• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN TEORI

B. Pemasaran Dalam Perspektif Islam

Pemasaran dalam Islam adalah bentuk muamalah yang dibenarkan dalam Islam, sepanjang dalam segala proses transaksinya terpelihara dari hal-hal terlarang oleh ketentuan syariah. Setiap orang tidak mungkin bisa lepas dari orang lain yang menutupi kebutuhannya, interaksi antar individu manusia adalah perkara penting yang mendapatkan perhatian besar dalam islam.

Pasar memegang peranan penting dalam perekonomian masyarakat muslim pada masa rasulullah SAW dan Khulafaurrasyidin. Bahkan Rasulullah SAW pada awalnya adalah seorang pebisnis, demikian pula Kulafaurrasyidin dan kebanyakan sahabat. Pada masa itu mekanisme pasar sangat dihargai. Beliau menolak untuk membuat kebijakan penetapan harga manakala tingkat harga di Madinah pada saat itu tiba-tiba naik. Sehubungan dengan itu, sebagimana yang telah diketahui bahwa landasan moral dan tingkah laku Nabi Muhammad adalah Al-Qur’an. Segala tindak tanduk dalam kesehariannya selalu mencerminkan ajaran moral Al-Qur’an, termasuk etika bisnisnya.

Quraisy Syihab pun menyimpulkan secara umum bahwa sebuah bisnis yang sukses tak lepas dari tiga elemen dasar. Pertama, berkaitan dengan hati/kepercayaan; Kedua, berkaitan dengan moral dan perilaku pebisnis; ketiga, berkaitan dengan harta/perolehan keuntungan (Juhanis, 2014:135).

M. Quraisy Syihab lebih lanjut memaparkan bahwa seorang pengusaha harus mempunyai niat (visi) yang baik. Usaha atau bisnis tidak hanya sekedar mengejar keuntungan semata. Tidak juga hanya untuk memperkaya diri, tapi usaha yang kita rintis harus menjadi sarana untuk saling membantu dalam memenuhi kebutuhan orang lain. Dengan demikian, seseorang tidak hanya akan mendapat kebaikan dalam kehidupan di akhirat kelak, tetapi juga akan mendapat kebaikan di dunia sebagai mana firman Allah SWT dalam Q.S Asy-Syura : 20.

tΒ šχ%x. ߉ƒÌãƒ y^öym ÍοtÅzFψ$# ÷ŠÌ“tΡ …çµs9 ’Îû ϵÏOöym ( tΒuρ šχ%x. ߉ƒÌãƒ y^öym $u‹÷Ρ‘‰9$# ϵÏ?÷σçΡ $pκ÷]ÏΒ $tΒuρ …çµs9 ’Îû ÍοtÅzFψ$# ÏΒ A=ŠÅÁ¯Ρ ∩⊄⊃∪ Terjemahnya:

”Barang siapa yang menghendaki Keuntungan di akhirat akan Kami tambahKeuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki Keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari Keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat”. (Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 2005).

Dalam konteks ini, dagangan ataupun usaha bisnis akan bernilai ibadah jika hal itu dikerjakan dalam rangka ketaatan kepada Allah Swt (Juhanis, 2014:132). Sebagai pelaku bisnis, selain menyediakan berbagai macam produk juga harus memperhatikan produknya sebelum di pasarkan kepada konsumen. Apakah produk tersebut layak dikomsumsi atau tidak. Salah satu kriteria produk yang dapat merugikan konsumen adalah produknya telah kadaluarsa hal ini bisa membahayakan konsumen yang mengomsumsinya.

Pelaku bisnis harus mempunyai sifat jujur dan transparansi dalam memasarkan produknya, hal ini untuk menghindari kecurangan yang dapat mengakibatkan kedzaliman bagi suatu pihak. Hal ini di tegaskan dalam firman Alllah SWT dalam surah Al-Ahsab ayat 70 – 71 berikut:

$pκš‰r'¯≈tƒ tÏ%©!$# (#θãΖtΒ#u (#θà)®?$# ©!$# (#θä9θè%uρ Zωöθs% #Y‰ƒÏ‰y™ ∩∠⊃∪ ôxÎ=óÁムöΝä3s9 ö/ä3n=≈yϑôãr& öÏ øótƒuρ öΝä3s9 öΝä3t/θçΡèŒ 3 tΒuρ ÆìÏÜム©!$# …ã&s!θß™u‘uρ ô‰s)sù y—$sù #·—öθsù $¸ϑŠÏàtã ∩∠⊇∪ Terjemahnya:

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan Katakanlah Perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. dan Barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, Maka Sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar. (Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 2005).

Ayat diatas menjelaskan bahwa diwajibkannya seorang muslim khususnya pebisnis bersikap jujur dalam memasarkan produknya. Karena dalam islam dijelaskan bahwa dilarangnya seseorang atau pelaku bisnis menyembunyikan cacat barangnya seperti yang di tegaskan dalam hadis sebagai berikut: Tidak halal

bagi seseorang menjual sesuatu, melainkan hendaklah dia menerangkan (cacat) yang ada padanya. (H.R Ahmad).

Hal tersebut telah dicontohkan Rasulullah SAW cara berdagang. Ia tidak pernah berbohong demi menarik perhatian dan kepercayaan orang lain. Bahkan beliau dalam sebuah riwayat sangat mewanti-wanti cara dagang dengan melakukan kebohongan. Ia bersabda, “Dengan melakukan sumpah palsu atau

kebohongan, barang-barang memang terjual, tetapi hasilnya tidak berkah”.

Dalam hadist lain, hadist riwayat abu Zar Rasulullah SAW mengancam azab pedih bagi orang yang berbohong atau bersumpah palsu dalam bisnis, dan Allah tidak akan memperdulikannya nanti di hari kiamat (H.R Muslim).

Selain itu, dalam islam proses pengambilan keputusan diterangkan dalam beberapa ayat al-Qur’an yang lebih bersifat umum, artinya bisa diterapkan dalam segala aktifitas. Selain itu, di dalam al-Qur’an dijelskan pula ayat tentang sikap

hati-hati dalam menerima informasi seperti yang di jelaskan dalam Surah Al-Hujarat Ayat 6 sebagai berikut:

$pκš‰r'¯≈tƒ tÏ%©!$# (#þθãΖtΒ#u βÎ) óΟä.u!%y` 7,Å™$sù :*t6t⊥Î/ (#þθãΨ¨t6tGsù βr& (#θç7ŠÅÁè? $JΒöθs% 7's#≈yγpg¿2 (#θßsÎ6óÁçGsù 4’n?tã $tΒ óΟçFù=yèsù tÏΒω≈tΡ ∩∉∪ Terjemahnya:

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. (Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 2005).

Dari ayat diatas dapat diketahui bahwa sebagai umat muslim hendaknya berhati-hati dalam menerima suatu berita atau informasi. Ketika tidak mempunyai pengetahuan tentang hal tersebut maka sebaiknya diperiksa dan diteliti terlebih dahulu kebenaranya sebelum akhirnya menyesal dikemudian hari. Ayat ini juga dapat disandarkan dengan sikap hati-hati konsumen dalam membuat keputusan untuk membeli produk yang diinginkan.

1. Keputusan Pembelian

Keputusan pembelian merupakan keputusan konsumen untuk membeli suatu produk setelah sebelumnya memikirkan tentang layak tidaknya membeli produk itu dengan mempertimbangkan informasi–informasi yang ia ketahui dengan realitas tentang produk itu setelah ia menyaksikannya. Setiap konsumen melakukan berbagai macam keputusan tentang pencarian, pembelian, penggunaan beragam produk dan jasa. Keputusan pembelian merupakan hal yang lazim dipertimbangkan konsumen dalam proses pemenuhan kebutuhan akan barang maupun jasa. Sebuah keputusan pembelian terjadi melalui proses perilaku yang terdiri dari lima tahap yaitu pengenalan masalah,

pencarian informasi, evaluasi terhadap alternatif-alternatif, keputusan membeli dan kemudian hasil atau perilaku pembeli. Kelima tahap ini menunjukkan bahawa proses pembelian dimulai jauh dari sebelumnya saat dilaksanakannya pembelian dan memiliki konsekuensi jauh setelah pembelian (Kotler dan Amstrong. 2012).

a. Faktor Pembelian

Pemasar harus paham bagaimana tingkah laku membeli konsumen yang dipengaruhi oleh karakteristik pembeli tertentu dan proses pengambilan keputusan pribadi. Menurut Kotler dan Keller (2009) karakteristik tersebut meliputi:

1) Faktor budaya

Budaya adalah penentu paling dasar dari keinginan dan tingkah laku seseorang, hal ini termasuk nilai-nilai dasar, persepsi, pilihan dan tingkah laku yang diserap seseorang dari keluarga atau lembaga lain. 2) Faktor sosial

Faktor sosial juga mempengaruhi tingkah laku pembeli. Pilihan produk dan merek amat dipengaruhi oleh kelompok acuan seseorang, termasuk keluarga, teman, dan organisai sosial serta professional.

3) Faktor pribadi

Faktor pribadi seperti umur dan tingkatan pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup dan kepribadian juga mempengaruhi keputusan membeli.

4) Faktor psikologis

Tingkah laku pembelian konsumen juga dipengaruhi oleh empat faktor psikologis yaitu motivasi, persepsi, pengetahuan dan keyakinan serta sikap.

Kotler berpendapat bahwa seseorang mungkin dapat memiliki peranan yang berbeda-beda dalam setiap keputusan pembelian. Berbagai peran yang mungkin terjadi adalah:

a) Pengambil inisiatif (initiator), yaitu orang yang pertama-tama menyarankan atau memikirkan gagasan membeli produk atau jasa tertentu.

b) Orang yang mempengaruhi (influence), yaitu orang yang pandangan atau nasihatnya diperhitungkan dalam membuat keputusan akhir.

c) Pembuat keputusan (decider), yaitu seseorang yang akan menentukan keputusan mengenai produk yang akan dibeli, cara pembayaran dan tempat melakukan pembelian

d) Pembeli (buyer), yaitu seseorang yang melakukan pembelian

e) Pemakai (user), yaitu seseorang atau beberapa orang yang menikmati atau memakai produk atau jasa.

b. Proses keputusan pembelian

keputusan pembelian adalah tahap dalam proses pengambilan keputusan dimana konsumen benar-benar membeli (Kotler dan Keller. 2009). Pengambilan keputusan merupakan suatu kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang yang ditawarkan. Keputusan pembelian adalah tindakan dari konsumen untuk mau membeli

atau tidak terhadap produk yang ditawarkan. Beberapa dari sekian faktor yang mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian suatu produk atau jasa, biasanya konsumen selalu mempertimbangkan kualitas, harga dan produk sudah yang sudah dikenal oleh masyarakat Sebelum konsumen memutuskan untuk membeli, biasanya konsumen melalui beberapa tahap terlebih dahulu yaitu, (1) pengenalan masalah, (2) pencarian informasi. (3) evaluasi alternatif, (4) keputusan membeli atau tidak, (5) perilaku pasca pembelian (Kotler dan Amstrong. 2012), namun dalam pembelian yang lebih rutin, konsumen sering kali melompati atau membalik beberapa tahap ini.

Proses keputusan pembelian merupakan suatu perilaku konsumen untuk menentukan suatu proses pengembangan keputusan dalam membeli suatu produk. Proses tersebut merupakan sebuah penyelesaian masalah harga yang terdiri dari lima tahap (Kotler dan Amstrong. 2012).

a. Pengenalan masalah Merupakan tahap pertama di proses keputusan pembelian dimana konsumen mengenali masalah atau kebutuhan.

b. Pencarian Informasi

Seorang konsumen yang telah tertarik mungkin mencari lebih banyak informasi, jika dorongan konsumen begitu kuatnya dan produk yang memuaskan berada dalam jangkauan, konsumen kemungkinan besar akan membelinya, sebaliknya, konsumen mungkin akan menyimpan kebutuhannya dalam ingatan atau melakukan pencarian informasi yang berkaitan dengan kebutuhan itu. Konsumen dapat memperoleh informasi dari beberapa sumber manapun. Sumber-sumber meliputi:

1. Sumber pribadi: keluarga, teman, tetangga, kenalan

2. Sumber komersial: iklan, wiraniaga, dealer, kemasan, pajangan 3. Sumber publik: media massa, organisasi penilai pelanggan

4. Sumber pengalaman: menangani, memeriksa, menggunakan produk c. Penilaian alternatif

Konsumen menggunakan informasi sifat-sifat produk untuk mengevaluasi merek-merek alternatif sebagai himpunan dari sifat- sifat atau ciri-ciri tertentu. Kadang kala konsumen mengambil keputusan pembelian sendiri, kadang kala merekabertanya pada teman, pemerhati konsumen, atau wiraniaga untuk nasehat pembelian. Evaluasi alternatif merupakan tahap dalam proses pengambilan keputusan pembeli dimana konsumen menggunakan informasi untuk mengevaluasi merek-merek alternatif dalam satu susunan pilihan.

d. Keputusan pembelian

Setelah melalui evaluasi dengan pertimbangan yang matang, pada tahap ini konsumen secara aktual membeli suatu produk. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi keputusan membeli dan tujuan pembelian yaitu sikap orang lain dan faktor situasional yang tidak dapat diprediksikan atau tidak terduga. Semua proses tersebut tidak terlepas dari faktor-faktor psikologis konsumen dan pengalaman konsumen atas produk atau jasa yang akan dibeli.

e. Perilaku setelah pembelian

Setelah pembelian produk, konsumen akan mengalami suatu tingkat kepuasan atau ketidakpuasan tertentu. Konsumen akan memperlihatkan sikap dan perilaku positif terhadap produk atau jasa yang dibelinya apabila konsumen merasa puas. Kemungkinan konsumen akan membeli lagi, loyal atau bahkan tidak segan-segan untuk merekomendasikan kepada orang lain, sebaliknya jika konsumen kecewa, maka cenderung akan bersikap negatif, menghentikan pembelian berikutnya atau menceritakan hal-hal yang tidak menyenangkan mengenai produk atau jasa yang dibelinya kepada konsumen lain. Kepuasan atau ketidakpuasan konsumen dengan suatu produk akan mempengaruhi perilaku selanjutnya

2. Lokasi

Menurut Capello (2011) dalam location Growth and Local Develotment Theories, teori lokasi lain yang ada membalikkan teori hipotesis ini pada struktur spasial permintaan dan penawaran. Tempat produksi mengasumsikan spasial dimension dan meluas di seluruh wilayah, sementara tempat komsumsi (pasar) adalah punctiform. Ini kebalikan dari dari asumsi tentang struktur teritorial produksi dan pasar bukan pelaksanaan praktek akademis murni. Sebaliknya, terkandung permasalahan bahwa model ini adalah jalan keluar dari masalah tersebut, karena mereka berusaha untuk mengidentifikasi daerah pasar masing-masing produsen dan mengatasi masalah yang belum disebutkan:bagaimana mengidentifikasi ‘daerah produksi’, yang berarti dalam hal ini adalah ruang fisik(tanah) yang di tempati untuk beraktivitas. Model pertama ekonomi individu

menganalisis distribusi spasial kegiatan produksi alternatif dikembangkan pada awal abad kesembilan belas oleh Johann Von Thunen.

Capello (2011) juga menjelaskan bahwa teori lokasi berusaha untuk menjelaskan distribusi kegiatan dalam ruang. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi lokasi kegiatan individu,lokasi bagian yang berbeda dari wilayah antara berbagai jenis produksi, membagi pasar spasial antara produsen dan distribusi fungsional kegiatan dalam ruang. Berbagai fenomena dianalisis dengan menghapus fitur (fisik) geografis yang munkin dapat menjelaskan konsentrasi wilayah kegiatan, sehingga pilihan lokasi di tafsirkan dengan mempertimbangkan hanya kekuatan ekonomi yang besar yang mendorong proses lokasi, yaitu biaya transportasi, yang berdifusi di kegiatan pada ruang dan aglomerasi ekonomi,yang bukan menyebabkan kegiatan terkonsentrasi. Dengan menyeimbangkan dua kekuatan yang bertentangan,model ini mampu memperkirakan keberadaan aglomerasi kegiatan ekonomi bahkan pada hipotesis sempurna pada ruang yang seragam. Pemilihan lokasi dalam hal ini di tentukan oleh upaya untuk meminimalkan biaya transportasi antara lokasi alternatif di bawah pengaruh aglomerasi ekonomi(teori minimal biaya lokasi).

Adapun menurut Tjiptono dan Chandra (2005) menyatakan bahwa pemilihan lokasi memerlukan pertimbangan-pertimbangan seperti:

a. Akses, yaitu Kemudahan menjangkau lokasi dan sarana transportasi yang memadai akan memberikan pengalaman akses yang baik kepada konsumen.

b. Visabilitas, apabila sebuah toko berada pada lokasi yang mudah terlihat tentunya ini menjadi keuntungan tersendiri bagi toko tersebut karena akan mudah dikenali oleh konsumen.

c. Lalu lintas, Wilayah yang dilalui oleh banyak orang dapat memberikan peluang semakin dikenalnya toko tersebut dan berpotensi adanya impulse buying, namun jika wilayahnya terlalu padat dan terdapat kemacetan lalu lintas maka akan berpotensi menciptakan hambatan kemudahan akses terhadap toko tersebut

d. Tempat Parkir, maksudnya adalah Fasilitas tempat parkir yang luas dan aman akan menambah preferensi konsumen untuk memilih toko tersebut.

e. Ekspansi Yaitu adanya area yang bisa digunakan untuk perluasan usaha di kemudian hari.

f. Lingkungan Yakni daerah sekitar yang mendukung jasa yang ditawarkan. g. Kompetisi Dalam hal ini adalah lokasi pesaing. Pemilihan lokasi suatu usaha

perlu mempertimbangkan jarak lokasi dengan pesaing.

h. Peraturan Pemerintah, Peraturan ini berisi ketentuan mengenai syarat pendirian sebuah usaha.

3. Harga

Menurut Kotler dan Amstrong (2013), sejumlah uang yang dibebankan atas suatu barang atau jasa atau jumlah uang dari yang ditukar konsumen atas manfaat-manfaat karena memiliki atau menggunakan produk atau jasa tersebut.

Philip Kotler (2012), harga adalah jumlah uang yang harus dibayar pelanggan untuk produk itu. Dari definisi ini, kebijakan mengenai harga sifat

hanya sementara, berarti produsen harus mengikuti perkembangan harga dipasar dan harus mengetahui posisi perusahaan dalam situasi pasar secara keseluruhan.

Sebagai salah satu elemen bauran pemasaran, harga membutuhkan pertimbangan cermat, sehubungan dengan sejumlah dimensi strategi harga:

a. Harga merupakan pernyataan suatu nilai dari suatu produk (a statment of value). nilai adalah rasio atau perbandingan antara persepsi terhadap manfaat (perceived benefits) dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan produk.

b. Harga merupakan aspek yang tampak jelas (visiable) bagi para pembeli. Tidak jarang harga di jadikan semacam, indikator kualitas jasa.

c. Harga adalah determinan untuk permintaan. Berdasarkan hukum permintaan ( the low of demand), besar kecilnya harga mempengaruhi kualitas produk yang di beli oleh konsumen. Semakin mahal harga semakin sedikit jumlah permintaan atas produk yang bersangkutan dan sebaliknya.

d. Harga berkaitan langsung dengan pendapatan dan laba. Harga adalah suatu unsur bauran pemasaran yang mendatangkan pemasukan bagi perusahaan, yang pada gilirannya berpengaruh pada besar kecilnya laba dan pangsa pasar yang di peroleh.

e. Harga bersifat fleksibel, artinya bisa disesuaikan dengan cepat. Dari empat unsur bauran pemasaran tradisional, harga adalah elemen yang paling mudah di ubah dan mudah di adaptasikan dengan dinamika pasar.

f. Harga mempengaruhi citra dan positioning. Dalam pemasaran jasa persetius yang mengutamakan citra kualitas dan ekslusivitas, harga menjadi unsur

penting. Harga yang mahal di persepsikan mencerminkan kualitas yang tinggi dan sebaliknya.

g. Harga merupakan masalah nomor satu yang dihadapi para manajer sebaliknya ini ditunjukkan oleh empat level konflik potensial menyangkut aspek harga: 1) Konflik internal perusahaan

2) Konflik dalam saluran distribusi 3) Konflik dengan pesaing

4) Konflik dengan lembaga pemerintahan dan kebijakan publik.

Harga memiliki dan peranan utama dalam proses pengambilan keputusan para pembeli, yaitu peranan alokasi dan peranan informasi.

a) Peranan alokasi dari harga yaitu fungsi harga dalam membantu para pembeli unruk memutuskan cara memperoleh manfaat atau utilitas tertinggi yang diharapkan berdasarkan daya belinya.

b) Faktor-faktor eksternal, ang terdiri dari: situasi dan permintaan pasar, persaingan, harapan perantara, dan faktor-faktor lingkugan seperti kondisi sosial ekonomi, kebijakan dan peraturan pemerintah, budaya dan politik.

Pada dasarnya ada empat jenis tujuan penetapan harga, yaitu: 1) Tujuan berorientasi pada Laba

Asumsi teori ekonomi klasik menyatakan bahwa setiap perusahaan selalu memilih harga yang dapat menghasilkan laba paling tinggi. Tujuan ini dikenal dengan istilah maksimasi laba. Ada perusahaan yang menggunakan target laba, yaitu tingkat laba yang sesuai atau yang diharapkan sebagai sasaran laba.

2) Tujuan beroriantasi pada volume

Ada pula perusahaan yang menetapkan harganya berdasarkan tujuan yang berorintasi pada volume tertentu atau yang biasa dikenal dengan istilah volume pricing objectives, Harga ditetapkan sedemikian rupa agar dapat mencapai target penjualan volume (dalam ton, kg , unit , , dan lain-lainnya) nilai penjualan (Rp) atau pangsa pasar (absolute maupun kreatif).

3) Tujuan berorientasi pada citra

Citra (image) suatu perusahaan dapat dibentuk melalui strategi penetapan harga. Perusahaan dapat menetapkan harga tinggi untuk membentuk atau mempertahankan citra prestisius. Sementara itu harga rendah dapat digunakan untuk membentuk nilai tertentu (image of value).

4) Tujuan stabilitas harga

Tujuan stabilitas dilakukan dengan jalan menetapkan harga untuk mempertahankan hubungan yang stabil antara harga suatu perusahaan dan pemimpin industri (industry leader).

5) Tujuan – tujuan lainnya

Harga dapat pula ditetapkan tujuan mencegah masuknya pesaing, mempertahankan loyalitas pelanggan, mendukung penjualan ulang, atau menghindari capur tangan pemerintah. Tujuan p`enetapan harga jasa perlu dijabarkan ke dalam program penetapan harga jasa dengan mempertimbangan faktor-faktor berikut:

a) Elastisitas dengan harga permintaan

Efektivitas program penetapan harga tergantung pada dampak perubahan harga terhadap permintaan, karena itu perubahaan unit penjualan sebagai akibat

perubahan harga perlu diketahui. Namun perubahan harga memiliki dampak ganda terhadap penerimaan penjualan perusahaan, yakni perubahaan unit penjualan dan perubahaan penerimaan per unit.

b) Faktor persaingan

Reaksi pesaing terhadap perubahaan harga merupakan salah satu faktor penting yang perlu dipertimbangkan setiap perusahaan. Jika perubahan harga disamai oleh semua pesaing, maka sebenarnya tidak akan ada perubahaan pangsa pasar. Dalam hal ini, pengurangan harga tidak akan berdampak pada permintaan selektif.

c) Faktor biaya

Struktur biaya perusahaan (biaya tetap dan biaya variabel) merupakan faktor pokok yang menetukan batas bawah harga. Artinya, tingkat harga minimal harus bisa menutup biaya (setidaknya biaya variabel).

d) Faktor lini produk

Perusahaan bisa menambah lini produknya dalam rangka memperluas served market dengan cara perluasan ini dalam bentuk perluasan vertikal (vertical extension) dan perluasan horizontal. Dalam perluasan vertikal, berbagai penawaran berbeda memberikan manfaat serupa, namun dengan harga dan tingkat kualitas yang berbeda. Sedangkan dalam perluasan horizontal, setiap penawaran memiliki diferensiasi non harga tersendiri, seperti manfaat, situasi pemakaian, atau preferensi khusus.

6) Faktor pertimbangan lain dalam penetapan harga

7) Faktor – faktor lain yang harus juga dipertimbangkan dalam rangka merancang program penetapan harga antara lain:

a) Lingkungan politik dan hukum, misalnya regulasi, perpajakan, perlindungan konsumen.

b) Lingkungan internasional, di antaranya lingkungan politik, ekonomi, sosial budaya, sumber daya alam dan teknologi dalam konteks global.

c) Unsur harga dalam program pemasaran lain, misalnya program promosi penjualan dan distribusi (seperti diskon kuantitas,diskon kas, fasilitas kredit atau bantuan pembiayaan, kontrak jangka panjang dan negotiated pricing).

4. Kualitas Produk

Dewasa ini konsumen menginginkan kualitas produk yang baik dengan harga yang murah. Produk maupun jasa yang dijual harus memiliki kualitas yang baik atau sesuai dengan harga yang ditawarkan. Agar suatu usaha atau perusahaan dapat bertahan dalam menghadapi persaingan, terutama persaingan dari segi kualitas, perusahaan perlu meningkatkan kualitas produk atau jasanya.

Menurut Kotler dan Amstrong (2012) produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan. Menurut Kotler dan Armstrong (2012) kualitas produk adalah karakteristik produk atau jasa yang bergantung pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan pelanggan yang dinyatakan atau diimplikasikan.

Kualitas produk menjadi salah satu tolak ukur penting bagi kesuksesan sebuah perusahaan, karena dengan kualitas produk yang baik, perusahaan akan mampu bersaing dengan para pesaingnya. Perusahaan juga harus melakukan inovasi-inovasi baru terhadap produk yang mereka tawarkan karena konsumen cenderung bersikap kritis terhadap produk-produk yang beredar di pasaran.

Persepsi konsumen terhadap kualitas produk, dapat dipengaruhi oleh harga produk. Konsumen memiliki persepsi, apabila semakin tinggi harga suatu produk maka semakin tinggi pula kualitas dari produk tersebut. Konsumen dapat mempunyai persepsi seperti itu ketika mereka tidak memiliki petunjuk atau acuan lain dari kualitas produk, selain harga produk, namun sebenarnya persepsi kualitas suatu produk dapat dipengaruhi pula oleh reputasi toko, iklan, dan variabel-variabel lainnya. Menurut Tedjakusuma, Hartini, dan Muryani (2008), untuk produk yang merupakan kebutuhan pokok seperti makanan dan minuman, konsumen sangat mempertimbangkan kualitasnya, karena merupakan kebutuhan pokok dan sangat berhubungan dengan kesehatan manusia,maka kualitas produk sangat mempengaruhi konsumen dalam mengambil keputusan pembelian produk. 5. Varian Produk

Varian Produk merupakan hal yang harus diperhatikan oleh perusahaan untuk meningkatkan kinerja produk, jika produk tersebut tidak beragan maka

Dokumen terkait