• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

C. Pembahasan

1. Hubungan Mata Kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks dengan Bakat Keguruan Mahasiswa FKIP

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mata kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks berhubungan dengan bakat keguruan mahasiswa FKIP. Hal ini ditunjukkan oleh hasil uji hipotesis menggunakan bantuan komputer program SPSS (Statistical Package for Social Science) for Windows versi 17.0 dengan menggunakan Uji Korelasi Spearman. Hasil uji hipotesis menunjukkan nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,012 < (α) yaitu 0,05 sehingga H01 ditolak. Dengan kata lain, Ha1 yang menyatakan bahwa mata kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks berhubungan dengan bakat keguruan mahasiswa FKIP diterima.

Di sisi lain, hasil penelitian ini juga menunjukkan nilai Correlation Coefficient (Spearman’s rho) sebesar +0,168. Apabila melihat tabel 3.8 nilai koefisien tersebut menunjukkan hubungan positif yang sangat tak berarti dalam hubungan mata kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks dengan bakat keguruan mahasiswa FKIP. Positif artinya, semakin tinggi nilai mata kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks maka semakin tinggi

bakat keguruan mahasiswa FKIP. Sebaliknya semakin rendah nilai mata kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks maka semakin rendah bakat keguruan mahasiswa FKIP.

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa bakat keguruan adalah potensi kemampuan individu dapat berkembang dengan pendidikan untuk melaksanakan proses pendidikan dan pembelajaran dengan baik (Wasidi dan Mardapi, 2016: 99). Perkembangan bakat keguruan dapat tercapai dengan baik apabila mahasiswa yang menjadi responden dalam penelitian ini telah melaksanakan proses pendidikan dan pembelajaran dengan baik. Proses pendidikan dan pembelajaran ini salah satunya dapat ditempuh dengan mengambil mata kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks. Dalam penelitian ini, nilai mata kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks menunjukkan penguasaan yang sebenarnya terhadap materi pembelajaran dan praktek.

Hasil penelitian Sulistyowati (2013) menyatakan sumbangan efektif bakat dengan prestasi belajar adalah sebesar 46,4% sisanya adalah faktor lain, seperti faktor lingkungan, dan faktor materi pembelajaran. Hal tersebut menggambarkan bahwa bakat memegang peranan penting prestasi seseorang, karena perwujudan bakat adalah prestasi maka bakat memegang peranan penting dalam berhasil atau tidaknya seseorang dalam proses pembelajaran dan penguasai materi.

Seperti pernyataan yang dimuat dalam situs

(http://www.kompasiana.com/suainingrum/antara-bakat-dan-

intelegensi_55004ebba33311d0755102fd), bahwa bakat masih memerlukan latihan dan pendidikan agar suatu tindakan dapat tercapai di masa yang akan datang. Prestasi merupakan perwujudan bakat dan kemampuan. Prestasi yang sangat menonjol dalam suatu bidang akan mencerminkan bakat yang unggul dalam bidang tersebut. Berdasarkan pernyataan di atas jelas bahwa mahasiswa telah memperoleh kesempatan untuk mengembangkan diri secara maksimal melalui mata kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks. Dalam mata kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks mahasiswa telah menunjukkan prestasi belajar yang didapat dari keberhasilan proses pembelajaran dan penguasaan materi. Nilai-nilai yang didapat dari mata kuliah tersebut telah mengasah dan meningkatkan kemampuan untuk bisa menonjol dalam bidang keguruan, sehingga mata kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks berhubungan dengan bakat keguruan mahasiswa FKIP.

2. Hubungan Mata Kuliah Media Pembelajaran dengan Bakat Keguruan Mahasiswa FKIP

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mata kuliah Media Pembelajaran tidak berhubungan dengan bakat keguruan mahasiswa FKIP. Hal ini ditunjukkan oleh hasil uji hipotesis menggunakan bantuan komputer program SPSS (Statistical Package for Social Science) for Windows versi 17.0 dengan menggunakan Uji Korelasi Spearman. Hasil

uji hipotesis menunjukkan nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,553 > (α) yaitu 0,05 sehingga H0 diterima. Dengan kata lain, Ha1 yang menyatakan hubungan mata kuliah Media Pembelajaran berhubungan dengan bakat keguruan mahasiswa FKIP ditolak.

Di sisi lain, hasil penelitian ini juga menunjukkan nilai Correlation Coefficient (Spearman’s rho) sebesar -0,038. Apabila melihat tabel 3.8 nilai koefisien tersebut menunjukkan hubungan negatif tak berarti dalam hubungan mata kuliah Media Pembelajaran dengan bakat keguruan mahasiswa FKIP. Negatif artinya, semakin rendah nilai mata kuliah Media Pembelajaran maka semakin tinggi bakat keguruan mahasiswa FKIP. Sebaliknya, semakin tinggi nilai mata kuliah Media Pembelajaran maka semakin rendah bakat keguruan mahasiswa FKIP.

Hasil penelitian ini sejalan dengan artikel yang dimuat dalam situs (http://www.kompasiana.com/srinurhidayah/negara-dan-anak-

berbakat-luar-biasa_56aacd26ee9273f104d9a8a2) bahwa belum tentu apabila orang yang berbakat akan selalu mencapai prestasi yang tinggi. Achir (1990) menyatakan bahwa 38,7% anak-anak berbakat itu tergolong siswa berprestasi akademik kurang. Penelitian Achir menunjukkan bahwa tidak semua anak berbakat mempunyai prestasi akademik yang tinggi. Salah satu wujud prestasi akademik yaitu hasil belajar mahasiswa berupa nilai mata kuliah Media Pembelajaran. Mahasiswa yang memiliki bakat keguruan belum tentu mempunyai

prestasi tinggi dalam bentuk nilai mata kuliah Media Pembelajaran yang baik.

Ada beberapa faktor yang diduga menjadi penyebab mata kuliah Media Pembelajaran tidak berhubungan dengan bakat keguruan mahasiswa FKIP. Faktor tersebut meliputi (1) silabus mata kuliah Media Pembelajaran tidak bertujuan untuk menumbuhkan bakat keguruan, (2) kurangnya waktu untuk berlatih, dan (3) mahasiswa tidak serius dalam mengisi kuesioner.

Faktor pertama adalah silabus mata kuliah Media Pembelajaran. Silabus-silabus yang ada pada mata kuliah keguruan di FKIP khususnya pada mata kuliah Media Pembelajaran tidak mencantumkan pernyataan tentang pengembangan bakat keguruan mahasiswa. Pembelajaran di mata kuliah Media Pembelajaran tidak diarahkan untuk mengembangkan bakat keguruan, sehingga hasil proses pembelajaran di mata kuliah tersebut juga tidak akan mencerminkan bakat keguruan mahasiswa. Dengan demikian, mata kuliah Media Pembelajaran tidak berhubungan dengan bakat keguruan mahasiswa FKIP.

Faktor kedua yang diduga menyebabkan mata kuliah Media Pembelajaran tidak berhubungan dengan bakat keguruan mahasiswa FKIP adalah kurangnya waktu untuk berlatih. Seperti pernyataan yang dimuat dalam situs (http://www.hipwee.com/motivasi/bakat-vs-kerja- keras-mana-yang-lebih-penting-untuk-kesuksesan/), Gladwell menyatakan penting mendedikasikan waktu minimal 10.000 jam untuk

berlatih jika seseorang ingin menjadi ahli dalam bidang tertentu. Berlatih bukanlah melakukan sesuatu satu kali, lalu merasa bagus dan berhenti. Dalam silabus mata kuliah Media Pembelajaran hanya mengalokasikan 2 jam pertemuan setiap minggunya selama satu semester sehingga jelas terlihat kurangnya mahasiswa yang menjadi ahli di mata kuliah tersebut. Dengan demikian, waktu untuk berlatih sangat diperlukan dalam mengembangkan bakat. Dalam praktiknya, waktu yang disediakan dalam bentuk Sistem Kredit Semester (SKS) pada mata kuliah Media Pembelajaran dinilai tidak cukup untuk berlatih sehingga, banyak mahasiswa yang kurang ahli di mata kuliah tersebut.

Faktor ketiga adalah mahasiswa tidak serius dalam mengisi kuesioner. Ketidakseriusan ini dibuktikan dari total 250 responden hanya 160 responden atau sebesar 64% yang tidak mengisi penuh kuesioner pada bagian kreativitas pedagogi. Banyaknya responden yang tidak mengisi penuh kuesioner akan membuat skor bakat keguruan mahasiswa menjadi rendah. Di sisi lain, hal ini juga menyebabkan peneliti tidak dapat mengukur bakat keguruan mahasiswa secara maksimal.

74

BAB VI

KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN

Dokumen terkait