• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAYANAN OBAT Tujuan :

Dalam dokumen Pedoman Puskesmas (Halaman 32-43)

Agar pasien mendapat obat sesuai dengan resep dokter dan mendapat informasi bagaimana menggunakannya

Pelayanan obat adalah proses kegiatan yang meliputi aspek teknis dan non teknis yang harus dikerjakan mulai dari menerima resep dokter sampai penyerahan obat kepada pasien.

Semua resep yang telah dilayani oleh Puskesmas harus dipelihara dan disimpan minimal 2 ( dua ) tahun dan pada setiap resep harus diberi tanda :

“Umum” untuk resep umum

“Askes” untuk resep yang diterima oleh peserta asuransi kesehatan

“Gratis” untuk resep yang diberikan kepada pasien yang di bebaskan dari pembiayaan restribusi.

Untuk menjamin keberlangsungan pelayanan obat dan kepentingan pasien maka obat yang ada di puskesmas tidak dibeda-bedakan lagi sumber

anggarannya. Semua obat yang ada dipuskesmas pada dasarnya dapat digunakan melayani semua pasien yang datang ke Puskesmas.

Semua jenis obat yang tersedia di unit-unit pelayanan kesehatan yang berasal dari berbagai sumber anggaran dapat digunakan untuk melayani semua kategori pengunjung puskesmas dan puskesmas pembantu.

Puskesmas bertanggung jawab atas terlaksananya pencatatan dan pelaporan obat yang tertib dan lengkap serta tepat waktu untuk mendukung pelaksanaan seluruh aspek pengelolaan obat. Kegiatan pelayanan obat meliputi :

ƒ penataan ruang pelayanan obat ƒ penyiapan obat

ƒ penyerahan obat ƒ informasi obat ƒ etika pelayanan

ƒ daftar perlengkapan peracikan obat. 1. Penataan ruang pelayanan :

a. Ruang pelayanan adalah tempat dimana dilaksanakan kegiatan penerimaan resep, penyiapan obat pencampuran, pengemasan, pemberian etiket dan penyerahan obat. Diruang tersebut terdapat tempat penyimpanan obat, alat-alat peracikan penyimpanan arsip dan tempat pelaksanaan tata usaha obat.

b. Luas ruang pelayanan berukuran kurang lebih 3 x 4 meter dan mempunyai penerangan yang cukup.

c. Tempat penyerahan obat harus mempunyai loket yang memadai untuk komunikasi dengan pasien.

d. Ruangan pelayanan harus terkunci bila ditinggalkan, bila perlu setiap jendela dilengkapi dengan teralis.

e. Tempat penyimpanan obat .

Obat disimpan di dalam lemari, rak atau kotak-kotak tertentu .

• Untuk obat-obat narkotik, psikotropika hendaknya ditempatkan dalam lemari yang terkunci.

• Tempatkan obat secara terpisah berdasarkan bentuk seperti kapsul, tablet, sirup, salep, injeksi dan lain-lain.

• Vaksin dan serum ditempatkan dalam lemari pendingin. • Susun obat berdasarkan alfabetis, dan terapkan sistem FIFO. f. Tempat peracikan.

• Ruangan harus selalu bersih, rapi dan teratur • Sediakan meja untuk peracikan obat

• Obat-obatan tidak boleh berserakan dimana-mana

• Wadah obat harus selalu tertutup rapat dengan baik untuk menghindari kemungkinan terkontaminasi dan udara lembab.

• Wadah obat harus diberi label sesuai dengan obat yang ada didalamnya.

2. Perlengkapan peralatan peracikan. a. Mortir dengan alu, kecil dan sedang

b. Spatel/sudip untuk membantu mencampur dan membersihkan atau c. Spatel/sendok untuk menghitung tablet atau kapsul

d. Baki/wadah lain tempat menghitung tablet atau kapsul

e. Lap/serbet yang bersih masing-masing untuk salep dan serbuk f. Kertas pembungkus, kantong plastik dan etiket

3. Penyiapan obat. a. Memahami isi resep.

• Baca resep dengan cermat meliputi : - nama obat

- jenis dan bentuk sediaan obat - nama dan umur pasien

- dosis

- cara pemakaian, aturan pakai

• Apabila tulisan resep tidak jelas tanyakan kepada pembuat resep • Perhatikan dosis obat

• Kalau obat yang diminta tidak ada, konsultasikan obat alternatif/pengganti kepada pembuat resep.

b. Tata Cara Menyiapkan Obat

• Periksa dan baca sekali lagi informasi pada wadah obat • Pakai spatula atau sendok untuk menghitung tablet atau kapsul

• Setelah selesai menghitung, kembalikan sisanya ke dalam wadah semula

• Periksa kembali etiket pada wadah

• Yakinkan sisa obat disimpan kembali ke dalam wadah semula • Bersihkan kembali meja dimana anda bekerja.

Kontak tangan langsung dengan tablet atau kapsul dapat mengakibatkan terjadinya kontaminasi silang antara obat yang satu dengan obat yang lain. Hal ini dapat berakibat fatal terhadap pasien yang sangat sensitif (alergi) pada obat

tertentu, misalnya penisilin, sulfonamid.

Perhitungan jumlah obat didasarkan atas jumlah yang harus dipakai untuk setiap kali per hari dan jumlah hari pemakaian.

Pada umumnya resep dokter telah mencantumkan jumlah obat yang diminta. Jika tidak ada jumlah tersebut, maka dapat dihitung dengan perkalian jumlah dosis satu kali pakai, dengan jumlah pemakaian sehari dan lama hari pemakaian.

a). Contoh dan perhitungan resep berisi tablet/kapsul : R/ Tetracycline 500 mg No. XX

S 4 dd Cap 1

R/ Vitamin B Comp no XV. S 3 dd tab I

Perhitungan :

1). Berdasarkan resep di atas, Tetracyclin yang diperlukan sebanyak = 20 kapsul

Tetracyclin yang tersedia adalah kapsul 250 mg, jadi diperlukan 40 kapsul. Perlu diperhatikan nanti sewaktu menuliskan etiket, menjadi : sehari 4 x 2 kapsul

2). Berdasarkan resep di atas, Vitamin B complex yang diperlukan sebanyak = 15 tablet

b). Contoh perhitungan pembuatan serbuk yang dibagi-bagi (Pulveres)

R/ Parasetamol 150 mg CTM 1 mg Ephedrin 10 mg m.f. pulv. dtd No. XV

Perhitungan :

Bahan yang dibutuhkan :

Parasetamol 15 x 150 mg = 2250 mg

Kadar 1 tablet parasetamol tablet = 500 mg, jadi dibutuhkan 2250/500= 4 ½ tablet

CTM 15 x 1 mg = 15 mg

Kadar 1 tablet CTM = 4 mg, jadi dibutuhkan 15/4= 3 ¾ tablet Ephedrin 15 x 10 mg = 150 mg

Kadar 1 tablet 25 mg, jadi dibutuhkan 150/25= 6 tablet. c) Membuat dan membagi sediaan dalam bentuk serbuk.

1. hitung tablet atau kapsul atau timbang sejumlah bahan obat sesuai dengan yang tercantum dalam resep

2. gerus dalam mortar sampai halus dan homogen

3. siapkan kertas perkamen sebanyak yang diminta dalam resep 4. cara membagi serbuk adalah sebagai berikut :

Apabila diminta 12 bungkus maka : = serbuk dibagi dua sama banyak

= lalu masing-masing dibagi tiga sama banyak = terakhir masing-masing dibagi dua sama banyak Apabila diminta 15 bungkus maka :

= serbuk dibagi tiga sama banyak

d) Mengukur cairan :

1. Bersihkan gelas ukur yang akan dipakai

2. Baca kembali etiket pada botol cairan apakah botol yang diambil sudah benar

3. Pegang botol dengan etiket menghadap ke tangan 4. Tuangkan ke dalam gelas ukur

5. Tutup kembali botol dan periksa etiket sekali lagi.

Cairan obat luar seperti Gentian Violet dapat langsung dituangkan ke dalam botol untuk pasien, tidak perlu di ukur karena dapat mengotori gelas ukur.

e) Melarutkan dan mengencerkan obat.

1. obat-obatan yang tidak stabil dalam air, dilarutkan apabila akan digunakan (amoksisillin, benzyl penisilin)

2. pelarutnya adalah air matang/air yang sudah dimasak

f) Mengemas dan memberi etiket : 1. Untuk tablet dan kapsul

Kemasan yang dapat digunakan adalah kantong plastik, kantong kertas, botol obat dan vial

2. Cairan

Kemasan yang dapat digunakan adalah botol kaca, botol plastik 3. Salep/krim

Kemasan yang dapat digunakan adalah wadah gelas kaca/plastik bermulut besar atau tube plastik/metal yang stabil

4. Setelah dikemas perlu ditempeli etiket pada masing-masing wadah obat yang perlu ditulis pada etiket :

ƒ nama pasien ƒ aturan pakai obat

ƒ waktu pakai contoh : malam hari, sebelum makan, sesudah makan

g) Penyerahan obat

1. Sebelum obat diserahkan, lakukan pengecekan terakhir tentang nama pasien, jenis obat, jumlah obat, aturan pakai obat, kemasan, dan sebagainya

2. Obat diberikan melalui loket.

3. Penerima obat dipastikan pasien atau keluarga pasien. h) Informasi.

Sebab utama mengapa penderita tidak menggunakan obat dengan tepat, adalah karena penderita tidak mendapatkan penjelasan yang cukup dari yang memberikan pengobatan atau yang menyerahkan obat.

Oleh karena itu sangatlah penting menyediakan waktu untuk memberikan penyuluhan kepada penderita tentang obat yang diberikan.

Informasi yang perlu diberikan kepada pasien adalah : 1). Kapan obat digunakan dan berapa banyak ?

Beberapa pasien berpendapat bahwa makin banyak obat diminum, semakin cepat sembuh. Pendapat ini tentu saja tidak benar dan sangat berbahaya. Oleh karena itu perlu dijelaskan :

a. pemakaian obat ƒ tiga kali sehari ƒ dua kali sehari b. waktu pemakaian obat

ƒ pagi, siang, malam c. jumlah sekali pakai

2). Lama pemakaian obat yang dianjurkan

Beberapa pasien hanya menggunakan obat sampai badan terasa sembuh. Hal ini tidak menjadi masalah apabila penyakit yang diobati ringan misalnya alergi atau sakit kepala.

Masalah serius akan timbul apabila penyakit yang diobati misalnya infeksi. Oleh karena itu beritahukan kepada pasien berapa hari/minggu obat harus diminum/dimakan.

Misalnya antibiotik, harus diminum sampai obat yang diberikan habis sesuai dengan aturan pakai.

3). Cara penggunaan obat

Obat dapat dimakan/diminum dengan bantuan air putih biasa, teh manis, pisang, susu dan lain-lain. Namun demikian untuk Tetracyclin tidak boleh diminum bersama-sama dengan susu, karena khasiat Tetracyclin akan berkurang dengan adanya susu dalam lambung. Beberapa obat, baru bekerja dengan maksimal bila lambung dalam

keadaan kosong (1 jam sebelum makan). Obat antasida (campuran magnesium trisilikat) bekerja maksimal apabila dimakan satu atau dua jam setelah makan dan waktu tidur.

Tablet asetosal dan besi dapat menyebabkan iritasi lambung oleh karena itu harus digunakan setelah makan terlebih dahulu.

Krim atau salep kulit digunakan dengan cara mengoleskan obat berkali-kali pada kulit ditempat yang sakit.

Cara memasukkan supositoria yang termudah adalah dalam posisi jongkok.

4). Ciri-ciri tertentu setelah pemakaian obat.

ƒ Berkeringat pada penderita demam panas setelah memakan obat penurun panas

ƒ Perubahan warna tinja dan air seni setelah minum Tetrasiklin, Vitamin B Komplek

ƒ Rasa mengantuk, oleh karena itu khusus untuk obat antihistamin, seperti CTM dianjurkan kepada pasien yang meminum obat ini untuk tidak menjalankan kendaraan atau mengoperasikan mesin.

5). Efek Samping Obat

Bila diketahui bahwa obat yang diberikan pada pasien mempunyai efek samping, beritahu pasien gejala sampingan apa yang dapat ditimbulkan oleh obat tersebut.

Sebagai contoh menggunakan salep Penisilin atau salep 2 - 4, jika mengalami keadaan seperti gatal dan timbul merah disekitar kulit karena alergi, dianjurkan untuk menghentikan pemakaian dan kembali ke Puskesmas untuk berkonsultasi dengan dokter.

6). Obat-obatan yang berinteraksi dengan kontrasepsi oral. Beberapa obat dapat mempengaruhi kerja kontrasepsi oral menjadi

tidak efektif, sebagai contoh antibiotik. Oleh karena itu tanyakan pada pasien wanita apakah sedang menggunakan pil KB. Beritahukan pada pasien, agar berhati-hati kemungkinan KB-nya gagal. Contoh : Rifamfisin dapat mempengaruhi efektifitas pil KB.

7). Cara Menyimpan Obat

Sarankan agar obat disimpan di tempat yang sejuk dan aman serta tidak mudah dijangkau anak-anak.

Etika pelayanan.

Petugas harus memperhatikan etika pelayanan kesehatan, terutama pada saat penyerahan obat dan pemberian informasi, karena disamping perlu sopan santun dan kesabaran dalam melayani pasien, juga karena pasien sebagai penderita penyakit biasanya dalam keadaan tidak sehat atau kurang stabil emosinya.

Kesadaran petugas bahwa pasien dan keluarganya perlu ditolong terlepas dari status sosial, golongan dan agama atau kepercayaannya serta pengetahuan yang terbatas. Pasien memerlukan bantuan agar tidak mengalami bahaya karena ketidaktahuannya tentang penyakit.

Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara yang baik dan sopan dengan menggunakan Bahasa Indonesia atau kalau perlu Bahasa Daerah setempat sehingga pasien menerima dengan senang hati. Petugas yang ramah dan sopan akan memberikan semangat kesembuhan pada pasien, sehingga akan membantu penyembuhan secara psikologis.

Petugas sangat perlu menyadari bahwa pasien berhak menerima informasi yang baik dan benar, serta pasien berhak dilindungi terhadap penyakit.

Begitu juga tentang penyampaian informasi yang menyangkut efek samping serta keadaan atau tingkat keparahan penyakit pasien hendaklah disampaikan secara hati-hati dan agar kerahasiaan penyakitnya dapat dijaga dengan sebaik-baiknya.

BAB IV

PENCATATAN DAN PELAPORAN

Dalam dokumen Pedoman Puskesmas (Halaman 32-43)

Dokumen terkait