• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

E. Pelestarian Kearifan Lokal Lampung

Kebudayaan selalu berubah-ubah secara dinamis, telah kita ketahui bersama bahwa hal ini disebabkan oleh perkembangan zaman yang pada akhirnya memunculkan kekhawatiran akan hilangnya kebudayaan tersebut, falsafah hidup ulun lappung mampu bertahan ditengah-tengah kehidupan masyarakat yang sudah modern, berikut wawancara penulis dengan A. Fauzie Nurdin:

Karena itu menyangkut falsafah kehidupan, yang kesemua kegiatan orang Lampung baik dalam kebudayaan dan kehidupan sehari-hari, dan secara otomatis budaya tersebut diwariskan turun-temurun.20

Berdasarkan pernyataan A. Fauzie Nurdin diatas, falsafah hidup ulun Lappung mampu bertahan hingga saat ini dikarenakan sebagai falsafah kehidupan yang dalam kebudayaan dan kehidupan sehari-hari berpijak dan tidak lepas dari falsafah hidup ulun Lappung tersebut, yang diwariskan langsung secara tidak langsung dalam kebudayaan dan kehidupan sehari-hari melalui perkataan, perbuatan, dan peraturan.

Selanjutnya, hasil wawancara pihak Keratuan Darah Putih, Yogha Pramana Aji mengatakan:

Karena itu menurut saya merupakan dasar dari budaya Lampung manapun, dan merupakan sifat asli orang Lampung yang tetap dilestarikan.21

Falsafah hidup ulun Lappung sebagai dasar kebudayaan baik Lampung pepadun maupun Lampung saibatin, dan sebagai wujud sikap asli orang Lampung yang terus menerus dilestarikan dalam kebudayaan maupun kehidupan sehari-hari,

20

A. Fauzie Nurdin, Guru Besar UIN Raden Intan Lampung, Wawancara, Pesawaran. 24 Desember 2019.

21

Yogha Pramana Aji, Keluarga Keratuan Darah Putih, Wawancara, Lampung Selatan. 24 Desember 2019.

berdasarkan data yang penulis temukan falsafah hidup ulun Lappung secara simbolik digambarkan dalam siger (mahkota orang Lampung), berbentuk lima bunga, kelima bunga tersebut melambangkan kelima unsur yang ada didalam falsafah hidup ulun Lappung tersebut. Hal senada mengenai falsafah hidup ulun Lappung sebagai dasar dalam kebudayaan dan kehidupan sehari-hari juga dikatakan informan yang lain, Abu Bakar mengatakan:

Karena semua perbuatan maupun ucapan orang lampung berlandaskan falsafah tersebut, jadi sangat mengakar pada masyarakat Lampung.22 Abu Bakar menyebut falsafah hidup ulun Lappung sebagai landasan orang Lampung dalam berprilaku, sehingga telah mengakar kuat dalam segala aspek dan sendi-sendi kehidupan dalam masyarakat adat Lampung. Selanjutnya Chairul Anwar mengatakan:

Sebagai nilai dasar budaya lampung, baik kebudayaan maupun dalam perilaku orang Lampung tercermin dari falsafah tersebut, dan turun-temurun, menyangkut harga diri jadi harus di pertahankan.23

Chairul Anwar berpandangan bahwa falsafah hidup ulun Lappung sebagai nilai-nilai yang diwariskan, nilai-nilai tersebut yang kemudian diamalkan, dapat bertahan dikarenakan selalu diamalkan, sesuatu yang tidak diamalkan dalam kehidupan lama-kelamaan akan hilang, falsafah hidup ulun Lappung sebagai dasar budaya yang menyangkut harga diri yang diamalkan dalam kebudayaan dan kehidupan secara terus menerus sehingga tetap bertahan. Hal tersebut juga senada dengan Erlina:

Karena watak asli orang Lampung, yang terus dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari jadi tetap terjaga dan sangat melekat dalam diri orang Lampung asli.24

22

Abu Bakar, Budayawan Jabung, Wawancara, Lampung Timur. 27 Desember 2019.

23

Menyangkut pelestarian falsafah hidup ulun Lappung dalam kehidupan masyarakat adat Lampung, Bartoven Vivit Nurdin berpandangan:

Falsafah hidup ulun Lappung saya berpandangan hal ini sebagai core culture atau inti budaya dalam masyarakat Lampung yang akan tetap bertahan dan tidak hilang, berbeda dengan kulit kebudayaan, kulit kebudayaan ini selain mudah berubah juga dapat hilang. Tiap-tiap kebudayaan ini memiliki inti budaya yang berbeda, misalnya di Minang itu bahasa yang tidak bisa hilang maka inti budaya orang Minang adalah bahasa, jika budaya Lampung inti budayanya tidak terletak pada bahasa karena bahasa Lampung sudah sangat jarang dipakai dalam kehidupan sehari-hari, kekhawatiran terhadap bahasa ini terlihat beberapa akademisi di Lampung sampai pada pemerintah provinsi Lampung juga sangat menekankan penggunaan bahasa Lampung agar tetap lestari.25 Bartoven Vivit Nurdin secara lebih detail menjelaskan bahwa falsafah hidup ulun Lappung ini sebagai inti budaya dalam masyarakat adat Lampung, yang dimaksud inti budaya adalah kebudayaan yang tidak akan pernah hilang berbeda dengan kulit kebudayaan yang mudah berubah-ubah dan hilang. Inti kebudayaan di tiap-tiap suku budaya berbeda, informan mencontohkan suku Padang inti budayanya terletak pada bahasa, sedangkan suku Lampung tidak terdapat kepada bahasa, tetapi inti kebudayaan suku Lampung ini adalah pada falsafah hidup ulun Lappung. Berdasarkan pengamatan penulis di lapangan, bahasa Lampung memang sangat sedikit sekali yang menggunakannya seperti halnya di Bandar Lampung yang jarang sekali kita temui seseorang berbicara menggunakan bahasa Lampung, kemudian berdasarkan data yang penulis peroleh di Arsip Daerah Provinsi Lampung bahwa jumlah penduduk di Provinsi Lampung yang bersuku Lampung hanya 13% selain itu adalah pendatang, bahkan bisa kita jumpai dipasar-pasar misalnya orang Lampung justru mengikuti orang Jawa berbicara bahasa Jawa, hal ini memperkuat pernyataan diatas bahwa bahasa Lampung bukan inti kebudayaan Lampung, tetapi inti kebudayaan Lampung terletak pada falsafah hidup ulun Lappung. Selanjutnya, menurut Parosil Mabsus:

24

Chairul Anwar, Guru Besar UIN Raden Intan Lampung, Wawancara, Bandar Lampung. 03 Januari 2020.

25

Menjaga budaya yang ada, seperti falsafah hidup ulun Lappung yang terus dilestarikan dan disesuaikan dengan perkembangan zaman, sehingga tetap kuat dan mengakar dalam diri masing-masing orang Lampung, sebagai identitas kebudayaan.26

Untuk mempertahankan falsafah hidup ulun lappung dengan menjaga budaya yang ada agar tetap lestari. Kemudian, falsafah hidup ulun Lappung sangat dinamis sehingga dalam pengamalannya dapat disesuaikan dengan perkembangan zaman dengan demikian sebagai identitas kebudayaan orang Lampung, falsafah hidup ulun Lappung tetap terjaga dan mengakar dalam diri orang Lampung.