• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan mata kuliah kurikulum dan kajian buku teks dan mata kuliah media pembelajaran dengan bakat keguruan mahasiswa FKIP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan mata kuliah kurikulum dan kajian buku teks dan mata kuliah media pembelajaran dengan bakat keguruan mahasiswa FKIP"

Copied!
186
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN MATA KULIAH KURIKULUM DAN KAJIAN

BUKU TEKS DAN MATA KULIAH MEDIA

PEMBELAJARAN DENGAN BAKAT KEGURUAN

MAHASISWA FKIP

(Studi Kasus pada Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Angkatan 2013 Universitas Sanata Dharma)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh:

Garnis Sintya Dewi NIM: 131334012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

HUBUNGAN MATA KULIAH KURIKULUM DAN KAJIAN

BUKU TEKS DAN MATA KULIAH MEDIA

PEMBELAJARAN DENGAN BAKAT KEGURUAN

MAHASISWA FKIP

(Studi Kasus pada Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Angkatan 2013 Universitas Sanata Dharma)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh:

Garnis Sintya Dewi NIM: 131334012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk:

Tuhan Yang Maha Esa,

Terima kasih Tuhan atas segala berkat, rahmat, dan karunia sehingga penulis bisa menyelesaikan karya ini

Yang tercinta,

Papa Giyanto yang selalu mengingatkan pentingnya kesehatanku

Mama Kristian Sri Indriatmi yang selalu memberi dukungan, doa, semangat, kasih sayang, dan motivasi agar dapat meraih tujuan hidupku

Adikku Ditiya Wardani yang selalu mengajak bermain

Yang tersayang,

Sahabatku yang selalu terlihat bahagia Adelina Windi, Christina Putri, Martina Sarwanti

Teman-teman seperjuangan skripsi Septiana Sandra, Natalia Dessy, Elisabet Nona, Anastasia Wulandari, Skolastika, Rizki Adventia, Margaretha Ika,

Dasanta, Gian, Novan, Paul, Ali

Almamaterku,

(6)

v

MOTTO

(7)
(8)
(9)

viii

ABSTRAK

HUBUNGAN MATA KULIAH KURIKULUM DAN KAJIAN

BUKU TEKS DAN MATA KULIAH MEDIA

PEMBELAJARAN DENGAN BAKAT KEGURUAN

MAHASISWA FKIP

(Studi Kasus pada Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Angkatan 2013 Universitas Sanata Dharma)

Garnis Sintya Dewi Universitas Sanata Dharma

2017

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan: (1) Mata Kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks dengan Bakat Keguruan Mahasiswa FKIP; (2) Mata Kuliah Media Pembelajaran dengan Bakat Keguruan Mahasiswa FKIP.

Jenis penelitian ini adalah studi kasus. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2017. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa S1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2013 yang berjumlah 855 mahasiswa. Sampel penelitian ini adalah 250 mahasiswa, diambil dengan teknik pengambilan sampel proporsional. Data dikumpulkan dengan kuesioner, dokumentasi dan dianalisis dengan teknik analisis data deskriptif dan analisis korelasi spearman.

(10)

ix

ABSTRACT

THE CORRELATION BETWEEN CURICULUM AND TEXT

BOOK ANALYSIS, TEACHING MEDIA AND THE TALENT

OF STUDENTS

TEACHING ABILITY OF THE FACULTY OF

TEACHER TRANING AND EDUCATION

A Study Case on students of Teacher Training and Education Faculty, 2013 Batch Sanata Dharma University

Garnis Sintya Dewi Sanata Dharma University

2017

The aims of this research are to find out: (1) the correlation between Curriculum and Text Book Analysis and the talent of students’ teaching ability of Teacher Training and Education Faculty; (2) the correlation between Teaching Media and the talent of students’ teaching ability of Teacher Training and Education Faculty.

The type of this research is a case study. This research was conducted form February until March 2017. The population of this research were 855 students of Teacher Traning Education of Sanata Dharma University. The samples were 250 students, taken by proportional sampling technique. The data were collected by questionnaire, documentation, and analyzed by descriptive analysis techniques and Spearman correlation analysis.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena skripsi ini telah

selesai tepat pada waktunya. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi

salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian

Khusus Pendidikan Akuntansi. Selama penyusunan dan penulisan skripsi ini ada

banyak pihak yang telah membantu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan

dengan baik. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

2. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial dan Ketua Program Studi Pendidikan

Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi;

3. Bapak Dr. S. Widanarto Prijowuntato, S.Pd., M.Si. selaku Dosen

Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktu dalam memberikan

bimbingan, kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini;

4. Segenap Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian

Khusus Pendidikan Akuntansi, Universitas Sanata Dharma yang telah

memberikan tambahan pengetahuan dan bantuan selama proses

perkuliahan.

5. Ibu Theresia Aris Sudarsilah, selaku staf sekretariat Program Studi

(12)

xi

Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, yang telah membantu kelancaran

proses administrasi selama perkuliahan dan penelitian;

6. Seluruh Mahasiswa S1 angkatan 2013 Universitas Sanata Dharma yang

telah meluangkan waktu dan pikiran untuk mengisi kuesioner peneliti;

7. Teman-teman seperjuangan skripsi (Teti, Dessy, Nona, Anas, Tika, Ika,

Kiki, Dasanta, Gian, Paul, Ali, dan teman-teman lainnya) yang telah

memberi dukungan, perhatian, dan doa bagi penulis;

8. Sahabatku tercinta (Adel, Putri, Wanti, Yesi, Widya) yang telah

memberikan dukungan dan doa bagi penulis;

9. Adikku tersayang Ditiya Wardani yang sudah membantu penulis dengan

menemani dan memberi dorongan mengerjakan skripsi saat di rumah;

10.Kedua orang tuaku Giyanto dan Kristian Sri Indriatmi yang telah

memberikan dukungan baik itu materi, semangat, perhatian, dan doa untuk

mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini;

11.Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini yang tidak

dapat disebutkan satu persatu hingga terwujudnya skripsi ini;

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak

kekurangan, maka dari itu penulis mengharapkan adanya kritik serta saran dari

pembaca dan semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca.

Yogyakarta, 29 Mei 2017

(13)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

(14)

xiii

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN TEORETIK A. Guru ... 9

1. Pengertian Guru ... 9

2. Tugas dan Peran Guru ... 10

3. Syarat Guru Profesional ... 17

B. Bakat ... 19

1. Pengertian Bakat ... 19

2. Langkah-langkah Mengembangkan Bakat ... 20

3. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bakat ... 22

C. Bakat Keguruan ... 23

D. Mata Kuliah Keahlian Berkarya (MKB) ... 25

1. Mata Kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks ... 26

2. Mata Kuliah Media Pembelajaran ... 29

E. Kerangka Berpikir ... 33

F. Rumusan Hipotesis ... 35

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 36

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 36

(15)

xiv

D. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel ... 37

E. Operasionalisasi Variabel... 40

F. Teknik Pengumpulan Data ... 43

G. Teknik Pengujian Instrumen ... 44

1. Validitas Instrumen Bakat Keguruan ... 44

2. Reliabilitas Instrumen Bakat Keguruan ... 45

H. Teknik Analisis Data ... 45

1. Teknik Analisis Data Deskriptif... 45

2. Tingkat Hubungan Antar Variabel ... 46

3. Pengujian Prasyarat dan Hipotesis ... 47

BAB IV GAMBARAN UMUM A. Sejarah Universitas Sanata Dharma ... 50

B. Nama-nama yang Pernah Menjabat Rektor Universitas Sanata Dharma... 53

C. Visi, Misi, Motto, dan Tujuan Pendidikan Universitas Sanata Dharma ... 53

D. Sejarah FKIP ... 55

E. Visi, Misi, Motto, Tujuan, dan Output FKIP ... 56

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 59

B. Pengujian Hipotesis ... 64

(16)

xv

BAB VI KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN

A. Kesimpulan ... 74

B. Saran ... 75

C. Keterbatasan ... 76

(17)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Populasi Penelitian ... 38

Tabel 3.2. Proporsi Sampel Mahasiswa Setiap Program Studi ... 39

Tabel 3.3. Kategori Nilai Akhir Keberhasilan Mahasiswa Pada Mata Kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks ... 40

Tabel 3.4. Kategori Nilai Akhir Keberhasilan Mahasiswa Pada Mata Kuliah Media Pembelajaran ... 40

Tabel 3.5. Operasionalisasi Varabel Bakat Keguruan ... 41

Tabel 3.6. Konversi Skor pada Variabel Bakat Keguruan ... 43

Tabel 3.7. Rentang Bakat Keguruan ... 46

Tabel 3.8. Tingkat Korelasi dan Kekuatan Arah Hubungan ... 46

Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Program Studi ... 59

Tabel 5.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Nilai Mata Kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks ... 61

Tabel 5.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Nilai Mata Kuliah Media Pembelajaran ... 62

Tabel 5.4. Variabel Responden Berdasarkan Bakat Keguruan ... 63

(18)

xvii

Tabel 5.6. Hasil Uji Korelasi Variabel Mata Kuliah Kurikulum dan Kajian Buku

Teks Dengan Bakat Keguruan Mahasiswa FKIP ... 65

Tabel 5.7. Hasil Uji Korelasi Variabel Mata Kuliah Media Pembelajaran Dengan

(19)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian... 81

Lampiran 2. Kuesioner Penelitian dan Lembar Jawab... 83

Lampiran 3. Pedoman Penskoran ... 123

Lampiran 4. Data Induk ... 132

(20)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, Undang-Undang tentang

Guru dan Dosen Nomor 14 Tahun 2005 Pasal 7, dan Peraturan Pemerintah

Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 28 mensyaratkan guru ideal secara akademik dan

non akademik. Keberadaan guru dalam proses pendidikan sangat penting yang

tidak dapat digantikan oleh apapun (Block, 2008; Sudarnoto, 2009). Banyak

penelitian yang mendukung pentingnya guru dalam proses pendidikan dan

pembelajaran, namun ada kesenjangan antara harapan dan kenyataan

(Alkharusi, Kazem, dan Musawai 2011; Dicky, 2011; Mardiana, 2006; Rowe,

2003; Sugiharto, 2003). Masa depan bangsa terletak dalam tangan generasi

muda, mutu bangsa di kemudian hari bergantung pada pendidikan yang

dikecap oleh anak-anak sekarang.

Perkembangan kebudayaan manusia menimbulkan tuntutan

pendidikan yang terselenggara lebih baik, lebih teratur, dan didasarkan atas

pemikiran yang matang untuk peningkatan kualitas pendidikan. Dalam

usaha peningkatan kualitas pendidikan, salah satunya adalah di Fakultas

(21)

Usaha untuk mencetak mahasiswa sebagai calon guru profesional

tidaklah mudah. Kesulitan ini meliputi tiga aspek yaitu (1) dari pemerintah

dianggap, ganti menteri maka akan ganti kebijakan dan kurikulum, (2)

mahasiswa FKIP menilai bahwa guru itu gajinya tergolong kecil, tanggung

jawab besar, administrasi keguruan banyak sehingga seringkali harus dibawa

pulang, serta bakat, dan (3) FKIP atau lembaga dinilai memiliki fasilitas yang

minim, sulit menjalin kerja sama dengan sekolah untuk pelaksanaan Program

Pengalaman Lapangan (PPL) atau magang, dan pilihan jurusan yang terpaksa

karena tidak diterima di fakultas non keguruan.

Salah satu fakultas yang ada di Universitas Sanata Dharma adalah

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP). FKIP merupakan lembaga

pendidikan yang menyiapkan mahasiswanya untuk memiliki keterampilan dan

kemampuan mengajar agar menjadi guru yang handal. Berdasarkan informasi

yang diperoleh dari Ketua Program Studi Pendidikan Biologi, hasil uji

kompetensi calon guru (UKCG) di FKIP USD termasuk rendah untuk nilai

pedagogi dan nilai keprofesionalan. Padahal FKIP bertujuan untuk

menyiapkan tenaga kependidikan yang profesional dan mempunyai

kompetensi keguruan yang memadai dan berguna dalam penyelenggaraan

proses kegiatan belajar mengajar.

Di sisi lain, FKIP menawarkan berbagai mata kuliah yang meliputi;

mata kuliah pengembangan kepribadian (MPK), mata kuliah keilmuan dan

(22)

(MBB) program studi, mata kuliah perilaku berkarya (MPB) dan mata kuliah

keahlian berkarya (MKB).

Kepmendiknas Nomor 232 Tahun 2000 menyatakan kelompok mata

kuliah pengembangan kepribadian (MPK) adalah kelompok bahan kajian dan

pelajaran untuk mengembangkan manusia Indonesia yang beriman dan

bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,

berkepribadian mantap, dan mandiri serta mempunyai rasa tanggung jawab

kemasyarakatan dan kebangsaan. Kelompok mata kuliah keilmuan dan

keterampilan (MKK) adalah kelompok bahan kajian dan pelajaran yang

ditujukan terutama untuk memberikan landasan penguasaan ilmu dan

keterampilan tertentu. Kelompok mata kuliah berkehidupan bermasyarakat

(MBB) adalah kelompok bahan kajian dan pelajaran yang diperlukan

seseorang untuk dapat memahami kaidah berkehidupan bermasyarakat sesuai

dengan pilihan keahlian dalam berkarya. Kelompok mata kuliah perilaku

berkarya (MPB) adalah kelompok bahan kajian dan pelajaran yang bertujuan

untuk membentuk sikap dan perilaku yang diperlukan seseorang dalam

berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan dasar ilmu dan keterampilan

yang dikuasai. Kelompok mata kuliah keahlian berkarya (MKB) adalah

kelompok bahan kajian dan pelajaran yang bertujuan menghasilkan tenaga

ahli dengan kekaryaan berdasarkan dasar ilmu dan keterampilan yang

(23)

Kelompok mata kuliah keahlian berkarya (MKB) wajib diambil oleh

mahasiswa FKIP untuk mengembangkan keterampilan dan kemampuan

mengajarnya. Kelompok mata kuliah ini terdiri dari strategi pembelajaran,

media pembelajaran, evaluasi pembelajaran, perencanaan pembelajaran,

kurikulum dan kajian buku teks, pengelolaan kelas, pengajaran mikro,

program pengalaman lapangan, dan seminar pendidikan. Di dalam kelompok

MKB terdapat beberapa mata kuliah yang bertujuan untuk menghasilkan

tenaga ahli dengan kekaryaan berdasarkan ilmu dan keterampilan yang

dikuasai. Di antaranya adalah mata kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks

dan mata kuliah Media Pembelajaran.

Mata kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks merupakan suatu

pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru untuk mencapai tujuan

pendidikan dalam rangka menciptakan bahan ajar yang berisi informasi sesuai

dengan kompetensi yang harus dicapai oleh siswa. Semua guru perlu

mengembangkan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan

mempertimbangkan kebutuhan peserta didik. Selain itu, bahan ajar yang

sesuai dengan karakteristik dan lingkungan sosial peserta didik juga perlu

diperhitungkan.

Sementara itu, mata kuliah Media Pembelajaran merupakan suatu

pembelajaran yang bertujuan untuk mempersiapkan mahasiswa dalam

menciptakan, menemukan serta menggunakan alat yang dapat membantu

(24)

makna pesan yang disampaikan, sehingga dapat mencapai tujuan

pembelajaran dengan lebih baik dan sempurna (Kustandi dan Sutjipto, 2013:

8). Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya

pembaharuan, dalam pemanfaatan hasil teknologi untuk membantu proses

belajar. Mahasiswa FKIP sekurang-kurangnya dapat menggunakan media

yang murah dan efisien meskipun sederhana. Untuk itulah mahasiswa FKIP

harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang media

pembelajaran.

Tujuan dari mata kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks dan mata

kuliah Media Pembelajaran adalah untuk membekali mahasiswa FKIP agar

memiliki keterampilan dan pengetahuan dalam menciptakan, menemukan, dan

menyajikan informasi sesuai dengan tujuan pembelajaran. Kaitannya dengan

bakat keguruan, mahasiswa yang sudah mengambil kedua mata kuliah

tersebut berarti sudah melalui proses pembelajaran dan pelatihan dalam

membuat bahan ajar dan media. Ketika mahasiswa FKIP diminta untuk

menciptakan bahan ajar, mahasiswa bisa mengidentifikasi kompetensi dasar,

tujuan pembelajaran, dan karakteristik siswa sesuai dengan kurikulum yang

diterapkan di sekolah. Di sisi lain, terkait dengan media pembelajaran,

mahasiswa FKIP diharapkan mampu membuat dan menemukan media

pembelajaran yang sesuai dengan metode pembelajaran, tujuan pembelajaran,

(25)

keguruan dari lahir akan semakin terasah keterampilan dan kemampuan

keguruannya.

Kedua mata kuliah tersebut diharapkan mampu memunculkan bakat

karena di kedua mata kuliah tersebut mahasiswa dituntut untuk mampu

memahami konsep dasar, identifikasi dan kebutuhan yang diperlukan. Oleh

karena itu, kedua mata kuliah tersebut berperan dalam mengasah keterampilan

dan kemampuan keguruannya. Hal tersebut sesuai dengan pengertian bakat

yaitu sebagai kemampuan bawaan serta potensi yang masih perlu dilatih

(Munandar, 1985: 17) guna mendapatkan kesempatan untuk berkembang

(Poerbakawatja, 1989: 38) diwujudkan dengan pendidikan dan latihan agar

suatu kinerja dapat dilakukan pada masa yang akan datang (Ali dan Asrori,

2005: 80). Hal ini menunjukkan bahwa bakat dapat terwujud sebagai kinerja

atau perilaku nyata dalam bentuk prestasi yang menonjol, masih memerlukan

latihan dan pengembangan lebih lanjut.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis mengadakan

penelitian tentang Hubungan Mata Kuliah Kurikulum dan Kajian Buku

Teks dan Mata Kuliah Media Pembelajaran dengan Bakat keguruan

Mahasiswa FKIP. Penelitian ini merupakan jenis penelitian studi kasus pada

mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata

(26)

B. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, penulis berfokus pada hal-hal yang

mempengaruhi bakat keguruan mahasiswa FKIP. Hal-hal tersebut dilihat dari

mata kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks dan mata kuliah Media

Pembelajaran. Sedangkan untuk bakat keguruan mahasiswa FKIP dilihat dari

keterampilan dan kemampuan mahasiswa dalam melaksanakan tugas

keguruan.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah penelitian

ini adalah

1. Apakah ada hubungan antara mata kuliah Kurikulum dan Kajian Buku

Teks dengan bakat keguruan mahasiswa FKIP?

2. Apakah ada hubungan antara mata kuliah Media Pembelajaran dengan

bakat keguruan mahasiswa FKIP?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui adanya hubungan antara mata kuliah Kurikulum dan

Kajian Buku Teks dengan bakat keguruan mahasiswa FKIP.

2. Untuk mengetahui adanya hubungan antara mata kuliah Media

(27)

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan,

khususnya untuk bidang pendidikan dan pengajaran.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Mahasiswa

Untuk para calon guru hendaknya menjadikan bahan refleksi

mahasiswa dan mahasiswi FKIP karena akan menambah pengetahuan

dikemudian hari jika menjadi seorang guru.

b. Bagi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dapat menjadi bahan acuan bagi fakultas untuk mengetahui bakat

keguruan yang dimiliki mahasiswa FKIP.

c. Bagi Universitas Sanata Dharma

Sebagai Universitas yang mempunyai Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan (FKIP) penelitian ini hendaknya dapat memperkaya dan

menambah wawasan bacaan tentang bakat keguruan.

d. Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan,

menerapkan teori yang telah diperoleh selama studi dan untuk

(28)

9

BAB II

KAJIAN TEORETIK

A. Guru

1. Pengertian Guru

Pada era otonomi pendidikan, pemerintah memiliki kewenangan

yang besar mengenai penentuan kualitas guru. Oleh karena itu

pemerintah dan lembaga pendidikan (FKIP) harus memiliki pola

rekrutmen dan pola pembinaan calon guru yang tepat. Menurut

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, guru

adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi

peserta didik pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal,

pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia (2011: 509) guru adalah orang yang pekerjaan atau

mata pencahariannya, profesinya mengajar.

Guru adalah orang dewasa yang mempersiapkan diri secara khusus

melalui lembaga pendidikan guru (Samana, 1994: 15) dengan tugas

utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,

menilai, dan mengevaluasi peserta didik (Danim dan Khairil, 2011: 5)

baik secara individual maupun klasikal, di sekolah maupun di luar

sekolah (Djamarah, 2005: 32) yang mampu membawa generasi bangsa

(29)

Guru adalah seorang pendidik yang telah melalui pelatihan di

lembaga pendidikan dan memiliki tanggung jawab serta tugas utama

mendidik, mengajar, melatih, dan mengevalusi peserta didik agar

tercipta sumber daya manusia yang berperan dalam membangun

peradaban bangsa.

2. Tugas dan Peran Guru

Guru adalah figur seorang pemimpin. Jabatan guru memiliki

banyak tugas, baik terikat oleh dinas maupun di luar dinas. Secara

umum tugas guru adalah sebagai pendidik dan pengajar serta

bertanggung jawab terhadap setiap muridnya. Guru sebagai tenaga

pendidik tidak hanya mengajar dan menyampaikan materi

pembelajaran, tetapi juga dituntut untuk mempersiapkan sumber daya

manusia yang cakap, dapat diharapkan membangun dirinya, dan

membangun bangsa dan negara.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 39 menegaskan

tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan,

pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang

proses pendidikan pada satuan pendidikan. Tugas guru sebagai profesi

meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik yaitu meneruskan

dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar yaitu meneruskan dan

mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih

(30)

Kegiatan belajar mengajar tidak bisa lepas dari keberadaan guru.

Tanpa adanya guru, pembelajaran akan sulit dilakukan. Guru memiliki

peran yang paling aktif dalam pelaksanaan pendidikan. Guru

melaksanakan pendidikan melalui kegiatan pembelajaran dengan

mengajar peserta didik. Di sisi lain, guru juga memiliki banyak

kewajiban dalam pembelajaran, mulai dari merencanakan

pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran hingga melakukan

evaluasi pembelajaran. Menurut Djamarah (2005: 43-48), peranan

yang diharapkan dari guru antara lain: korektor, inspirator, infomator,

organisator, motivator, inisiator, fasilitator, pembimbing,

demonstrator, pengelolaan kelas, mediator, supervisor, dan evaluator.

Dari semua proses pembelajaran mulai dari perencanaan hingga

evaluasi pembelajaran guru memiliki berbagai peran.

Sebagai korektor, guru harus bisa membedakan nilai yang baik dan

nilai yang buruk. Nilai yang baik harus guru pertahankan dan nilai

yang buruk harus diperbaiki. Bila guru membiarkan nilai yang buruk,

maka guru telah mengabaikan perannya sebagai korektor yang menilai

dan mengoreksi semua sikap, tingkah laku, dan perbuatan anak didik.

Di sisi lain, guru melakukan koreksi tidak hanya di sekolah, tetapi juga

di luar sekolah (Djamarah, 2005: 44). Guru melakukan koreksi di luar

sekolah karena tidak sedikit anak didik yang melakukan pelanggaran

(31)

Sebagai inspirator, guru harus dapat memberikan arahan yang baik

bagi kemajuan belajar anak didik. Persoalan belajar adalah masalah

utama anak didik (Djamarah, 2005: 44). Banyak anak didik yang

mengalami kesulitan mengenai cara belajar yang sesuai dengan

kebutuhannya. Guru bisa memberikan petunjuk mengenai cara belajar.

Petunjuk itu dapat berupa teori-teori belajar maupun dari pengalaman

yang bisa dijadikan petunjuk cara belajar yang baik.

Sebagai informator, guru harus dapat memberi informasi

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan

kurikulum (Sadirman, 1986: 143). Informasi yang baik dan efektif

diperlukan oleh peserta didik, agar peserta dapat memperoleh

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan

kurikulum. Kunci untuk menjadi seorang informator yang baik dan

efektif lebih ditekankan pada peguasaan bahan dan bahasa yang baik.

Selain itu, informator yang baik juga harus mengerti apa saja

kebutuhan anak didik dan mengabdi untuk anak didik.

Sebagai organisator, guru memiliki sisi lain dari peranan yang

diperlukan. Dalam bidang ini guru memiliki berbagai kegiatan

pengelolaan akademik, menyusun tata tertib sekolah, dan lain-lain.

Semua komponen yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar

diorganisasikan sedemikian rupa sehingga dapat mencapai efektivitas

(32)

Efektivitas dan efisiensi dalam belajar dalam diri siswa membuat

kegiatan belajar mengajar berjalan secara optimal.

Sebagai motivator, guru dapat mendorong peserta didik agar

bergairah dan aktif belajar. Peranan guru sebagai motivator penting

dalam rangka meningkatkan gairah dan pengembangan kegiatan

belajar siswa (Mulyasa, 2013: 58). Sebagai upaya memberikan

motivasi, guru dapat menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi

peserta didik malas belajar dan menurunnya pretasi di sekolah.

Motivasi dapat berjalan secara efektif bila dilakukan dengan

memperhatikan kebutuhan peserta didik (Djamarah, 2005: 45). Selain

memperhatikan kebutuhan peserta didik, guru juga dapat memberikan

penguatan, pujian dan sebagainya. Peningkatkan motivasi yang

dilakukan oleh guru pada peserta didik, bertujuan untuk meningkatkan

gairah siswa dalam belajar.

Sebagai inisiator, guru menjadi pencetus ide-ide dalam pendidikan.

Proses interaksi edukatif sekarang ini harus diperbaiki sesuai dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pendidikan

(Djamarah, 2005: 45). Perbaikan ini diperlukan agar interaksi edukatif

menjadi lebih baik guna memberikan kemajuan dalam pendidikan dan

pengajaran. Guru harus menjadikan dunia pendidikan khususnya di

bidang interaksi edukatifnya lebih baik dari pada yang dulu.

Sebagai fasilitator, guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas

(33)

(Sadirman, 1986: 143). Kemudahan tersebut berguna agar anak didik

dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan, penuh semangat,

tidak cemas, dan berani mengemukakan pendapatnya secara terbuka.

Pada era globalisasi, guru harus siap menjadi fasilitator yang

demokratis dan profesional. Pada era tersebut tidak menutup

kemungkinan bahwa anak didik lebih pandai dari guru dalam

menggunakan fasilitas. Guru harus terus belajar dan meningkatkan

kemampuannya agar siap dan mampu menjadi seorang fasilitator yang

handal.

Sebagai pembimbing, guru hendaknya dapat membimbing anak

didik menjadi manusia yang cakap. Tanpa bimbingan, anak didik akan

mengalami kesulitan dalam menghadapi perkembangan dirinya.

Ketergantungan anak didik akan semakin berkurang jika semakin

dewasa. Bimbingan dari guru sangat diperlukan pada saat anak didik

belum mampu berdiri sendiri (mandiri). Di sisi lain, tugas guru sebagai

pembimbing juga harus merumuskan tujuan secara jelas, menetapkan

waktu yang dibutuhkan, memberikan petunjuk serta menilai proses

yang dilaluinya (Mulyasa, 2013: 41). Dalam membimbing pesera

didik, guru memiliki berbagai kewajiban dan tanggung jawab yang

harus direncanakan dan dilaksanakan.

Sebagai demonstrator, guru hendaknya dapat membantu siswa

dalam memperagakan apa yang diajarkan. Sebagaimana dikemukakan

(34)

peserta didik, guru harus berusaha dengan membantu dan

memperagakan apa yang diajarkannya. Fungsi utama dari

memperagakan adalah agar materi pembelajaran yang dianggap sulit

dapat dengan mudah dipahami oleh anak didik, sehingga apa yang

guru inginkan dapat sejalan dengan anak didik. Ketika keinginan guru

telah sejalan dengan anak didik, maka tujuan pembelajaran dapat

dicapai.

Sebagai pengelola kelas, guru hendaknya dapat mengelola kelas

dengan baik. Usaha untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi

kelas sebagai lingkungan belajar tidaklah mudah. Lingkungan belajar

yang efektif diatur dan diawasi agar kegiatan belajar terarah dan sesuai

dengan tujuan pembelajaran. Pengawasan terhadap lingkungan belajar

berguna dalam menentukan penilaian pengelolaan (Mulyasa, 2013:

91). Kelas yang dikelola dengan baik akan menunjang jalannya proses

kegiatan belajar mengajar, sebaliknya kelas yang dikelola dengan

buruk akan menghambat proses pengajaran.

Sebagai mediator, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan

pemahaman yang cukup tentang media. Media berfungsi sebagai alat

komunikasi guna mengefektifkan proses interaksi edukatif (Djamarah,

2005: 47). Guru tidak hanya memiliki pengetahuan tentang media saja,

tetapi guru juga harus mengetahui cara berinteraksi dan berkomunikasi

(35)

peserta didik bertujuan agar guru dapat menciptakan lingkungan yang

interaktif dengan peserta didik.

Sebagai supervisor, guru hendaknya dapat membangun,

memperbaiki, dan menilai secara kritis. Teknik-teknik supervisi harus

dikuasai oleh guru dengan baik, agar dapat melakukan perbaikan

terhadap situasi mengajar menjadi lebih baik (Djamarah, 2005: 48).

Berbagai teknik dapat digunakan dalam meningkatkan situasi belajar

mengajar, baik secara berkelompok maupun secara individual. Teknik

kelompok dapat digunakan pada saat menghadapi masalah yang sama

atau sejenis, sedangkan teknik individual digunakan pada saat

menghadapi masalah khusus.

Sebagai evaluator, guru berperan memberikan evaluasi berupa nilai

bagi anak didik. Dalam memberikan evaluasi berupa nilai guru dituntut

untuk jujur. Guru memiliki otoritas untuk menilai prestasi anak didik

dalam bidang akademis maupun tingkah laku sosialnya. Djamarah

(2005: 48) menyatakan guru tidak hanya menilai hasil dari pengajaran,

tetapi juga menilai jalanannya proses pengajaran. Penilaian hasil

pengajaran dan proses pengajaran yang dilakukan oleh guru,

diharapkan akan memberikan umpan balik mengenai pelaksanaan

interaksi edukatif.

Ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mempermudah siswa

memperoleh sumber belajar yang diinginkan, tetapi hal tersebut dirasa

(36)

mampu mengemban tugas dan perannya dengan baik. Tugas dan peran

guru tidak hanya sebagai orang yang mentransfer ilmu dan membuat

siswa menjadi pintar, tetapi juga sebagai pendidik yang menjadi figur

dengan memiliki akhlak dan kepribadian yang baik.

3. Syarat Guru Profesional

Pekerjaan guru adalah pekerjaan yang profesional, yang berarti

jabatan ini memerlukan suatu keahlian khusus. Untuk dapat

melaksanakan tugasnya dengan baik guru harus memiliki kompetensi

yang sesuai dengan bidangnya. Undang-Undang Nomor 14 Tahun

2005 Pasal 10 dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 74 Tahun 2008

menegaskan kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik,

kompetensi profesional, kompetensi sosial, dan kompetensi

kepribadian. Kompetensi pedagogi adalah kemampuan guru untuk

mengelola pembelajaran. Kompetensi profesional adalah kemampuan

guru untuk untuk menguasai materi pembelajaran secara luas dan

mendalam. Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk

berinteraksi dan berkomunikasi dengan peserta didik, sesama guru,

wali murid, dan masyarakat sekitar secara efektif dan menarik,

sedangkan kompetensi kepribadian berarti seorang guru harus

mempunyai kepribadian yang mantab, stabil, dan dewasa serta dapat

menjadi teladan bagi peserta didik.

Agar guru dapat melaksanakan tugas dan perannya secara baik,

(37)

berakhlak mulia, sehat jasmani dan rohani, dan memiliki

kecakapan-kecakapan keguruan. Ditambah lagi oleh Oemar Hamalik (2001: 118),

guru profesional harus memiliki persyaratan, meliputi:

a. Harus memiliki bakat sebagai guru b. Harus memiliki keahlian sebagai guru

c. Memiliki kepribadian yang baik dan terintegrasi d. Memiliki mental yang sehat

e. Berbadan sehat

f. Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas g. Guru adalah manusia berjiwa Pancasila

h. Guru adalah seorang warga negara yang baik

Selain persyaratan-persyaratan tersebut seorang tenaga pengajar (guru)

harus memiliki kualifikasi akademik. Peraturan Pemerintah Nomor 19

Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menegaskan seorang

guru harus memiliki (1) kualifikasi akademik pendidikan minimum

diploma empat (D-IV) atau sarjana (S-1), (2) latar belakang pendidikan

tinggi dengan program pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran

yang diajarkan, dan (3) sertifikasi profesi guru.

Untuk bisa menjadi guru profesional ada berbagai persyaratan yang

harus dipenuhi. Persyaratan tersebut harus dipenuhi agar menjadikan

guru sebagai tenaga yang profesional. Tenaga guru yang profesional

dibutuhkan untuk melaksanakan kurikulum dalam sistem instruksional

yang telah didesain dengan sistematik (Hamalik, 2006: 43). Jika guru

dapat melaksanakan kurikulum tersebut dengan baik, guru juga dapat

mengembangkan potensi siswa secara optimal. Salah satu syarat yang

harus dipenuhi dan diperluhkan agar dapat menjadi guru profesional

(38)

B. Bakat

1. Pengertian Bakat

Hamalik (2001: 118) dan Undang tentang guru dan dosen Nomor

14 Tahun 2005 Pasal 7 ayat (1) menyatakan salah satu syarat menjadi

guru dan prinsip-prinsip profesionalisme yang harus dimiliki guru

adalah memiliki bakat. Bakat berasal dari kemampuan bawaan (gen),

selain itu bakat juga dapat diwujudkan melalui pendidikan dan latihan.

Dengan bakat, memungkinkan seseorang untuk mencapai hasil atau

prestasi dalam bidang tertentu. Bakat (aptitude) diartikan sebagai

kemampuan bawaan serta potensi yang masih perlu dilatih (Munandar,

1985: 17) guna mendapatkan kesempatan untuk berkembang

(Poerbakawatja, 1989: 38) diwujudkan dengan pendidikan dan latihan

agar suatu kinerja dapat dilakukan pada masa yang akan datang (Ali

dan Asrori, 2005: 80). Berdasarkan penjelasan di atas bakat juga bisa

diartikan sebagai potensi yang dimiliki oleh seseorang sejak lahir.

Potensi dapat diartikan sebagai kemampuan dasar dari sesuatu

yang masih terpendam di dalamnya yang menunggu untuk diwujudkan

menjadi suatu kekuatan yang nyata dalam diri orang tersebut (Wiyono,

2006: 37). Peserta didik membutuhkan suatu program pendidikan yang

dikenal dengan program pendidikan berdiferensiasi untuk mewujudkan

potensi secara optimal (Ali dan Asrori, 2005: 82). Program ini

memberikan pengalaman pendidikan kepada peserta didik dengan

(39)

Seseorang dikatakan berbakat apabila mempunyai kemampuan di

atas rata-rata dalam bidang tertentu. Kemampuan ini akan

memunculkan gagasan atau ide yang baru sehingga dapat

memperbaharui dan menemukan solusi atas hubungan suatu unsur.

Kehadiran anak berbakat dengan potensinya yang bermakna sangatlah

berguna dalam pengembangan bangsa dan negara. Oleh karena itu,

pendidikan anak berbakat membutuhkan banyak dukungan dari orang

tua, guru, dan masyarakat.

2. Langkah-langkah Mengembangkan Bakat

Bakat tidak bisa muncul dan terwujud secara tiba-tiba. Dalam

mewujudkan bakat secara optimal diperlukan berbagai latihan dan

kesempatan untuk mengembangkan potensi pada bakat tersebut. Selain

berbagai latihan dan kesempatan untuk mengembangkan potensi,

diperlukan juga pelayanan pendidikan bagi anak berbakat (Munandar,

1985: 30). Pelayanan pendidikan bagi anak berbakat diperlukan agar

potensi yang ada pada bakat seseorang mengalami perkembangan

secara maksimal. Kemampuan dan keterampilan pada diri seseorang

yang sudah berkembang secara maksimal akan menunjukkan hasil atau

prestasi diatas rata-rata.Selain pendidikan khusus yang harus diberikan

kepada seseorang yang mempunyai bakat, diperlukan juga beberapa

cara atau kondisi yang membuat anak berbakat dapat mengembangkan

(40)

Ada sejumlah langkah yang perlu dilakukan untuk

mengembangkan bakat (Ali dan Asrori, 2005: 83), yaitu: (a)

mengembangkan situasi dan kondisi, (b) menumbuhkembangkan

minat dan motif berprestasi tinggi, (c) meningkatkan kegigihan dan

daya juang dan (d) mengembangkan program pendidikan

berdiferensiasi. Situasi dan kondisi diperlukan untuk memberikan

kesempatan dalam mengembangkan bakat khusus. Kesempatan

tersebut berupa mengusahakan dukungan baik secara psikologis

maupun fisik. Dukungan yang baik dan tepat akan memberikan

kesempatan seseorang yang memiliki bakat untuk mengembangkan

bakatnya. Seseorang yang memiliki minat dan motif untuk terus

meningkatkan prestasinya akan semakin terpacu dengan cara berlatih

hingga mencapai prestasi atau hasil yang diinginkan. Latihan yang

dilakukan akan semakin mengasah potensi pada diri seseorang yang

memiliki bakat. Semakin banyak latihan yang dilakukan akan

meningkatkan kegigihan dan daya juang pada diri anak dan remaja

dalam menghadapi berbagai tantangan dan kesulitan. Untuk membuat

seseorang dapat terus melakukan latihan dan meningkatkan kegigihan

dan daya juangnya diperlukan pelayanan pendidikan yang tepat.

Pelayanan pendidikan tersebut berupa mengembangan program

pendidkan berdiferensiasi di sekolah dengan cara menerapkan

kurikulum berdiferensiasi guna memberikan pelayanan yang lebih

(41)

3. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bakat

Ali dan Asrori (2005: 81) menyatakan ada sejumlah faktor yang

mempengaruhi perkembangan bakat, yaitu faktor internal dan faktor

eksternal. Faktor internal terdiri dari: minat, motif berprestasi,

keberanian mengambil risiko, keuletan dalam menghadapi tantangan,

dan kegigihan atau daya juang dalam mengatasi kesulitan yang timbul.

Sedangkan Faktor eksternal terdiri dari kesempatan maksimal untuk

mengembangkan diri, sarana dan prasarana, dukungan dan dorongan

orang tua atau keluarga, lingkungan tempat tinggal, pola asuh orang

tua. Ditambahkan oleh Munandar (1985: 18) pada faktor eksternal

yang mempengaruhi perkembangan bakat adalah taraf sosial ekonomi.

Sedangkan Wiyono (2006: 61) menyebutkan bahwa bakat ditentukan

oleh beberapa faktor, yaitu: faktor genetik atau keturunan, pendidikan

dan pelatihan. Ada banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan

bakat, salah satunya adalah kesempatan untuk mengembangkan diri.

Kesempatan untuk mengembangkan diri dapat diperoleh melalui

pendidikan formal dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Dalam

proses pendidikannya, seseorang yang memiliki potensi akan semakin

terasah kemampuannya jika mendapatkan pendidikan dan latihan yang

sesuai dengan bidangnya. Berbagai pendidikan dan latihan yang tepat

menjadi kesempatan seseorang untuk mengembangkan potensinya

secara maksimal. Seseorang diberikan berbagai pendidikan dan latihan

(42)

C. Bakat Keguruan

Bakat adalah kepandaian, sifat, dan pembawaan yang dibawa sejak

lahir oleh individu yang memungkinkan dengan suatu latihan agar

mewujudkan suatu ketercapaian. Keguruan yaitu perihal (yang

menyangkut) pengajaran, pendidikan, dan metode pengajaran. Menurut

Wasidi dan Djemari Mardapi (2016: 99) bakat keguruan adalah potensi

kemampuan individu dapat berkembang dengan pendidikan untuk

melaksanakan proses pendidikan dan pembelajaran dengan baik. Salah

satu kesempatan untuk mengembangkan diri yaitu dengan cara menempuh

pendidikan di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) dan

memperoleh pelatihan untuk mengasah keterampilan dan kemampuan

keguruannya. Bakat keguruan terdiri atas kreativitas pedagogi, komitmen

pedagogi, dan kecerdasan emosi.

Kreativitas pedagogi merupakan salah satu aspek dalam bakat

keguruan. Kreativitas dalam pendidikan lebih menekankan pada

kemampuan guru yang mengandalkan keunikan dan kemahirannya untuk

mendidik mengajar kreatif, merencanakan pembelajaran, meningkatkan

motivasi siswa, dan menemukan solusi dalam membantu kesulitan siswa

seusai dengan kendala yang terjadi. Di sisi lain, ciri-ciri guru yang

memiliki kreativitas antara lain mempunyai rasa ingin tahu, berpikir

orisinal, mandiri, berani mengambil risiko, energik, mempunyai rasa

humor, memecahkan suatu masalah yang kompleks, artistik, berpikiran

(43)

dapat menentukan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan

tujuan pembelajaran yang akan dicapainya.

Aspek yang kedua dari bakat keguruan adalah komitmen pedagogi.

Komitmen dalam pendidikan lebih menekankan pada keterikatan terhadap

tugas dan kewajiban sebagai guru yang dapat melahirkan tanggung jawab,

sikap responsif serta inovatif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi. Mulyasa (2007: 151) menjelaskan komitmen secara mandiri

perlu dibangun pada setiap individu warga sekolah termasuk guru,

terutama untuk menghilangkan setting pemikiran dan budaya kekakuan

birokrasi, seperti harus menunggu petunjuk atasan dengan mengubahnya

menjadi pemikiran yang kreatif dan inovatif.

Wasidi dan Mardapi (2016: 101) menyebutkan komitmen pedagogi

terdiri atas empat faktor yaitu motivasi terhadap tugas, disiplin terhadap

tugas, tanggung jawab terhadap tugas, dan keuletan menjalankan tugas.

Motivasi terhadap tugas adalah dorongan dari dalam dan luar untuk

menyelesaikan tugas yang diembannya. Disiplin terhadap pelaksanaan

tugas adalah tingkat ketepatan waktu yang diperlukan untuk melaksanakan

tugas yang diembannya. Tanggung jawab terhadap tugas adalah tingkat

keberanian yang diembannya. Keuletan dalam menjalankan tugas adalah

tingkat kegigihan pelaksanaan tugas yang diembannya.

Dalam kehidupan sehari-hari ada banyak masalah yang tidak dapat

terpecahkan jika hanya mengandalkan kemampuan intelektual.

(44)

keberhasilan. Semakin baik seseorang dalam mengendalikan emosinya

maka semakin berhasil pula seseorang mampu memecahkan masalah.

Emosi berlaku sebagai sumber energi, sumber kebijakan dan semangat

manusia yang paling kuat (Mustaqim, 2008: 153). Kecerdasan emosi

mempunyai kontribusi yang besar dalam mencapai keberhasilan hidup.

Kecerdasan emosi adalah kemampuan mengenali, mengelola emosi

diri sendiri sehinga tercipta keharmonisan hubungan dengan orang lain.

Mustaqim (2008: 154) menyatakan kecerdasan emosi menunjuk kepada

suatu kemampuan untuk memahami perasaan diri masing-masing dan

perasaan orang lain, kemampuan untuk memotivasi dirinya sendiri, menata

dengan baik emosi-emosi yang muncul dalam dirinya dan dalam

berhubungan dengan orang lain. Kecerdasan emosi dalam pendidikan lebih

menekankan dalam mengelola perasaan pada diri sendiri maupun siswa

serta menjaga emosi untuk memberikan kesan hubungan yang baik

terhadap sesama guru maupun dengan siswa.

D. Mata Kuliah Keahlian Berkarya (MKB)

Kepmendiknas Nomor 232 Tahun 2000 Pasal 9 menetapkan bahwa

kelompok mata kuliah keahlian berkarya (MKB) yang terdiri atas mata

kuliah yang relevan, bertujuan untuk memperkuat penguasaan dan

memperluas wawasan kompetensi keahlian dalam berkarya di masyarakat

sesuai dengan keunggulan kompetitif serta komparatif penyelenggaraan

(45)

(MKB) di FKIP USD terdiri dari sembilan mata kuliah, yaitu: (1) Strategi

Pembelajaran, (2) Media Pembelajaran, (3) Evaluasi Pembelajaran, (4)

Perencanaan Pembelajaran, (5) Kurikulum dan Kajian Buku Teks, (6)

Pengelolaan Kelas, (7) Pengajaran Mikro, (8) Program Pengalaman

Lapangan, dan (9) Seminar Pendidikan. Status pengambilan seluruh mata

kuliah tersebut adalah wajib dengan sifat mata kuliah berupa teori,

laboratorium, praktik lapangan, dan seminar. Di dalam kelompok MKB

terdapat beberapa mata kuliah yang bertujuan untuk menghasilkan tenaga

ahli dengan kekaryaan berdasarkan ilmu dan keterampilan yang dikuasai.

Di antaranya adalah mata muliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks dan

mata kuliah Media Pembelajaran.

1. Mata Kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks

a. Pengertian Mata kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks

Mata kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks merupakan

mata kuliah yang harus dikuasai mahasiswa calon guru agar

memiliki keterampilan dan pengetahuan dalam memahami dan

mengembangkan kurikulum serta menyusun dan mengevaluasi

buku teks. Selama mengikuti perkuliahan di mata kuliah

Kurikulum dan Kajian Buku Teks, mahasiswa diberikan

pembelajaran mengenai kurikulum yang terapkan di sekolah dan

buku teks yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Pembelajaran

tersebut kemudian dikaitkan dengan berbagai kasus yang terjadi

(46)

kurikulum di sekolah dan penyusunan serta penilaian buku teks

yang banyak dipakai oleh guru lalu mendiskusikan bersama rekan

mahasiswa yang menempuh mata kuliah Kurikulum dan Kajian

Buku Teks.

Mata kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks bertujuan

untuk membekali mahasiswa agar memiliki keterampilan dan

pengetahuan dalam menciptakan, menemukan, dan menyajikan

informasi sesuai dengan tujuan pembelajaran. Kemampuan

pendidik menciptakan suasana dan pengalaman belajar memberi

hasil bervariasi dalam pengelolaan peserta didik yang memenuhi

kurikulum dan buku teks yang disiapkan.

b. Kompetensi Dasar Mata kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks

Dalam mata kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks,

mahasiswa yang mengambil atau menempuh mata kuliah ini

diharapkan dapat mencapai standar kompetensi yang ada, yaitu

(1) mendekripsikan kurikulum 2013, menguraikan (2) pengertian

dan asas-asas kurikulum, filosofis kurikulum, psikologis

kurikulum, (3) proses perubahan dan perbaikan kurikulum, (4)

praktik gagasan tentang penilaian buku teks, dan (5) beberapa

studi tentang buku pelajaran.

Penguasaan dalam mata kuliah Kurikulum dan Kajian Buku

Teks ini diharapkan dapat menjadi salah satu bekal bagi para

(47)

kompetensi pedagogi dan profesional. Dengan demikian guru

yang dihasilkan dari lembaga (FKIP) ini adalah guru yang

profesional.

c. Fungsi Kurikulum dan Buku Teks

Kurikulum adalah sesuatu yang direncanakan sebagai

pegangan guna mencapai tujuan pendidikan (Nasution, 2011: 8).

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 menyatakan “kurikulum

adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi

dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai

pedoman kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

pendidikan tertentu”. Oleh karena itu fungsi kurikulum bagi guru

adalah sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan.

Di sisi lain, buku teks adalah buku acuan wajib untuk

digunakan di satuan pendidikan yang memuat materi

pembelajaran disusun berdasarkan Standar Nasional Pendidikan

(Sitepu, 2012: 17). Buku teks mempunyai fungsi sebagai sarana

pengembang bahan dan program dalam kurikulum pendidikan,

serta efisiensi dan efektivitas pembelajaran.

d. Membuat Bahan Ajar

Membuat bahan ajar yang akan diberikan kepada siswa

bukanlah persoalan yang sederhana, karena bahan ajar haruslah

sesuai dengan ketentuan yang sudah dibuat oleh pemerintah dan

(48)

31) menyebutkan tahap-tahap yang harus dilakukan ketika hendak

membuat bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kompetensi

yang harus dikuasai peserta didik antara lain: analisis Standar

Kompetensi-Kompetensi Dasar (SK-KD), analisis sumber belajar,

serta memilih dan menentukan bahan ajar.

Analisis SK-KD dilakukan untuk memastikan

kompetensi-kompetensi apa saja yang memerlukan bahan ajar. Dari hasil

analisis tersebut kita bisa mengetahui bahan ajar yang harus

disiapkan dalam satu semester tertentu. Tahap selanjutnya yaitu

melakukan analisis terhadap bahan ajar diantaranya adalah

ketersediaan, kesesuaian, dan kemudahan dalam

memanfaatkannya dengan cara menginventarisasi ketersediaan

sumber belajar yang dikaitkan dengan kebutuhan. Terakhir,

melakukan pemilihan dan penentuan bahan ajar bertujuan untuk

memenuhi salah satu kriteria bahwa bahan ajar harus menarik,

dapat membantu siswa untuk mencapai kompetensi. Sehingga

bahan ajar dibuat sesuai dengan kebutuhan dan kecocokan dengan

KD yang akan diraih oleh peserta didik.

2. Mata Kuliah Media Pembelajaran

a. Pengertian Mata Kuliah Media Pembelajaran

Mata kuliah Media Pembelajaran merupakan mata kuliah

yang mengkaji dan menganalisis pemilihan serta penggunaan

(49)

belajar yang optimal, mahasiswa yang menempuh mata kuliah

Media Pembelajaran harus bisa menganalisis jenis media,

memilih ataupun membuat media, serta membuat inovasi baru di

dunia media. Tujuan dari mata kuliah Media Pembelajaran adalah

untuk membekali mahasiswa agar memiliki keterampilan dan

pengetahuan dalam menjelaskan konsep dasar, fungsi, jenis, serta

memilih, menentukan, dan membuat media pembelajaran yang

tepat sesuai dengan karakteristik siswa dan tujuan pembelajaran.

b. Kompetensi Dasar Mata Kuliah Media Pembelajaran

Dalam mata kuliah Media Pembelajaran, mahasiswa yang

mengambil atau menempuh mata kuliah ini diharapkan dapat

mencapai kompetensi dasar yang telah ditentukan, yaitu (1)

memahami (manfaat, jenis, urgensi dari media pembelajaran)

serta mampu menggunakan media pembelajaran dalam kegiatan

pembelajaran, (2) merancang persiapan penggunaan media

pembelajaran, dan (3) membuat dan merancang sendiri media

pembelajaran baru sebagai upaya inovasi baru di dunia media.

Penguasaan dalam mata kuliah media pembelajaran ini

diharapkan, dapat menjadi salah satu bekal bagi calon guru agar

memiliki kompetensi yang memadai khususnya kompetensi

pedagogis dan profesional. Mahasiswa FKIP sebagai calon guru

(50)

media pembelajaran. Dengan demikian guru yang dihasilkan dari

lembaga (FKIP) ini adalah guru yang profesional.

c. Pengertian Media Pembelajaran

Media pembelajaran adalah bahan, alat, maupun metode

atau teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar

(John, 1988: 14) untuk membantu anak didik, agar dapat belajar

sesuai dengan kebutuhan dan minatnya (Kustandi dan Sutjipto,

2013: 8) dengan kelebihan mempermudah pemahaman konsep

tertentu atau yang kurang mampu dijelaskan dengan bahasa

(Djamarah dan Zain, 2010: 137). Media dapat digunakan untuk

mengurangi verbalisme.

Teori di atas menjelaskan bahwa media pembelajaran

adalah alat yang dapat membantu proses belajar mengajar dan

berfungsi untuk memperjelas makna pesan yang disampaikan,

sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan lebih baik

dan sempurna.

d. Manfaat Media Pembelajaran

Dalam proses pembelajaran, penggunaan media memiliki

berbagai macam manfaat. Media pengajaran dapat mempertinggi

proses belajar siswa dalam pengajaran yang pada gilirannya

diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya

(Sudjaja dan Rivai, 1990: 2). Manfaat dalam penggunaan media

(51)

perhatian, bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya, mentode

mengajar lebih bervariasi, dan siswa lebih banyak melakukan

kegiatan belajar.

Pengajaran dengan menggunakan media menimbulkan

kesan yang berbeda dari pada pengajaran yang tidak

menggunakan media. Pengajaran dengan menggunakan media

akan lebih menarik perhatian peserta didik sehingga dapat

menunbuhkan motivasi belajar. Selanjutnya penggunaan media

juga memperjelas makna dari bahan ajar yang sesungguhnya,

sehingga dapat lebih dipahami oleh para peserta didik dan

memungkinkan peserta didik untuk menguasai tujuan pengajaran

secara lebih baik. Guru yang menggunakan media, metode

mengajarnya akan lebih bervariasi. Tidak hanya menggunakan

komunikasi verbal saja sehingga peserta didik tidak akan bosan

dan guru tidak kehabisan tenaga. Selain itu peserta didik lebih

banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya

mendengarkann uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti

mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.

e. Kriteria Pemilihan Media

Dalam merencanakan pembelajaran dengan menggunakan

media, guru perlu memperhatikannya secara sistematis

berdasarkan langkah-langkah yang saling terkait. Hal tersebut

(52)

bermakna. Sudjaja dan Rivai (1990: 5) menyebutkan beberapa

kriteria yang perlu diketahui dalam pemilihan media, antara

lain: ketepatannya dengan tujuan pengajaran, dukungan

terhadap isi bahan pengajaran, kemudahan memperoleh media,

keterampilan guru dalam menggunakan, tersedia waktu untuk

menggunakannya, dan sesuai dengan taraf berpikir peserta

didik.

Guru harus tanggap dalam memilih media yang sesuai

dengan karakteristik peserta didik dan tujuan pembelajaran

yang harus dicapai. Keterampilan dalam menggunakan media

juga harus dikuasi oleh guru. Penggunaan media pembelajaran

yang sederhana akan mempermudah guru dalam memperoleh

dan menggunakan media. Untuk memilih media yang baik

diperlukan persiapan dan perencanaan yang sangat teliti agar

manfaat penggunaan media dalam pengajaran dapat dirasakan

oleh guru dan peserta didik.

E. Kerangka Berpikir

Guru adalah seseorang yang pekerjaannya memiliki tanggung

jawab dan tugas utama mendidik, mengajar, melatih, dan mengevalusi

peserta didik. Salah satu syarat menjadi guru adalah memiliki bakat

keguruan. Bakat yaitu kepandaian, sifat, dan pembawaan yang dibawa

(53)

mewujudkan suatu ketercapaian. Bakat keguruan merupakan kepandaian,

sifat dan pembawaan yang dibawa sejak lahir oleh individu yang

memungkinkan dengan suatu latihan agar mencapai suatu kecakapan,

pengetahuan dan keterampilan perihal pengajaran, pendidikan, dan metode

pengajaran. Faktor yang mempengaruhi perkembangan bakat dibedakan

menjadi dua, yaitu faktor internal dan eksternal.

Salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi perkembangan

bakat adalah kesempatan untuk mengembangkan diri. Calon guru yang

menempuh pendidikan di FKIP memiliki kesempatan untuk

mengembangkan diri. Mahasiswa FKIP mampu mengembangkan diri

dengan mengikuti berbagai kelompok mata kuliah yang ditawarkan, salah

satunya adalah mata kuliah keahlian berkarya (MKB). Di dalam kelompok

mata kuliah keahlian berkarya (MKB) terdapat beberapa mata kuliah yang

bertujuan untuk menghasilkan tenaga ahli dengan kekaryaan berdasarkan

ilmu dan keterampilan yang dikuasai. Di antaranya adalah mata kuliah

Kurikulum dan Kajian Buku Teks dan mata kuliah Media Pembelajaran.

Di kedua mata kuliah tersebut, mahasiswa akan mengalami

pembelajaran dan latihan mengenai keterampilan dan kemampuan

keguruan. Perkembangan kemampuan seseorang akan terwujud bila

dihadapkan pada pengalaman belajar dan latihan yang sesuai dengan bakat

yang ada dalam dirinya. Pembelajaran dan latihan yang didapat dari

(54)

Media Pembelajaran akan membantu calon guru dalam mengembangkan

keterampilan, kemampuan, dan bakat keguruannya.

F. Rumusan Hipotesis

�� : Mata kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks tidak berhubungan

dengan bakat keguruan mahasiswa FKIP

�� : Mata kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks berhubungan

dengan bakat keguruan mahasiswa FKIP.

�� : Mata kuliah Media Pembelajaran tidak berhubungan dengan bakat

keguruan mahasiswa FKIP

�� : Mata kuliah Media Pembelajaran berhubungan dengan bakat

(55)

36

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian studi kasus. Penelitian

studi kasus merupakan penelitian yang dilakukan secara intensif terinci

dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga atau gejala tertentu

(Arikunto 2010: 185). Studi kasus pada penelitian ini dilakukan pada

mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata

Dharma. Hasil atau kesimpulan yang ditarik dari penelitian ini tidak bisa

direalisasikan di tempat lain.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian akan dilakukan di Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan Februari-Maret

(56)

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan angkatan 2013, Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

2. Objek Penelitian

Dalam penelitian ini, yang menjadi objek penelitian adalah variabel

bebas dan variabel terikat. Variabel bebas terdiri dari dua faktor yaitu

Mata kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks, dan Mata kuliah

Media Pembelajaran. Sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini

adalah bakat keguruan mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

D. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan unit atau individu dalam ruang

lingkup yang akan diteliti (Martono, 2010: 76), sedangkan menurut

Arikunto (2010: 173) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa S1 Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan

(57)

Tabel 3.1

Sumber: Biro Administrasi Akademik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Tahun Akademik 2016/2017 Semester Gasal

2. Sampel

Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan untuk menentukan

ukuran sampel adalah teknik Slovin (Siregar, 2014: 34) dengan rumus

sebagai berikut:

Berdasarkan rumus di atas, maka jumlah sampel minimal yang harus

(58)

� = + 855 0,05855

n = 273 mahasiswa

3. Teknik Penarikan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara proporsional, yaitu dengan

mengambil subyek dari setiap strata atau setiap wilayah yang

ditentukan seimbang dengan banyaknya subjek dari masing-masing

strata atau wilayah. Pengambilan sampel secara proporsional dapat

dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Sampel Subkelompok = ∑ masing − masing kelompok ∑ total x Sampel

Dengan demikian, dapat dihitung sampel yang akan diteliti

berdasarkan program studi masing-masing respoden dengan

perhitungan sebagai berikut:

Tabel 3.2

Proporsi Sampel Mahasiswa Setiap Program Studi

Program Studi Jumlah Jumlah

Sampel

Pendidikan Agama Katolik 39 12

Pendidikan Guru Sekolah Dasar 194 62

Pendidikan Bahasa Inggris 150 48

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 83 26

(59)

Sumber: Biro Administrasi Akademik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2016, diolah.

E. Operasionalisasi Variabel

1. Variabel Mata Kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks

Variabel mata kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks diukur

dengan menggunakan nilai akhir keberhasilan mahasiswa pada mata

kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks. Nilai akhir keberhasilan

mahasiswa dinyatakan sebagai berikut:

Tabel 3.3

Kategori Nilai Akhir Keberhasilan Mahasiswa Pada Mata Kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks

Sumber: Buku Pedoman Program Studi Pendidikan Ekonomi 2012.

2. Variabel Mata Kuliah Media Pembelajaran

Variabel mata kuliah Media Pembelajaran diukur dengan

menggunakan nilai akhir keberhasilan mahasiswa pada mata kuliah

Media Pembelajaran. Nilai akhir keberhasilan mahasiswa dinyatakan

sebagai berikut:

Tabel 3.4

Kategori Nilai Akhir Keberhasilan Mahasiswa Pada Mata Kuliah Media Pembelajaran

Huruf Mutu Arti Angka Mutu Skor

A Amat baik 4 5

(60)

Huruf Mutu Arti Angka Mutu Skor

C Cukup 2 3

D Kurang 1 2

E Sangat Kurang 0 1

Sumber: Buku Pedoman Program Studi Pendidikan Ekonomi 2012.

3. Variabel bakat keguruan

Variabel bakat keguruan diukur dengan menggunakan instrumen

yang dikembangkan oleh Wasidi (2015). Pengukuran instrumen

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, menggunakan

pedoman penskoran yang terdapat pada instrumen bakat keguruan

yang dikembangkan oleh Wasidi (2015). Intrumen bakat keguruan

terdiri atas tiga bagian, yaitu: kreativitas pedagogi, komitmen

pedagogi dan kecerdasan emosi.

Kreativitas pedagogi diukur dengan Tes Kreativitas Verbal (TKV).

Butir-butir pertanyaan kreativitas pedagogi disusun dengan model

what if not yaitu metode untuk mengungkapkan kemampuan

mahasiswa dalam memecahkan suatu masalah jika disajikan satu

alternatif pemecahan masalah. Komitmen pedagogi dan kecerdasan

emosi diukur dengan inventori model Guttman, dengan tiga pilihan

berjenjang dengan penskoran 1 sampai dengan 3, dengan penempatan

urutan skor secara acak, agar skornya tidak mudah untuk ditebak.

(61)

Variabel

Setiap pertanyaan dalam instrumen kreativitas pedagogi diukur

dengan menggunakan Tes Kreativitas Verbal (TKV). Di sisi lain,

setiap pertanyaan dalam instrumen komitmen pedagogi dan

kecerdasan emosi diukur dengan inventori model Guttman, dengan

tiga pilihan berjenjang, dengan penskoran 1 sampai dengan 3, dengan

penempatan urutan skor secara acak, agar skornya tidak mudah untuk

ditebak. Pemberian skor pada setiap jawaban dalam instrumen

kreativitas pedagogi, komitmen pedagogi, dan kecerdasan emosi dapat

dilihat pada lampiran 3 (halaman 124 - 131).

Skor akhir pada variabel bakat keguruan diperoleh dari

menjumlahkan skor tes kreativitas pedagogi, komitmen pedagogi dan

kecerdasan emosi. Skor akhir lalu dikonversikan menjadi nilai.

(62)

Tabel 3.6

Konversi Total Skor pada Variabel Bakat Keguruan

No Interval Skor Nilai

Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data dengan cara

membagikan beberapa daftar pertanyaan secara tertulis kepada

responden agar peneliti memperoleh informasi yang tepat. Kuesioner

dalam penelitian ini digunakan untuk mendapatkan data tentang bakat

Gambar

Tabel 5.7. Hasil Uji Korelasi Variabel Mata Kuliah Media Pembelajaran Dengan
Tabel 3.1 Populasi Penelitian
Tabel 3.2 Proporsi Sampel Mahasiswa Setiap Program Studi
Tabel 3.3 Kategori Nilai Akhir Keberhasilan Mahasiswa Pada Mata Kuliah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ketuntasan belajar secara individu ini digunakan untuk mengetahui siswa mana yang sudah tuntas belajar dan siswa mana yang belum tuntas belajar. Kriteria ketuntasan

 Filsafat berusaha untuk memahami watak dari pemikiran yang benar dan mengungkapkan cara berpikir yang sehat.  Satu hal yang dijumpai dalam seluruh sejarah filsafat

Untuk mewujudkan penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari koupsi, kolusi dan nepotisme, dalam Undang-Undang ini ditetapkan asas-asas umum penyelenggaraan negara

Cara ini bukanlah cara satu-satunya karena sekarang sudah dikembangkan beberapa teknik yang lain untuk menghitung perkalian dua bilangan, seperti jarimatika dan

Penelitian oleh Febriana (2018), yang meneliti pengaruh penggunaan media power point terhadap minat belajar sejarah siswa kelas X di SMA Negeri 1 Bumiayu menujukan bahwa

entertainment , khususnya di wilayah Tangerang. Sistem ini akan menampilkan tempat-tempat entertainment yang ada di sekitar pengguna tersebut. Supaya pengguna

Sehubungan dengan Pelaksanaan Lelang Pemilihan Langsung jasa konstruksi Pada Dinas Bina Marga Kota Medan Tahun Anggaran 2015, untuk Pekerjaan Pembangunan Drainase -

While I can’t be a miracle worker this area I can provide some very common mistakes that women tend to