• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V : HASIL DAN PEMBAHAN

B. Pembahasa

1. Faktor tingkat pendidikan formal

Berdasarkan table 5.2 hasil penelitian ini lebih banyak diperoleh Pasangan Usia Subur di Kelurahan Madras Hulu Kecamatan Medan Polonia berpendidkan SMA sebanyak 55 orang (40,4%), dan lebih sedikit tidak tamat SD sebanyak 2 orang (1,7%).

Berdasarkan data tersebut pendidikan merupakan suatu potensi untuk memanfaatkan pengetahuan dan bahan informasi dari luar untuk mengerti dan memahami kualitas dari alat kontrasepsi yang dipakai. Pendidikan adalah suatu upaya untuk menanamkan pengetahuan/pengertian, pendapat dan konsep-konsep, mengubah sikap dan persepsi serta menanamkan tingkah laku/kebiasaan yang baru (Sukijo Notoadmodjo, 1997).

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Dosriani (2012) yang juga mendapatkan paling banyak tingkat pendidikan SMA sebanyak 28 orang (70%) dari 40 responden, dan tidak ada responden yang menggunaka alat kontrasepsi implant. Penelitian ini mendapat bahwa tingkat pendidikan formal tidak mempengaruhi responden untuk memilih implant sebagi alat kontrasepsinya.

2. Faktor Tingkat Ekonomi

Berdasarkan berdasarkan table 5.3 hasil penelitian keseluruhan responden mempunyai penghasilan perbulan kurang dari Rp 1.000.000 sebanyak 69 responden (47.3%) yang termasuk dalam tingkat ekonomi rendah, dan responden yang berpendapatan tinggi perbulan lebih dari Rp. 3.000.0000 sebanyak 15 orang (10,3%).

Alasan pasangan usia subur tidak memilih implant sebagai alat kontrasepsi implant dikarenakan harganya tidak terjangkau atau mahal. Meskipun pemerintah memberikan pelayana alat kontasepsi gratis kepada pasangan usia subur atau masyaraka, tetapi tidak mudah untuk memperoleh alat kontrasepsi tersebut karena harus melengkapi persyarata-persyaratan dan harus menunggu lama.

Menurut pendapat Sutisna (2003) menyatakan prevalensi penggunaan kontrasepsi dikalangan PUS dengan tingkat pendapatan yang rendah masih jauh tertinggal dibandingkan dengan PUS tinggkat pendapatan yang tinngi. Dengan kata lain individu dengan tinggkat pendapatan yang tinggi cendrung memilih untuk menggunakan jenis kontrasepsi tingkat efektifitasnya tinggi dan bertahan dalam jangka panjang atau waktu lama yaitu implant, IUD, dan metode kontap.

Herlinda (2008) di Puskesmas Melur Pekanbaru paling banyak berpendapatan menengah sebanyak 48 responden (52,7%), sama sekali responden tidak memilih implant sebagai alat kontrasepsinya. Penelitian ini mendapat bahwa faktor ekonomi mempengaruhi responden untuk memilih implant sebagai alat kontrasepsinya.

3. Faktor Sumber Informasi

Berdasarkan table 5.4 hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh paling banyak informasi yang diperoleh Pasangan Usia Subur di Kelurahan Madras Hulu Kecamatan Medan Polonia dari tenaga kesehatan sebanyak 94 orang (78,3%) dan minoritas mendapatkan informasi tentang KB Implant dari media cetak sebanyak 3 orang (2,1%).

Tenaga kesehatan dalam memberikan informasi atau penyuluhan tentang alat kontrasepsi khususnya alat kontrasepsi implant kepada pasangan usia subur sudah benar dan tepat, tetapi untuk memutuskan pemakaian alat kontasepsi adalah pasangan usia subur itu sendiri.

Salah satu aspek terpenting dalam meningkatkan keberhasilan KB dan kesehatan reproduksi perempuan dengan melakukan konseling. Dengan konseling petugas kesehatan dapat membantu klien untuk memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan digunakan, jika memberikan tehnik konseling yang baik dan memberikan informasi yang tepat, maka klien akan lebih yakin dan merasa lebih puas dalam menetukan jenis kontrasepsinya (Yulifa, 2009).

Khairina (2010). sumber informasi paling banyak ibu memperoleh informasi dari tenaga kesehatan berpengetahuan cukup sebanyak 15 orang (37,5%). Dalam penelitian (2009) sebanyak 19 orang (63,33%) di Puskesmas Grajagan mendapatkan informasi dari media elektronik tentang pemilihan alat kontrasepsi yang tepat. Hanya satu responden yang menggunakan alat kontrasepsi implant. Hal ini faktor informasi tidak mempengaruhi responden memilih implant sebagai alat kontrasepsinya.

4. Faktor Tingkat Pengetahuan

Berdasarkan table 5.5 hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh untuk tingkat pengetahuan Pasangan Usia Subur di Kelurahan Madras Kecamatan Medan Polonia terdapat sebanyak 83 orang (56,7%) yang memiliki pengetahuan cukup, dan hanya 5 orang (3,4%) yang memiliki pengetahuan yang kurang.

Menurut Soekidjo Notoatmodjo (1997) Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Dengan bertambah banyaknya penyuluhan maka akan bertambah pula pengetahuan tentang kesehatan masyarakat sehingga tingkat kesadaran masyarakat tentang betapa pentingnya kesehatan dapat meningkat. Seseorang yang mempunyai tingkat pengetahuan yang luas khususnya tentang kesehatan maka seseorang itu akan cenderung dan senantiasa meningkatkan kesehatan diri, keluarga serta lingkungannya.

Hasil penelitian Fauziyah (62%) dari 51 responden di BPS Sri Tawang Sapto Hastuti Semolowaru Elok Surabaya mempunyai tingkat pengetahuan kurang, hanya 1 responden yang menggunakan alat kontrasepsi implant.

Dalam penelitian Andria (2010) bahwa pengetahuan responden paling banyak cukup 67%. Demikian juga penelitian Marliza (2010) di Kelurahan Terjun paling banyak pengetahuan cukup sebanyak 56,3%, tidak ada responden yang menggunakan implant sebagi alat kontrasepsinya. Hal ini tingkat pengetahuan tidak mempengaruhi responden untuk memilih implant sebagai alat kontrasepsinya.

5. Faktor Sikap

Berdasarka tabel 5.6 hasil penelitian yang didapat mengenai sikap Pasangan Usia Subur yang tidak menggunakan implant di Kelurahan Madras Kecamatan Medan Polonia sebanyak 105 orang (71,9 %) yang mempunyai sikap menolak terhadap KB implant.

Berdasarkan tabel 5.6 dapat diperoleh sebanyak 62 orang (42,5%), memilih pernyataan No.5 bahwa alat kontrasepsi implant sulit didapatkan oleh masyarakat atau pasangan usia subur, karena membutuhkan proses dan waku yang lama untuk memperoleh alat kontrasepsi gratis dari pemerintah. Dan diperoleh sebanyak 61 orang (41,1%), memilih pernyataan No.6 bahwa alat kontrasepsi harganya tidak terjangkau atau mahal dibandingkan dengan alat kontrasepsi seperti Pil, suntik dan kondom

Menurut Sukijo Notoadmodjo (1997), menyatakan bahwa sikap menggambarkan suka atau tidak sukanya seseorang terhadap objek. Sikap positif/negatif tidak selalu terwujud dalam suatu tindakan nyata, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dan merupaka perilaku tertutup.

Anggreini (2006) di Bangunrejo paling banyak responden sebanyak 53 orang (65,4% ) menolak terhadap penggunaan kontrasepsi implant. Tidak ada responden yang menggunakan alat kontarasepsi implant. Dalam penelitian ini sikap sangat mempengaruhi responden untuk memilih implant sebagai alat kontrasepsinya.

Dokumen terkait