• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBAHASAN A. Pengkajian

Dalam dokumen 201624449-Askep-Decompensasi-Cordis.docx (Halaman 47-54)

A. PENGKAJIAN I. Identitas

II. PEMBAHASAN A. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistimatis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2001:17).

Tujuan pengkajian adalah mengumpulkan, mengorganisasi dan mencatat data yang menggambarkan seluruh respon manusia yang mempengaruhi pola kesehatan. Pencatatan hasil pengkajian keperawatan secara lengkap dan akurat serta tidak boleh terdapat unsur dugaan atau interprestasi perawat (Nursalam, 2001: 18)

Menurut Ardiansyah (2012:28), manifestasi klinis dari Decompensasi Cordis meliputi :

1. Dispnea, yang terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli yang mengganggu  pertukaran gas. Gangguan ini dapat terjadi saat istirahat ataupun beraktivitas

2. Orthopnea, yaitu kesulitan bernafas saat penderita berbaring.Proximal, yaitu

3. nokturna dispnea. Gejala ini biasanya terjadi saat pasien duduk lama dengan  posisi kaki atau tangan dibawah atau setelah pergi berbaring ditempat tidur.

4. Batuk, baik kering maupun basah sehingga menghasilkan daha atau lendir.

5. Mudah lelah, dimana gejala ini muncul akibat cairan jantung yang kurang sehingga menghambat sirkulasi cairan dan sirkulasi oksigen.

6. Kegelisahan akibat gangguan oksigenasi jaringan. 7. Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kana atas 8. Anoreksia dan mual.

9. Rasa ingin kencing pada malam hari.

10. Badan lemah akibat menurunya curah jantung.

Dalam kasus Tn. Z yang mengalami decompensasi cordis yang berfokus pada asuhan keperawatan pada klien dengan decompensasi cordis, keadaan fisik serta respon klien. Pada saat pengkajian klien terutama mengeluhkan seseak nafas yang ia rasakan, hal itu kemungkinan disebabkan karena pada teori Doengos (2000: 52 ) berfokus pada masalah utama yang terjadi pada penyakit kardivaskular yaitu kegagalan serambi kiri / kanan jantung yang mengakibatkan

ketidakmampuan untuk memberikan keluaran yang cukupuntuk memenuhi kebutuhan jaringan dan menyebabkan terjadinya kongesti pulmonal dan sistemik yang berdampak paru mengalami tekanan yang menyebabkan pada penurunan ekspansi pada paru.

Pada Tn. Z Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, juga melalui catatan keperawatan mengenai status klien, di dukung oleh  pemeriksaan penunjang laboratorium.

Hasil dari pengumpulan data tersebut diperoleh informasi data dasar klien yang memungkinkan untuk mengidentifikasi masalah-masalah klien, merumuskan diagnosa keperawatan, membuat rencana keperawatan dan implementasi keperawatan serta mengevaluasi hasil asuhan keperawatan.

Menurut Doenges (2000:786) pemeriksaan diagnostik pada klien dengan adalah tergantung pada kondisi DC tersebut. pemeriksaan diagnostik nya terdiri dari:

1. Pemeriksaan fisik EKG untuk melihat ada tidaknya infark myocardial akut, dan guna mengkaji kompensaai seperti hipertropi ventrikel. Irama sinus atau atrium fibrilasi, gel. mitral yaitu gelombang P yang melebar serta berpuncak dua serta tanda RVH, LVH jika lanjut usia cenderung tampak gambaran atrium fibrilasi.

2. Echocardiografi dapat membantu evaluasi miokard yang iskemik atau nekrotik pada penyakit jantung kotoner

3. Film X-ray thorak untuk melihat adanya kongesti pada paru dan  pembesaran jantung

4. echo-cardiogram, gated pool imaging, dan kateterisasi arteri  polmonal.utuk menyajikan data tentang fungsi jantung.

5. Foto polos dada

a. Proyeksi A-P; konus pulmonalis menonjol, pinggang jantung hilang, cefalisasi arteria pulmonalis.

 b. Proyeksi RAO; tampak adanya tanda-tanda pembesaran atrium kiri dan pembesaran ventrikel kanan.

6. Kateterisasi jantung dan Sine Angiografi

Didapatkan gradien tekanan antara atrium kiri dan ventrikel kiri pada saat distol. Selain itu dapat dideteksi derajat beratnya hipertensi  pulmonal. Dengan mengetahui frekuensi denyut jantung, besar curah  jantung serta gradien antara atrium kiri dan ventrikel kiri maka dapat

dihitung luas katup mitral.

Pada kasus Tn. Z tidak semua prosedur diagnostik dan laboratorium dilakukan,  pemeriksaan yang dilakukan adalah : Foto thorax rongent : kesan kardiomegali,  Natrium :152mmol/L ( n : 138-146 mmol/L), Kalium 5,2mmol/L (n : 3,5-4,9mmol/L), Cl 118mmol/L (n : 98-109mmol/L), leukosit 11.310 (n : 4.00-100 x 10^3), Eritrosit 6,100 (n : 3.50-5,50), Hb 17,7gr/dl (n : 13,5-18 gr/dl), GDS 129 (n : <200), Cretinin 1,40 (n :0,17-1,5 gr/dl), SGPT 66 (n : 370C = <4), Kholesterol 244 (n : <200), Trigliserit 127 (n :<200), Urit acit 6,0 mg/dl (n : 3,4-7,0mg/dl).

Pada pemeriksaan rontgen didapatkan kesan bahwa klien mengalami kardiomegali, hal ini kemungkinan disebabkan jantung bekerja terlalu keras untuk memompa darah untuk memenuhi kebutuhan jaringan tubuh, jantunng yang bekerja terlalu keras membuat jantung mengalami pembesaran.

Pada pemeriksaan laboaratorium didapatkan bahwa kolesterol Tn. Z melampaui batas normal dan kolesterol yang tinggi tidak baik untuk jantung.

Pada pengkajian tanggal 05-2-2013 didapatkan data dari keluhan klien yaitu klien mengatakan napasnya sesak, klien mengatakan nafsu makan nya menurun. Kadang mual, dan muntah, : klien mengatakan tidak bisa tidur karena sesak yang dirasakan. Pada dasarnya tanda dan gejala yang didapatkan dari klien sama dengan teori Doengos : 2000:52.

Dalam pelaksanaan pengkajian yang telah di lakukan oleh penulis terdapat ada beberapa faktor pendukung, yaitu : tersedianya peralatan yang di sediakan dari kampus dari mahasiswa sendiri maupun oleh perawat di ruang ICCU untuk melakukan pengkajian dan pemeriksaan fisik, disamping itu sikap kooperatif dari klien dan keluarga selama di lakukan pengkajian, adanya pencatatan dan pelaporan asuhan keperawatan di ruangan, adanya data-data dari tim medis yang menunjang

dalam pengkajian seperti hasil pemeriksaan laboratorium, status klien yang memberikan keadaan klien. Sedangkan faktor penghambat dalam pelaksanaan  pengkajian ini adalah terbatasnya waktu untuk pengkajian kerena klien

membutuhkan istirahat yang cukup.

B. Perumusan Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah proses menganalisa data pengkajian untuk merumuskan diagnosa keperawatan. Adapun kriterianya adalah proses diagnosa terdiri dari analisa, interpretasi data, identifikasi masalah klien, dan perumusan diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan terdiri dari masalah (P), penyebab (E), dan tanda atau gejala (S). Bekerja sama dengan klien dan petugas kesehatan lain untuk memalidasi diagnosa keperawatan (Nursalam, 2002:312)

Diagnosa keperawatan pada DC menurut Doengoes (2000:52-54) ada 4 yaitu curah jantung menurun berhubungan dengan perubahan kontraktilitas miokard, intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen/kebutuhan, kelemahan, kelebihan volume cairan berhubungan denganmenurunnya laju filtrasi glomerulus, kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler, kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama. Serta dari referensi lain yaitu

Sedangkan pada kasus Tn. Z hanya ditemukan 4 diagnosa yaitu Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru, Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake tidak adekuat, Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat dan pola tidur berhubungan dengan sesak nafas, Intoleransi aktivitas  berhubungan dengan kelemahan

 b. Diagnosa II : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake tidak adekuat

 Nutrisi kurang adalah suatu keadaan dimana individu yang tidak puasa mengalami atau berisiko mengalami penurunan berat badan yang berhubungan dengan masukan yang tidak adekuat atau metabolisme nutrien yang tidak adekuat untuk kebutuhan metabolik (Potter & Perry, 2005:1447). Tanda-tanda nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah lesu, kelemahan dan nyeri otot (dapat menyebabkan ketidakmampuan berjalan), mudah lelah, anoreksia, konstipasi atau diare, membran mata pucat (konjungtiva pucat), edema pada tungkai.

Data yang mengindikasikan adanya masalah perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang ditemukan pada Tn. Z adalah adanya ungkapan klien mengatakan bahwa ia kurang nafsu makan, Kadang mual, dan muntah ,dan klien hanya mampu menghabiskan ½ porsi makanan yang disediakan berat badan sebelum sakit 70 kg, dan saat sakit berat badan klien turun menjadi 66 kg, klien tampak lemah di tempat tidur, konjungtiva pucat dan mukosa bibir kering.Data tersebut mendukung untuk diangkatnya diagnosa perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan.

c. Diagnosa III: , Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat dan pola tidur  berhubungan dengan sesak nafas.

d. Diagnosa IV : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

Diagnosa keperawatan pada DC menurut Doengoes (2000:52-54) ada yang tidak diangkat kedalam kasus yaitu curah jantung menurun berhubungan dengan  perubahan kontraktilitas miokard, kelebihan volume cairan berhubungan denganmenurunnya laju filtrasi glomerulus, kerusakan pertukaran gas  berhubungan dengan perubahan membran kapiler, kerusakan integritas kulit  berhubungan dengan tirah baring lama.

Ke tiga diagnosa tersebut tidak penulis angkat disebabkan oleh data-data yang mendukung adanya diagnosa-diagnosa keperawatan tersebut tidak ditemukan pada saat pengkajian, Penulis membuat diagnosa keperawatan berdasarkan data yang dikumpulkan dari klien dan keluarga serta data yang mendukung lainnya.

Faktor pendukung dalam penegakan diagnosa ini adalah adanya data-data baik subjektif maupun objektif dengan kerjasama klien dan keluarga dalam menceritakan kejadian dan keluhan yang dialami klien.

Faktor penghambat yang dirasakan yaitu kurangnya ketelitian serta kurangnya  pengetahuan serta kurang mendalamnya pengkajian dalam merumuskan diagnosa

DAFTAR PUSTAKA

Dalam dokumen 201624449-Askep-Decompensasi-Cordis.docx (Halaman 47-54)

Dokumen terkait