• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelayanan Perijinan

Dalam dokumen BAB II RPJMD 2014 (hal 223 258) (Halaman 29-33)

BAB II - 251 Unjuk rasa umumnya dilakukan oleh kelompok mahasiswa yang

3) Pelayanan Perijinan

Perijinan merupakan faktor yang sangat penting dalam menciptakan iklim investasi yang kondusif. Kepastian sistem dan prosedur perijinan yang meliputi persyaratan, waktu dan biaya serta transparansi dan akuntabilitas proses perijinan merupakan komponen penting dalam pelayanan perijinan. Pelayanan perijinan yang berbasis digital terus dikembangkan untuk memberikan kemudahan bagi pemohon, meningkatkan efisiensi dan mengurangi terjadinya penyalahgunaan.

Berdasarkan data yang dirilis oleh UPT Pelayanan Perizinan Terpadu (P2T) Badan penanaman Modal Provinsi, kinerja pelayanan perijinan selama periode 2010 sampai dengan 2013 adalah sebagai berikut:

 Tahun 2010: 25.231 izin/non izin dengan nilai investasi Rp 5,56 Trilyun;

 Tahun 2011: 28.525 izin/non izin dengan nilai investasi Rp 20,53 Trilyun;

 Tahun 2012: 38.843 izin/non izin dengan nilai investasi Rp 25,93 Trilyun.

 Tahun 2013: 32.496 izin/non izin dengan nilai investasi Rp 26,64 Trilyun.

 Data tersebut menunjukkan terjadinya peningkatan jumlah pelayanan perijinan dan juga peningkatan nilai investasi. 4)Jumlah dan Macam Pajak dan Retribusi Daerah

Salah satu perubahan mendasar dari perubahan paradigma dengan adanya reformasi dalam pelaksanaan otonomi daerah adalah dengan memberikan kewenangan lebih besar dalam bidang politik, pengelolaan keuangan daerah dan pemanfaatan sumber-sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat lokal, yang bermuara pada terciptanya dinamika serta corak pembangunan baru di daerah. Salah satu aspek penting kebijakan di bidang keuangan daerah adalah kebijakan di bidang penerimaan/pendapatan daerah. Pendapatan daerah (langsung) pada

BAB II - 252

hakikatnya diperoleh melalui mekanisme pajak dan retribusi atau pungutan lainnya, yang dibebankan pada seluruh masyarakat. Upaya yang dilakukan dalam melakukan pungutan terhadap pos-pos pajak dan retribusi daerah melalui intensifikasi maupun ekstensifikasi dengan berprinsip pada pelayanan yang optimal serta tsidak memberatkan masyarakat.

Kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat mendorong pemerintah daerah untuk mengupayakan peningkatan daerah dengan memberi perhatian kepada pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Secara konsep, PAD adalah salah satu sumber penerimaan yang harus dioptimalkan peranannya agar mampu memberikan kompensasi kepada masyarakat berupa pelayanan yang baik dan perbaikan fasilitas umum. Jumlah dan kenaikan kontribusi PAD yang memadai akan menentukan tingkat kemandirian provinsi dalam pembangunan daerahnya sehingga tidak selalu tergantung kepada bantuan dari pemerintah pusat. Salah satu langkah yang bisa ditempuh pemerintah daerah adalah memberikan kemudahan dalam investasi bagi sektor swasta sehingga akan tercipta pertumbuhan ekonomi yang ditimbulkan oleh tumbuhnya sektor swasta. Sumber-sumber PAD diantaranya adalah hasil pajak daerah dan hasil retribusi daerah. Komponen PAD tersebut secara penuh harus dapat dikelola daerah agar sesuai dengan kebutuhan dan prioritas daerah agar dalam upaya penggalian sumber pendapatannya pemerintah tidak mendistorsi perekonomian. Otonomi daerah yang memberikan keleluasaan kepada pemerintah daerah harus dimanfaatkan dalam konteks memberikan pelayanan yang lebih baik, bukan dengan pembebanan pajak yang semakin meningkat yang bisa memperlambat laju pertumbuhan ekonomi. Kebijakan pemerintah daerah dalam menjalankan Anggaran pendapatan dan belanja daerah merupakan gambaran langkah konkret pemerintah dalam memberikan pelayanan publik. Disamping itu, pemerintah daerah masih perlu melakukan penanganan gejolak ekonomi dan politik yang masih terjadi beberapa tahun terakhir. Pemerintah dituntut menjadi motor utama dalam menggerakkan perekonomian yang lesu agar dapat kembali ke posisi sebelum krisis.

Tabel tentang jenis dan jumlah pajak yang diberlakukan di Jawa Timur informasi datanya diperoleh dari Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur yang sebelumnya bernama Biro Keuangan Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Timur. Sedangkan untuk data jenis dan nilai retribusi dari Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Timur.

Pada tahun 2009 nilai pajak dan retribusi mengalami peningkatan jika dibanding tahun sebelumnya dengan capaian hanya sebesar 3,57 persen atau naik sebesar Rp. 177,13 milyar. Peningkatan terjadi lagi di tahun 2010

BAB II - 253 yaitu sebesar Rp. 1.005,78 milyar atau naik 16,84 persen. Sementara pada tahun 2011 nilai pajak dan retribusi mengalami kenaikan yang cukup berarti yaitu sebesar 18,89 persen atau dari Rp. 5.973,56 milyar tahun 2010 menjadi Rp. 7.364,60 milyar pada tahun 2011. Setahun kemudian, tepatnya pada tahun 2012, nilai pajak dan retribusi mengalami kenaikan lagi yaitu sebesar 7,20 persen atau naik sebesar Rp. 571,38 milyar. Nilai Pajak dan retribusi dari tahun ke tahun yang terus mengalami peningkatan walaupun kenaikannya fluktuatif dimungkinkan karena semakin tingginya tingkat kesadaran masyarakat Jawa Timur terhadap kewajiban pajak yang harus dibayarkan serta semakin tinggi pula tingkat kepercayaannya terhadap pemerintah.

Jika ditinjau lebih rinci lagi antara nilai penerimaan pajak dan retribusi, maka terlihat dari tahun ke tahun penerimaan pajak Jawa Timur nilainya selalu lebih besar dibanding penerimaan retribusinya. Pada tahun 2009 nilai penerimaan pajak mengalami peningkatan sebesar 9,15 persen sehingga total pajak menjadi 98,47 persen dari total pajak dan retribusi, sedangkan untuk retribusi secara nominal terjadi kontraksi dan persentasenya juga mengalami penurunan sehingga peranannya menjadi 1,53 persen dari total penerimaan pajak dan retribusi di tahun yang sama. Setahun kemudian (2010), penerimaan pajak meningkat lagi secara berarti baik secara nominal maupun persentase yaitu sebesar Rp. 1.015,50 milyar atau naik sekitar 20,76 persen sehingga peranan pajak menjadi 98,89 persen sementara retribusi peranannya mengalami penurunan sangat drastis menjadi 1,11 persen. Secara nominal pajak pada tahun 2011 juga mengalami peningkatan yang sangat signifikan dibanding tahun sebelumnya, namun hanya berperan sebesar 99,10 persen, sebaliknya retribusi peranannya mengalami penurunan lagi menjadi 0,90 persen. Demikian pula pada tahun 2012 walaupun secara nominal nilai pajak naik walaupun kenaikannya tidak sebesar dibanding tahun sebelumnya sehingga peranan pajak hanya sebesar 98,50 persen, sementara itu untuk retribusi secara nominal mengalami kenaikan yang cukup signifikan yakni sebesar 79,91 persen dibanding nilai retribusi tahun sebelumnya sehingga mampu meningkatkan peranannya menjadi sebesar 1,50 persen.

BAB II - 254

Tabel 2.191

Jenis dan Nilai Pajak dan Retribusi Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2012 (Milyar Rp)

Jenis Pajak/Retribusi 2009 2010 2011 2012

(1) (3) (4) (5) (6)

Jenis Pajak 4.891,82 5.907,32 7.298,24 7.816,59 Pajak Kendaraan Bermotor 2.068,03 2.269,94 2.692,58 3.287,11 Bea Balik Nama

Kendaraan Bermotor 1.789,32 2.513,49 3.366,06 3.138,04 Pajak Bahan Bakar

Kendaraan Bermotor 996,92 1.081,27 1.217,23 1.365,52

Pajak Air Permukaan 18,65 21,42 22,37 25,91

Pajak Air Bawah Tanah 18,90 21,19 - -

Jenis Retribusi 75,95 66,24 66,36 119,39

Retribusi Jasa Umum 22,38 12,10 7,35 60,99

Restribusi Jasa Usaha 34,77 37,35 43,17 57,69

Restribusi Perijinan

Tertentu 18,80 16,79 15,84 0,71

Jumlah 4.967,77 5.973,56 7.364,60 7.935,98 Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Asset Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur & DinasPendapatan Daerah Provinsi Jawa Timur

Apabila diperhatikan per jenis pajak, ternyata penerimaan pajak terbesar (± 99 persen) berasal dari jenis pajak kendaraan bermotor, bea balik nama kendaraan bermotor, dan pajak bahan bakar kendaraan bermotor. Keadaan ini diduga karena semakin besarnya minat masyarakat Jawa Timur yang menggunakan kendaraan pribadi daripada angkutan umum terutama jenis kendaraan roda dua. Kondisi tersebut dapat dilihat dari padatnya lalu lintas dijalan terutama di kota-kota besar yang ada di Jawa Timur. Pada tahun 2009, pajak yang berkaitan dengan kendaraan bermotor naik menjadi Rp. 4.854,26 milyar atau naik sebesar 9,21 persen atau dapat dikatakan pajak yang diterima oleh pemerintah Jawa Timur mendapat sumbangan sebesar 99,23 persen dari pajak yang berkaitan dengan kendaraan bermotor. Sementara pada tahun 2010 pajak ini mengalami peningkatan yang sangat berarti yaitu sebesar 20,82 persen, tahun 2011 naik lebih signifikan lagi dibanding tahun sebelumnya yaitu sebesar 24,06 persen, dan tahun 2012 meningkat lagi sebesar 7,08 persen. Dilihat per jenis retribusi, penerimaan retribusi terbesar dari tahun ke tahun bervariatif sumbernya. Pada tahun 2009 sampai 2011 peranan retribusi Jasa Umum mengalami penurunan yang sangat drastis yaitu hanya sebesar 29,46 persen, 18,27 persen dan 11,07 persen, sebaliknya retribusi Jasa Usaha mempunyai peranan yang amat besar di tahun-tahun

BAB II - 255 tersebut. Pada tahun 2009 sampai dengan 2011 peranannya retribusi Jasa Usaha meningkat tajam menjadi 45,78 persen, 56,38 persen dan 65,05 persen. Sedangkan untuk retribusi Perijinan tertentu pada tahun 2009 hingga 2011 meningkat menjadi sekitar 25 persen. Kemudian pada tahun 2012 penerimaan retribusi terbesar bersumber dari retribusi jasa umum yang mempunyai peranan sebesar 51,08 persen dari total penerimaan retribusi.

5) Sistem Informasi pelayanan perijinan dan administrasi

Dalam dokumen BAB II RPJMD 2014 (hal 223 258) (Halaman 29-33)

Dokumen terkait