• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEUNIKAN AGATS SEBAGAI ”KOTA PANGGUNG”

PEMBACAAN SEMIOTIKA ARSITEKTUR KATEDRAL EVRY Hermeneutik

Bangunan Katedral Ervy dapat dibaca sebagai sebuah tanda yang dapat ditafsirkan kedalam sebuah tanda dari sebuah gaya (style) arsitektur yang telah beralih dari style arsitektur modern kedalam style arsitektur post-modern. Karya Mario Botta memberikan suatu pencerahan terhadap setiap karya-karyanya yang sudah tergolong kedalam style post-modern. Anggapan arsitektur sebagai sebuah tanda yang mengandung bahasanya sendiri juga dijelaskan oleh Umberto Eco dalam Sign, Symbol, and Architecture. Kebenaran yang dilakukan oleh Mario Botta pada karya ini adanya bentuk yang dihadirkan tidak lagi mengikuti style arsitektur modern. Hal ini dapat dibedakan dan dapat diformulasikan kedalam style arsitektur post-modern.

Proairetik

Sebagai realita agama Kristiani bangunan menampilkan simbol-simbol rumah ibadah yang lazim, seperti salib dan lonceng gereja. Namun secara lebih halus, bangunan tidak hanya mengisyaratkan keterkaitannya dengan agama, tetapi juga pada sejarah budaya barat yang mengingatkan kita pada gereja-gereja yang berada di daerah Yerusalem, Athena bahkan Roma ataupun Konstantinopel. Pada kenyataanyan bentuk bangunan dan denah yang melingkar merupakan hal yang tidak lazim dari sebuah katedral, bereferensi pada Gereja Byzantine sebagai kilas balik kepada asal usul agama kristen. Keadaan ini dapat dibaca memberikan pengalaman empirik (suara empirik) bagi Mario Botta, terhadap bentuk bangunan-bangunan keagamaan khususnya bangunan katedral yang memberikan wacana bagi penghadiran bentuk bagi Mario Botta terhadap Katedral Ervy.

Budaya

Setiap penghadiran sebuah Langgam/Style/Gaya Arsitektur akan memiliki keterkaitan teori dan pemahaman keilmuan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Jika dibaca sebagai suatu ilmu pengetahuan maka Arsitektur merupakan sebuah ilmu pengetahuan yang dapat dijelaskan secara

dengan munculnya kebudayaan baru katakanlah kebudayaan post-modern, hal ini akan mempengaruhi penghadiran style arsitektur yang dikatakan sebagai style arsitektur post-modern.

Semik

Mario Botta dalam menghasilkan karya-karya arsitekturnya memiliki sebuah ciri rancangan penghadiran bentuk geometri yang utuh dan jelas asal bentukan geometri. Pengolahan bentuk geometri dari Mario Botta selalu menghadirkan bentuk geometri yang jelas bentuknya tanpa banyak mengalami penambahan atau pengurangan bentuk, bangunan Katedral Ervy merupakan sebuah bangun geometri yang berbentuk selinder dan hanya mengalami pemancungan pada bagian atas. Demikian pula pada karya-karyanya yang lain seperti pada Casa Rotondo, Medicy House in stabilo 1980-1982 dengan menghadirkan bentuk geometri selinder tanpa mengalami banyak pengolahan bentuk dan masih terasa kental bentuk geometri selinder, Bianchhi House in Riva san Vitale, 1971-1973 mengunakan geometri kubus tetapi bentuk kubus tetap terkesan kuat tanpa ada tambahan bentukan yang lain, ciri karya Botta yang lain dengan menggunakan bahan bangunan yang selalu terekspos tanpa adanya polesan terhadap bahan bangunan yang digunakan. Apa yang dilakukan Mario Botta pada Katedral Evry adalah karakter dari rancangan arsitek yang bernama Mario Botta.

Simbolik

Kondisi fungsional dari bangunan yang membutuhkan ruang tunggal besar, bentuk silinder dari Katedral Evry memiliki kelebihan dalam menyebarkan cahaya yang masuk secara merata, tanpa harus banyak varian gelap terang akibat sudut-sudut bentuk. Bersesuaian dengan fungsi sebagai bangunan peribadatan, bentuk silinder ini mampu merefleksikan ruang dalam agar tampil lebih terkonsentrasi, sehingga pikiran menjadi terarah pada hal-hal yang agung dan religius.

“Cahaya Ilahi” inilah yang menjadi simbolik dari pembacaan kode kelima dari bangunan ini. Penataan penghadiran cahaya alamiah kedalam ruangan-ruangan tertentu seperti ruang altar memberikan keasaan religius yang sangat kuat akan hadirnya sang Ilahi kedalam bangunan ini.

SIMPULAN

Apa yang dilakukan hanyalah sebuah pemahaman pembacaan kode semiotik Roland Barthes yang sangat dangkal terhadap bangunan arsitektur dengan langgam post-modern, kode yang dikemukakan oleh Roland Barthes adalah kode yang dipergunakan untuk membaca budaya post-modern, namun arsitektur sebagi sebuah tanda yang dapat memberikan/menggambarkan sebuah penghadiran bentuk arsitektur dalam kurun waktu budaya post-modern juga dapat dibaca dari kode semiotik Roland Barthes.

DAFTAR PUSTAKA

Barthes, Roland. (1976). The Pleasure of the Text. London: Jonathan Cape Cobley, Paul dan Jansz, Litza. (2002). Semiotika for Beginneres. Bandung.

Mizan

Piliang, Yasfar Amir. (1999). Hiper-realitas Kebudayaan. Yogyakarta LkiS. Sunardi, Sutan. (2002). Semiotik Negativa. Yogyakarta. Kanal

Gambar 3. Interior Katedral Evry Gambar 4. Tampang Katedral Evry

FORMULIR BERLANGGANAN

RONA Jurnal Arsitektur

ISSN: 1412-8446

Mohon dicatat sebagai pelanggan RONA Jurnal Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin:

Nama : ……….

Alamat : ……….

……….

Kode POS: ……… Telepon: ...

E-Mail : ……….………...

Bersama ini saya kirimkan biaya berlangganan sebesar: Rp. 120.000,00 (Seratus Dua Puluh Ribu Rupiah) untuk berlangganan (termasuk ongkos kirim) RONAJurnal Arsitektur Fakultas Teknik UNHAS selama 2 (dua) tahun, mulai Edisi ... No. ……….. Tahun ………..

Biaya tersebut telah saya transfer/kirimkan melalui: Bank Mandiri Cabang UNHAS Nomor Rekening 152-00-0423255-5 Atas nama PROF. DR. IR. HM. RAMLI RAHIM, M.ENG QQ JUR. ARSITEKTUR POS Wesel, dengan Resi Nomor ……… Tanggal ……….

………., ………..

Pelanggan, ( ………..) Harap kirimkan formulir berlangganan ini ke alamat:

Redaksi RONAJurnal Arsitektur

Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik UNHAS

Jl. Perintis Kemerdekaan km. 10 Kampus Tamalanrea Makassar, 90245. Tlp. 0411-589494 Fax. 0411-589707 e-mail: arsitek@ft.unhas.ac.id

ATURAN PENULISAN

(1) Naskah dapat berupa: a) hasil penelitian, atau b) kajian pustaka yang ditambah pemikiran penerapannya pada kasus tertentu, yang belum dan tidak akan dipublikasikan dalam media cetak lainnya.

(2) Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris menggunakan program Microsoft Word dan direkam dalam cakram komputer (disc atau disket) disertai dua eksamplar cetakannya. Panjang tulisan maksimum sepuluh halaman kuarto ketikan 1½ spasi, format satu kolom, huruf Tahoma ukuran 11 pt.

(3) Sistematika penulisan: a). bagian awal: judul, nama penulis, Intisari/abstrak. b). bagian utama: pendahuluan, tulisan pokok (metodologi, hasil/pembahasan), kesimpulan dan saran. c). bagian akhir: ucapan terima kasih (bila perlu) dan daftar rujukan.

(4) Judul tulisan singkat tapi jelas, menunjukkan dengan tepat masalah yang hendak dibahas, tidak memberi peluang penafsiran yang beraneka ragam, ditulis seluruhnya dengan huruf kapital. (5) Nama penulis ditulis:

a) di bawah judul tanpa gelar, diawali huruf kapital, ditulis simetri tanpa singkatan, tidak diawali dengan kata “oleh”. Apabila penulis lebih dari satu orang, nama-nama ditulis pada satu baris.

b) keterangan pekerjaan, profesi, instansi (dan kotanya jika selain Makassar) ditulis pada baris terakhir halaman 1.

(6) Intisari/abstrak memuat inti permasalahan, cara pemecahannya, dan hasil yang diperoleh. Ditulis dalam bahasa Inggris antara 100-150 kata, diketik 1 spasi, dilengkapi dengan kata kunci paling banyak 10 kata terpenting dalam makalah.

(7) Teknik Penulisan:

a) Kata asing dipergunakan huruf miring.

b) Alinea baru dimulai pada ketikan pertama dari batas tepi kiri. Antar alinea tidak diberi tanda spasi.

c) Batas pengetikan: tepi kiri dan atas 3 cm, tepi bawah dan tepi kanan 2 cm.

d) Tabel dan gambar harus diberi keterangan (nomor, judul, dan sumber) yang jelas dan diletakkan di dekat bagian tulisan yang pertama kali merujuknya. Jika ukuran terlalu besar, tabel atau gambar dicantumkan pada kertas tersendiri. Gambar/foto berwarna dapat diterima dengan catatan biaya pencetakannya ditanggung penulis dan perlu mendapat persetujuan redaksi terlebih dahulu.

e) Sumber rujukan dituliskan dalam uraian hanya terdiri dari nama penulis dan tahun penerbitan. Nama penulis tersebut harus tepat sama dengan nama yang ditulis dalam daftar rujukan. Contoh menurut Sanyoto (1990).

f) Daftar rujukan ditulis dalam urutan abjad nama penulis dan secara kronologis:

ƒ Untuk buku: nama pokok dan inisial pengarang, tahun terbit, judul buku (diketik miring dan digaris bawah), jilid, edisi, nama penerbit, tempat terbit.

ƒ Untuk karangan dalam buku: nama pokok dan inisial pengarang, tahun, judul karangan, inisial dan nama editor: judul buku (diketik miring), nomor halaman permulaan dan akhir karangan tersebut, nama penerbit, tempat terbit.

ƒ Untuk karangan dalam majalah/ jurnal: nama pokok dan inisial pengarang, tahun, judul karangan, singkatan nama majalah/jurnal (diketik miring), jilid (nomor), nomor halaman permulaan dan akhir karangan.

ƒ Untuk karangan dalam pertemuan: nama pokok dan inisial pengarang, tahun, judul karangan, singkatan nama pertemuan (diketik miring), penyelenggara (bila perlu),

Dokumen terkait