HUBUNGAN MATA KULIAH KURIKULUM DAN KAJIAN
BUKU TEKS DAN MATA KULIAH MEDIA
PEMBELAJARAN DENGAN BAKAT KEGURUAN
MAHASISWA FKIP
(Studi Kasus pada Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Angkatan 2013 Universitas Sanata Dharma)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Oleh:
Garnis Sintya Dewi NIM: 131334012
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
HUBUNGAN MATA KULIAH KURIKULUM DAN KAJIAN
BUKU TEKS DAN MATA KULIAH MEDIA
PEMBELAJARAN DENGAN BAKAT KEGURUAN
MAHASISWA FKIP
(Studi Kasus pada Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Angkatan 2013 Universitas Sanata Dharma)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Oleh:
Garnis Sintya Dewi NIM: 131334012
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk:
Tuhan Yang Maha Esa,
Terima kasih Tuhan atas segala berkat, rahmat, dan karunia sehingga penulis bisa menyelesaikan karya ini
Yang tercinta,
Papa Giyanto yang selalu mengingatkan pentingnya kesehatanku
Mama Kristian Sri Indriatmi yang selalu memberi dukungan, doa, semangat, kasih sayang, dan motivasi agar dapat meraih tujuan hidupku
Adikku Ditiya Wardani yang selalu mengajak bermain
Yang tersayang,
Sahabatku yang selalu terlihat bahagia Adelina Windi, Christina Putri, Martina Sarwanti
Teman-teman seperjuangan skripsi Septiana Sandra, Natalia Dessy, Elisabet Nona, Anastasia Wulandari, Skolastika, Rizki Adventia, Margaretha Ika,
Dasanta, Gian, Novan, Paul, Ali
Almamaterku,
v
MOTTO
viii
ABSTRAK
HUBUNGAN MATA KULIAH KURIKULUM DAN KAJIAN
BUKU TEKS DAN MATA KULIAH MEDIA
PEMBELAJARAN DENGAN BAKAT KEGURUAN
MAHASISWA FKIP
(Studi Kasus pada Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Angkatan 2013 Universitas Sanata Dharma)
Garnis Sintya Dewi Universitas Sanata Dharma
2017
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan: (1) Mata Kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks dengan Bakat Keguruan Mahasiswa FKIP; (2) Mata Kuliah Media Pembelajaran dengan Bakat Keguruan Mahasiswa FKIP.
Jenis penelitian ini adalah studi kasus. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2017. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa S1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2013 yang berjumlah 855 mahasiswa. Sampel penelitian ini adalah 250 mahasiswa, diambil dengan teknik pengambilan sampel proporsional. Data dikumpulkan dengan kuesioner, dokumentasi dan dianalisis dengan teknik analisis data deskriptif dan analisis korelasi spearman.
ix
ABSTRACT
THE CORRELATION BETWEEN CURICULUM AND TEXT
BOOK ANALYSIS, TEACHING MEDIA AND THE TALENT
OF STUDENTS
’
TEACHING ABILITY OF THE FACULTY OF
TEACHER TRANING AND EDUCATION
A Study Case on students of Teacher Training and Education Faculty, 2013 Batch Sanata Dharma University
Garnis Sintya Dewi Sanata Dharma University
2017
The aims of this research are to find out: (1) the correlation between Curriculum and Text Book Analysis and the talent of students’ teaching ability of Teacher Training and Education Faculty; (2) the correlation between Teaching Media and the talent of students’ teaching ability of Teacher Training and Education Faculty.
The type of this research is a case study. This research was conducted form February until March 2017. The population of this research were 855 students of Teacher Traning Education of Sanata Dharma University. The samples were 250 students, taken by proportional sampling technique. The data were collected by questionnaire, documentation, and analyzed by descriptive analysis techniques and Spearman correlation analysis.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena skripsi ini telah
selesai tepat pada waktunya. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi
salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian
Khusus Pendidikan Akuntansi. Selama penyusunan dan penulisan skripsi ini ada
banyak pihak yang telah membantu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
dengan baik. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;
2. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial dan Ketua Program Studi Pendidikan
Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi;
3. Bapak Dr. S. Widanarto Prijowuntato, S.Pd., M.Si. selaku Dosen
Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktu dalam memberikan
bimbingan, kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini;
4. Segenap Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian
Khusus Pendidikan Akuntansi, Universitas Sanata Dharma yang telah
memberikan tambahan pengetahuan dan bantuan selama proses
perkuliahan.
5. Ibu Theresia Aris Sudarsilah, selaku staf sekretariat Program Studi
xi
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, yang telah membantu kelancaran
proses administrasi selama perkuliahan dan penelitian;
6. Seluruh Mahasiswa S1 angkatan 2013 Universitas Sanata Dharma yang
telah meluangkan waktu dan pikiran untuk mengisi kuesioner peneliti;
7. Teman-teman seperjuangan skripsi (Teti, Dessy, Nona, Anas, Tika, Ika,
Kiki, Dasanta, Gian, Paul, Ali, dan teman-teman lainnya) yang telah
memberi dukungan, perhatian, dan doa bagi penulis;
8. Sahabatku tercinta (Adel, Putri, Wanti, Yesi, Widya) yang telah
memberikan dukungan dan doa bagi penulis;
9. Adikku tersayang Ditiya Wardani yang sudah membantu penulis dengan
menemani dan memberi dorongan mengerjakan skripsi saat di rumah;
10.Kedua orang tuaku Giyanto dan Kristian Sri Indriatmi yang telah
memberikan dukungan baik itu materi, semangat, perhatian, dan doa untuk
mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini;
11.Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini yang tidak
dapat disebutkan satu persatu hingga terwujudnya skripsi ini;
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak
kekurangan, maka dari itu penulis mengharapkan adanya kritik serta saran dari
pembaca dan semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca.
Yogyakarta, 29 Mei 2017
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
xiii
C. Rumusan Masalah ... 7
D. Tujuan Penelitian ... 7
E. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II KAJIAN TEORETIK A. Guru ... 9
1. Pengertian Guru ... 9
2. Tugas dan Peran Guru ... 10
3. Syarat Guru Profesional ... 17
B. Bakat ... 19
1. Pengertian Bakat ... 19
2. Langkah-langkah Mengembangkan Bakat ... 20
3. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bakat ... 22
C. Bakat Keguruan ... 23
D. Mata Kuliah Keahlian Berkarya (MKB) ... 25
1. Mata Kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks ... 26
2. Mata Kuliah Media Pembelajaran ... 29
E. Kerangka Berpikir ... 33
F. Rumusan Hipotesis ... 35
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 36
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 36
xiv
D. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel ... 37
E. Operasionalisasi Variabel... 40
F. Teknik Pengumpulan Data ... 43
G. Teknik Pengujian Instrumen ... 44
1. Validitas Instrumen Bakat Keguruan ... 44
2. Reliabilitas Instrumen Bakat Keguruan ... 45
H. Teknik Analisis Data ... 45
1. Teknik Analisis Data Deskriptif... 45
2. Tingkat Hubungan Antar Variabel ... 46
3. Pengujian Prasyarat dan Hipotesis ... 47
BAB IV GAMBARAN UMUM A. Sejarah Universitas Sanata Dharma ... 50
B. Nama-nama yang Pernah Menjabat Rektor Universitas Sanata Dharma... 53
C. Visi, Misi, Motto, dan Tujuan Pendidikan Universitas Sanata Dharma ... 53
D. Sejarah FKIP ... 55
E. Visi, Misi, Motto, Tujuan, dan Output FKIP ... 56
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 59
B. Pengujian Hipotesis ... 64
xv
BAB VI KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN
A. Kesimpulan ... 74
B. Saran ... 75
C. Keterbatasan ... 76
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Populasi Penelitian ... 38
Tabel 3.2. Proporsi Sampel Mahasiswa Setiap Program Studi ... 39
Tabel 3.3. Kategori Nilai Akhir Keberhasilan Mahasiswa Pada Mata Kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks ... 40
Tabel 3.4. Kategori Nilai Akhir Keberhasilan Mahasiswa Pada Mata Kuliah Media Pembelajaran ... 40
Tabel 3.5. Operasionalisasi Varabel Bakat Keguruan ... 41
Tabel 3.6. Konversi Skor pada Variabel Bakat Keguruan ... 43
Tabel 3.7. Rentang Bakat Keguruan ... 46
Tabel 3.8. Tingkat Korelasi dan Kekuatan Arah Hubungan ... 46
Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Program Studi ... 59
Tabel 5.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Nilai Mata Kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks ... 61
Tabel 5.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Nilai Mata Kuliah Media Pembelajaran ... 62
Tabel 5.4. Variabel Responden Berdasarkan Bakat Keguruan ... 63
xvii
Tabel 5.6. Hasil Uji Korelasi Variabel Mata Kuliah Kurikulum dan Kajian Buku
Teks Dengan Bakat Keguruan Mahasiswa FKIP ... 65
Tabel 5.7. Hasil Uji Korelasi Variabel Mata Kuliah Media Pembelajaran Dengan
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Izin Penelitian... 81
Lampiran 2. Kuesioner Penelitian dan Lembar Jawab... 83
Lampiran 3. Pedoman Penskoran ... 123
Lampiran 4. Data Induk ... 132
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, Undang-Undang tentang
Guru dan Dosen Nomor 14 Tahun 2005 Pasal 7, dan Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 28 mensyaratkan guru ideal secara akademik dan
non akademik. Keberadaan guru dalam proses pendidikan sangat penting yang
tidak dapat digantikan oleh apapun (Block, 2008; Sudarnoto, 2009). Banyak
penelitian yang mendukung pentingnya guru dalam proses pendidikan dan
pembelajaran, namun ada kesenjangan antara harapan dan kenyataan
(Alkharusi, Kazem, dan Musawai 2011; Dicky, 2011; Mardiana, 2006; Rowe,
2003; Sugiharto, 2003). Masa depan bangsa terletak dalam tangan generasi
muda, mutu bangsa di kemudian hari bergantung pada pendidikan yang
dikecap oleh anak-anak sekarang.
Perkembangan kebudayaan manusia menimbulkan tuntutan
pendidikan yang terselenggara lebih baik, lebih teratur, dan didasarkan atas
pemikiran yang matang untuk peningkatan kualitas pendidikan. Dalam
usaha peningkatan kualitas pendidikan, salah satunya adalah di Fakultas
Usaha untuk mencetak mahasiswa sebagai calon guru profesional
tidaklah mudah. Kesulitan ini meliputi tiga aspek yaitu (1) dari pemerintah
dianggap, ganti menteri maka akan ganti kebijakan dan kurikulum, (2)
mahasiswa FKIP menilai bahwa guru itu gajinya tergolong kecil, tanggung
jawab besar, administrasi keguruan banyak sehingga seringkali harus dibawa
pulang, serta bakat, dan (3) FKIP atau lembaga dinilai memiliki fasilitas yang
minim, sulit menjalin kerja sama dengan sekolah untuk pelaksanaan Program
Pengalaman Lapangan (PPL) atau magang, dan pilihan jurusan yang terpaksa
karena tidak diterima di fakultas non keguruan.
Salah satu fakultas yang ada di Universitas Sanata Dharma adalah
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP). FKIP merupakan lembaga
pendidikan yang menyiapkan mahasiswanya untuk memiliki keterampilan dan
kemampuan mengajar agar menjadi guru yang handal. Berdasarkan informasi
yang diperoleh dari Ketua Program Studi Pendidikan Biologi, hasil uji
kompetensi calon guru (UKCG) di FKIP USD termasuk rendah untuk nilai
pedagogi dan nilai keprofesionalan. Padahal FKIP bertujuan untuk
menyiapkan tenaga kependidikan yang profesional dan mempunyai
kompetensi keguruan yang memadai dan berguna dalam penyelenggaraan
proses kegiatan belajar mengajar.
Di sisi lain, FKIP menawarkan berbagai mata kuliah yang meliputi;
mata kuliah pengembangan kepribadian (MPK), mata kuliah keilmuan dan
(MBB) program studi, mata kuliah perilaku berkarya (MPB) dan mata kuliah
keahlian berkarya (MKB).
Kepmendiknas Nomor 232 Tahun 2000 menyatakan kelompok mata
kuliah pengembangan kepribadian (MPK) adalah kelompok bahan kajian dan
pelajaran untuk mengembangkan manusia Indonesia yang beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,
berkepribadian mantap, dan mandiri serta mempunyai rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan. Kelompok mata kuliah keilmuan dan
keterampilan (MKK) adalah kelompok bahan kajian dan pelajaran yang
ditujukan terutama untuk memberikan landasan penguasaan ilmu dan
keterampilan tertentu. Kelompok mata kuliah berkehidupan bermasyarakat
(MBB) adalah kelompok bahan kajian dan pelajaran yang diperlukan
seseorang untuk dapat memahami kaidah berkehidupan bermasyarakat sesuai
dengan pilihan keahlian dalam berkarya. Kelompok mata kuliah perilaku
berkarya (MPB) adalah kelompok bahan kajian dan pelajaran yang bertujuan
untuk membentuk sikap dan perilaku yang diperlukan seseorang dalam
berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan dasar ilmu dan keterampilan
yang dikuasai. Kelompok mata kuliah keahlian berkarya (MKB) adalah
kelompok bahan kajian dan pelajaran yang bertujuan menghasilkan tenaga
ahli dengan kekaryaan berdasarkan dasar ilmu dan keterampilan yang
Kelompok mata kuliah keahlian berkarya (MKB) wajib diambil oleh
mahasiswa FKIP untuk mengembangkan keterampilan dan kemampuan
mengajarnya. Kelompok mata kuliah ini terdiri dari strategi pembelajaran,
media pembelajaran, evaluasi pembelajaran, perencanaan pembelajaran,
kurikulum dan kajian buku teks, pengelolaan kelas, pengajaran mikro,
program pengalaman lapangan, dan seminar pendidikan. Di dalam kelompok
MKB terdapat beberapa mata kuliah yang bertujuan untuk menghasilkan
tenaga ahli dengan kekaryaan berdasarkan ilmu dan keterampilan yang
dikuasai. Di antaranya adalah mata kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks
dan mata kuliah Media Pembelajaran.
Mata kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks merupakan suatu
pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru untuk mencapai tujuan
pendidikan dalam rangka menciptakan bahan ajar yang berisi informasi sesuai
dengan kompetensi yang harus dicapai oleh siswa. Semua guru perlu
mengembangkan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan
mempertimbangkan kebutuhan peserta didik. Selain itu, bahan ajar yang
sesuai dengan karakteristik dan lingkungan sosial peserta didik juga perlu
diperhitungkan.
Sementara itu, mata kuliah Media Pembelajaran merupakan suatu
pembelajaran yang bertujuan untuk mempersiapkan mahasiswa dalam
menciptakan, menemukan serta menggunakan alat yang dapat membantu
makna pesan yang disampaikan, sehingga dapat mencapai tujuan
pembelajaran dengan lebih baik dan sempurna (Kustandi dan Sutjipto, 2013:
8). Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya
pembaharuan, dalam pemanfaatan hasil teknologi untuk membantu proses
belajar. Mahasiswa FKIP sekurang-kurangnya dapat menggunakan media
yang murah dan efisien meskipun sederhana. Untuk itulah mahasiswa FKIP
harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang media
pembelajaran.
Tujuan dari mata kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks dan mata
kuliah Media Pembelajaran adalah untuk membekali mahasiswa FKIP agar
memiliki keterampilan dan pengetahuan dalam menciptakan, menemukan, dan
menyajikan informasi sesuai dengan tujuan pembelajaran. Kaitannya dengan
bakat keguruan, mahasiswa yang sudah mengambil kedua mata kuliah
tersebut berarti sudah melalui proses pembelajaran dan pelatihan dalam
membuat bahan ajar dan media. Ketika mahasiswa FKIP diminta untuk
menciptakan bahan ajar, mahasiswa bisa mengidentifikasi kompetensi dasar,
tujuan pembelajaran, dan karakteristik siswa sesuai dengan kurikulum yang
diterapkan di sekolah. Di sisi lain, terkait dengan media pembelajaran,
mahasiswa FKIP diharapkan mampu membuat dan menemukan media
pembelajaran yang sesuai dengan metode pembelajaran, tujuan pembelajaran,
keguruan dari lahir akan semakin terasah keterampilan dan kemampuan
keguruannya.
Kedua mata kuliah tersebut diharapkan mampu memunculkan bakat
karena di kedua mata kuliah tersebut mahasiswa dituntut untuk mampu
memahami konsep dasar, identifikasi dan kebutuhan yang diperlukan. Oleh
karena itu, kedua mata kuliah tersebut berperan dalam mengasah keterampilan
dan kemampuan keguruannya. Hal tersebut sesuai dengan pengertian bakat
yaitu sebagai kemampuan bawaan serta potensi yang masih perlu dilatih
(Munandar, 1985: 17) guna mendapatkan kesempatan untuk berkembang
(Poerbakawatja, 1989: 38) diwujudkan dengan pendidikan dan latihan agar
suatu kinerja dapat dilakukan pada masa yang akan datang (Ali dan Asrori,
2005: 80). Hal ini menunjukkan bahwa bakat dapat terwujud sebagai kinerja
atau perilaku nyata dalam bentuk prestasi yang menonjol, masih memerlukan
latihan dan pengembangan lebih lanjut.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis mengadakan
penelitian tentang Hubungan Mata Kuliah Kurikulum dan Kajian Buku
Teks dan Mata Kuliah Media Pembelajaran dengan Bakat keguruan
Mahasiswa FKIP. Penelitian ini merupakan jenis penelitian studi kasus pada
mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata
B. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis berfokus pada hal-hal yang
mempengaruhi bakat keguruan mahasiswa FKIP. Hal-hal tersebut dilihat dari
mata kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks dan mata kuliah Media
Pembelajaran. Sedangkan untuk bakat keguruan mahasiswa FKIP dilihat dari
keterampilan dan kemampuan mahasiswa dalam melaksanakan tugas
keguruan.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah penelitian
ini adalah
1. Apakah ada hubungan antara mata kuliah Kurikulum dan Kajian Buku
Teks dengan bakat keguruan mahasiswa FKIP?
2. Apakah ada hubungan antara mata kuliah Media Pembelajaran dengan
bakat keguruan mahasiswa FKIP?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini adalah
1. Untuk mengetahui adanya hubungan antara mata kuliah Kurikulum dan
Kajian Buku Teks dengan bakat keguruan mahasiswa FKIP.
2. Untuk mengetahui adanya hubungan antara mata kuliah Media
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan,
khususnya untuk bidang pendidikan dan pengajaran.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Mahasiswa
Untuk para calon guru hendaknya menjadikan bahan refleksi
mahasiswa dan mahasiswi FKIP karena akan menambah pengetahuan
dikemudian hari jika menjadi seorang guru.
b. Bagi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dapat menjadi bahan acuan bagi fakultas untuk mengetahui bakat
keguruan yang dimiliki mahasiswa FKIP.
c. Bagi Universitas Sanata Dharma
Sebagai Universitas yang mempunyai Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan (FKIP) penelitian ini hendaknya dapat memperkaya dan
menambah wawasan bacaan tentang bakat keguruan.
d. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan,
menerapkan teori yang telah diperoleh selama studi dan untuk
9
BAB II
KAJIAN TEORETIK
A. Guru
1. Pengertian Guru
Pada era otonomi pendidikan, pemerintah memiliki kewenangan
yang besar mengenai penentuan kualitas guru. Oleh karena itu
pemerintah dan lembaga pendidikan (FKIP) harus memiliki pola
rekrutmen dan pola pembinaan calon guru yang tepat. Menurut
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, guru
adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (2011: 509) guru adalah orang yang pekerjaan atau
mata pencahariannya, profesinya mengajar.
Guru adalah orang dewasa yang mempersiapkan diri secara khusus
melalui lembaga pendidikan guru (Samana, 1994: 15) dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik (Danim dan Khairil, 2011: 5)
baik secara individual maupun klasikal, di sekolah maupun di luar
sekolah (Djamarah, 2005: 32) yang mampu membawa generasi bangsa
Guru adalah seorang pendidik yang telah melalui pelatihan di
lembaga pendidikan dan memiliki tanggung jawab serta tugas utama
mendidik, mengajar, melatih, dan mengevalusi peserta didik agar
tercipta sumber daya manusia yang berperan dalam membangun
peradaban bangsa.
2. Tugas dan Peran Guru
Guru adalah figur seorang pemimpin. Jabatan guru memiliki
banyak tugas, baik terikat oleh dinas maupun di luar dinas. Secara
umum tugas guru adalah sebagai pendidik dan pengajar serta
bertanggung jawab terhadap setiap muridnya. Guru sebagai tenaga
pendidik tidak hanya mengajar dan menyampaikan materi
pembelajaran, tetapi juga dituntut untuk mempersiapkan sumber daya
manusia yang cakap, dapat diharapkan membangun dirinya, dan
membangun bangsa dan negara.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 39 menegaskan
tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan,
pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang
proses pendidikan pada satuan pendidikan. Tugas guru sebagai profesi
meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik yaitu meneruskan
dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar yaitu meneruskan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih
Kegiatan belajar mengajar tidak bisa lepas dari keberadaan guru.
Tanpa adanya guru, pembelajaran akan sulit dilakukan. Guru memiliki
peran yang paling aktif dalam pelaksanaan pendidikan. Guru
melaksanakan pendidikan melalui kegiatan pembelajaran dengan
mengajar peserta didik. Di sisi lain, guru juga memiliki banyak
kewajiban dalam pembelajaran, mulai dari merencanakan
pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran hingga melakukan
evaluasi pembelajaran. Menurut Djamarah (2005: 43-48), peranan
yang diharapkan dari guru antara lain: korektor, inspirator, infomator,
organisator, motivator, inisiator, fasilitator, pembimbing,
demonstrator, pengelolaan kelas, mediator, supervisor, dan evaluator.
Dari semua proses pembelajaran mulai dari perencanaan hingga
evaluasi pembelajaran guru memiliki berbagai peran.
Sebagai korektor, guru harus bisa membedakan nilai yang baik dan
nilai yang buruk. Nilai yang baik harus guru pertahankan dan nilai
yang buruk harus diperbaiki. Bila guru membiarkan nilai yang buruk,
maka guru telah mengabaikan perannya sebagai korektor yang menilai
dan mengoreksi semua sikap, tingkah laku, dan perbuatan anak didik.
Di sisi lain, guru melakukan koreksi tidak hanya di sekolah, tetapi juga
di luar sekolah (Djamarah, 2005: 44). Guru melakukan koreksi di luar
sekolah karena tidak sedikit anak didik yang melakukan pelanggaran
Sebagai inspirator, guru harus dapat memberikan arahan yang baik
bagi kemajuan belajar anak didik. Persoalan belajar adalah masalah
utama anak didik (Djamarah, 2005: 44). Banyak anak didik yang
mengalami kesulitan mengenai cara belajar yang sesuai dengan
kebutuhannya. Guru bisa memberikan petunjuk mengenai cara belajar.
Petunjuk itu dapat berupa teori-teori belajar maupun dari pengalaman
yang bisa dijadikan petunjuk cara belajar yang baik.
Sebagai informator, guru harus dapat memberi informasi
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan
kurikulum (Sadirman, 1986: 143). Informasi yang baik dan efektif
diperlukan oleh peserta didik, agar peserta dapat memperoleh
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan
kurikulum. Kunci untuk menjadi seorang informator yang baik dan
efektif lebih ditekankan pada peguasaan bahan dan bahasa yang baik.
Selain itu, informator yang baik juga harus mengerti apa saja
kebutuhan anak didik dan mengabdi untuk anak didik.
Sebagai organisator, guru memiliki sisi lain dari peranan yang
diperlukan. Dalam bidang ini guru memiliki berbagai kegiatan
pengelolaan akademik, menyusun tata tertib sekolah, dan lain-lain.
Semua komponen yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar
diorganisasikan sedemikian rupa sehingga dapat mencapai efektivitas
Efektivitas dan efisiensi dalam belajar dalam diri siswa membuat
kegiatan belajar mengajar berjalan secara optimal.
Sebagai motivator, guru dapat mendorong peserta didik agar
bergairah dan aktif belajar. Peranan guru sebagai motivator penting
dalam rangka meningkatkan gairah dan pengembangan kegiatan
belajar siswa (Mulyasa, 2013: 58). Sebagai upaya memberikan
motivasi, guru dapat menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
peserta didik malas belajar dan menurunnya pretasi di sekolah.
Motivasi dapat berjalan secara efektif bila dilakukan dengan
memperhatikan kebutuhan peserta didik (Djamarah, 2005: 45). Selain
memperhatikan kebutuhan peserta didik, guru juga dapat memberikan
penguatan, pujian dan sebagainya. Peningkatkan motivasi yang
dilakukan oleh guru pada peserta didik, bertujuan untuk meningkatkan
gairah siswa dalam belajar.
Sebagai inisiator, guru menjadi pencetus ide-ide dalam pendidikan.
Proses interaksi edukatif sekarang ini harus diperbaiki sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pendidikan
(Djamarah, 2005: 45). Perbaikan ini diperlukan agar interaksi edukatif
menjadi lebih baik guna memberikan kemajuan dalam pendidikan dan
pengajaran. Guru harus menjadikan dunia pendidikan khususnya di
bidang interaksi edukatifnya lebih baik dari pada yang dulu.
Sebagai fasilitator, guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas
(Sadirman, 1986: 143). Kemudahan tersebut berguna agar anak didik
dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan, penuh semangat,
tidak cemas, dan berani mengemukakan pendapatnya secara terbuka.
Pada era globalisasi, guru harus siap menjadi fasilitator yang
demokratis dan profesional. Pada era tersebut tidak menutup
kemungkinan bahwa anak didik lebih pandai dari guru dalam
menggunakan fasilitas. Guru harus terus belajar dan meningkatkan
kemampuannya agar siap dan mampu menjadi seorang fasilitator yang
handal.
Sebagai pembimbing, guru hendaknya dapat membimbing anak
didik menjadi manusia yang cakap. Tanpa bimbingan, anak didik akan
mengalami kesulitan dalam menghadapi perkembangan dirinya.
Ketergantungan anak didik akan semakin berkurang jika semakin
dewasa. Bimbingan dari guru sangat diperlukan pada saat anak didik
belum mampu berdiri sendiri (mandiri). Di sisi lain, tugas guru sebagai
pembimbing juga harus merumuskan tujuan secara jelas, menetapkan
waktu yang dibutuhkan, memberikan petunjuk serta menilai proses
yang dilaluinya (Mulyasa, 2013: 41). Dalam membimbing pesera
didik, guru memiliki berbagai kewajiban dan tanggung jawab yang
harus direncanakan dan dilaksanakan.
Sebagai demonstrator, guru hendaknya dapat membantu siswa
dalam memperagakan apa yang diajarkan. Sebagaimana dikemukakan
peserta didik, guru harus berusaha dengan membantu dan
memperagakan apa yang diajarkannya. Fungsi utama dari
memperagakan adalah agar materi pembelajaran yang dianggap sulit
dapat dengan mudah dipahami oleh anak didik, sehingga apa yang
guru inginkan dapat sejalan dengan anak didik. Ketika keinginan guru
telah sejalan dengan anak didik, maka tujuan pembelajaran dapat
dicapai.
Sebagai pengelola kelas, guru hendaknya dapat mengelola kelas
dengan baik. Usaha untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi
kelas sebagai lingkungan belajar tidaklah mudah. Lingkungan belajar
yang efektif diatur dan diawasi agar kegiatan belajar terarah dan sesuai
dengan tujuan pembelajaran. Pengawasan terhadap lingkungan belajar
berguna dalam menentukan penilaian pengelolaan (Mulyasa, 2013:
91). Kelas yang dikelola dengan baik akan menunjang jalannya proses
kegiatan belajar mengajar, sebaliknya kelas yang dikelola dengan
buruk akan menghambat proses pengajaran.
Sebagai mediator, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan
pemahaman yang cukup tentang media. Media berfungsi sebagai alat
komunikasi guna mengefektifkan proses interaksi edukatif (Djamarah,
2005: 47). Guru tidak hanya memiliki pengetahuan tentang media saja,
tetapi guru juga harus mengetahui cara berinteraksi dan berkomunikasi
peserta didik bertujuan agar guru dapat menciptakan lingkungan yang
interaktif dengan peserta didik.
Sebagai supervisor, guru hendaknya dapat membangun,
memperbaiki, dan menilai secara kritis. Teknik-teknik supervisi harus
dikuasai oleh guru dengan baik, agar dapat melakukan perbaikan
terhadap situasi mengajar menjadi lebih baik (Djamarah, 2005: 48).
Berbagai teknik dapat digunakan dalam meningkatkan situasi belajar
mengajar, baik secara berkelompok maupun secara individual. Teknik
kelompok dapat digunakan pada saat menghadapi masalah yang sama
atau sejenis, sedangkan teknik individual digunakan pada saat
menghadapi masalah khusus.
Sebagai evaluator, guru berperan memberikan evaluasi berupa nilai
bagi anak didik. Dalam memberikan evaluasi berupa nilai guru dituntut
untuk jujur. Guru memiliki otoritas untuk menilai prestasi anak didik
dalam bidang akademis maupun tingkah laku sosialnya. Djamarah
(2005: 48) menyatakan guru tidak hanya menilai hasil dari pengajaran,
tetapi juga menilai jalanannya proses pengajaran. Penilaian hasil
pengajaran dan proses pengajaran yang dilakukan oleh guru,
diharapkan akan memberikan umpan balik mengenai pelaksanaan
interaksi edukatif.
Ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mempermudah siswa
memperoleh sumber belajar yang diinginkan, tetapi hal tersebut dirasa
mampu mengemban tugas dan perannya dengan baik. Tugas dan peran
guru tidak hanya sebagai orang yang mentransfer ilmu dan membuat
siswa menjadi pintar, tetapi juga sebagai pendidik yang menjadi figur
dengan memiliki akhlak dan kepribadian yang baik.
3. Syarat Guru Profesional
Pekerjaan guru adalah pekerjaan yang profesional, yang berarti
jabatan ini memerlukan suatu keahlian khusus. Untuk dapat
melaksanakan tugasnya dengan baik guru harus memiliki kompetensi
yang sesuai dengan bidangnya. Undang-Undang Nomor 14 Tahun
2005 Pasal 10 dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 74 Tahun 2008
menegaskan kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik,
kompetensi profesional, kompetensi sosial, dan kompetensi
kepribadian. Kompetensi pedagogi adalah kemampuan guru untuk
mengelola pembelajaran. Kompetensi profesional adalah kemampuan
guru untuk untuk menguasai materi pembelajaran secara luas dan
mendalam. Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk
berinteraksi dan berkomunikasi dengan peserta didik, sesama guru,
wali murid, dan masyarakat sekitar secara efektif dan menarik,
sedangkan kompetensi kepribadian berarti seorang guru harus
mempunyai kepribadian yang mantab, stabil, dan dewasa serta dapat
menjadi teladan bagi peserta didik.
Agar guru dapat melaksanakan tugas dan perannya secara baik,
berakhlak mulia, sehat jasmani dan rohani, dan memiliki
kecakapan-kecakapan keguruan. Ditambah lagi oleh Oemar Hamalik (2001: 118),
guru profesional harus memiliki persyaratan, meliputi:
a. Harus memiliki bakat sebagai guru b. Harus memiliki keahlian sebagai guru
c. Memiliki kepribadian yang baik dan terintegrasi d. Memiliki mental yang sehat
e. Berbadan sehat
f. Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas g. Guru adalah manusia berjiwa Pancasila
h. Guru adalah seorang warga negara yang baik
Selain persyaratan-persyaratan tersebut seorang tenaga pengajar (guru)
harus memiliki kualifikasi akademik. Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menegaskan seorang
guru harus memiliki (1) kualifikasi akademik pendidikan minimum
diploma empat (D-IV) atau sarjana (S-1), (2) latar belakang pendidikan
tinggi dengan program pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran
yang diajarkan, dan (3) sertifikasi profesi guru.
Untuk bisa menjadi guru profesional ada berbagai persyaratan yang
harus dipenuhi. Persyaratan tersebut harus dipenuhi agar menjadikan
guru sebagai tenaga yang profesional. Tenaga guru yang profesional
dibutuhkan untuk melaksanakan kurikulum dalam sistem instruksional
yang telah didesain dengan sistematik (Hamalik, 2006: 43). Jika guru
dapat melaksanakan kurikulum tersebut dengan baik, guru juga dapat
mengembangkan potensi siswa secara optimal. Salah satu syarat yang
harus dipenuhi dan diperluhkan agar dapat menjadi guru profesional
B. Bakat
1. Pengertian Bakat
Hamalik (2001: 118) dan Undang tentang guru dan dosen Nomor
14 Tahun 2005 Pasal 7 ayat (1) menyatakan salah satu syarat menjadi
guru dan prinsip-prinsip profesionalisme yang harus dimiliki guru
adalah memiliki bakat. Bakat berasal dari kemampuan bawaan (gen),
selain itu bakat juga dapat diwujudkan melalui pendidikan dan latihan.
Dengan bakat, memungkinkan seseorang untuk mencapai hasil atau
prestasi dalam bidang tertentu. Bakat (aptitude) diartikan sebagai
kemampuan bawaan serta potensi yang masih perlu dilatih (Munandar,
1985: 17) guna mendapatkan kesempatan untuk berkembang
(Poerbakawatja, 1989: 38) diwujudkan dengan pendidikan dan latihan
agar suatu kinerja dapat dilakukan pada masa yang akan datang (Ali
dan Asrori, 2005: 80). Berdasarkan penjelasan di atas bakat juga bisa
diartikan sebagai potensi yang dimiliki oleh seseorang sejak lahir.
Potensi dapat diartikan sebagai kemampuan dasar dari sesuatu
yang masih terpendam di dalamnya yang menunggu untuk diwujudkan
menjadi suatu kekuatan yang nyata dalam diri orang tersebut (Wiyono,
2006: 37). Peserta didik membutuhkan suatu program pendidikan yang
dikenal dengan program pendidikan berdiferensiasi untuk mewujudkan
potensi secara optimal (Ali dan Asrori, 2005: 82). Program ini
memberikan pengalaman pendidikan kepada peserta didik dengan
Seseorang dikatakan berbakat apabila mempunyai kemampuan di
atas rata-rata dalam bidang tertentu. Kemampuan ini akan
memunculkan gagasan atau ide yang baru sehingga dapat
memperbaharui dan menemukan solusi atas hubungan suatu unsur.
Kehadiran anak berbakat dengan potensinya yang bermakna sangatlah
berguna dalam pengembangan bangsa dan negara. Oleh karena itu,
pendidikan anak berbakat membutuhkan banyak dukungan dari orang
tua, guru, dan masyarakat.
2. Langkah-langkah Mengembangkan Bakat
Bakat tidak bisa muncul dan terwujud secara tiba-tiba. Dalam
mewujudkan bakat secara optimal diperlukan berbagai latihan dan
kesempatan untuk mengembangkan potensi pada bakat tersebut. Selain
berbagai latihan dan kesempatan untuk mengembangkan potensi,
diperlukan juga pelayanan pendidikan bagi anak berbakat (Munandar,
1985: 30). Pelayanan pendidikan bagi anak berbakat diperlukan agar
potensi yang ada pada bakat seseorang mengalami perkembangan
secara maksimal. Kemampuan dan keterampilan pada diri seseorang
yang sudah berkembang secara maksimal akan menunjukkan hasil atau
prestasi diatas rata-rata.Selain pendidikan khusus yang harus diberikan
kepada seseorang yang mempunyai bakat, diperlukan juga beberapa
cara atau kondisi yang membuat anak berbakat dapat mengembangkan
Ada sejumlah langkah yang perlu dilakukan untuk
mengembangkan bakat (Ali dan Asrori, 2005: 83), yaitu: (a)
mengembangkan situasi dan kondisi, (b) menumbuhkembangkan
minat dan motif berprestasi tinggi, (c) meningkatkan kegigihan dan
daya juang dan (d) mengembangkan program pendidikan
berdiferensiasi. Situasi dan kondisi diperlukan untuk memberikan
kesempatan dalam mengembangkan bakat khusus. Kesempatan
tersebut berupa mengusahakan dukungan baik secara psikologis
maupun fisik. Dukungan yang baik dan tepat akan memberikan
kesempatan seseorang yang memiliki bakat untuk mengembangkan
bakatnya. Seseorang yang memiliki minat dan motif untuk terus
meningkatkan prestasinya akan semakin terpacu dengan cara berlatih
hingga mencapai prestasi atau hasil yang diinginkan. Latihan yang
dilakukan akan semakin mengasah potensi pada diri seseorang yang
memiliki bakat. Semakin banyak latihan yang dilakukan akan
meningkatkan kegigihan dan daya juang pada diri anak dan remaja
dalam menghadapi berbagai tantangan dan kesulitan. Untuk membuat
seseorang dapat terus melakukan latihan dan meningkatkan kegigihan
dan daya juangnya diperlukan pelayanan pendidikan yang tepat.
Pelayanan pendidikan tersebut berupa mengembangan program
pendidkan berdiferensiasi di sekolah dengan cara menerapkan
kurikulum berdiferensiasi guna memberikan pelayanan yang lebih
3. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bakat
Ali dan Asrori (2005: 81) menyatakan ada sejumlah faktor yang
mempengaruhi perkembangan bakat, yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal terdiri dari: minat, motif berprestasi,
keberanian mengambil risiko, keuletan dalam menghadapi tantangan,
dan kegigihan atau daya juang dalam mengatasi kesulitan yang timbul.
Sedangkan Faktor eksternal terdiri dari kesempatan maksimal untuk
mengembangkan diri, sarana dan prasarana, dukungan dan dorongan
orang tua atau keluarga, lingkungan tempat tinggal, pola asuh orang
tua. Ditambahkan oleh Munandar (1985: 18) pada faktor eksternal
yang mempengaruhi perkembangan bakat adalah taraf sosial ekonomi.
Sedangkan Wiyono (2006: 61) menyebutkan bahwa bakat ditentukan
oleh beberapa faktor, yaitu: faktor genetik atau keturunan, pendidikan
dan pelatihan. Ada banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan
bakat, salah satunya adalah kesempatan untuk mengembangkan diri.
Kesempatan untuk mengembangkan diri dapat diperoleh melalui
pendidikan formal dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Dalam
proses pendidikannya, seseorang yang memiliki potensi akan semakin
terasah kemampuannya jika mendapatkan pendidikan dan latihan yang
sesuai dengan bidangnya. Berbagai pendidikan dan latihan yang tepat
menjadi kesempatan seseorang untuk mengembangkan potensinya
secara maksimal. Seseorang diberikan berbagai pendidikan dan latihan
C. Bakat Keguruan
Bakat adalah kepandaian, sifat, dan pembawaan yang dibawa sejak
lahir oleh individu yang memungkinkan dengan suatu latihan agar
mewujudkan suatu ketercapaian. Keguruan yaitu perihal (yang
menyangkut) pengajaran, pendidikan, dan metode pengajaran. Menurut
Wasidi dan Djemari Mardapi (2016: 99) bakat keguruan adalah potensi
kemampuan individu dapat berkembang dengan pendidikan untuk
melaksanakan proses pendidikan dan pembelajaran dengan baik. Salah
satu kesempatan untuk mengembangkan diri yaitu dengan cara menempuh
pendidikan di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) dan
memperoleh pelatihan untuk mengasah keterampilan dan kemampuan
keguruannya. Bakat keguruan terdiri atas kreativitas pedagogi, komitmen
pedagogi, dan kecerdasan emosi.
Kreativitas pedagogi merupakan salah satu aspek dalam bakat
keguruan. Kreativitas dalam pendidikan lebih menekankan pada
kemampuan guru yang mengandalkan keunikan dan kemahirannya untuk
mendidik mengajar kreatif, merencanakan pembelajaran, meningkatkan
motivasi siswa, dan menemukan solusi dalam membantu kesulitan siswa
seusai dengan kendala yang terjadi. Di sisi lain, ciri-ciri guru yang
memiliki kreativitas antara lain mempunyai rasa ingin tahu, berpikir
orisinal, mandiri, berani mengambil risiko, energik, mempunyai rasa
humor, memecahkan suatu masalah yang kompleks, artistik, berpikiran
dapat menentukan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan
tujuan pembelajaran yang akan dicapainya.
Aspek yang kedua dari bakat keguruan adalah komitmen pedagogi.
Komitmen dalam pendidikan lebih menekankan pada keterikatan terhadap
tugas dan kewajiban sebagai guru yang dapat melahirkan tanggung jawab,
sikap responsif serta inovatif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Mulyasa (2007: 151) menjelaskan komitmen secara mandiri
perlu dibangun pada setiap individu warga sekolah termasuk guru,
terutama untuk menghilangkan setting pemikiran dan budaya kekakuan
birokrasi, seperti harus menunggu petunjuk atasan dengan mengubahnya
menjadi pemikiran yang kreatif dan inovatif.
Wasidi dan Mardapi (2016: 101) menyebutkan komitmen pedagogi
terdiri atas empat faktor yaitu motivasi terhadap tugas, disiplin terhadap
tugas, tanggung jawab terhadap tugas, dan keuletan menjalankan tugas.
Motivasi terhadap tugas adalah dorongan dari dalam dan luar untuk
menyelesaikan tugas yang diembannya. Disiplin terhadap pelaksanaan
tugas adalah tingkat ketepatan waktu yang diperlukan untuk melaksanakan
tugas yang diembannya. Tanggung jawab terhadap tugas adalah tingkat
keberanian yang diembannya. Keuletan dalam menjalankan tugas adalah
tingkat kegigihan pelaksanaan tugas yang diembannya.
Dalam kehidupan sehari-hari ada banyak masalah yang tidak dapat
terpecahkan jika hanya mengandalkan kemampuan intelektual.
keberhasilan. Semakin baik seseorang dalam mengendalikan emosinya
maka semakin berhasil pula seseorang mampu memecahkan masalah.
Emosi berlaku sebagai sumber energi, sumber kebijakan dan semangat
manusia yang paling kuat (Mustaqim, 2008: 153). Kecerdasan emosi
mempunyai kontribusi yang besar dalam mencapai keberhasilan hidup.
Kecerdasan emosi adalah kemampuan mengenali, mengelola emosi
diri sendiri sehinga tercipta keharmonisan hubungan dengan orang lain.
Mustaqim (2008: 154) menyatakan kecerdasan emosi menunjuk kepada
suatu kemampuan untuk memahami perasaan diri masing-masing dan
perasaan orang lain, kemampuan untuk memotivasi dirinya sendiri, menata
dengan baik emosi-emosi yang muncul dalam dirinya dan dalam
berhubungan dengan orang lain. Kecerdasan emosi dalam pendidikan lebih
menekankan dalam mengelola perasaan pada diri sendiri maupun siswa
serta menjaga emosi untuk memberikan kesan hubungan yang baik
terhadap sesama guru maupun dengan siswa.
D. Mata Kuliah Keahlian Berkarya (MKB)
Kepmendiknas Nomor 232 Tahun 2000 Pasal 9 menetapkan bahwa
kelompok mata kuliah keahlian berkarya (MKB) yang terdiri atas mata
kuliah yang relevan, bertujuan untuk memperkuat penguasaan dan
memperluas wawasan kompetensi keahlian dalam berkarya di masyarakat
sesuai dengan keunggulan kompetitif serta komparatif penyelenggaraan
(MKB) di FKIP USD terdiri dari sembilan mata kuliah, yaitu: (1) Strategi
Pembelajaran, (2) Media Pembelajaran, (3) Evaluasi Pembelajaran, (4)
Perencanaan Pembelajaran, (5) Kurikulum dan Kajian Buku Teks, (6)
Pengelolaan Kelas, (7) Pengajaran Mikro, (8) Program Pengalaman
Lapangan, dan (9) Seminar Pendidikan. Status pengambilan seluruh mata
kuliah tersebut adalah wajib dengan sifat mata kuliah berupa teori,
laboratorium, praktik lapangan, dan seminar. Di dalam kelompok MKB
terdapat beberapa mata kuliah yang bertujuan untuk menghasilkan tenaga
ahli dengan kekaryaan berdasarkan ilmu dan keterampilan yang dikuasai.
Di antaranya adalah mata muliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks dan
mata kuliah Media Pembelajaran.
1. Mata Kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks
a. Pengertian Mata kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks
Mata kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks merupakan
mata kuliah yang harus dikuasai mahasiswa calon guru agar
memiliki keterampilan dan pengetahuan dalam memahami dan
mengembangkan kurikulum serta menyusun dan mengevaluasi
buku teks. Selama mengikuti perkuliahan di mata kuliah
Kurikulum dan Kajian Buku Teks, mahasiswa diberikan
pembelajaran mengenai kurikulum yang terapkan di sekolah dan
buku teks yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Pembelajaran
tersebut kemudian dikaitkan dengan berbagai kasus yang terjadi
kurikulum di sekolah dan penyusunan serta penilaian buku teks
yang banyak dipakai oleh guru lalu mendiskusikan bersama rekan
mahasiswa yang menempuh mata kuliah Kurikulum dan Kajian
Buku Teks.
Mata kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks bertujuan
untuk membekali mahasiswa agar memiliki keterampilan dan
pengetahuan dalam menciptakan, menemukan, dan menyajikan
informasi sesuai dengan tujuan pembelajaran. Kemampuan
pendidik menciptakan suasana dan pengalaman belajar memberi
hasil bervariasi dalam pengelolaan peserta didik yang memenuhi
kurikulum dan buku teks yang disiapkan.
b. Kompetensi Dasar Mata kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks
Dalam mata kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks,
mahasiswa yang mengambil atau menempuh mata kuliah ini
diharapkan dapat mencapai standar kompetensi yang ada, yaitu
(1) mendekripsikan kurikulum 2013, menguraikan (2) pengertian
dan asas-asas kurikulum, filosofis kurikulum, psikologis
kurikulum, (3) proses perubahan dan perbaikan kurikulum, (4)
praktik gagasan tentang penilaian buku teks, dan (5) beberapa
studi tentang buku pelajaran.
Penguasaan dalam mata kuliah Kurikulum dan Kajian Buku
Teks ini diharapkan dapat menjadi salah satu bekal bagi para
kompetensi pedagogi dan profesional. Dengan demikian guru
yang dihasilkan dari lembaga (FKIP) ini adalah guru yang
profesional.
c. Fungsi Kurikulum dan Buku Teks
Kurikulum adalah sesuatu yang direncanakan sebagai
pegangan guna mencapai tujuan pendidikan (Nasution, 2011: 8).
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 menyatakan “kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu”. Oleh karena itu fungsi kurikulum bagi guru
adalah sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan.
Di sisi lain, buku teks adalah buku acuan wajib untuk
digunakan di satuan pendidikan yang memuat materi
pembelajaran disusun berdasarkan Standar Nasional Pendidikan
(Sitepu, 2012: 17). Buku teks mempunyai fungsi sebagai sarana
pengembang bahan dan program dalam kurikulum pendidikan,
serta efisiensi dan efektivitas pembelajaran.
d. Membuat Bahan Ajar
Membuat bahan ajar yang akan diberikan kepada siswa
bukanlah persoalan yang sederhana, karena bahan ajar haruslah
sesuai dengan ketentuan yang sudah dibuat oleh pemerintah dan
31) menyebutkan tahap-tahap yang harus dilakukan ketika hendak
membuat bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kompetensi
yang harus dikuasai peserta didik antara lain: analisis Standar
Kompetensi-Kompetensi Dasar (SK-KD), analisis sumber belajar,
serta memilih dan menentukan bahan ajar.
Analisis SK-KD dilakukan untuk memastikan
kompetensi-kompetensi apa saja yang memerlukan bahan ajar. Dari hasil
analisis tersebut kita bisa mengetahui bahan ajar yang harus
disiapkan dalam satu semester tertentu. Tahap selanjutnya yaitu
melakukan analisis terhadap bahan ajar diantaranya adalah
ketersediaan, kesesuaian, dan kemudahan dalam
memanfaatkannya dengan cara menginventarisasi ketersediaan
sumber belajar yang dikaitkan dengan kebutuhan. Terakhir,
melakukan pemilihan dan penentuan bahan ajar bertujuan untuk
memenuhi salah satu kriteria bahwa bahan ajar harus menarik,
dapat membantu siswa untuk mencapai kompetensi. Sehingga
bahan ajar dibuat sesuai dengan kebutuhan dan kecocokan dengan
KD yang akan diraih oleh peserta didik.
2. Mata Kuliah Media Pembelajaran
a. Pengertian Mata Kuliah Media Pembelajaran
Mata kuliah Media Pembelajaran merupakan mata kuliah
yang mengkaji dan menganalisis pemilihan serta penggunaan
belajar yang optimal, mahasiswa yang menempuh mata kuliah
Media Pembelajaran harus bisa menganalisis jenis media,
memilih ataupun membuat media, serta membuat inovasi baru di
dunia media. Tujuan dari mata kuliah Media Pembelajaran adalah
untuk membekali mahasiswa agar memiliki keterampilan dan
pengetahuan dalam menjelaskan konsep dasar, fungsi, jenis, serta
memilih, menentukan, dan membuat media pembelajaran yang
tepat sesuai dengan karakteristik siswa dan tujuan pembelajaran.
b. Kompetensi Dasar Mata Kuliah Media Pembelajaran
Dalam mata kuliah Media Pembelajaran, mahasiswa yang
mengambil atau menempuh mata kuliah ini diharapkan dapat
mencapai kompetensi dasar yang telah ditentukan, yaitu (1)
memahami (manfaat, jenis, urgensi dari media pembelajaran)
serta mampu menggunakan media pembelajaran dalam kegiatan
pembelajaran, (2) merancang persiapan penggunaan media
pembelajaran, dan (3) membuat dan merancang sendiri media
pembelajaran baru sebagai upaya inovasi baru di dunia media.
Penguasaan dalam mata kuliah media pembelajaran ini
diharapkan, dapat menjadi salah satu bekal bagi calon guru agar
memiliki kompetensi yang memadai khususnya kompetensi
pedagogis dan profesional. Mahasiswa FKIP sebagai calon guru
media pembelajaran. Dengan demikian guru yang dihasilkan dari
lembaga (FKIP) ini adalah guru yang profesional.
c. Pengertian Media Pembelajaran
Media pembelajaran adalah bahan, alat, maupun metode
atau teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar
(John, 1988: 14) untuk membantu anak didik, agar dapat belajar
sesuai dengan kebutuhan dan minatnya (Kustandi dan Sutjipto,
2013: 8) dengan kelebihan mempermudah pemahaman konsep
tertentu atau yang kurang mampu dijelaskan dengan bahasa
(Djamarah dan Zain, 2010: 137). Media dapat digunakan untuk
mengurangi verbalisme.
Teori di atas menjelaskan bahwa media pembelajaran
adalah alat yang dapat membantu proses belajar mengajar dan
berfungsi untuk memperjelas makna pesan yang disampaikan,
sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan lebih baik
dan sempurna.
d. Manfaat Media Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran, penggunaan media memiliki
berbagai macam manfaat. Media pengajaran dapat mempertinggi
proses belajar siswa dalam pengajaran yang pada gilirannya
diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya
(Sudjaja dan Rivai, 1990: 2). Manfaat dalam penggunaan media
perhatian, bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya, mentode
mengajar lebih bervariasi, dan siswa lebih banyak melakukan
kegiatan belajar.
Pengajaran dengan menggunakan media menimbulkan
kesan yang berbeda dari pada pengajaran yang tidak
menggunakan media. Pengajaran dengan menggunakan media
akan lebih menarik perhatian peserta didik sehingga dapat
menunbuhkan motivasi belajar. Selanjutnya penggunaan media
juga memperjelas makna dari bahan ajar yang sesungguhnya,
sehingga dapat lebih dipahami oleh para peserta didik dan
memungkinkan peserta didik untuk menguasai tujuan pengajaran
secara lebih baik. Guru yang menggunakan media, metode
mengajarnya akan lebih bervariasi. Tidak hanya menggunakan
komunikasi verbal saja sehingga peserta didik tidak akan bosan
dan guru tidak kehabisan tenaga. Selain itu peserta didik lebih
banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya
mendengarkann uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti
mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.
e. Kriteria Pemilihan Media
Dalam merencanakan pembelajaran dengan menggunakan
media, guru perlu memperhatikannya secara sistematis
berdasarkan langkah-langkah yang saling terkait. Hal tersebut
bermakna. Sudjaja dan Rivai (1990: 5) menyebutkan beberapa
kriteria yang perlu diketahui dalam pemilihan media, antara
lain: ketepatannya dengan tujuan pengajaran, dukungan
terhadap isi bahan pengajaran, kemudahan memperoleh media,
keterampilan guru dalam menggunakan, tersedia waktu untuk
menggunakannya, dan sesuai dengan taraf berpikir peserta
didik.
Guru harus tanggap dalam memilih media yang sesuai
dengan karakteristik peserta didik dan tujuan pembelajaran
yang harus dicapai. Keterampilan dalam menggunakan media
juga harus dikuasi oleh guru. Penggunaan media pembelajaran
yang sederhana akan mempermudah guru dalam memperoleh
dan menggunakan media. Untuk memilih media yang baik
diperlukan persiapan dan perencanaan yang sangat teliti agar
manfaat penggunaan media dalam pengajaran dapat dirasakan
oleh guru dan peserta didik.
E. Kerangka Berpikir
Guru adalah seseorang yang pekerjaannya memiliki tanggung
jawab dan tugas utama mendidik, mengajar, melatih, dan mengevalusi
peserta didik. Salah satu syarat menjadi guru adalah memiliki bakat
keguruan. Bakat yaitu kepandaian, sifat, dan pembawaan yang dibawa
mewujudkan suatu ketercapaian. Bakat keguruan merupakan kepandaian,
sifat dan pembawaan yang dibawa sejak lahir oleh individu yang
memungkinkan dengan suatu latihan agar mencapai suatu kecakapan,
pengetahuan dan keterampilan perihal pengajaran, pendidikan, dan metode
pengajaran. Faktor yang mempengaruhi perkembangan bakat dibedakan
menjadi dua, yaitu faktor internal dan eksternal.
Salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi perkembangan
bakat adalah kesempatan untuk mengembangkan diri. Calon guru yang
menempuh pendidikan di FKIP memiliki kesempatan untuk
mengembangkan diri. Mahasiswa FKIP mampu mengembangkan diri
dengan mengikuti berbagai kelompok mata kuliah yang ditawarkan, salah
satunya adalah mata kuliah keahlian berkarya (MKB). Di dalam kelompok
mata kuliah keahlian berkarya (MKB) terdapat beberapa mata kuliah yang
bertujuan untuk menghasilkan tenaga ahli dengan kekaryaan berdasarkan
ilmu dan keterampilan yang dikuasai. Di antaranya adalah mata kuliah
Kurikulum dan Kajian Buku Teks dan mata kuliah Media Pembelajaran.
Di kedua mata kuliah tersebut, mahasiswa akan mengalami
pembelajaran dan latihan mengenai keterampilan dan kemampuan
keguruan. Perkembangan kemampuan seseorang akan terwujud bila
dihadapkan pada pengalaman belajar dan latihan yang sesuai dengan bakat
yang ada dalam dirinya. Pembelajaran dan latihan yang didapat dari
Media Pembelajaran akan membantu calon guru dalam mengembangkan
keterampilan, kemampuan, dan bakat keguruannya.
F. Rumusan Hipotesis
�� : Mata kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks tidak berhubungan
dengan bakat keguruan mahasiswa FKIP
�� : Mata kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks berhubungan
dengan bakat keguruan mahasiswa FKIP.
�� : Mata kuliah Media Pembelajaran tidak berhubungan dengan bakat
keguruan mahasiswa FKIP
�� : Mata kuliah Media Pembelajaran berhubungan dengan bakat
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian studi kasus. Penelitian
studi kasus merupakan penelitian yang dilakukan secara intensif terinci
dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga atau gejala tertentu
(Arikunto 2010: 185). Studi kasus pada penelitian ini dilakukan pada
mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata
Dharma. Hasil atau kesimpulan yang ditarik dari penelitian ini tidak bisa
direalisasikan di tempat lain.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian akan dilakukan di Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan Februari-Maret
C. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan angkatan 2013, Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
2. Objek Penelitian
Dalam penelitian ini, yang menjadi objek penelitian adalah variabel
bebas dan variabel terikat. Variabel bebas terdiri dari dua faktor yaitu
Mata kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks, dan Mata kuliah
Media Pembelajaran. Sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini
adalah bakat keguruan mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
D. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan unit atau individu dalam ruang
lingkup yang akan diteliti (Martono, 2010: 76), sedangkan menurut
Arikunto (2010: 173) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa S1 Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan
Tabel 3.1
Sumber: Biro Administrasi Akademik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Tahun Akademik 2016/2017 Semester Gasal
2. Sampel
Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan untuk menentukan
ukuran sampel adalah teknik Slovin (Siregar, 2014: 34) dengan rumus
sebagai berikut:
Berdasarkan rumus di atas, maka jumlah sampel minimal yang harus
� = + 855 0,05855
n = 273 mahasiswa
3. Teknik Penarikan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan secara proporsional, yaitu dengan
mengambil subyek dari setiap strata atau setiap wilayah yang
ditentukan seimbang dengan banyaknya subjek dari masing-masing
strata atau wilayah. Pengambilan sampel secara proporsional dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Sampel Subkelompok = ∑ masing − masing kelompok ∑ total x Sampel
Dengan demikian, dapat dihitung sampel yang akan diteliti
berdasarkan program studi masing-masing respoden dengan
perhitungan sebagai berikut:
Tabel 3.2
Proporsi Sampel Mahasiswa Setiap Program Studi
Program Studi Jumlah Jumlah
Sampel
Pendidikan Agama Katolik 39 12
Pendidikan Guru Sekolah Dasar 194 62
Pendidikan Bahasa Inggris 150 48
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 83 26
Sumber: Biro Administrasi Akademik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2016, diolah.
E. Operasionalisasi Variabel
1. Variabel Mata Kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks
Variabel mata kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks diukur
dengan menggunakan nilai akhir keberhasilan mahasiswa pada mata
kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks. Nilai akhir keberhasilan
mahasiswa dinyatakan sebagai berikut:
Tabel 3.3
Kategori Nilai Akhir Keberhasilan Mahasiswa Pada Mata Kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks
Sumber: Buku Pedoman Program Studi Pendidikan Ekonomi 2012.
2. Variabel Mata Kuliah Media Pembelajaran
Variabel mata kuliah Media Pembelajaran diukur dengan
menggunakan nilai akhir keberhasilan mahasiswa pada mata kuliah
Media Pembelajaran. Nilai akhir keberhasilan mahasiswa dinyatakan
sebagai berikut:
Tabel 3.4
Kategori Nilai Akhir Keberhasilan Mahasiswa Pada Mata Kuliah Media Pembelajaran
Huruf Mutu Arti Angka Mutu Skor
A Amat baik 4 5
Huruf Mutu Arti Angka Mutu Skor
C Cukup 2 3
D Kurang 1 2
E Sangat Kurang 0 1
Sumber: Buku Pedoman Program Studi Pendidikan Ekonomi 2012.
3. Variabel bakat keguruan
Variabel bakat keguruan diukur dengan menggunakan instrumen
yang dikembangkan oleh Wasidi (2015). Pengukuran instrumen
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, menggunakan
pedoman penskoran yang terdapat pada instrumen bakat keguruan
yang dikembangkan oleh Wasidi (2015). Intrumen bakat keguruan
terdiri atas tiga bagian, yaitu: kreativitas pedagogi, komitmen
pedagogi dan kecerdasan emosi.
Kreativitas pedagogi diukur dengan Tes Kreativitas Verbal (TKV).
Butir-butir pertanyaan kreativitas pedagogi disusun dengan model
what if not yaitu metode untuk mengungkapkan kemampuan
mahasiswa dalam memecahkan suatu masalah jika disajikan satu
alternatif pemecahan masalah. Komitmen pedagogi dan kecerdasan
emosi diukur dengan inventori model Guttman, dengan tiga pilihan
berjenjang dengan penskoran 1 sampai dengan 3, dengan penempatan
urutan skor secara acak, agar skornya tidak mudah untuk ditebak.
Variabel
Setiap pertanyaan dalam instrumen kreativitas pedagogi diukur
dengan menggunakan Tes Kreativitas Verbal (TKV). Di sisi lain,
setiap pertanyaan dalam instrumen komitmen pedagogi dan
kecerdasan emosi diukur dengan inventori model Guttman, dengan
tiga pilihan berjenjang, dengan penskoran 1 sampai dengan 3, dengan
penempatan urutan skor secara acak, agar skornya tidak mudah untuk
ditebak. Pemberian skor pada setiap jawaban dalam instrumen
kreativitas pedagogi, komitmen pedagogi, dan kecerdasan emosi dapat
dilihat pada lampiran 3 (halaman 124 - 131).
Skor akhir pada variabel bakat keguruan diperoleh dari
menjumlahkan skor tes kreativitas pedagogi, komitmen pedagogi dan
kecerdasan emosi. Skor akhir lalu dikonversikan menjadi nilai.
Tabel 3.6
Konversi Total Skor pada Variabel Bakat Keguruan
No Interval Skor Nilai
Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data dengan cara
membagikan beberapa daftar pertanyaan secara tertulis kepada
responden agar peneliti memperoleh informasi yang tepat. Kuesioner
dalam penelitian ini digunakan untuk mendapatkan data tentang bakat