• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

2 Dokter Gigi 3

4.2 Pelayanan resep

4.2.1Rata-rata waktu penyiapan obat 4.2.1.1 Waktupenyiapanobatjadi

Sebanyak 222resep yang dianalisis dalam penelitian, sebanyak 212 resep merupakan kelompok resep obat jadi dan 10 resep merupakan kelompok resep yang mengandung obat racikan. Rata-rata waktu penyiapan obat terdiri dari obat jadi yaitu 212 resep yang memiliki rata-rata waktu penyiapan obat adalah 120,2 detik (2,02 menit) dengan interval waktu 0-180,7 detik.Padatahapini, rata-rata waktupenyiapanobatjadimemenuhisyarat. Dari resep masuk kedalam ruang farmasi, obat disediakan dan diserahkan kepada pasien, masih dalam interval waktu yaitu 0-180,7 detik.

Obat racikan terdiri dari 10 resep yang memiliki waktu rata-rata waktu penyiapan obat adalah 350,2 detik (5,83 menit) dengan interval waktu 220-360 detik. Menurut Permenkes No. 35 Tahun 2014 standar lama waktu pelayanan resep antara 15-30 menit. Lama waktu pelayanan yang diperoleh lebih cepat dari standar pelayanan resep yang di tetapkan oleh Permenkes No. 35 Tahun 2014. Hal ini disebabkan karena tenaga teknis kefarmasian yang tersedia di puskesmas stabat cukup banyak dan mereka bekerja dengan baik.

Waktu yang dibutuhkan dalam penyiapan obat tergantung pada jenis obat yang diminta dalam resep. Waktu penyiapan obat jadi (sediaan tunggal) lebih cepat daripada waktu penyiapan obat racikan (serbuk). Adapun demikian, dibedakan antara waktu penyiapan obat jadi (sediaan tunggal) dan obat racikan (serbuk) karena waktu yang dihasilkan tidak kurang dari standar waktu yang ditetapkan. Rata-rata waktu penyiapan obat di Puskesmas Stabat Kabupaten Langkat lebih cepat dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Sirait, 2015) yakni 697,53 detik dengan interval waktu 0-1500 detik. Dapat dilihat pada Gambar 4.1 dan Gambar 4.2

9 78 70 42 13 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 0-40 41-80 81-120 121-160 161-200 Juml ah rese p

Waktu penyiapan obat jadi (detik)

Gambar 4.1 Diagram Waktu Penyiapan Obat Jadi (detik) vs Jumlah Resep

Waktu penyiapan obat racikan (detik)

Gambar 4.2 Diagram Waktu Penyiapan Obat Racikan (detik) vs Jumlah Resep Diagram waktu penyiapan obat dibedakan karena perbedaan waktu yang cukup jauh. Perbedaan tersebut terjadi karena penyiapan untuk resep obat racikan (serbuk/campuran) membutuhkan waktu yang cukup lama dari pada penyiapan untuk resep obat jadi (sediaan tunggal). Hal ini dikarenakan petugas membutuhkan waktu untuk mencari dan meracik obat.

4.2.2 Rata-rata waktu penyerahan obat

Rata-rata waktu penyerahan obat adalah 20 detik dengan interval waktu 11 – 20 detik. Sebanyak 138 resep (62,16%) mempunyai waktu penyerahan di atas rata-rata, data lengkap dapat dilihat di Gambar 4.3.

5 1 3 1 0 1 2 3 4 5 6 220-250 251-280 281-320 321-350 Jum la h R esep

Waktu Penyerahan Obat (detik)

Gambar 4.3 Diagram Waktu Penyerahan Obat (detik) vs Jumlah Resep

Rata-rata waktu penyerahan obat di Puskesmas Stabat Kabupaten Langkat lebih cepat dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan di Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai, yakni 20 detik, dari obat diberikan dan adanya komunikasi antara pasien dan petugas mengenai obat yang diserahkan dengan interval waktu 4 – 78 detik (Sirait, 2015).

Pasien diberikan informasi yang lengkap tentang obat yang diberikan dan adanya komunikasi antara pasien dan petugas mengenai obat yang diberikan sehingga membutuhkan waktu yang lebih banyak. Ketika menyerahkan obat, perlu disertakan juga informasi mengenai obat dan penggunaannya, bahaya terputusnya atau tidak teraturnya penggunaan obat, cara penyimpanan obat, juga tentang kemungkinan interaksi dengan obat lain atau makanan, terutama obat bebas yang digunakan pasien. Perlu diingatkan obat yang mempengaruhi kemampuan mengendarai kendaraan, pejalan kaki dalam jalan ramai, koordinasi

34 138 50 0 20 40 60 80 100 120 140 160 0-10 11-20 21-30 Jum la h R esep

berfikir, dan orang yang menjalaankan mesin. Pasien diingatkan untuk menyimpan obat jauh dari jangkauan anak-anak (Anief,2007)

4.2.3 Persentase penggantian item obat

Berdasarkan 222 resep yang diamati, persentase penggantian item obat sebanyak 1,8%. Penggantian obat yang terjadi yakni Antasida diganti dengan Selesmag, Ambroxol diganti OBH, Amoxicillin diganti Cefadroxil, Fludane diganti Paracetamol yang isinya sama hanya beda nama dagang. Ini menunjukkan bahwa persentase penggantian item obat di Puskesmas lebih rendah dibandingkan penelitian yang pernah dilakukan di kota Binjai (Sirait,2015).Ini terjadi karena tidak tersedia stok obat di apotek dan lambatnya pasokan obat dari pemerintah setempat ke puskesmas stabat.

4.2.4 Persentase etiket yang lengkap

Adapun pengukuran persentase etiket dilakukan dengan mengamati kelengkapan etiket dari ditulisnya nomor urut resep, tanggal, nama pasien, aturan pakai, serta cara pakai/peringatan lain dengan nilai setiap item 1 dan nilai maksimal 5. Nilai 1 diperoleh apabila hanya mencantumkan aturan pakai pada etiket. Nilai 2 diperoleh apabila hanya mencantumkan aturan pakai dan nama pasien. Nilai 3 diperoleh apabila mencantumkan aturan pakai, nama pasien, dan cara pakai/peringatan lain. Nilai 4 diperoleh apabila mencantumkan aturan pakai, nama pasien, cara pakai/peringatan lain, dan tanggal. Nilai 5 diperoleh apabila mencantumkan aturan pakai, nama pasien, cara pakai/peringatan lain, tanggal, dan nomor urut resep.

Berdasarkan 222 resep yang diamati, persentase etiket bernilai 4 adalah 88,28% dengan jumlah sampel 196 resep, bernilai 3 adalah 9,0 % dengan jumlah

sampel 20 resep, bernilai 2 adalah 2,7% dengan jumlah sampel 6 resep, bernilai 1dan 0 adalah 0%.

Puskesmas Stabat Kecamatan Stabat menuliskan etiket dengan cukup lengkap dan jelas, dimana peresepan, nama pasien, cara/waktu pakai obat, maka obat yang diresepkan dapat mengurangi kemungkinan salahnya penggunaan obat oleh pasien.

4.2.5 Persentase pemberian informasi obat

Adapun pengukuran persentase pemberian informasi obat dilakukan dengan memberikan tiga informasi kepada pasien, dimana masing-masing informasi obat diberikan nilai 1. Informasi obat yang diberikan kepada pasien sehubungan dengan aturan pakai, cara pakai, dan peringatan mengenai obat yang diterima pasien.

Berdasarkan 222 resep yang diamati, persentase pemberian informasi obat bernilai 2 adalah 67,11% dengan jumlah sampel 149 pasien, dan bernilai 3 adalah 32,88% dengan jumlah sampel adalah 73 pasien dan yang bernilai 1 adalah 0. Hal tersebut menunjukkan bahwa rata-rata pasien dapat menjawab pertanyaan yang diberikan. Hal ini disebabkan karena pasien yang datang ke puskesmas menerima obat yang sama dengan jenis yang sama yang sebelumnya sudah dijelaskan oleh dokter yang memberikan resep, serta petugas yang berada di ruang farmasi memberikan informasi obat kepada pasien baik secara lisan maupun tulisan di etiket obat. Kualitas pelayanan resep dari 222 resep dalam standar Permenkes No. 35 Tahun 2014, dimana pelayanan < 30 menit adalah kualitas baik.

4.3 Tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan resep

Dokumen terkait