vitamin A pada ibu nifas dimaksudkan untuk pemenuhan zat gizi vitamin A pada bayi yang masih meminum ASI. Vitamin A pada ibu nifas sangat penting untuk dikonsumsi mengingat bayi pada saat masa awal

penglihatan bayi, dan fungsi pemeliharaan sel-sel epitel.

Gambar 4.7

Cakupan Pemberian Vitamin A pada Ibu Nifas di Kabupaten Jombang Tahun 2016

Sumber : Seksi Gizi Dinkes Kab. Jombang

Cakupan pemberian vitamin A pada ibu nifas tahun 2016 sebesar 88,48%, yaitu pemberian vitamin A pada 18.303 ibu nifas dari 20.686 sasaran ibu nifas. Puskesmas Cukir, Jelakombo, Peterongan, Tambakrejo, Mayangan dan Pulorejo memiliki cakupan pemberian vitamin A untuk ibu nifaslebih dari 100%, karena jumlah ibu nifas yang mendapat pelayanan vitamin A lebih banyak dari pada jumlah sasaran ibu nifas dengan proyeksi penduduk.

Imunisasi TT pada ibu hamil adalah imunisasi Tetanus Toksoid yang diberikan pada ibu hamil saat kehamilan. Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil sangat menunjang bagi penurunan kasus Tetanus Neonatorum. Dari seluruh sasaran ibu hamil, yang mendapat pelayanan imunisasi TT-1 sebanyak 2 orang dengan cakupan imunisasi TT-1 sebesar 0,01%, yang mendapat pelayanan imunisasi TT-2 sebanyak 20 orang (0,09%), mendapat imunisasi TT-3 sebanyak 67 orang dengan cakupan sebesar 0,31%, mendapat imunisasi TT-4 sebanyak 428 (1,97%), yang mendapat imunisasi TT-5 sebanyak 2,548 cakupan 11,8%, dan pemberian TT-2+ sebanyak 3.063 orang, cakupan 14,13 %.

Sedangkan pemberian imunisasi TT pada Wanita Usia Subur (WUS) lebih rendah dibanding pada ibu hamil. Hal ini disebabkan skrining status imunisasi TT lebih banyak dilakukan pada ibu hamil dibandingkan pada WUS non hamil. Perbandingan cakupan imunisasi TT pada ibu hamil dan WUS dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 4.8

Cakupan Pemberian Imunisasi TT pada Ibu Hamil dan WUS di Kabupaten Jombang Tahun 2016

Sumber : Seksi SE dan KK Dinkes Kab. Jombang

Dari gambar di atas dapat diketahui, cakupan imunisasi TT WUS lebih rendah dari pada cakupan imunisasi TT pada ibu hamil. Sebetulnya bila WUS sudah mendapatkan imunisasi lengkap saat bayi dan BIAS, saat hamil tidak perlu mendapatkan imunisasi TT kecuali bila masa perlindungan selama 25 tahun sudah terlampaui. Kesulitan yang dihadapi saat pemberian TT WUS adalah tidak adanya dokumentasi pemberian imunisasi di masa lalu. Petugas melakukan

Tetanus, maka WUS akan mendapat imunisasi TT WUS atau TT ibu hamil.

f. Ibu Hamil Mendapat Tablet Fe

Pemberian tablet Fe pada ibu hamil dimaksudkan untuk menurunkan kasus anemia gizi pada ibu hamil. Anemia gizi adalah rendahnya kadar haemoglobin (Hb) dalam darah yang disebabkan karena kekurangan zat besi yang diperlukan untuk pembentukan Hb sehingga disebut anemia kekurangan zat gizi besi. Untuk mengatasi masalah ini harus dengan pemberian tablet tambah darah TTD biasa diistilahkan tablet Fe.

Cakupan pemberian Tablet Tambah Darah berkaitan erat dengan pelayanan antenatal care (ANC). Analisis cakupan K4 dengan Fe3 seringkali terdapat kesenjangan pelayanan. Hal ini disebabkan kurang kuatnya koordinasi lintas program dalam berupaya pemberian tablet Fe pada ibu hamil.

Pada tahun 2016 sasaran ibu hamil sebanyak 21.671 orang. Cakupan ibu hamil yang mendapatkan tablet besi Fe1 yaitu ibu hamil trimester I mendapat 30 tablet tambah darah adalah 19.832 (91,51%) bumil dan tablet Fe3 (ibu hamil hingga trimester III mendapat 90 tablet tambah darah) sebanyak 18.770 atau 86,61%. Cakupan pemberian tablet Fe 3 ini mengalami penurunan dibanding tahun 2015 yang sebesar 89,21%. Pencapaian tersebut masih dibawah target SPM Kabupaten Jombang yaitu 90%. Masih diperlukan peningkatan promosi tentang manfaat tablet tambah darah pada ibu hamil melalui kegiatan konsultasi maupun penyuluhan kelompok.

Pemberian tablet Fe selama kehamilan merupakan salah satu standar kualitas pelayanan Antenatal Care (ANC). Sehingga ibu hamil yang tercatat sebagai cakupan dalam pemeriksaan K4, seharusnya juga tercatat dalam laporan pemberian Fe. Adanya keterpaduan pencatatan ini akan menghasilkan cakupan K4 dan cakupan pemberian Fe yang tidak berbeda jauh.

Upaya yang dilakukan dalam mencapai target pemberian 90 tablet Fe yaitu meningkatkan kerjasama antara Dinas Kesehatan dengan rumah sakit dan Bidan Praktik Mandiri (BPM) dalam pemberian Fe serta peningkatan promosi tentang pentingnya Fe melalui Gabungan Organisasi Wanita (GOW) dan PKK. Selain itu petugas kesehatan tetap harus memberikan motivasi tentang pentingnya mengkonsumsi tablet besi dan memotivasi agar tablet besi tersebut benar-benar diminum oleh ibu hamil untuk mencegah terjadinya anemia ibu hamil yang berdampak pada kematian ibu maternal. Pendampingan ibu hamil oleh kader dan mahasiswa pendidikan kesehatan untuk mendampingi ibu hamil sekaligus mengingatkan untuk minum tablet Fe sesuai prosedur.

Cakupan Pemberian Fe 3 Ibu Hamil Menurut Puskesmas di Kabupaten Jombang Tahun 2016

Sumber : Seksi Gizi Dinkes Kab. Jombang

Pada tahun 2016 ini, terdapat 15 (lima belas) Puskesmas memiliki cakupan pemberian Fe 3 sesuai target SPM bahkan melebihi target, sedangkan 19 lainnya masih belum mencapai target. Puskesmas Peterongan, Japanan, Jelakombo, dan Cukir memiliki cakupan Fe3 lebih dari 100% karena jumlah sasaran dengan Proyeksi penduduk lebih sedikit dibandingkan dengan ibu hamil riil yang dilayani Fe 3 di Puskesmas. Demikian pula dengan cakupan Fe 1 -jika dilihat di tabel 32 lampiran Profil Kesehatan ini-, Puskesmas Cukir, Japanan, Pulorejo, Mayangan dan Peterongan memiliki cakupan lebih dari 100%. Penyebabnya sama yaitu lebih rendahnya sasaran dari pada ibu hamil riil yang dilayani.

Target SPM 90%

Cakupan Pemberian Fe 3 Ibu Hamil di Kabupaten Jombang Tahun 2011-2016

Sumber : Seksi Gizi Dinkes Kab. Jombang

Dari gambar di atas nampak bahwa selama 5 (lima) tahun terakhir terjadi fluktuasi dalam cakupan pemberian Tablet Fe1 maupun F3. Jika dihubungkan antara cakupan K4 dengan cakupan Fe3 maka disimpulkan bahwa cakupan K4 yang tinggi tidak berbanding lurus dengan cakupan Fe3. Faktor penyebabnya adalah pelayanan pemberian 90 tablet Fe pada ibu hamil belum terlaporkan seluruhnya. Sedangkan pencatatan dan pelaporan pelayanan ibu hamil K4 sudah bagus. Sehingga perlu peningkatan koordinasi lintas program agar semua pelayanan pada ibu hamil terlaporkan dengan baik.

g. Komplikasi Kebidanan yang Ditangani

Ibu hamil komplikasi atau risiko tinggi adalah ibu hamil dengan keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian bagi ibu maupun bayinya.

Melalui pemeriksaan kehamilan secara rutin, dapat diketahui sejak dini apabila ada ibu hamil yang masuk dalam kategori risiko tinggi atau potensi terjadi komplikasi dan komplikasi yang memerlukan pelayanan kesehatan rujukan.

Cakupan ibu hamil komplikasi yang ditangani tahun 2016 adalah 102% yaitu pelayanan pada 4.434 ibu hamil risiko tinggi dari 4.334 perkiraan ibu hamil yang risiko tinggi.

Penanganan ibu hamil dengan komplikasi tersebut perlu diiringi dengan upaya-upaya preventif seperti peningkatan kesadaran masyarakat untuk

ibu hamil yang mencerminkan gaya hidup yang bersih dan sehat, pemenuhan gizi selama kehamilan, serta peningkatan kompetensi petugas.

Berikut ini grafik tentang cakupan pelayanan penanganan komplikasi pada ibu hamil di setiap Puskesmas se-Kabupaten Jombang.

Gambar 4.11

Cakupan Ibu Hamil Komplikasi Ditangani menurut Puskesmas di Kabupaten Jombang Tahun 2016

Sumber : Seksi Kesga Dinkes Kab. Jombang

Pada gambar di atas terlihat bahwa hampir seluruh Puskesmas sudah dapat mencapai target SPM dalam pelayanan komplikasi kebidanan. Hanya 9 (sembilan) Puskesmas yang belum mencapai target. Capaian terendah ada di Puskesmas Japanan (53,91%) sedangkan capaian tertinggi ada di Puskesmas

Target SPM 85%

komplikasi kebidanan ≥100%. Hal ini disebabkan karena penyebut (denominator) cakupan ini lebih kecil dibandingkan dengan kasus komplikasi yang ditemukan dan ditangani. Penyebut cakupan komplikasi kebidanan biasa disebut Perkiraan Ibu Hamil dengan komplikasi kebidanan diperoleh dengan perhitungan 20% dari jumlah ibu hamil.

Penanganan ibu hamil komplikasi ini telah difasilitasi oleh Puskesmas PONED sebanyak 11 (sebelas) Puskesmas yang tersebar di seluruh penjuru kabupaten. Puskesmas tersebut adalah Puskesmas Bandar Kedungmulyo, Cukir, Bareng, Mojoagung, Sumobito, Peterongan, Tembelang, Tapen, Blimbing Gudo, Kabuh dan Mayangan. Adapun kondisi yang tidak dapat dilayani di Puskesmas PONED maka penanganan dirujuk ke RS mampu PONEK yaitu RSUD Jombang, RSIA Muslimat dan RSK Mojowarno.

h. Pelayanan KB

Menurut hasil penelitian usia subur seorang wanita adalah antara usia 15-49 tahun, oleh karena itu perlu untuk mengatur jarak kehamilan, sehingga wanita/pasangan pada usia ini lebih diprioritaskan untuk menggunakan alat kontrasepsi atau metode KB.

Tingkat pencapaian pelayanan KB dapat dilihat dari cakupan Pasangan Usia Subur (PUS) yang menggunakan metode kontrasepsi, cakupan peserta KB yang baru menggunakan alat kontrasepsi, tempat pelayanan KB, dan jenis kontarsepsi yang digunakan oleh akseptor KB.

Menurut hasil pengumpulan data pada tahun 2015 Jumlah pasangan usia subur (PUS) sebesar 240.141, dari jumlah tersebut yang menjadi peserta KB aktif adalah sebanyak 168.039 (70,0%) sedangkan yang menjadi peserta KB baru sebesar 28.008 orang (11,7%).

Cakupan peserta KB aktif tahun 2016 adalah 74,54%, meningkat dibandingkan cakupan tahun 2015 sebesar 70,0%. Sedangkan cakupan KB baru 2016 sebesar 9,79% angka ini menurun dibandingkan dengan cakupan KB baru tahun 2015 sebesar 11,7%. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal antara lain, meningkatya angka infertil, meningkatnya kesadaran PUS baru untuk memiliki anak sehingga menunda KB.

Drop Out yang tinggi karena menopause, misalnya: suami dengan KB MOP bila istrinya menopause maka statusnya adalah drop out (DO). Selain itu perceraian juga meningkatkan angka DO.

Proporsi Jenis Kontrasepsi yang Digunakan oleh Peserta KB Aktif di Kabupaten Jombang Tahun 2016

Sumber : Seksi Kesga Dinkes Kab. Jombang

Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa jenis kontrasepsi yang banyak digunakan akseptor KB aktif adalah suntik (61,92%) dan pilihan terendah adalah MOP (0,44%). Masyarakat lebih menyukai KB suntik karena praktis dan mudah didapat.

Demikian juga proporsi penggunaan kontrasepsi pada akseptor KB baru, jenis kontrasepsi dengan proporsi terbesar adalah jenis suntik 66,23% dan proporsi terkecil adalah jenis kontrasepsi MOP 0,03%. Proporsi masing-masing alat kontrasepsi tersebut maupun KB baru sebagai berikut :

Proporsi Jenis Kontrasepsi yang Digunakan oleh Peserta KB Baru di Kabupaten Jombang Tahun 2016

Sumber : Seksi Kesga Dinkes Kab. Jombang

Selain Suntik, jenis kontrasepsi yang paling banyak digunakan oleh akseptor KB Baru adalah Implan, Pil, dan IUD. Implan disukai masyarakat karena jangka panjang.

Dokumen terkait