• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. KERAGAAN PEMBANGUNAN HORTIKULTURA

2.2 Sumbangan hortikultura Dalam Indikator Mikro

2.2.10 Pemantauan Residu Pestisida

Untuk memenuhi keamanan pangan sesuai amanat Undang-undang Hortikultura No. 13 tahun 2010, Direktorat Perlindungan Hortikultura melaksanakan pemantauan residu pestisida pada produk hortikultura.

Hasil analisis selama 5 tahun (2010 – 2014) pada sampel produk hortikultura untuk kebutuhan dalam negeri maupun ekspor (buah dan sayuran) dari beberapa sentra produksi yang dianalisis residu pestisidanya masih di bawah BMR (Batas Maksimum Residu) yang ditetapkan.

40 Direktorat Jenderal Hortikultura

Revisi Rencana Strategis Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian 2015-2019

Hasil analisis residu produk buah, tidak terdeteksi residunya rata-rata 41.45

%, terdeteksi >BMR = 0 %, dan terdeteksi <BMR rata-rata 3.43 %. Produk sayuran tidak terdeteksi residunya rata-rata sebesar 66.45 %, terdeteksi

>BMR = 0 %, dan terdeteksi <BMR = 23.43 %.

2.2.11 Pengelolaan Dampak Perubahan Iklim

Usaha peningkatan produksi pertanian khususnya tanaman hortikultura sangat dipengaruhi oleh faktor iklim. Indonesia sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim karena Indonesia sebagai negara kepulauan dan kegiatan ekonomi masyarakat bertumpu pada sumber daya alam.

Perubahan iklim menyebabkan adanya iklim ekstrim yang berpengaruh terhadap iklim, curah hujan, cuaca, dan suhu udara. Iklim dan cuaca merupakan sumberdaya alam, yang hingga saat ini manusia masih relatif belum mampu mengendalikannya. Oleh karena itu tindakan yang paling tepat untuk memanfaatkan sumberdaya iklim dan mengurangi dampak dari sifat ekstrimnya adalah penyesuaian kegiatan pertanian dengan perilaku iklim pada masing-masing wilayah.

Banjir dan kekeringan merupakan bentuk dampak perubahan iklim yang hampir setiap tahun terjadi, terutama di daerah rawan banjir dan kekeringan.

Langkah penanganan untuk mengantisipasi dan menanggulangi dampak perubahan iklim terhadap tanaman hortikultura, secara konseptual dapat dibagi menjadi tiga, yaitu pendekatan strategis, taktis dan operasional.

Pendekatan strategis lebih bertitik tolak pada identifikasi biofisik iklim (iklim dan tanah). Pendekatan ini didasarkan kepada kondisi rata-rata iklim dan/atau kekerapan (frekuensi) terjadinya bencana.

Dengan pendekatan ini dapat dirancang dan ditetapkan alternatif teknologi usahatani yang tepat untuk masing-masing wilayah. Pendekatan taktis lebih bersifat temporal melalui pendugaan atau peramalan cuaca/

iklim jangka pendek atau menengah. Selanjutnya, pendekatan operasional adalah adanya upaya yang bersifat penyelamatan untuk mengurangi dampak perubahan iklim yang telah terjadi, seperti pemanfaatan sumber air alternatif, baik memanfaatkan air tanah atau hujan buatan, maupun pengalihan wilayah sasaran pengairan, dan lain-lain.

Dalam rangka mengantisipasi dampak perubahan iklim, pendekatan strategis merupakan langkah awal yang paling tepat dan harus segera diupayakan secara sistematis dan menyeluruh. Upaya tersebut menyangkut inventarisasi dan identifikasi wilayah rawan yang berindikasi rawan bencana alam serta langkah antisipasi adaptasi serta mitigasinya.

Sehubungan dengan itu, agar rekomendasi yang dihasilkan sebagai upaya antisipasi dan mitigasi perubahan iklim dalam rangka menekan kehilangan hasil hortikultura akibat DPI yang meliputi bencana banjir, kekeringan dan serangan OPT pada sentra produksi hortikultura dapat diberikan secara akurat, maka pengadaan fasilitasi AWS sebagai pendukung kegiatan analisis telah dialokasikan pada tahun 2012 sebanyak 11 unit

2.2.12. Penguatan dan Pengembangan Kelembagaan Perlindungan Hortikultura

Pengembangan kelembagaan pemerintah dalam bidang perlindungan hortikultura sesuai dengan prinsip - prinsip PHT di daerah (BPTPH dan LPHP) diarahkan untuk meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas dan fungsinya terutama dalam hal menyediakan teknologi pengendalian OPT yang spesifik lokasi, serta sebagai pusat pengembangan Agens Hayati.

Pengembangan Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit, penerapan teknologi pengembangan agens hayati dan biopestisida dalam usaha budidaya tanaman sangat diperlukan. Teknologi pengendalian OPT telah banyak dihasilkan melalui beberapa kegiatan teknis yang dilakukan oleh Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit (LPHP), perguruan tinggi dan lembaga penelitian. Pengembangan dan pemasyarakatan agens hayati dan biopestisida memerlukan usaha dan keinginan yang kuat.

Sehubungan dengan itu diperlukan wadah kegiatan yang digunakan untuk menampung usaha dan keinginan sebagaimana tersebut di atas, baik kelembagaan pemerintah di tingkat provinsi dan kabupaten, yaitu Laboratorium PHP/Laboratorium Agens Hayati dan Laboratorium Pestisida maupun kelembagaan perlindungan tanaman di tingkat petani/kelompok

42 Direktorat Jenderal Hortikultura

Revisi Rencana Strategis Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian 2015-2019

2.2.13. Peningkatan Pengendalian OPT Hortikultura

Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1995 tentang Perlindungan Tanaman, pengendalian OPT menjadi tanggungjawab petani, sedangkan peranan pemerintah berwenang membantu dalam kasus eksplosi. Sesuai dengan Undang-Undang Otonomi Daerah, pelaksanaan pengendalian OPT sebenarnya telah menjadi kewenangan pemerintah daerah. Pengelolaan OPT hortikultura hendaknya dilakukan secara ramah lingkungan, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2010 tentang Hortikultura.

Capaian dukungan perlindungan hortikultura dalam pengamanan produksi hortikultura seperti tabel berikut:

Tabel 19. Capaian Dukungan Perlindungan Hortikultura 2011 - 2014

Indikator Kinerja 2011 2012 2013 2014

Peningkatan pengelolaan OPT (kali) 1.143 901 1.086 1.282

Pengelolaan dampak perubahan iklim (rekomen-dasi)

64 78 71 71

Peningkatan kapasitas kelembagaan perlindungan

(unit) 368 164 229 913

Peningkatan kapasitas laboratorium perlindungan

tanaman hortikultura (unit) 70

Peningkatan pemenuhan persyaratan teknis SPS mendukung ekspor produk hortikultura (Draft Pest List)

13 13 16 16

Pengembangan Klinik PHT (Klinik) 98

Pengembangan SLPHT (Klp) 362 531 626 629

Keterangan : Sumber Ditjen Hortikultura, Direktorat Perbenihan Hortikultura

2.2.14. Pelaksanaan SLPHT Hortikultura

Kegiatan sekolah lapang PHT (SLPHT), pada kurun waktu 2010 – 2014 telah dilakukan sebagai berikut:

1. Tahun 2010 sebanyak 266 kelompok di 33 propinsi.

2. Tahun 2011 sebanyak 362 kelompok di 32 propinsi 3. Tahun 2012 sebanyak 540 kelompok di 32 propinsi 4. Tahun 2013 sebanyak 651 kelompok di 32 propinsi.

Tahun 2014 sebanyak 660 kelompok. Pelaksanaan SLPHT ini termasuk dalam rangka mendukung Rencana Aksi Bukittinggi (UKP4) yang dilaksanakan pada kawasanan pengembangan bawang merah sebanyak 108 kelompok di 22 propinsi, pada kawasan pengembangan cabai merah 67 kelompok di 13 propinsi, dan pada kawasan pengembangan cabai rawit merah 44 kelompok di 15 propinsi.

3. VISI, MISI DAN TUJUAN DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA TAHUN 2015-2019

3.1. Keterkaitan Visi, Misi dan Tujuan Terhadap Renstra Kementan Tahun 2015-2019

Kabinet Kerja telah menetapkan visi yang harus diacu oleh Kementerian/

Lembaga, yaitu “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”. Dengan memperhatikan visi pemerintah tersebut dan mempertimbangkan masalah dan tantangan yang dihadapi dalam pembangunan pertanian, maka visi Kementerian Pertanian adalah: Terwujudnya Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani

Dalam rangka mewujudkan visi ini maka misi Kementerian Pertanian adalah :

1. Mewujudkan ketahanan pangan dan gizi

2. Meningkatkan Nilai Tambah dan Daya Saing Komoditas Pertanian 3. Mewujudkan kesejahteraan petani

4. Mewujudkan Kementerian Pertanian yang transparan, akuntabel, 5. profesional dan berintegritas tinggi

Sebagai penjabaran dari Visi dan Misi Kementerian Pertanian, maka tujuan pembangunan pertanian periode 2015-2019 yang ingin dicapai yaitu:

1. Terwujudnya swasembada padi jagung, kedelai serta meningkatnya produksi daging dan gula

2. Terpenuhinya akses pangan masyarakat terhadap pangan 3. Bergesernya budaya konsumsi pangan

4. Meningkatnya stabilisasi produksi dalam rangka stabilisasi harga 5. Berkembangnya komoditas pertanian bernilai ekonomi tinggi 6. Mendorong majunya agrobioindustri

46 Direktorat Jenderal Hortikultura

Revisi Rencana Strategis Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian 2015-2019

7. Meningkatnya kualitas dan pendapatan petani

8. Terwujudnya reformasi birokrasi Kementerian Pertanian

Renstra Direktorat Hortikultura merupakan bagian Renstra Kementan 2015-2019 secara skematis dapat dilihat posisi kontribusinya sebagai beikut :

Gambar 9. Keterkaitan Visi, Misi dan Tujuan serta sasaran Renstra Kementan 2015-2019 (Adendum Permentan Nomor 09/

Permentan/RC.020/3/2016) dengan Renstra Direktorat Jenderal Hortikultura

Visi Misi Tujuan Indikator Tujuan

Terwujudnya Kedaulatan Pangan

dan Kesejahteraan Petani

Mewujudkan ketahanan pangan dan

gizi

1. Meningkatnya stabilisasi produksi dalam rangka stabilisasi harga

1. Laju pertumbuhan peningkatan produksi aneka cabai dan bawang merah

Meningkatkan Nilai Tambah dan Daya

Saing Komoditas

Khususnya terkait dengan tujuan T-1 (Meningkatnya stabilisasi produksi dalam rangka stabilisasi harga), maka Eselon I yang secara langsung melaksanakan stabilisasi harga adalah Badan Ketahanan Pangan.

Sedangkan Ditjen Hortikultura melaksanakan stabilisasi produksi yang memberikan kontribusi pada stabilisasi harga.

3.2 Visi, Misi dan Tujuan Serta Sasaran Renstra Direktorat Jenderal Hortikultura 2015-2019

Sesuai TUPOKSI Ditjen Hortikultura maka Visi, Misi dan Tujuan serta Sasaran Renstra Direktorat Jenderal Hortikultura 2015-2019 sebagai berikut :

Gambar 10. Visi, Misi dan Tujuan Renstra Direktorat Jenderal Hortikultura 2015-2019

TERWUJUDNYA KEDAULATAN PANGAN DAN KESEJAHTERAAN PETANI HORTIKULTURAVISI

Misi Tujuan Sasaran

Mewujudkan ketahanan M-1 pangan dan gizi

Meningkatnya stabilisasi T-1 produksi dalam rangka

stabilisasi harga

Stabilnya produksi cabai S-1 dan bawang merah

Meningkatkan Nilai Tambah M-2 dan Daya Saing Komoditas

Pertanian

Berkembangnya komoditas T-2 pertanian bernilai ekonomi

tinggi

Berkembangnya komoditas S-2 bernilai tambah dan

berdaya saing

4 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

4.1 Strategi

Strategi yang dikembangkan dalam mewujudkan tujuan pembangunan hortikultura 2015 – 2019 diuraikan secara lebih rinci sebagai berikut:

1. Peningkatan jumlah dan mutu benih Hortikultura melalui:

1.1. penyiapan perumusan kebijakan di bidang peningkatan penyediaan varietas, dan pengawasan mutu, serta produksi dan kelembagaan benih;

1.2. pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan penyediaan varietas, dan pengawasan mutu, serta produksi dan kelembagaan benih;

1.3. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang peningkatan penyediaan varietas, dan pengawasan mutu, serta produksi dan kelembagaan benih;

1.4. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang peningkatan penyediaan varietas, dan pengawasan mutu, serta produksi dan kelembagaan benih;

1.5. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang peningkatan penyediaan varietas, dan pengawasan mutu, serta produksi dan kelembagaan benih;

2. Peningkatan produksi aneka jeruk, tanaman buah lain, serta florikultura melalui :

2.1. penyiapan perumusan kebijakan di bidang peningkatan produksi tanaman jeruk, perdu dan pohon, tanaman terna dan tanaman merambat, serta florikultura;

2.2. pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan produksi tanaman jeruk, perdu dan pohon, tanaman terna dan tanaman merambat, serta florikultura;

2.3. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang

50 Direktorat Jenderal Hortikultura

Revisi Rencana Strategis Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian 2015-2019

2.4. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang peningkatan produksi tanaman jeruk, perdu dan pohon, tanaman terna dan tanaman merambat, serta florikultura;

3. Peningkatan produksi aneka cabai, bawang merah, sayuran lain dan tanaman obat.

3.1. penyiapan perumusan kebijakan di bidang peningkatan produksi aneka cabai dan sayuran buah, bawang merah dan sayuran umbi, sayuran daun dan jamur serta tanaman obat;

3.2. pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan produksi aneka cabai dan sayuran buah, bawang merah dan sayuran umbi, sayuran daun dan jamur serta tanaman obat;

3.3. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang peningkatan produksi aneka cabai dan sayuran buah, bawang merah dan sayuran umbi, sayuran daun dan jamur serta tanaman obat;

3.4. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang peningkatan produksi aneka cabai dan sayuran buah, bawang merah dan sayuran umbi, sayuran daun dan jamur serta tanaman obat;

3.5. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang peningkatan produksi aneka cabai dan sayuran buah, bawang merah dan sayuran umbi, sayuran daun dan jamur serta tanaman obat;

4. Pengendalian hama penyakit dan perlindungan hortikultura.

4.1. pengelolaan data dan informasi organisme pengganggu tumbuhan;

4.2. peningkatan kapasitas kelembagaan pengendalian organisme pengganggu tumbuhan;

4.3. penyiapan perumusan kebijakan di bidang pengendalian organisme pengganggu tumbuhan buah dan florikultura, sayuran dan tanaman obat, serta dampak perubahan iklim dan bencana alam;

4.4. pelaksanaan kebijakan di bidang pengendalian organisme pengganggu tumbuhan buah dan florikultura, sayuran dan tanaman obat, serta dampak perubahan iklim dan bencana alam;

4.5. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengendalian organisme pengganggu tumbuhan buah dan florikultura, sayuran dan tanaman obat, serta dampak perubahan iklim dan bencana alam;

4.6. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengendalian organisme pengganggu tumbuhan buah dan florikultura, sayuran dan tanaman obat, serta dampak perubahan iklim dan bencana alam;

5. Peningkatan pascapanen, pengolahan dan pemasaran hasil hortikultura

5.1. penyiapan perumusan kebijakan di bidang peningkatan pascapanen, pengolahan, standardisasi dan penerapan standar mutu serta pemasaran dan investasi hortikultura;

5.2. pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan pascapanen, pengolahan, standardisasi dan penerapan standar mutu serta pemasaran dan investasi hortikultura;

5.3. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang peningkatan pascapanen, pengolahan, standardisasi dan penerapan standar mutu serta pemasaran dan investasi hortikultura;

5.4. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang peningkatan pascapanen, pengolahan, standardisasi dan penerapan standar mutu serta pemasaran dan investasi hortikultura;

5.5. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang peningkatan pascapanen, pengolahan, standardisasi dan penerapan standar mutu serta pemasaran dan investasi hortikultura;

5.6. koordinasi perumusan dan harmonisasi standar serta penerapan

52 Direktorat Jenderal Hortikultura

Revisi Rencana Strategis Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian 2015-2019

6. Peningkatan kualitas aparatur dan akuntabilitas layanan kelembagaan dalam Pengembangan Hortikultura

6.1. koordinasi, penyusunan rencana dan program, anggaran, serta kerja sama di bidang hortikultura;

6.2. pengelolaan urusan keuangan dan perlengkapan;

6.3. evaluasi dan penyempurnaan organisasi, tata laksana, pengelolaan urusan kepegawaian, penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan, dan pelaksanaan hubungan masyarakat serta informasi publik;

6.4. evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kegiatan, serta pemberian layanan rekomendasi di bidang hortikultura;

4.2 Arah kebijakan

Kebijakan yang akan dilakukan dalam mencapai visi dan misi pembangunan hortikultura 2015-2019 fokus pada usaha pengembangan kawasan, pengembangan sistem perbenihan dan pengembangan sistem perlindungan, serta tata kelola manajemen. Adapun penjelasan mengenai arah kebijakan adalah sebagai berikut:

1). Pengembangan Kawasan Budidaya Hortikultura

a) Peningkatan produksi, produktivitas, mutu dan daya saing produk hortikultura secara berkelanjutan melalui intensifikasi maupun ekstensifikasi serta registrasi kebun/lahan usaha.

b) Pemberdayaan kelembagaan petani/pelaku usaha menuju kemandirian usaha hortikultura

c) Peningkatan ketersediaan produk melalui pengaturan pola produksi dan penanganan pasca panen.

2). Pengembangan Sistem Perbenihan Hortikultura

a) Penguatan kelembagaan perbenihan (BPSB, BBI/BBH, Laboratorium kultur jaringan, penangkar benih)

b) Penumbuhan dan pemantapan industri perbenihan hortikultura c) Fasilitasi regulasi perbenihan secara kondusif untuk kemandirian

benih dalam negeri

d) Penyediaan benih sumber untuk menghasilkan benih bermutu e) Pemasyarakatan dan promosi penggunaan benih bermutu 3). Pengembangan Sistem Perlindungan Tanaman Hortikultura

a) Perlindungan Tanaman Berbasis Sistem PHT

b) Penguatan dan Pengembangan Kelembagaan Perlindungan (BPTPH, Laboratorium PHP/Agens Hayati/Lab. Pestisida, Klinik PHT dan PPAH)

c) Peningkatan Pengendalian OPT Hortikultura Penanganan Dampak Perubahan Iklim

4). Peningkatan Nilai Tambah dan Daya Saing Produk Hortikultura a) Fasilitasi Gudang/Bangsal pascapanen

b) Fasilitasi Sarana Prasarana Pascapanen c) Fasilitasi Sarana Prasarana Pengolahan d) Jumlah Cold Storage Hortikultura e) Fasilitasi Hortipark

f) Fasilitasi Pemasaran Hortikultura

g) Fasilitasi Penerapan Jaminan Mutu Hortikultura 5). Tata Kelola Manajemen

a) Pengelolaan anggaran berbasis kinerja b) Peningkatan pengendalian internal

c) Peningkatan pengelolaan data dan informasi d) Peningkatan pengelolaan aset

e) Peningkatan aspek kehumasan f) Pengelolaan regulasi hortikultura

5. Sasaran Pembangunan Hortikultura

5.1 Sasaran Umum

Selama 5 (lima) tahun ke depan (2015 – 2019) Kementerian Pertanian mencanangkan 4 (empat) sasaran utama, yaitu: 1. Peningkatan ketahanan pangan, 2. Peningkatan nilai tambah, daya saing, ekspor dan substitusi Impor, 3. Penyediaan dan peningkatan bahan baku bioindustri dan bioenergi 4. Peningkatan kesejahteraan petani.

Mengacu pada sasaran utama Kementerian Pertanian, maka sasaran yang akan dicapai Direktorat Jenderal Hortikultura pada periode 2015 – 2019 adalah :

1. Stabilnya produksi cabai dan bawang merah;

2. Berkembangnya komoditas bernilai tambah dan berdaya saing 5.2. Sasaran Strategis Utama

5.2.1. Stabilnya Produksi Cabai dan Bawang Merah 5.2.1.1 Bawang Merah

Pengembangan bawang merah nasional memiliki empat sasaran, yaitu : (1) Ketersediaan bawang merah lebih merata sepanjang tahun; (2) Stabilisasi harga; (3) Pengurangan impor; dan (4) Peningkatan ekspor. Untuk mencapai sasaran tersebut maka salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah melalui peningkatan produksi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap bawang merah yang semakin meningkat. Produksi bawang merah nasional dalam kurun waktu 2015-2019 diproyeksikan meningkat berkisar 1- 1,5% per tahun.

Pada tahun 2016, kebutuhan bawang merah nasional adalah sebanyak 1.002.715 ton. Dengan mempertimbangkan nilai kehilangan hasil/tercecer (losses) selama periode pasca panen dan distribusi, maka untuk memenuhi kebutuhan tersebut diperlukan produksi sebesar 1.292.808 ton. Produksi ini meningkat menjadi 1.484.976 pada tahun 2019. Peningkatan produksi

56 Direktorat Jenderal Hortikultura

Revisi Rencana Strategis Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian 2015-2019

ini dapat dicapai melalui melalui program pengembangan kawasan atau perluasan areal tanam (ekstensifikasi), pemantapan kawasan (intensifikasi), dan produksi diluar musim (off season) seperti tercantum dalam proyeksi.

Tabel 20. Proyeksi Penyediaan Bawang Merah

No Uraian 2015 2016 2017 2018 2019

Penyediaan (6+7- 8) 1.022.715 1.059.422 1.140.896 1.180.240 1.221.789 1 Luas Tanam (Ha) 126.276 129.113 132.793 135.027 137.410 2 Luas Panen (Ha) 122.176 122.657 126.153 128.275 130.539

3 Produktivitas (ton/ha) 10 11 11 11 11

4 Produksi (ton) 1.229.091 1.292.808 1.390.210 1.436.407 1.484.976

5 Tercecer (%) 0 0 0 0 0

5 Tercecer (ton) 102.752 104.562 108.659 108.363 107.987

6 Produksi Rogol (ton) 1.013.705 1.069.422 1.153.396 1.195.240 1.239.289

7 Impor (ton) 17.429 - - -

-8 Ekspor (ton) 8.418 10.000 12.500 15.000 17.500

Sumber; Roadmap Cabai Kementan 2016

5.2.1.2 Cabai

Pengembangan cabe nasional memiliki empat sasaran, yaitu : (1) Ketersediaan aneka cabai lebih merata sepanjang tahun; (2) Stabilisasi harga; (3) Pengurangan impor; dan (4) Peningkatan ekspor. Untuk mencapai sasaran tersebut maka salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah melalui peningkatan produksi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap bawang merah yang semakin meningkat. Produksi cabai nasional dalam kurun waktu 2015-2019 diproyeksikan meningkat berkisar 1- 1,5% per tahun.

Pada tahun 2016, kebutuhan cabai nasional adalah sebanyak 2.002.485 ton. Dengan mempertimbangkan nilai kehilangan hasil/tercecer (losses)

selama periode pasca panen dan distribusi, maka untuk memenuhi kebutuhan tersebut diperlukan produksi sebesar 2.132.676 ton. Produksi ini meningkat menjadi 2.295.481 pada tahun 2019. Peningkatan produksi ini dapat dicapai melalui melalui program pengembangan kawasan atau perluasan areal tanam (ekstensifikasi), pemantapan kawasan (intensifikasi), dan produksi diluar musim (off season) seperti tercantum dalam proyeksi Tabel 21. Proyeksi Penyediaan Aneka Cabai

No Uraian 2016 2017 2018 2019

Penyediaan (5+7-6-8) 2.002.485 2.068.473 2.131.070 2.178.451

1 Luas Tanam (Ha) 335.826 338.373 340.007 344.845

2 Luas Panen (Ha) 298.897 301.082 295.476 300.157

3 Produktivitas C. Besar (ton/

ha) 8,00 8,20 8,86 8,93

4 Produktivitas C. Rawit (ton/

ha) 6,25 6,38 6,39 6,40

5 Produksi (ton) 2.132.676 2.196.657 2.245.440 2.295.481

6 Tercecer 130.191 128.184 114.370 117.030

7 Impor (ton) - - -

-8 Ekspor (ton) 1.713 1.881 2.066 2.270

Sumber; Roadmap Cabai Kementan 2016

5.2.2. Berkembangnya Komoditas Bernilai Tambah dan Berdaya Saing

1. Sasaran Produksi

Sasaran peningkatan produksi aneka produk hortikultura pada kurun waktu 2015 – 2019 berkisar rata-rata antara 2 - 7 % setiap tahunnya baik untuk produksi buah, sayuran, tanaman obat maupun tanaman florikultura dengan penjelasan sasaran secara lebih rinci sebagai berikut:

58 Direktorat Jenderal Hortikultura

Revisi Rencana Strategis Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian 2015-2019

a. Produksi Buah

Sasaran peningkatan produksi buah-buahan 2015 – 2019 ditargetkan rata-rata 2% per tahun. Adapun sasaran produksi untuk komoditas buah-buahan 2015 – 2019 adalah sebagaimana tabel berikut:

Tabel 22. Sasaran Produksi Buah 2015 -2019

No Komoditas Produksi (Ton)

2015 2016 2017 2018 2019

1 Alpukat 311,928 316,669 321,546 326,562 331,787

2 Belimbing 82,877 84,137 85,433 86,766 88,154

3 Duku 211,550 214,766 218,073 221,475 225,019

4 Durian 874,582 890,500 906,885 923,753 941,304

5 Jambu Biji 190,217 193,108 196,082 199,141 202,327

6 Jambu Air 93,630 95,409 97,270 99,215 101,348

7 Jeruk siam 1,820,961 1,859,201 1,901,033 1,946,658 1,996,298

8 Jeruk Besar 143,407 145,917 148,835 152,109 155,684

9 Mangga 2,475,093 2,520,140 2,566,763 2,615,531 2,666,534

10 Manggis 116,706 118,713 120,791 122,929 125,129

11 Nangka/Cempedak 653,956 663,896 674,120 684,636 695,590 12 Nenas 1,857,508 1,879,799 1,902,356 1,925,184 1,948,287

13 Pepaya 852,714 865,675 879,006 892,719 907,002

14 Pisang 6,917,458 6,976,257 7,039,043 7,105,914 7,176,263

15 Rambutan 749,035 761,768 775,099 788,974 803,964

16 Salak 1,130,142 1,141,443 1,152,858 1,164,386 1,176,030

17 Sawo 140,279 142,411 144,604 146,860 149,210

18 Markisa 109,767 111,436 113,152 114,917 116,756

19 Sirsak 53,855 54,674 55,516 56,382 57,284

20 Sukun 105,035 106,632 108,274 109,963 111,722

21 Apel 246,559 250,307 254,162 258,126 262,256

22 Anggur 11,310 11,482 11,658 11,840 12,030

23 Melon 152,753 155,350 158,068 160,914 163,890

24 Semangka 664,438 675,733 687,558 699,935 712,883

25 Blewah 39,246 39,842 40,456 41,087 41,744

26 Stroberi 59,765 60,674 61,608 62,569 63,570

Total Buah 20,064,772 20,335,938 20,620,249 20,918,545 21,232,067

b. Produksi sayuran

Sasaran peningkatan produksi sayuran 2015 – 2019 ditargetkan rata-rata 2% pertahun. Adapun sasaran produksi untuk komoditas sayuran 2015 – 2019 adalah sebagaimana tabel berikut:

Tabel 23. Sasaran Produksi Sayuran 2015 -2019

NO KOMODITAS 2015 2016 2017 2018 2019

1 Bawang Daun 593.101 602.887 613.981 627.795 643.176

2 Kentang 1.374.771 1.405.016 1.437.332 1.471.828 1.508.623 3 Kol/Kubis 1.455.217 1.479.228 1.505.410 1.534.765 1.568.991

4 Kembang Kol 138.488 140.787 143.377 146.603 150.195

5 Petsai/Sawi 611.204 621.350 632.783 647.020 662.872

6 Wortel 502.987 511.337 520.745 532.462 545.508

7 Lobak 32.323 32.860 33.465 34.218 35.056

8 Kacang Merah 101.771 103.460 105.364 107.735 110.374

9 Kacang Panjang 457.244 464.834 473.387 484.038 495.897

10 Paprika 7.133 7.251 7.384 7.551 7.736

11 Jamur 37.952 38.582 39.292 40.176 41.160

12 Tomat 934.307 953.927 974.914 998.312 1.023.270

13 Terung 565.117 574.498 585.069 598.233 612.889

14 Buncis 324.578 331.556 339.016 346.814 355.311

15 Ketimun 484.907 492.956 502.026 513.322 525.898

16 Labu Siam 362.737 368.758 375.543 383.993 393.401

17 Kangkung 325.999 333.334 341.334 350.038 359.664

18 Bayam 136.842 139.921 143.279 146.933 150.974

19 Melinjo 198.635 199.926 201.426 203.198 205.129

20 Petai 231.553 233.058 234.806 236.873 239.123

21 Jengkol 53.930 54.280 54.687 55.168 55.692

Total sayuran 12.228.177 12.498.212 12.775.137 13.082.772 13.414.977

60 Direktorat Jenderal Hortikultura

Revisi Rencana Strategis Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian 2015-2019

c. Produksi Tanaman Obat

Sasaran peningkatan produksi tanaman obat 2015 – 2019 ditargetkan rata-rata 2% pertahun. Adapun sasaran produksi untuk komoditas tanaman obat 2015 – 2019 adalah sebagaimana tabel berikut:

Tabel 24. Sasaran Produksi Tanaman Biofarmaka Tahun 2015 - 2019

No Komoditas Produksi (Kg)

2015 2016 2017 2018 2019

1 Jahe 231,767,689 238,257,185 245,357,249 252,717,966 260,425,864 2 Lengkuas 63,614,950 64,760,019 65,938,651 67,257,424 68,622,750 3 Kencur 38,658,544 39,740,984 40,913,343 42,140,743 43,426,036 4 Kunyit 114,890,386 118,107,316 121,626,914 125,275,722 129,096,631 5 Lempuyang 7,495,340 7,641,499 7,794,329 7,952,554 8,115,581 6 Temulawak 25,567,932 26,028,155 26,501,868 27,031,905 27,580,653 7 Temuireng 6,611,004 6,739,919 6,874,717 7,014,274 7,158,066 8 Temukunci 6,113,884 6,233,105 6,357,767 6,486,829 6,619,809

9 Dringo 612,730 624,678 637,172 650,106 663,433

10 Kapulaga 74,215,501 75,736,919 77,327,394 79,028,597 80,925,283 11 Mengkudu/Pace 8,706,007 8,840,950 8,991,246 9,148,593 9,313,268 12 Mahkota Dewa 13,287,599 13,493,557 13,722,948 13,963,099 14,214,435

13 Kejibeling 712,331 726,221 740,746 755,783 771,277

14 Sambiloto 1,112,227 1,133,916 1,156,594 1,180,073 1,204,264 15 Lidah Buaya 15,495,444 15,813,101 16,145,176 16,492,297 16,871,620 JUMLAH 608,861,569 623,877,523 640,086,113 657,095,966 675,008,971

d. Produksi Tanaman Florikultura

Sasaran peningkatan produksi tanaman florikultura 2015 – 2019 ditargetkan rata-rata 5- 7 % pertahun. Sasaran produksi untuk komoditas tanaman florikultura 2015 – 2019 adalah sebagaimana tabel berikut:

Tabel 25. Sasaran Produksi Tanaman Florikultura 2015 -2019

No Komoditas Produksi (Kg)

2015 2016 2017 2018 2019

1 Anggrek 20,371,295 21,043,548 21,759,028 22,509,715 23,297,555 2 Anthurium Bunga 2,864,465 2,925,478 2,988,375 3,053,522 3,120,699 3 Anyelir 2,995,654 3,059,461 3,125,240 3,193,370 3,263,624 4 Gerbera ( Herbras ) 7,611,003 7,773,117 7,940,239 8,113,336 8,291,830 5 Gladiol 1,924,298 1,965,286 2,007,539 2,051,304 2,096,432 6 Heliconia 1,145,990 1,170,399 1,195,563 1,221,626 1,248,502 7 Krisan 437,929,260 451,067,138 465,140,433 479,885,385 495,241,717 8 Mawar 177,577,834 182,461,225 187,570,139 193,009,673 198,992,973 9 Sedap Malam 106,822,829 109,098,156 111,443,766 113,873,240 116,378,451 Bunga Potong 759,242,628 780,563,807 803,170,323 826,911,171 851,931,784 10 Dracaena*) 3,641,217 3,762,105 3,890,017 4,022,666 4,161,448

11 Cordylene 513,184 524,115 535,384 547,055 559,090

12 Monstera 114,014 116,443 118,946 121,539 124,213

13 Sansevierria (Pedang - pedangan) ***) 1,282,526 1,309,844 1,338,006 1,367,174 1,397,252 14 Aglaonema *) 1,017,577 1,039,251 1,061,595 1,084,738 1,108,602 15 Adenium (Kamboja Jepang) *) 1,017,577 1,039,251 1,061,595 1,084,738 1,108,602 16 Euphorbia *) 1,382,105 1,411,544 1,441,892 1,473,326 1,505,739 17 Phylodendron *) 14,800,232 15,115,477 15,440,460 15,777,062 16,124,157 18 Pakis *) 19,867,883 20,503,656 21,170,025 21,868,635 22,612,169 19 Dieffenbachia *) 190,760 194,823 199,011 203,350 207,824 20 Anthurium Daun *) 1,077,041 1,099,982 1,123,631 1,148,126 1,173,385

21 Caladium *) 292,522 298,752 305,175 311,828 318,689

22 Melati •) 37,390,548 38,680,522 40,053,681 41,515,640 43,176,266 23 Palem *) 2,503,747 2,585,118 2,671,720 2,765,230 2,864,778 24 Soka (Ixora) ) 1,026,640 1,048,507 1,071,050 1,094,399 1,118,476 Ket. *) Satuan produksi dalam pohon

**) Satuan produksi dalam Kg

***) Satuan produksi dalam rumpun

6. Program, Sasaran Program, Indikator Sasaran dan Indikator Output

6.1 Program, Sasaran Program dan Indikator Sasaran

Program yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Hortikultura adalah

“Program Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Hortikultura”

Sasaran program dan indikator ini merujuk pada Renstra Kementerian Pertanian dan disesuaikan dengan Tupoksi Direktorat Jenderal Hortikultura, yakni untuk mencapai tujuan sebagai berikut :

Selanjutnya sistematika program adalah sebagai berikut.

Tabel 26. Sistematika Program

4.1 Stabilnya Produksi Cabai dan Bawang Merah dengan indikator : 4.1.1 Jumlah produksi aneka cabai (ton)

4.1.2 Jumlah produksi bawang merah (ton) 4.1.3 Koefesien variasi produksi cabai (%)

4.1.4 Koefesien variasi produksi bawang merah (%)

5.2 Berkembangnya komoditas bernilai tambah dan berdaya saing dengan indikator :

5.2.1 Produksi Jeruk (ton) 5.2.2 Produksi Mangga (ton) 5.2.3 Produksi Nenas (ton) 5.2.4 Produksi Manggis (ton) 5.2.5 Produksi Salak (ton) 5.2.6 Produksi Buah Lain (ton) 5.2.7 Produksi Kentang (ton)

5.2.8 Produksi Sayuran Lainnya (ton) 5.2.9 Produksi Tanaman Obat (ton)

5.2.10 Produksi bunga potong dan daun potong (tangkai) 5.2.11 Produksi bunga pot dan lanskap (pohon)

5.2.12 Produksi bunga tabur (kg)

64 Direktorat Jenderal Hortikultura

Revisi Rencana Strategis Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian 2015-2019

6.2. Indikator Output

Pencapaian sasaran (outcome) sangat tergantung dari keberhasilan output dari kegiatan, oleh karenanya maka masing-masing sasaran dijabarkan dengan indikator outputnya, yakni sebagai berikut:

Tabel 27. Indikator Outcome dan Output

4.1 Outcome = Stabilnya Produksi Cabai dan Bawang Merah dengan indikator : 4.1.4 Produksi Aneka Cabai (ton)

- Luas Kawasan Aneka Cabai (Ha) 4.1.5 Produksi Bawang Merah (ton)

- Luas Kawasan Bawang Merah (Ha) - Produksi benih Bawang Merah (Kg)

5.2 Outcome = Berkembangnya komoditas bernilai tambah dan berdaya saing 5.2.1 Produksi Jeruk (ton)

- Luas Kawasan Tanaman Jeruk (Ha) - Produksi Benih Jeruk (Batang) 5.2.2 Produksi Mangga (ton) 5.2.3 Produksi Nenas (ton);

5.2.4 Produksi Manggis (ton);

5.2.5 Produksi Salak (ton) 5.2.6 Produksi Buah Lainnya (ton)

- Luas Kawasan Buah Lainnya (Ha) - Registrasi Kebun GAP Buah (Kebun)

- Produksi Benih Tanaman Buah Lainnya (Batang) 5.2.7 Produksi Kentang (ton)

5.2.8 Produksi Sayuran Lainnya (ton) 5.2.9 Produksi Tanaman Obat (ton)

- Luas Kawasan sayuran lainnya (Ha) - Luas Kawasan Tanaman Obat (Ha)

- Registrasi Lahan Usaha GAP Sayuran dan Tanaman Obat (Lahan Usaha) - Produksi Benih Kentang (K Nol)

5.2.10 Produksi Bunga Potong dan Daun Potong (tangkai) 5.2.11 Produksi Bunga Pot dan Tanaman Lanskap (pohon) 5.2.12 Produksi Bunga Tabur (kg)

- Luas Kawasan Tanaman Florikultura (M2)

- Registrasi Lahan Usaha GAP Florikultura (Lahan Usaha) - Desa Organik Berbasis Tanaman Buah/ Florikultura (Desa) - Desa Organik Berbasis Tanaman Sayuran/ Obat (Desa)

- Fasilitasi Kelompok Penggerak Pembangun Hortikultura di Wilayah Penyangga - Jumlah Bangsal pascapanen (unit)

- Jumlah Cold Storage Hortikultura (unit) - Jumlah Sarana Prasarana Pascapanen (unit) - Jumlah Sarana Prasarana Pengolahan (unit) - Fasilitasi Pemasaran Hortikultura (kali)

- Fasilitasi Penerapan Jaminan Mutu Hortikultura (kali) - Fasilitasi Hortipark (lokasi)

- Pembinaan Lembaga Perbenihan Hortikultura (lembaga) - Jumlah Penangkar benih yang mendapatkan fasilitasi (kelompok)

- Pembinaan Lembaga Perbenihan Hortikultura (lembaga) - Jumlah Penangkar benih yang mendapatkan fasilitasi (kelompok)

Dokumen terkait