• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bagian Kesatu : Pemanfaatan Hutan

Pasal 21 (1) Untuk wilayah tertentu, Menteri dapat me-nugaskan Kepala KPH untuk menyeleng-garakan pemanfaatan hutan, termasuk melakukan penjualan tegakan.

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan wilayah “tertentu” antara lain, adalah wilayah hutan yang si-tuasi dan kondisinya belum menarik bagi pihak ketiga untuk me-ngembangkan usaha pemanfaatannya, sehingga Peme-rintah perlu menugaskan Kepala KPH un-tuk memanfaatkannya.

Pasal 40 (PP 3 th 2008)

(1) Menteri, dalam hutan tanaman pada hutan produksi, mengalokasikan areal tertentu untuk membangun HTR, berdasarkan usu-lan KPH atau pejabat yang ditunjuk.

Pasal 42 (1) Pada hutan produksi, berdasarkan renca-na pengelolaan KPH, usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada HTHR dalam hutan tanaman sebagaimana dimaksud dalam pasal 37 huruf c dilakukan melalui pen-jualan tegakan.

(2) Penjualan tegakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam satu kesa-tuan luas petak yang diusulkan oleh Ke-pala KPH atau pejabat yang ditunjuk oleh Menteri.

Pasal 60 (1) IUPK diberikan oleh :

a. Bupati/Walikota, pada kawasan hutan yang ada dalam wilayah kewenangan-nya, dengan tembusan kepada Menteri, Gubernur dan Kepala KPH;

b. Gubernur, pada kawasan hutan lintas kabupaten/kota yang ada dalam wila-yah kewenangannya, dengan tembusan kepada Menteri, Bupati/Walikota, dan Kepala KPH;

c. Menteri, pada kawasan hutan lintas provinsi, dengan tembusan kepada Gubernur, Bupati/Walikota dan Kepala KPH;

-Pasal/Ayat)

d. Menteri, pada areal yang telah dibebani IUPHHK restorasi ekosis-tem dalam hutan alam pada hutan produksi yang belum mencapai keseimbangan ekosistem, dengan tembusan kepada Gubernur, Bupa-ti/Walikota dan Kepala KPH.

Pasal 61 (PP 3 th 2008)

(1) IUPJL diberikan oleh :

f. Bupati/Walikota, pada kawasan hutan yang ada dalam wilayah ke-wenangannya, dengan tembusan kepada Menteri, Gubernur dan Ke-pala KPH;

g. Gubernur, pada kawasan hutan lintas kabupaten/kota yang ada dalam wilayah kewenangannya, de-ngan tembusan kepada Gubernur, Bupati/Walikota dan Kepala KPH; atau

h. Menteri, pada kawasan hutan lintas provinsi, dengan tembusan kepada Gubernur, Bupati/Walikota dan Ke-pala KPH; atau

i. Menteri, pada areal yang telah dibebani IUPHHK restorasi ekosis-tem dalam hutan alam pada hutan produksi yang belum mencapai keseimbangan ekosistem, dengan tembusan kepada Gubernur, Bupa-ti/Walikota dan Kepala KPH.

Pasal 62 (2) IUPHHK restorasi ekosistem dalam hutan alam diberikan oleh Menteri dengan tembusan kepada Gubernur, Bupati/Walikota dan Kepala KPH

Pasal 63 IUPHHBK pada hutan alam diberikan oleh : a. Bupati/Walikota, pada areal hutan alam

yang berada dalam wilayah kewenangan-nya, dengan tembusan kepada Menteri, Gubernur dan Kepala KPH;

-Pasal/Ayat)

b. Gubernur, pada areal hutan alam lintas kabupaten/kota yang berada dalam wi-layah kewenangannya, dengan tembusan kepada Menteri, Bupati/Walikota dan Kepala KPH; atau

c. Menteri, pada areal hutan alam lintas provinsi, dengan tembusan kepada Gu-bernur, Bupati/Walikota dan Kepala KPH. Pasal 64 IPHHK diberikan oleh :

a. Bupati/Walikota, pada areal hutan yang ada dalam wilayah kewenangannya, de-ngan tembusan kepada Menteri, Guber-nur dan Kepala KPH;

b. Gubernur, pada areal hutan lintas ka-bupaten/kota yang ada dalam wilayah kewenangannya, dengan tembusan kepa-da Menteri, Bupati/Walikota kepa-dan Kepala KPH; atau

c. Menteri, pada areal hutan lintas provinsi, dengan tembusan kepada Gubernur, Bu-pati/Walikota dan Kepala KPH.

Pasal 65 (PP 3 th 2008)

IPHHBK dalam hutan alam atau hutan ta-naman diberikan oleh :

a. Bupati/Walikota, pada areal dalam hu-tan alam atau huhu-tan hu-tanaman yang ada dalam wilayah kewenangannya, dengan tembusan kepada Menteri, Gubernur dan Kepala KPH; atau

b. Gubernur, pada areal dalam hutan alam atau hutan tanaman lintas kabupaten/ kota yang ada dalam wilayah kewena-ngannya, dengan tembusan kepada Men-teri, Bupati/Walikota dan Kepala KPH.

Pasal 71 Setiap pemegang izin usaha pemanfaatan hutan, wajib:

a. menyusun rencana kerja untuk seluruh areal kerja sesuai jangka waktu berlaku-nya izin berdasarkan rencana pengelo-laan hutan yang disusun oleh KPH

Huruf a

Dalam rencana kerja, antara lain, me-muat pula aspek kelestarian usaha, aspek keseimbangan lingkungan, dan sosial dan ekonomi.

Pasal/Ayat)

Pasal 72 (1) Selain melaksanakan kewajiban se-bagaimana dimaksud dalam Psl 71, BUMN, BUMD, BUMS, pemegang IUPJL, IUPHHK dan IUPHHBK, wajib mela-kukan kerjasama dengan koperasi masyarakat setempat, paling lambat 1 (satu) tahun setelah diterimanya izin. Pasal 73 (1) Selain melaksanakan kewajiban se-bagaimana dimaksud dalam Pasal 71 dan Pasal 72, pemegang IUPHHK dalam hutan alam, wajib :

b. menyusun rencana kerja tahunan (RKT) berdasarkan RKUPHHK se-bagaimana dimaksud pada huruf a untuk disahkan oleh Kepala KPH atau pejabat yang ditunjuk oleh Menteri.

(2) RKUPHHK disusun untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun dengan mem-perhatikan rencana pengelolaan jang-ka panjang KPH

(3) RKUPHHK dievaluasi setiap 5 (lima) tahun oleh pemegang izin dan dilapor-kan kepada Kepala KPH atau pejabat yang idtunjuk oleh Menteri.

(4) Selain melaksanakan kewajiban seba-gaimana dimaksud pada Pasal 71 dan Pasal 72, pemegang IUPHHK restorasi ekosistem dalam hutan alam, wajib:

Ayat (3)

RKUPHHK dibuat berdasarkan inven-tarisasi berkala sepuluh tahunan yang dilakukan oleh pemegang izin berdas-arkan pedoman yang ditetapkan oleh Menteri.

b. 2) menyusun rencana kerja tahun-an (RKT) pemtahun-anfaattahun-an kawastahun-an, pemanfaatan jasa lingkungan, dan/ atau pemanfaatan hasil hutan bu-kan kayu berdasarbu-kan rencana ker-ja usaha pemanfaatan kawasan, pemanfaatan jasa lingkungan dan/ atau pemanfaatan hasil hutan bu-kan kayu dan disahbu-kan oleh Kepa-la KPH atau pejabat yang ditunjuk oleh Menteri.

Pasal/Ayat)

Pasal 75 (PP 3 th 2008)

(1a) RKUPHHK disusun untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun dengan mem-perhatikan rencana pengelolaan jang-ka panjang KPH

Pasal 76 Selain melaksanakan kewajiban sebagai-mana dimaksud dalam Pasal 71 dan Pasal 72, pemegang IUPHHBK wajib:

b. Menyusun rencana kerja tahunan (RKT) berdasarkan RKUPHHBK untuk disahkan oleh Kepala KPH atau pejabat yang di-tunjuk oleh Gubernur atau Bupati/Wali-kota.

Pasal 77 (1) Selain melaksanakan kewajiban seba-gaimana dimaksud dalam Pasal 71, pemegang IPHHK, wajib:

c. menyusun rencana pemungutan ha-sil hutan kayu yang dibutruhkan un-tuk disahkan oleh Kepala KPH atau pejabat yang ditunjuk oleh Bupati/ Walikota.

Pasal 79 (6) Dana hasil penjualan tegakan, dikena-kan kepada pemegang IUPHHK pada HTHR dalam hutan tanaman sebagai-mana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (1), dan Kepala KPH yang mendapat penugasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1).

Pasal 81 (PP 3 th 2008)

(4) Untuk perpanjangan :

b. IUPK, IUPJL, IUPHHBK dan IPHHBK sebagaimana dimaksud pada hu-ruf c, huhu-ruf d, dan huhu-ruf e diberikan oleh:

1) Bupati/Walikota, pada kawasan hutan yang ada dalam wilayah kewenangannya, dengan tem-busan kepada Menteri, Guber-nur dan Kepala KPH;

-Pasal/Ayat)

2) Gubernur, pada kawasan hutan lintas kabupaten/kota yang ada dalam wilayah kewenangannya, dengan tembusan kepada Men-teri, Bupati/Walikota dan Kepala KPH; dan

3) Menteri, pada kawasan hutan lintas provinsi, dengan tembus-an kepada Gubernur, Bupati/ Walikota dan Kepala KPH. Pasal 83 (2) Pemberdayaan masyarakat setempat

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban Pemerintah, provinsi, kabupaten/kota yang pe-laksanaannya menjadi tanggung jawab Kepala KPH.

Ayat (2)

Pelaksanaan pemberdayaan oleh KPH, sepanjang KPH telah terbentuk. Apabila KPH belum terbentuk pelaksa-naan pemberdayaan masyarakat dila-kukan oleh institusi kehutanan yang ada di daerah.

Kewajiban pelaksanaan pemberda-yaan, antara lain meliputi pendampi-ngan penyusunan rencana pengelo-laan areal pemberdayaan masyara-kat, serta penguatan kapasitas atau kelembagaan.

Pasal 86 (1) Menteri menetapkan areal kerja hutan desa berdasarkan usulan Bupati/Wa-likota sesuai kriteria yang ditentukan dan rencana pengelolaan yang disusun oleh Kepala KPH atau pejabat yang di-tunjuk.

Pasal 89 (1) Berdasarkan penetapan areal kerja hutan desa sebagaimana dimaksud dalam pasal 86 ayat (1) dan fasilitasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 88:

a. Menteri, memberikan IUPHHK da-lam hutan desa dengan tembusan kepada Gubernur, Bupati/Walikota dan Kepala KPH;

-Pasal/Ayat)

(4) Lembaga desa menyusun rencana pengelolaan hutan desa bersama Ke-pala KPH atau pejabat yang ditunjuj sebagai bagian dari rencana pengelo-laan hutan

Pasal 93 (1) Menteri menetapkan areal kerja hu-tan kemasyarakahu-tan sebagaimana di-maksud dalam Pasal 92 ayat (1) atas usulan Bupati/Walikota berdasarkan permohonan masyarakat setempat sesuai rencana pengelolaan yang di-susun oleh Kepala KPH atau pejabat yang ditunjuk.

Pasal 96 (PP 3 th 2008)

(1) Berdasarkan penetapan areal kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 93 ayat (1) dan fasilitasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 ayat (1): a. Menteri, memberikan IUPHHK

da-lam hutan kemasyarakatan pada areal kerja hutan kemasyarakatan, dengan tembusan kepada Guber-nur, Bupati/Walikota dan Kepala KPH;

c. Izin yang diberikan oleh Gubernur ditembuskan kepada Menteri, Bu-pati/Walikota, dan Kepala KPH, dan izin yang diberikan oleh Bupati/Wa-likota ditembuskan kepada Menteri, Gubernur dan Kepala KPH.

Ayat (1) Huruf a

Pemegang IUPHHK dalam hutan ke-masyarakatan hanya diizinkan me-manfaatkannya hasil hutan tanaman berkayu yang merupakan hasil pena-namannya.

Dokumen terkait