• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

C. Tanaman Obat Yang Dimanfaatkan Oleh Masyarakat Suku Dayak

37. Pelehet ( Psychotria viridiflora Thw.)

Thw. Liar

Dikonsumsi

mentah Batang Sakit gigi 38 Keranyiiq Asam

Keranji Dialium indum Fabaceae Liar Ditempelkan Daun

Luka Luar akibat benda tajam 39 Ketikookng Akar kuning Arcangelisia flava

Merr. Menispermaceae Liar Direbus Akar

Sakit Pinggang, vitalitas pria

40 Krehau Callicarpa longifolia

Lamk. Lamiaceae Liar dioleskan Daun Gatal – gatal

41 Kunceekng Harendong Melastoma affine Melastomataceae Liar Ditempelkan Daun

Luka luar / menghentikan pendarahan 42 Labuuq

biasa Labu siam Sechium edule Cucurbitaceae Budidaya Dikonsumsi Buah Tekanan

43 Lancikng - Liar Direbus Akar,

batang keputihan

44 Luukng - Araceae Liar Direbus Akar Keracunan

45 Nyelutuui

29

No Nama Tumbuhan Sumber Perolehan

Metode

Pemanfaatan Organ Jenis Penyakit Lokal Umum Ilmiah Famili

46 Limau Bintakng

Jeruk pepaya

Citrus medica var.

proper L. Rutaceae Budidaya Dikonsumsi Buah

- Batuk - Asma - Asam urat 47 Lunuuk

Dukutn - - Moraceae Budidaya Direbus Akar keracunan

48 Marauleq Pasak Bumi Eurycoma longifolia Simaroubaceae Liar Direbus Akar - Malaria 49 Nancakng Mahang Macaranga mappa Euphorbiaceae Liar Direbus,

dioleskan Akar, batang - Sakit perut - Sariawan (getah)

50 Nilapm Nilam Pogostemon cablin Lamiaceae Budidaya Dioleskan Daun Alergi

51 Nturui Moreceae Liar Dioleskan Daun herpes

52 Paatn Pinang Areca catechu Arecaceae Budidaya Dikonsumsi Buah, biji Obat batuk 53 Pacar Pacar Cina Aglaia odorata Meliaceae Budidaya Dioleskan /

ditempelkan Daun Luka luar 54 Paku ataai Paku Sayur Diplazium

esculentum Polypodiaceae Liar Dikonsumsi Daun,

batang Penambah darah 55 Paku

Parapm Paku pedang Nephrolepis sp Dryopteridaceae Liar Dikonsumsi

Daun,

batang Awet muda 56 Pangir

Bohokng Morinda sp. Rubiaceae Liar Direbus Akar Keputihan

57 Pengesik Albizia sp. Fabaceae Liar Direbus Daun

muda Vitalitas pria

58 Pianguuq - - Liar Direbus,

dioleskan Akar, daun - Kudis - Kurap - Penawar racun - Sakit perut 59 Raja

Pengalah benalu Loranthus sp. Loranthaceae Liar Direbus Daun - Obat kanker

60 Rakap sirih Piper betle Piperaceae Budidaya Dikonsumsi Daun

Menghilangkan bau badan, sakit gigi

61 Rakap

Bohokng Sirih Merah

Piper crocatum Ruiz &

30

No Nama Tumbuhan Sumber Perolehan

Metode

Pemanfaatan Organ Jenis Penyakit Lokal Umum Ilmiah Famili

62 Sabeeq

lemit - Budidaya Direbus Akar keracunan

63 Sabeeq pok Paprika Capsicum annuum var. Grossum Solanaceae Budidaya Direbus Akar obat tekanan

64 Selangkat - Liar Direbus Akar,

batang Pembersih ginjal 65 Sempaat

iliir - Zingiberaceae Liar

Dikonsumsi mentah

Rimpang,

Buah Penawar racun 66 Sengkerapa

k badak

Ginseng

kalimantan - Liar Direbus

Akar, batang

Penambah daya tahan tubuh dan vitalitas pria

67 Sepaai Caesalpinia sappan

L. Caesalpiniaceae Budidaya Direbus Batang

- Penawar racun - Sakit perut - Awet muda 68 Serempolu pm Cocor

Bebek Kalanchoe pinnata Crassulaceae Budidaya

Dioleskan,

direbus Daun, akar Lemah syahwat 69 Seweet Pisang

Hutan Musa balbisiana Musaceae Liar Dioleskan Batang - Borok, luka

70 Sumiiq meong

Kumis

kucing Orthosiphon aristatus Lamiaceae Budidaya Direbus Daun

Peluruh batu ginjal 71 Tabat

barito Tabat Barito Ficus deltoidea Moraceae Budidaya Direbus

Akar, batang

Penyakit / luka dalam

72 Tawar

seribu - Euphorbiaceae Budidaya Dioleskan

Daun, batang

Obat gigitan serangga

73 telasak salam Syzygium polyanthum Myrtaceae Liar Ditempelkan Daun Sariawan

74 Terok Liar Direbus Batang TBC

75 Tempera Villebrunia rubescens

Bl. Urtiaceae Budidaya Dikonsumsi Batang Diare

76 Pengooq

Peay - Budidaya Direbus Umbi kencing darah

77 Tetukng galekng

Sarang

31

No Nama Tumbuhan Sumber Perolehan

Metode

Pemanfaatan Organ Jenis Penyakit Lokal Umum Ilmiah Famili

78 Tuuq jarukng

Anggrek macan

Gramatophyllum

scriptum BL Orchidaceae Liar Direbus Akar Sakit pinggang

79 Tuuq

nayuq Tebu Merah Saccharum sp. Poaceae Budidaya dikonsumsi batang

Penawar racun, peluruh batu ginjal 80 Pemusiiq

Deskripsi dari 80 tanaman tersebut adalah :

1. Bakukng / Bakung (Crynum asiaticum L.)

Gambar 4.1 Bakukng / Bakung (Crynum asiaticum L.)

Bakung merupakan tumbuhan tahunan dengan tinggi ± 1m. Memiliki batang semu, tegak, lunak dan berwarna putih kehijauan. Daun tunggal berbentuk lanset dan runcing di bagian ujungnya sedangkan pada bagian pangkalnya berbentuk tumpul. Bakung memiliki bunga berbentuk payung, pangkal mahkota berdekatan membentuk corong berwarna putih dengan putik yang panjang berwarna ungu serta benang sari berwarna jingga. Bakung memiliki buah berbentuk kotak atau bulat telur.

Di Indonesia bakung memiliki beberapa nama yaitu bakong, semur (Bangka), dausa (Ambon) sedangkan dalam bahasa inggris bakung dikenal dengan sebutan Crinum lily atau Spider lily.

Bakung biasanya tumbuh liar namun tidak jarang dimanfaatkan sebagai tanaman hias. Habitat bakung pada umumnya terletak di tepi sungai yang rindang dengan ketinggian daratan ± 700m dpl. Selain sebagai tanaman

hias, bakung juga memiliki manfaat sebagai bahan obat herbal. Pada bagian akar dan batangnya dapat digunakan sebagai obat untuk rematik, radang kulit, bisul dan borok serta dimanfaatkan sebagai analgesik, antibiotik, dan ekspektoran.

2. Bakaaq

Gambar 4.2 Bakaaq

Bakaaq merupakan sejenis tanaman herba berupa rumput-rumputan, sekilas bakaaq terlihat mirip seperti rumput teki. Bakaaq memiliki bentuk batang lurus, dengan tinggi batang mencapai 35 cm, pertulangan daun sejajar dan tumbuh di seluruh bagian tubuh utama. Bakaaq memiliki akar berupa akar serabut dan hidup di daerah tropis yang memiliki tekstur tanah gambut dan lembab. Bagi masyarakat Dayak Tunjung Linggang, Bakaaq memiliki khasiat sebagai obat anti kram dan kejang – kejang.

3. Belayatn

Belayatn merupakan tanaman sejenis sulur. Belayatn tumbuh dengan cara menjalar diatas tanah atau pada tanaman lainnya. Bentuk batang belayatn berwarna hijau seperti sulur dengan diameter 1 cm, warna daun hijau dengan

pangkal daun berbentuk busur sedangkan bagian ujung daun runcing; pertulangan daun menyirip dan bagian tepi daun halus tidak bergerigi.

Gambar 4.3 Belayatn

Di permukaan daun bagian atas terdapat bulu pendek dan lembut sedangkan pada permukaan bagian bawah tidak memiliki bulu dan halus. Belayatn memiliki buah berbentuk kecil berwarna hijau. Selain itu belayatn mengeluarkan getah berwarna putih apabila ada bagian tubuhnya yang terluka. Getah inilah yang dimanfaatkan oleh masyarakat suku Dayak Tunjung Linggang di Kalimantan Timur sebagai obat untuk luka bakar atau luka akibat tersayat benda tajam.

4. Beliming Tunyuk / Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.)

Belimbing wuluh merupakan jenis tanaman yang tumbuh liar atau dibudidayakan dipekarangan rumah yang cukup memperoleh sinar matahari. Nama lain dari belimbing wuluh di Indonesia memiliki perbedaan di setiap daerah misalnya, di Aceh belimbing wuluh dikenal dengan nama limeng, di daerah Sunda dikenal dengan sebutan calingcing, dan bainang di Makasar. Di luar Indonesia cucumber tree merupakan sebutan untuk tanaman yang memiliki rasa yang khas ini.

Belimbing wuluh memiliki batang berkayu yang keras dengan tinggi mencapai ± 11m. Daun belimbing wuluh bersirip genap, bunga berbentuk bintang dengan warna merah muda atau ungu. Tekstur buah belimbing sangat berair dan asam serta memiliki warna hijau dengan bentuk lonjong yang bergelantungan secara berkelompok pada batang atau dahan (Dalimartha, 2007). Belimbing wuluh dikenal memiliki khasiat sebagai obat tradisional yaitu sebagai antipiretik, ekspektoran, kencing manis, radang tenggorokan dan sariawan.

5. Brentaleng / Mampat (Cratoxylon arborescens)

Menurut DEPKESRI dalam inventaris tanaman obat indonesia (2007), mampat atau yang dikenal juga dengan sebutan Garunggang merupakan sejenis pohon yang mampu tumbuh hingga mencapai 60 m dan memiliki diameter batang mencapai 120 cm. kulit mampat biasanya berwarna abu-abu hingga coklat bahkan ada juga yang berwarna coklat kemerahan, teksture kulit halus dan tipis.

Habitat dari mampat sangat luas, distribusinya meliputi Burma selatan, Sumatera, Semenanjung Malaysia dan Kalimantan. Mampat merupakan jenis tanaman yang hidup di dataran rendah akan tetapi mampat juga diketahui dapat hidup didataran dengan ketinggian hingga 1400m dpl. Secara ekologis mampat tumbuh di daerah rawa, hutan gambut. Bagi masyarakat suku dayak tunjung linggang, mampat dikenal sebagai tanaman yang berkhasiat untuk menyembuhkan / pengurang rasa sakit pada bagian tubuh yang terkilir (keseleo).

6. Benuang Rarikng / Binuang (Octomeles sumatrana Miq.)

Gambar 4.6 Benuang Rarikng / Binuang (Octomeles sumatrana Miq.)

Tanaman binuang merupakan jenis tanaman yang cepat tumbuh. Binuang memiliki batang berkayu yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan kertas, triplex, korek api, dll. Binuang yang tergolong tanaman pionir ini tumbuh tersebar diseluruh Indonesia terutama di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua. Di Indonesia binuang dikenal dengan sebutan binuang, benuang, kapu, palaka dan erima. Binuang tumbuh di hutan hujan dataran rendah dengan ketinggian dataran 0-1000m dpl dan rata-rata curah hujan ± 1500 mm/tahun. Tanah yang cocok untuk dijadikan tempat tumbuh bagi benuang adalah tanah aluvial atau tanah lembab dipinggir sungai yang bertekstur liat / liat berpasir. Binuang dipercaya dapat dimanfaatkan sebagai obat sakit kuning yaitu dengan cara merebus bagian akarnya kemudian dikonsumsi dengan cara meminum air rebusan tersebut (Heyne, 1987).

7. Uruuq Beheq / Rumput Bulu (Ageratum conyzoides L.)

Gambar 4.7 Uruuq Beheq / Rumput Bulu (Ageratum conyzoides L.)

Rumput Bulu atau yang biasa disebut dengan bandotan merupakan sejenis terna namun tidak jarang dianggap sebagai gulma pertanian. Di Indonesia bandotan memiliki beberapa nama yaitu babandotan (sunda) dan

wedusan (jawa) sedangkan dalam bahasa Inggris bandotan dikenal dengan sebutan chick weed, goat weed, atau white weed. Tanaman ini disebut babandotan karena tanaman ini mengeluarkan aroma khas yang menyerupai bau kambing.

Selain memiliki aroma yang menyerupai bau kambing, bandotan

memiliki batang tegak atau “berbaring” di tanah kemudian bagian batang yang

menyentuh tanah akan memiliki akar dengan sendirinya. Batang berbentuk gilig, bercabang dan terdapat bulu-bulu halus dipermukaan batang hingga daun. Tinggi batang mencapai 120 cm dan terdapat banyak kuntum bunga majemuk pada bagian ujung batang.

Daun-daun bertangkai dengan panjang 0,5-5 cm, terletak berseling atau berhadapan, terutama yang letaknya di bagian bawah. Helaian daun berbentuk bulat telur hingga menyerupai belah ketupat. Pangkal daun berbentuk seperti jantung, membulat atau meruncing; dan bagian ujungnya berbentuk tumpul atau meruncing; tepi bergerigi; permukaan bagian atas dan bawah terdapat bulu – bulu halus.

Bandotan sering ditemukan hidup di sawah-sawah yang mengering, ladang. Pekarangan, tepi jalan, tanggul, tepi air dan wilayah semak belukar. Ditemukan hidup hingga ketinggian 3000m dpl. Bandotan dipercaya dapat dimanfaatkan sebagai obat luka luar sedangkan rebusan dari daun juga dapat digunakan sebagai obat sakit dada, disentri dan demam (Dalimartha, 2007).

8. Baduk / Sukun (Artocarpus communis)

Sukun atau dalam bahasa inggris disebut breadfruit merupakan jenis tanaman hidup di kawasan tropika seperti Malaysia dan Indonesia. Sukun dapat tumbuh hingga mencapai ketinggian 20m. Di beberapa daerah seperti pulau jawa, tanaman ini merupakan tanaman yang dibudidaya oleh masyarakat. Buah sukun terbentuk dari keseluruhan kelopak bunganya, berbentuk bulat atau lonjong dan dimanfaatkan sebagai bahan makanan alternatif.

Gambar 4.8 Baduk / Sukun (Artocarpus communis)

Pertumbuhan sukun tidak tergantung pada musim hanya saja proses penyerbukan hanya terjadi dua kali dalam setahun. Kulit buah sukun berwarna hijau dan akan berubah menjadi hijau kekuningan ketika mencapai tingkat kematangannya, di permukaan kulitnya terdapat segmen-segmen petak berbentuk poligonal, dari segmen poligonal inilah kita dapat menentukan tahap kematangan buah sukun selain dari warnanya. Di kalangan masyarakat Suku Dayak Tunjung, Baduk / Sukun dimanfaatkan sebagai suplemen untuk memperlancar ASI. Cara pemanfaatannya yaitu dengan merebus buahnya yang

masih muda kemudian dikonsumsi dengan cara memakan buah yang telah direbus (Heyne, 1987).

9. Botooq / Anggrung (Trema orientalis)

Di Indonesia, anggrung memiliki berbagai sebutan yaitu dehong, mumusuat, bongkoreyon (batak), mangkirai (minang), bengkire (aceh). Anggrung sendiri merupakan tumbuhan perenial berbentuk pohon dengan tinggi sekitar 10 m. Akar berbentuk tunggang, batang berkayu, silindris, tegak, berwarna hitam kecokelatan, permukaan batang halus dan percabangan simpodial. Daun majemuk, bertangkai, tersusun secara berselang-seling, berwarna hijau dengan panjang 5-9 cm dan lebar 2,5-3,5 cm; bentuk daun lonjong dengan ujung runcing dan pangkalnya tumpul serta memiliki tepi daun yang rata dan pertulangan daun menyirip.

Gambar 4.9 Botooq / Anggrung (Trema orientalis)

Bunga anggrung merupakan bunga majemuk yang muncul dari

axillaris (ketiak daun), panjang mahkota 0,5 cm. Buah berwarna muda hijau dan akan merubah menjadi cokelat ketika tua dan berisi 4-10 biji untuk perbanyak secara generatif. Anggrung dipercaya dapat dimanfaatkan sebagai

obat penawar racun, cara pemanfaatannya dengan cara merebus bagian akar anggrung kemudian dikonsumsi dengan meminum air rebusan tersebut.

10. Kerurang / Terong asam (Solanum ferox L)

Gambar 4.10 Kerurang / Terong asam (Solanum ferox L)

Terung asam atau yang biasa disebut juga sebagai terong dayak merupakan tanaman terna, perenial dan tinggi batang mencapai 1-2 m. Bentuk batang bulat, berwarna hijau, permukaan batang berbulu ungu dan berduri tajam. Daun terung asam berbentuk tunggal dan tersebar; panjang tangkai daun 13-20 cm, berambut ungu dan berduri; helaian bulat telur sampai elips, tepi berlekuk, ujung runcing, pangkal berbelah, permukaan berbulu, panjang daun 20-33 cm, lebar 19-30 cm, berwarna hijau, pertulangan daun menyirip, tulang daun diselimuti rambut berwarna ungu dan duri kuning kehijauan.

Bunga terung asam adalah bunga majemuk dengan 4-10 bunga disetiap tandan; dan berkelopak 5, berduri, hijau, bagian ujung ditutupi rambut ungu; mahkota bunga berjumlah 5, berlekatan, betuk bintang dengan panjang 2-2,5 cm, berwarna putih, bagian bawah berambut ungu; memiliki 1 kepala putik berwarna ungu dan 5 benang sari berwarna kuning. Buang terung asam berbentuk bulat dengan diamater 2,5-3 cm, permukaan buah halus berwarna

hijau dan akan menjadi kuning ketika matang, di sekitar buah terdapat kelopak yang menyusun dan menutupi buah.

Biji terung asam berbentuk pipih seperti ginjal dan berwarna kuning. Terung asam juga memiliki akar tunggang berwarna putih. Akar terung asam dipercaya memiliki khasiat untuk mengobati berbagai macam penyakit seperti raja singa, demam, iritasi kulit dan luka luar. Selain akar, biji terung asam juga berkhasiat untuk mengurangi sakit gigi. Kandungan kimi yang terdapat pada tanamab terung asam antara lain alkaloid, saponin, flavanoid dan polifenol (Nurmalina, 2012).

11. Brakat Lutuuq Kuning / Bambu kuning (Bambusa vulgaris)

Gambar 4.11 Brakat Lutuuq Kuning / Bambu kuning (Bambusa vulgaris)

Bambu kuning atau yang dikenal juga dengan sebutan bambu ampel merupakan tanaman dari famili poaceae yang berbentuk rumpun, tegak, tinggi mencapai 10-20 m, diameter batang 4-10 cm, permukaan batang hijau mengkilap, kuning, atau kuning bergaris-garis hijau; internodus berjarak 20-45 cm, permukaan batang berambut hitam dan dilapisi lilin putih ketika muda dan berangsur-angsur menjadi halus tak berambut dan mengkilap; nodus

tenggelam. Cabang-cabang muncul dari nodus tengah dan atas dari rumpun. Selubung rumpun berbentuk segitiga lebar; daun lurus, berbentuk segitiga lebar (broadly triangular), panjang 4-5 cm dan lebar 5-6 cm, ujung daun meruncing, berambut pada kedua permukaan daun dan di tepi-tepi daun; panjang ligula 3 mm, bergerigi (Kebler PJA & Sidiyasa K, 1999).

Bambu kuning merupakan tumbuhan yang berasal dari kawasan Asia Tropis. Bambu kuning dapat dijumpai tumbuh di seluruh kawasan pantropikal, pada ketinggian 1200 m dpl. Bambu ini dapat tumbuh baik di daerah dataran rendah dengan kondisi kelembapan udara dan tipe tanah yang luas. Bambu kuning dipercaya dapat menyembuhkan sakit kuning dengan cara merebus bagian akarnya untuk diminum air rebusannya.

12. Butaq

Gambar 4.12 Butaq

Butaq merupakan sejenis tanaman yang apabila dilihat secara sekilas memiliki kemiripan dengan tanaman waru terutama dari bentuk daunnya. Butaq tumbuh didaerah dengan ketinggin 1200 m dpl, dengan lingkungan yang lembab dan tanah gambut. Butaq memiliki batang berwarna hijau dengan tinggi mencapai 2 m, diameter batang 3-5 cm dan terdapat noktah-noktah kecil

berwarna hitam disekujur batang, sedangkan bagian dari tangkai daunnya berwarna merah muda.

Daun butaq berwarna hijau dengan bentuk ginjal, pendek dan lebar; berwarna hijau serta pertulangan daun menyirip, tepi daun tidak bergerigi. Lebar daun 10 cm, panjang daun 8 cm, permukaan atas dan bawah daun halus dan licin. Butaq dipercaya memiliki khasiat sebagai penangkal racun oleh masyarakat suku Dayak Tunjung Linggang.

13. Cahai / kunyit (Curcuma domestica)

Menurut Nurmalina (2012), Tanaman kunyit tumbuh bercabang dengan tinggi 40-100 cm. Batang merupakan batang semu, tegak, bulat, membentuk rimpang dengan warna hijau kekuningan dan tersusun dari pelepah daun (agak lunak). Daun tunggal, bentuk bulat telur (lanset) memanjang hingga 10-40 cm, lebar 8-12,5 cm dan pertulangan menyirip dengan warna hijau pucat. Berbunga majemuk yang berambut dan bersisik dari pucuk batang semu, panjang 10-15 cm dengan mahkota sekitar 3 cm dan lebar 1,5 cm, berwarna putih/kekuningan. Ujung dan pangkal daun runcing, tepi daun yang rata. Kulit luar rimpang berwarna jingga kecoklatan, daging buah merah jingga kekuning-kuningan.

Gambar 4.13 Cahai / kunyit (Curcuma domestica)

Kunyit tumbuh dengan baik di tanah yang tata pengairannya baik, curah hujan 2.000 mm sampai 4.000 mm tiap tahun dan di tempat yang sedikit terlindung. Tapi untuk menghasilkan rimpang yang lebih besar diperlukan tempat yang lebih terbuka. Rimpang kunyit berwarna kuning sampai kuning jingga. Bagi masyarakat suku Dayak Tunjung Linggang, kunyit memiliki banyak sekali manfaat, selain sebagai bumbu masak, kunyit juga dipercaya dapat dimanfaatkan sebagai obat untuk mengurangi rasa nyeri ketika sakit gigi.

14. Cahai Putiiq / Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)

Gambar 4.14 Cahai Putiiq / Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)

Temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb) banyak ditemukan di hutan-hutan daerah tropis. Temulawak juga berkembang biak di tanah tegalan sekitar pemukiman, terutama pada tanah yang gembur, sehingga buah rimpangnya mudah berkembang menjadi besar. Daerah tumbuhnya selain di dataran rendah juga dapat tumbuh baik sampai pada ketinggian tanah 1500 meter di atas permukaan laut.

Temulawak termasuk jenis tumbuh-tumbuhan herba yang batang pohonnya terbentuk batang semu dan tingginya dapat mencapai 2 meter. Daun tanaman temulawak bentuknya panjang dan agak lebar. Lamina daun dan seluruh ibu tulang daun bergaris hitam. Panjang daun sekitar 50-55cm, lebarnya 18 cm, dan tiap helai daun melekat pada tangkai daun yang posisinya saling menutupi secara teratur. Daun berbentuk lanset memanjang berwana hijau tua dengan garis-garis coklat. Habitus tanaman dapat mencapai lebar 30-90cm, dengan jumlah anakan per rumpun antara 3-9 anak.

Bunga tanaman temu lawak dapat berbunga terus-menerus sepanjang tahun secara bergantian yang keluar dari rimpangnya (tipe erantha), atau dari samping batang semunya setelah tanaman cukup dewasa. Warna bunga umumnya kuning dengan kelopak bunga kuning tua, serta pangkal bunganya berwarna ungu. Panjang tangkai bunga 3cm dan rangkaian bunga (inflorescentia) mencapai 1,5 cm. Dalam satu ketiak terdapat 3-4 bunga. Rimpang temulawak sejak lama telah dikenal sebagai bahan ramuan obat. Aroma dan warana khas dari rimpang temulawak adalah berbau tajam dan daging buahnya berwarna kekuning-kuningan. Temulawak biasanya digunakan sebagai precursor dalam pembuatan suplemen untuk menambah daya tahan tubuh dan meningkatkan nafsu makan (DEPKESRI, 2006).

15. Engkuduuq / Mengkudu (Morinda citrifolia L.)

Pohon mengkudu tidak begitu besar, tingginya antara 4-6 m. batang bengkok-bengkok, berdahan kaku, kasar, dan memiliki akar tunggang yang tertancap dalam. Kulit batang cokelat keabu – abuan atau cokelat kekuning –

kuningan , berbelah dangkal, tidak berbulu, anak cabangnya bersegai empat. Tajuknya selalu hijau sepanjang tahun. Kayu mengkudu mudah sekali dibelah setelah dikeringkan. Bisa digunakan untuk penopang tanaman lada.

Gambar 4.15 Engkuduuq / Mengkudu (Morinda citrifolia L.)

Berdaun tebal mengkilap. Daun mengkudu terletak berhadap-hadapan. Ukuran daun besar-besar, tebal, dan tunggal. Bentuknya jorong-lanset, berukuran 15-50 x 5-17 cm. tepi daun rata, ujung lancip pendek. Pangkal daun berbentuk pasak. Urat daun menyirip. Warna hiaju mengkilap, tidak berbulu. Pangkal daun pendek, berukuran 0,5-2,5 cm. ukuran daun penumpu bervariasi, berbentuk segi tiga lebar. Daun mengkudu dapat dimakan sebagai sayuran. Nilai gizi tinggi karena banyak mengandung vitamin A.

Perbungaan mengkudu bertipe bonggol bulat, bergagang 1-4cm. Bunga tumbuh di ketiak daun penumpu yang berhadapan dengan daun yang

tumbuh normal. Bunganya berkelamin dua. Mahkota bunga putih, berbentuk corong, panjangnya bisa mencapai 1,5cm. Benang sari tertancap di mulut mahkota. Kepala putik berputing dua. Bunga itu mekar dari kelopak berbentuk seperti tandan. Bunganya putih, harum.

Kelopak bunga tumbuh menjadi buah bulat lonjong sebesar telur ayam bahkan ada yang berdiameter 7,5-10cm. Permukaan buah seperti terbagi dalam sel-sel poligonal (segi banyak) yang berbintik-bintik dan berkutil. Mula-mula buah berwarna hijau, menjelang masak menjadi putih kekuningan. Setelah matang, warnanya putih transparan dan lunak.

Daging buah tersusun dari buah-buah batu berbentuk piramida, berwarna cokelat merah. Setelah lunak, daging buah mengkudu banyak mengandung air yang aromanya seperti keju busuk. Bau itu timbul karena pencampuran antara asam kaprik dan asam kaproat (senyawa lipid atau lemak yang gugusan molekulnya mudah menguap, menjadi bersifat seperti minyak atsiri) yang berbau tengik dan asam kaprilat yang rasanya tidak enak. Diduga kedua senyawa ini bersifat aktif sebagai antibiotic (Heyne, 1987).

16. Lejaaq Uraakng

Gambar 4.16 Lejaaq Uraakng

Lejaaq uraakng merupakan jenis tanaman yang hidup di habitat yang lembab dan dengan ketersediaan air tinggi, misalnya di tepi sungai atau danau. Dari bentuk daunnya dapat dipastikan bahwa lejaaq uraakng masih termasuk dalam famili Zingiberaceae dan diduga masih termasuk dalam genus

Hedychium hanya saja belum ada sumber yang menyebutkan nama spesiesnya.

Lejaaq Uraakng atau dalam bahasa Indonesianya Jahe Udang memiliki batang semu berwarna hijau, dimeter batang 2-3 cm, tinggi mencapai 40 cm.

Daun Lejaaq Uraakng berbentuk elliptical yaitu memiliki bagian tengah daun yang lebar dengan ukuran 5-9 cm, panjang daun 10-18 cm, pangkal dan ujung daun runcing serta pertulangan daun yang berbentuk

Dokumen terkait