• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V ANALISA DATA

5.2 Pembahasan

5.2.1 Bentuk Partisipasi Masyarakat

A. Partisipasi Tenaga

Partisipasi ini sangat terlihat jelas dari informan yang menjadi kader aktif posyandu, seperti ibu tianna dan ibu rosmawati. Ibu tianna sudah menjadi kader sejak tahun 2002 dan ibu rosmaria sejak tahun 2006. Dengan melibatkan diri sebagai kader aktif, itupun sudah bentuk partisipasi aktif dalam kegiatan pelayanan kesehatan balita di posyandu.

Selain kader posyandu, terdapat juga masyarakat yang bukan menjadi kader ikut berpartisipasi dalam pelayanan kesehatan balita. yaitu ibu yang mempunyai balita, ibu ramawana dan ibu resti. Bentuk partisipasinya ialah membantu dalam hal pemberian makanan tambahan. Mereka membantu para kader untuk memasak bubur kacang hijau yang akan diberikan kepada para balita.

Dari temuan tersebut, dapat dilihat dan disimpulkan bahwa partisipasi tenaga sangat dibutuhkan untuk menunjang keberhasilan suatu program. Dalam hal ini bentuk partisipasi tenaga tersebut berasal dari ibu yang menjadi kader posyandu, dan ibu yang mempunyai balita. Adanya tenaga kader dan ibu yang mempunyai balita adalah merupakan salah satu hal yang menunjang keberhasilan pelayanan kesehatan balita di Posyandu Melati dimana mereka adalah motor penggerak dalam hal pemberian pelayanan kesehatan balita di posyandu melati.

B. Partisipasi Uang/Materi

Dari hasil wawancara dengan informan kita mengetahui para ibu yang memiliki balita memberikan materi/uang sebagai dana pelayanan kesehatan yang rutin di kumpulkan setiap bulannya. Hal ini tentunya sesuai dengan kebutuhan posyandu, dimana posyandu memerlukan dana untuk menjalankan posyandu.

C. Partisipasi Pelaksanaan Program

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan bahwa semua informan terlibat dalam pelaksanaan program. Ibu resti dan ibu ramawana yang mempunyai balita selalu hadir dalam setiap kegitan pelayanan kesehatan di posyandu. begitu juga dengan ibu tianna dan ibu rosmaria yang hadir dalam pelayanan kesehatan balita sebagai kader, dimana keberadaan mereka juga didukung oleh kehadiran kader lainnya.

Hal yang dilakukan oleh para ibu merupakan bentuk keterlibatan mereka dalam pelaksanaan program, baik sebagai ibu yang membawa balitanya setiap bulan ke posyandu maupun sebagai kader yang memberikan pelayanan kesehatan di posyandu. hal ini pula menjadi salah satu unsur keberhasilan posyandu melati menjadi posyandu mandiri, dimana salah satu indikatornya dilihat dari segi jumlah kehadiran para kader yang bertugas pada hari buka posyandu. Dimana jumlah kader yang hadir selalu 5 orang.

Bentuk-bentuk partisipasi yang dilakukan oleh para ibu tersebut dipengaruhi beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi dapat dibagi menjadi dua, yakni faktor internal dan faktor eksternal.

1. Faktor Internal

a. Faktor Pengetahuan

Faktor pertama yang mendorong ibu untuk ikut berpartisipasi dalam pelayanan kesehatan balita di posyandu adalah adanya pengetahuan mengenai posyandu dan pengetahuan mengenai kesehatan. Selain itu faktor pengetahuan tentang posyandu tidak terlepas dari pengetahuan para ibu tentang pentingnya kesehatan. Dengan demikian ketika para ibu memiliki pengetahuan tentang kesehatan itu akan mendorong mereka untuk ikut berpartisipasi di posyandu.

- Pengetahuan Tentang Kesehatan

Para ibu yang menjadi informan penelitian memiliki pengetahuan yang berbeda tentang kesehatan. Ibu resti yang masih mempunyai balita mengartikan kesehatan adalah hal yang sangat penting karena dengan kondisi badan yang sehat maka akan dapat melakukan kegitan sehari-hari. Berbeda dengan yang diuangkapkan oleh ibu tianna yang merupakan kader posyandu, yang mengaitkan kesehatan dengan kesehatan jasmani dan kesehatan rohani. Beliau mengatakn apabila kondisi kesehatan rohaninya dalam keadaan sehat maka itu akan membantu kesehatan jasmani.

Selain itu para informan juga menyatakan bahwa kesehatan itu sangat penting. Seperti yang dinyatakan ibu rosmaria dan ibu resti bahwa kesehatan itu penting karena dengan kondisi tidak sehat, mereka tidak dapat melakukan kegitan sehari-hari. Ibu ramawana dan ibu resti alasan mereka menjaga kesehatan adalah karena faktor ekonomi. Dimana kondisi

ekonomi keluarga yang kurang, apabila ada anggota keluarga yang sakit, maka mereka tidak mampu untuk membiayai perobatan ke rumah sakit. Ibu tianna mengemukakan bahwa kesehatan itu berawal dari prinsip yang tercermin dalam pola hidupnya.

Kemudian para informan juga mengemukakan pandangannya mengenai kesehatan balita. seperti yang diungkapkan ibu roria dan ibu rosmawati sebagai kader posyandu. Ibu roria mengatakan bahwa kesehatan balita adalah tanggung jawab orang tua, dimana orang tua harus merawat dan memberikan makan yang bergizi bagi anaknya serta menjaga kebersihan anak tersebut. Kemudian ibu rosmawati mengemukakan kesehatan balita dilihat dari tumbuh kembang anak. Berat badan dan tinggi badan anak harus sesuai dengan umur balita tersebut.

Secara umum pengetahuan para informan tentang posyandu baik ibu yang mempunyai balita dan kader posyandu hampisr sama. Hal itu terlihat dari pernyataan mereka yang mengungkapkan bahwa kondisi sehat itu terbebas dari penyakit. Hal ini sesuai dengan defenisi kesehatan menurut badan kesehatan dunia dimana kesehatan inti sebagai kondisi yang baik secara fisik maupun mental yang terbebas dari penyakit. Selain itu pemahaman informan mengenai kesehatan menjadi pendorong mereka melakukan upaya kesehatan, seperti menyediakan makanan yang sehat dan bergizi untuk keluarga

- Pengetahuan Tentang Posyandu

Faktor selanjutnya adalah pengetahuan tentang posyandu. Disini para informan mengungkapkan segala sesuatu yang mereka ketahui mengenai posyandu, mulai dari pengertian posyandukegiatan-kegiatan yang dilakukan posyandu seta peran yang dirasakan para informan mengenai keberadaan posyandu.

Para informan memiliki pengetahuan yang sama megenai posyandu. Secara umum mereka mengungkapkan berbagai bentuk kegitan yang dilakukan di posyandu. ibu resti

mengungkapkan posyandu itu memiliki kegiatan penimbangan, dan pemberian makanan tambahan setiap bulannya. Hal senada juga diungkapkan oleh ibu rosmawati. Kemudian ibu rosmawati menambahkan bahwa posyandu itu merupakan tempat penyuluhan bagi para ibu yang mempunyai balita dan ibu hamil. Hal senada juga diungkapkan oleh ibu tianna dan ibu ramwana. Bahwa posyandu itu adalah tempat imunisasi dan tempat untuk mengawasi dan mengamati pertumbuhan dan kesehatan balita serta pemantauan tentang kasus diare yang dialami para balita.

Kemudian para informan juga mengungkapkan peran nyata dari keberadaan posyandu. Seperti yang diungkapkan ibu ramawana dan ibu resti. Seperti yang diungkapkan ibu resti, keberadaan posyandu itu bagus dan sangat penting, seperti adanya imunisasi. Bagi ibu resti untuk melakukan imunisasi tidak perlu pergi ke rumah sakit, cukup di posyandu saja. Kemudian ibu ramawana mengungkapkan bahwa keberadaan posyandu sangat penting. Dengan adanya posyandu beliau dapat menimbang anakna dan mendapat penyuluhan tentang menjaga kesehatan balita. selain itu ibu ramawana juga mengungkapkan posyandu juga berperan dalam pemberian pengobatan, seperti pengobatan diare. Ketika ada pengobatan seperti ini para kader posyandu mendatangi rumah-rumah warga.

Dari hasil diatas, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan yang baik tentang kesehatan, dan adanya kesadaran untuk melakukan upaya-upaya pelayanan kesehatan, serta pengetahuan tentang posyandu, kegitan posyandu dan kontribusi nyata dari posyandu mendorong informan untuk ikut berpartisipasi dalam pelayanan kesehatan posyandu, baik itu sebgai ibu yang mempunyai balita dan sebagai kader posyandu. Dengan demikian hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Sastropoetro, dimana pengetahuan yang dimiliki akan menumbuhkan kesadaran, yang terwujud dalam perubahan tingkahlaku, dalam hal ini dapat dilihat dari para ibu yang memiliki balita, yang selalu mengusahan anak serta keluarganya untuk tetap dalam keadaan sehat serta membawa anak mereka ke posyandu.

b. Usia

Usia merupakan salah satu faktor seseorang untuk berpartisipasi. Dalam hal ini terkhusus kepada para ibu yang bertindak sebagai kader posyandu, aeperti ibu tianna dan ibu rosmaria. Ibu tianna mengungkapkan, di usianya saat ini, ia medapat dorongan untuk tetap berpartisipasi dalam posyandu sebagai kader. Beliau mengungkapkan bahwa tidak terganggu untuk berpartisipasi sebagai kader di posyandu, rasa sosial dan berbagi kepada sesama. Harapan yang sama juga diungkapkan oleh ibu tianna. Beliau berharap jika diberikan umur yang panjang oleh Tuhan, maka ia akan tetap membantu pelayanan di posyandu.

Dari pernyataan di atas, para informan mengutarakan bahwa usia bukan menjadi penghalang bagi mereka menjadi kader, untuk berpartisipasi dalam pelayanan kesehatan di posyandu.

c. Pekerjaan

jenis pekerjaan seseorang aka menentukan tingkat penghasilan dan mempengaruhi waktu luang seseorang yang dapt digunakan dalam berpartisipasi, misalnya mengahadiri petemuan-pertemuan. Secara keseluruhan, para informan mengakui bahwa kegiatan posyandu tidak menggangu aktifitas mereka sehari-hari sebagai ibu rumah tangga dan sebagai petani, baik itu sebagai kader posyandu maupun ibu yang memanfaatkan posyandu. Ibu resti dan ibu ramawana mengungkapkan pelayanan kesehatan di posyandu tidak menghabiskan waktu yang banyak, sehingga setelah pulang dari posyandu mereka bisa melanjutkan pekerjaan nya sebagai petani atau sebagai ibu rumah tangga. Hal yang sama juga diungkapkan olehpara ibu kader posyandu. Jam buka posyandu tidak menggangu aktifitas mereka sebagai petani atau

sebagai ibu rumah tangga, kecuali jika ada kegiatan yang bentrok dengan masa panen padi. Namun mereka akan selalu memprioritaskan posyandu.

Dengan demikian bahwa aktifitas para informan, baik itu ibu yang memanfaatkan posyandu maupun ibu yang bertindak sebagai kader posyandu. tidak meresa terganggu dengan aktifitas mereka sebagai petani dan sebagai ibu rumah tangga.

d. Kebiasaan

Kebiasaan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi partisipasi. Hal itu pula yang dapat dilihat dari ibu resti dan ibu ramawana. Mereka mengeku bahwa mereka sudah menjadi kebiasaan memebawa anak mereka ke posyandu. dengan demikian dapat dilihat bahwa faktor kebiasaan membawa anak keposyandu mempengaruhi para ibu dalam berpartisipasi dalam pelayanan kesehatan balita.

e. Kebutuhan

Ife mengatakan bahwa seseorang akan berpartisipasi bila orang tersebut merasa hal itu merupakan kebutuhan yang dirasakannya. Hali ini terlihat dari ibu ramawana dan ibu resti bahwa membawa anak mereka ke posyandu adalah bagian dari kebutuhan mereka, karena anak mereka yang masih berusia balita. Dengan demikian dapat terlihat bahwa seseorang akan ikut berpartisipasi jika merasa hal tersebut menjadi kebutuhan yang dirasakannya, dimana dalam hali ini ibu ramawana dan ibu resti membawa anak mereka ke posyandu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

2. Faktor Eksternal

Keberadaan para informan, tidak terlepas dari keluarga yang ada di sekitar mereka. Secara keseluruhan, para informan mengakui bahwa mereka selalu mendapat dukungan dari para suami mereka ketika mereka turut berpartisipasi dalam pelayanan kesehatan di posyandu. sperti yang diungkapkan oleh ibu tianna yang menjadi kader posyandu. Beliau mengaku bahwa suaminya mendukung dirinya terlibat aktif menjadi kader posyandu. Begitu pula yang di ungkapkan oleh ibu rosmawati.

Begitu pula yang di ungkapkan oleh ibu yang memanfaatkan posyandu, baik ibu resti maupun ibu ramawana. Kedua suami mereka mendukung mereka untuk membawa membawa anak-anaknyda datang ke posyandu, terutama suami ibu ramawana yang sering mengingatkan dirinya untuk datang ke posyandu pada hari buka posyandu.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa suami atau keluarga para informan selalu mendukung para ibu untuk terlibat akfit dan berpartisipasi dalam kegitan posyandu.

c. Pengalaman Berorganisasi

Pengalaman berorganisasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang dalam berpartipasi. Secara garis besar para informan tidak pernah terlibat aktif dalam organisasi. Hanya sebatas anggota kelompok muda-mudi gereja. Seperti yang diungkapkan oelh ibu tianna, beliau pernah menjadi anggota mudika gereja katolik. Ibu rosmaria mengungkapkan bahwa beliau tidak bernah ikut berorganisasi.

Dengan demikian, dapat dilihat bahwa pengalaman berorganisasi tidaklah terlalu begitu terlihat menonjol dalam mempengaruhi para informan untuk berpartisipasi di lingkungan. Hal ini agak berbeda dengan yang dinyatakan gaventa, dimana masyarakat yang tidak mempunyai kecakapan serta pengalaman berorganisasi, tingkat partisipasinya akan

rendah. Justru para informan tetap mau aktif dalam kegiatan posyandu meskipun mereka belm mempunyai pengalaman dalam suatu pengurusan dalam suatu organisasi.

d. Penghargaan/Apresiasi

salah satu faktor eksternal yang dapat mempengaruhi seseorang berpartisipasi adalah dengan adanya apresiasi atau penghargaan. Secara umum, para informan, terkhususnya para ibu yang memanfaatkan pelayanan posyandu, mengaku bahwa mereka tidak pernah mendapatka apresiasi atau penghargaan selam mereka memanfaatkan pelayanan kesehatan balita di posyandu. Lain halnya dengan para informan yang menjadi kader posyandu, seperti ibu tiannna dan ibu rosmaria. Mereka mengaku bahwa selama menjadi kader bentuk apresiasi diberikan dengan seragam bagi semua para kader dan mendapat honor dari pemerintah kabupaten. Selain itu mereka mengaku pernah mendapat uang transportasi untuk mengikuti pelatihan di kecamatan. Kemudian ibu tianna mengaku pernah mendapat apresiasi berupa piagam penghargaan untuk posyandu melati, atas keberhasilan posyandu menangani masalah diare yang dialami para balita di desa sigapiton.

Hal ini agak berbeda dengan berdeda dengan yang dinyatakan ife bahwa berbagai bentuk partisipasi harus diakui serta dihargai. Ini akan semakin membuat masyarakat untuk terdorong dalam berpartisipasi. Meskipun para ibu rutin membawa anak mereka ke posyandu tidak mendapatkan penghargaan, namun merek tetap membawa anak mereka ke posyandu.

d. Kebermanfaatan Program

Secara umum, para informan mengaku pernah merakan langsung manfaat dari keberadaan posyandu, seperti yang diutarakan oleh ibu tianna dan ibu rosmawati. Mereka mengaku bahwa pernah merasakan manfaat posyandu ketika membawa anak nya ketika masih balita. Sama halnya denga ibu resti dan ibu ramawana yang senantiasa mendapatkan

manfaat langsung dari posyandu. Mereka mengaku tahu bangaman perkembangan anak mereka, mulai dari tinggi badan, berat badan, serta status gizi anak mereka.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa para informan mau ikut berpartisipasi aktif dalam pelaynaan kesehata balita salah satunya karena telah memandapatkan manfaat dari pelayanan kesehatan balita di posyandu.

f. Dukungan Struktural Masyarakat

Dukungan sktuktur masayarakat turut mempengaruhi dalam proses partisiapsi. Para ibu yang menjadi informan mengaku bahwa diri mereka percaya diri ketika berpartisipasi dalam kegiatan posyandu. Seperti ibu resti dan ibu ramawana yang mengaku percaya diri membawa anak mereka ke posyandu. Karena anak mereka sehat. Begitu pulak ibu yang menjadi kader posyandu, seperti ibu tianna dan ibu rosmawati. Mereka senang dan percaya diri menjalankan tugas sebagai kader posyandu. hal ini sesuai dengan yang dikatakan ife, dimana lingkungan masyarakat sekitar mendukung para warganya untuk turut berpartisipasi.

BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil hasil penelitian yang dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, maka pada bab ini penulis akan memberi kesimpulan dan saran mengenai partisipasi masyarakat terhadap pelayanan kesehatan di posyandu. Dari hasil penelitian disimpulkan:

1. Partisipasi yang dilakukan oleh masayarakat, dalam hal ini khususnya para ibu, baik yang menjadi kader dan ibu yang mempunyai balita, dapat di bagi menjadi tiga, yakni partisipasi dalam bentuk tenaga, uang/harta serta ikut dalam pelaksanaan program. 2. Adanya faktor pendukung para ibu untuk berpartisipasi dalam pelayanan kesehatan

balita di posyandu adalah kepada lebih faktor internal. Hal ini terlihat dari adanya pengetahuan yang cukup kuat dalam diri ibu mengenai pentingnya menjaga kesehatan, khususnya kesehatan balita dengan cara berpartisipasi hadir setiap bulannya pada jam buka posyandu, maupun ibu yang memberi dirinya menjadi kader posyandu. kemudian faktor yang cukup kuat mendorong para ibu untuk berpartisipasi dalam pelayanan kesehatan balita ialah kebiasaan ibu membawa anaknya ke posyandu, dan faktor untuk memenuhi kebutuhan akan pelayanan kesehatan balita tidak dapat diabaikan begitu saja, seperti halnya dengan faktor usia, dimana para ibu kader masi mau berpartisipasi selama usianya masih meemungkinkan. Kemudian faktor eksternal juga tidak bisa diabaikan begitu saja, seperti dukungan keluarga, dalam hal ini suami yang memberikan izin para ibu untuk berpartisipasi. Selain itu juga letak posyandu yang relatif jauh tidak menjadi halangan untuk para ibu untuk ikut berpartisipasi. Faktor eksternal yang cukup mempemgaruhi yakni para ibu telah

merasakan manfaat dari keberadaan posyandu, meskipun kurangnya apresiasi dan pengalaman berorganisasi ibu-ibu tersebut.

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian, beberapa saran yang dapat dipertimbangkan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelayanan kesehatan balita di posyandu melati adalah sebagai berikut:

1. Pelu diadakannya apresiasi bagi para ibu yang rutin hadir dalam jam buka posyandu. apresiasi ini dapat diberikan berupa perlengkapan balita ayau pengahargaan pemenang balita sehat setiap bulan atau setiap tahun. Hal ini akan menambah rasa semangat para ibu untuk membawa anak-anaknya ke posyandu. Begitu pula para kader yang cakap dalam memberikan pelayanan kesehatan balita, yang dapat berupa perlengkapan rumah tangga.

2. Mengajak para ibu yang bukan kader aktif posyandu, seperti remaja putri, pasangan usia subur atau ibu-ibu yang belum aktif untuk terlibat dalam pelayanan kesehatan balita. Hal ini diperlukan supaya adanya regenerasi kader. Disamping itu dengan adanya regenerasi kader, maka akan terjadi transfer ilmu dari kader yang lama kepada kader yang baru.

3. Perlu dipikirkan upaya peningkatan pengetahuan dan kesadaran warga akan pentingnya kesehatan. Hal itu dapat dilakukan dengan cara membuat seminar atau pelatihan kesehatan yang tidak hanaya melibatkan kader posyandu, tetapi melibatkan langsung warga masyarakat, sebagai trnsfer pengetahuan dari petugas kesehatan dapat langsung terserap warga, tidak terhambat melalui kader posyandu.

Daftar Pustaka

Adi, Isdandi Rukminto. (2002). Pemikiran-Pemikiran dalam Pembangunan Ksesjahteraan Sosial. Jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI.

Adi, Isbandi Rukminto. (2007). Intervensi Komunitas: Pengembangan Masyarakat Sebagai Upaya Pemberdaaan Masyarakat. Jakarta: Rajawali Pres.

Dapartemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Gaventa, John & Camilo Valderama. (2001). Mewujudkan Partisipasi: 21 Teknik Mewujudkan Partisipasi Masyarakat Untuk Abad 21. Jakarta: The British Council. Ife, Jim & Frank Tesoriero. (2008). Community Development: Alternatif Pengembangan Masyarakat Di Era Globalisasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Buku Panduan Kader Posyandu. Jakarta: kementerian Kesehatan RI.

Mikkelsen, Britha. (2003). Metode Penelitian Parsipatoris Dan Upaya-Upaya

Pemberdayaan: Sebuah Buku Pegangan Bagi Para Praktisi Lapangan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Moleong, Lexy J. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Muniarti, Nunuk P. (2004). Getar Gender: Perempuan Indonesia Dalam Persfektif Agama, Budaya, Dan Keluarga. Magelang: Indonesiatera.

Ndraha, Talizihudu. (1990). Pembangunan Masyarkat: Memepersiapkan Masyarakat Tinggal Landas. Jakarta

Sastropoetro, Santoso. (1988). Partisipasi, Komunikasi, Persuasi dan Disiplin Dalam Pembangunan Nasional. Bandung: Penerbit Alumni.

Slamet Y. (1993). Pembangunan masyarakat Berwawasan Partisipasi. Surakarta: Penerbit Sebelas Maret University Press.

Soeharto, Irawan. 1995. Metode Penelitian Sosial. Suatu Teknik Penelian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: Remaja Rosdakarya. Siagian, Matias. 2011. Metode Penelitian Sosial. Medan: Grasindo Monoratama Sugiono, 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfaberta

Suharjo. 1996. Gizi dan Pangan. Yogyakarta: Kanisius

Supariasa, I Dewa Nyoman. 2001. Penilaian status Gizi. Jakarta: EGC Sember-sumber lain:

html).

Dokumen terkait