• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelayanan Kesehatan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) Berat

Dalam dokumen PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PATI TAHUN 2020 (Halaman 127-132)

6.4 Penyakit Tidak Menular

6.4.4 Pelayanan Kesehatan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) Berat

berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018.

Peningkatan ini terungkap dari kenaikan prevalensi rumah tangga yang memiliki orang dengan gangguan jiwa (ODJG) di Indonesia. Ada peningkatan jumlah menjadi 7 per mil rumah tangga. Artinya per 1.000 rumah tangga terdapat 7 rumah tangga yang ada ODGJ, sehingga jumlahnya diperkirakan sekitar 450 ribu ODGJ berat.

Peningkatan penderita gangguan jiwa itu pada umumnya berkaitan dengan pertambahan jumlah penduduk. Gangguan jiwa ini dapat dipicu oleh berbagai faktor. Pertama, faktor biologis, seperti faktor bawaan, penyakit infeksi virus, malaria cerebral, penyakit degeneratif, kecelakaan di kepala, kedua faktor psikologis seperti 0

10 20 30 40 50 60 70 80

Sukolilo I Sukolilo II Kayen Tambakromo Winong I Winong II Pucakwangi I Pucakwangi II Jaken Batangan Juwana Jakenan Pati I Pati II Gabus I Gabus II Margorejo Gembong Tlogowungu Wedarijaksa I Wedarijaksa II Trangkil Margoyoso I Margoyoso II Gunungwungkal Cluwak Tayu I Tayu II Dukuhseti

Profil Kesehatan Kabupaten Pati 115 kepribadian kurang matang, trauma psikologis masa lalu, konflik batin, dan keinginan yang tidak tercapai sehingga menimbulkan frustrasi, faktor ketiga yaitu faktor sosial seperti masalah hubungan dalam keluarga, konflik dengan orang lain, masalah ekonomi, pekerjaan dan tekanan dari lingkungan sekitar, hingga keadaan bencana.

Sasaran ODGJ Berat pada tahun 2020 di Kabupaten Pati adalah 22.048 orang dan yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar sebanyak 2.689 orang atau sebesar 12,2 persen. Berikut ini adalah gambaran persentase pelayanan kesehatan ODGJ Berat menurut Puskesmas di Kabupaten Pati Tahun 2020.

Gambar 6. 21 Persentase Pelayanan Orang Dengan Gangguan Jiwa Berat Menurut Puskesmas di Kabupaten Pati Tahun 2020

Dari gambar di atas, persentase pelayanan ODGJ Berat tertinggi yang mendapatkan pelayanan kesehatan adalah Puskesmas Sukolilo I yaitu 130,3 persen sedangka terendah adalah Puskesmas Margorejo yaitu 1,2 persen.

0 20 40 60 80 100 120 140

Sukolilo I Sukolilo II Kayen Tambakromo Winong I Winong II Pucakwangi I Pucakwangi II Jaken Batangan Juwana Jakenan Pati I Pati II Gabus I Gabus II Margorejo Gembong Tlogowungu Wedarijaksa I Wedarijaksa II Trangkil Margoyoso I Margoyoso II Gunungwungkal Cluwak Tayu I Tayu II Dukuhseti

Profil Kesehatan Kabupaten Pati 116 BAB VII

KESEHATAN LINGKUNGAN

Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menegaskan bahwa upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Lingkungan sehat mencakup lingkungan permukiman, tempat kerja, tempat rekreasi, serta tempat dan fasilitas umum, harus bebas dari unsur-unsur yang menimbulkan gangguan, diantaranya limbah (cair, padat, dan gas), sampah yang tidak diproses sesuai dengan persyaratan, vektor penyakit, zat kimia berbahaya, kebisingan yang melebihi ambang batas, radiasi, air yang tercemar, udara yang tercemar, dan makanan yang terkontaminasi.

Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan menyatakan bahwa kesehatan lingkungan adalah upaya pencegahan penyakit dan/atau gangguan kesehatan dari faktor risiko lingkungan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi, maupun sosial. Sedangkan menurut WHO, kesehatan lingkungan meliputi seluruh faktor fisik, kimia, dan biologi dari luar tubuh manusia dan segala faktor yang dapat mempengaruhi perilaku manusia. Kondisi dan kontrol dari kesehatan lingkungan berpotensial untuk mempengaruhi kesehatan.

Program Lingkungan Sehat bertujuan untuk mewujudkan mutu lingkungan hidup yang lebih sehat melalui pengembangan sistem kesehatan kewilayahan dalam menggerakkan pembangunan lintas sektor berwawasan kesehatan. Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan ditetapkan pada media lingkungan yang meliputi air, udara, tanah, pangan, sarana dan bangunan, serta vektor dan binatang pembawa penyakit. Pencapaian tujuan penyehatan lingkungan merupakan akumulasi berbagai pelaksanaan kegiatan dari berbagai lintas sektor, peran swasta dan masyarakat dimana pengelolaan kesehatan lingkungan

Profil Kesehatan Kabupaten Pati 117 merupakan penanganan yang paling kompleks, kegiatan tersebut sangat berkaitan antara satu dengan yang lainnya yaitu dari hulu yang berasal dari kebijakan dan pembangunan fisik dari berbagai lintas sektor ikut serta berperan (Perindustrian, Lingkungan Hidup, Pertanian, Pekerjaan Umum- Perumahan Rakyat dan lainnya) hingga ke hilir yaitu dampak kesehatan.

Kementerian Kesehatan sendiri fokus kepada pengelolaan dampak kesehatan.

Adapun kegiatan pokok untuk mencapai tujuan tersebut adalah melaksanakan (1) Pengawasan sarana air minum yang memenuhi syarat, (2) Akses terhadap fasilitas Sanitasi yang layak (jamban sehat), (3) Tempat-tempat Umum (TTU) memenuhi syarat kesehatan, (4) Tempat Pengolahan Makanan (TPM) memenuhi syarat kesehatan.

Indikator sasaran kegiatan pengawasan kualitas air dan sanitasi dasar meliputi ; (1) Desa yang melaksanakan STBM; (2) Proporsi Penduduk Akses Air Minum; (3) Proporsi Penduduk Akses Jamban Sehat. Sedangkan indikator sasaran kegiatan Pengawasan Hygiene dan Sanitasi TTU dan TPM meliputi : (1) Proporsi TTU memenuhi syarat; (2) Proporsi TPM memenuhi syarat; (3) Proporsi Puskesmas yang ramah lingkungan; (4) Proporsi Rumah Sakit yang ramah lingkungan; (5) Proporsi Pengelolaan Sampah Rumah Tangga memenuhi syarat; (6) Proporsi Pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga memenuhi syarat. Pencapaian dari masing-masing indikator sasaran adalah sebagai berikut :

7.1 Air Minum

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 Tahun 2010 tentang persyaratan Kualitas Air Minum, yang di maksud air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.

Air minum yang dikonsumsi masyarakat perlu ditetapkan persyaratan kualitas air minum sehingga tidak menimbulkan gangguan kesehatan.

Profil Kesehatan Kabupaten Pati 118 Air minum yang aman (layak) bagi kesehatan menurut Peraturan Menteri Kesehatan adalah air minum yang memenuhi persyaratan secara fisik, mikrobiologis, kimia dan radioaktif. Secara fisik, air minum yang sehat adalah tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna serta memiliki total zat padat terlarut, kekeruhan dan suhu sesuai ambang batas yang ditetapkan. Secara mikrobiologis, air minum yang sehat harus bebas dari bakteri E.Coli dan total bakteri koliform. Secara kimiawi, zat kimia yang terkandung dalam air minum seperti besi, aluminium, klor, arsen, dan lainnya harus di bawah ambang batas yang ditentukan.

Secara radioaktif, kadar gross alpha activity tidak boleh melebihi 0,1 becquerel perliter (Bq/l) dan kadar gross beta activity tidak boleh melebihi 1 Bq/l. Untuk menjaga kualitas air minum yang dikonsumsi masyarakat, diperlukan pengawasan kualitas air minum baik secara eksternal maupun internal. Pengawasan kualitas air minum secara eksternal dilakukan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota atau kantor kesehatan pelabuhan (KKP) khusus untuk wilayah kerja KKP.

Pengawasan secara internal dilakukan oleh penyedia air minum yaitu badan usaha milik Negara/badan usaha milik daerah, koperasi, badan usaha swasta, usaha perorangan, kelompok masyarakat, dan/atau individual yang melakukan kegiatan penyediaan air minum.

Kegiatan pengawasan kualitas air minum menurut pasal 4 ayat 4 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 Tahun 2010 meliputi inspeksi sanitasi, pengambilan sampel air, pengujian kualitas air, analisis hasil pemeriksaan laboratorium, rekomendasi dan tindak lanjut.

Kegiatan yang sudah dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan dalam pengawasan kualitas air minum adalah Inspeksi Kesehatan Lingkungan atau IKL. Pelaksanaan IKL dilakukan oleh tenaga sanitarian puskesmas, kader kesehatan lingkungan atau kader lain di desa yang telah mendapatkan pelatihan praktis pemantauan kualitas sarana air minum.

Profil Kesehatan Kabupaten Pati 119 Data di Kabupaten Pati tahun 2020, jumlah sarana air minum dengan resiko rendah dan sedang sebanyak 185.413 tersebar pada masing-masning kecamatan. Jumlah Air minum yang di lakukan Inspkesi Kesehatan Lingkungan (IKL) sebanyak 51.091 atau 27,6 persen serta jumlah sarana air minum resiko rendah + sedang sebanyak 37.955. Dari jumlah sarana air minum yang dilakukan pemeriksaan adalah 0,1 persen atau sebanyak 180 sarana, sedangkan jumlah yang memenuhi syarat sebesar 85 persen atau sebanyak 153 sarana yang diambil sampelnya.

Dalam dokumen PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PATI TAHUN 2020 (Halaman 127-132)