BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
D. Pembahasan
1. Hubungan Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar
Dari hasil analisis penelitian yang telah dilakukan terhadap
motivasi belajar dan prestasi belajar, menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan positif dan signifikan motivasi belajar dengan prestasi
belajar siswa SMK Putra Tama Bantul. Pernyataan ini berdasarkan
analisis koefiensi korelasi r hitung lebih kecil dari r tabel atau 0,005 <
0,2241 dan nilai probabilitas sebesar 0,484 > 0,05. Hal ini berarti
bahwa tinggi rendahnya motivasi belajar tidak menentukan baik
buruknya prestasi belajar.
Motivasi belajar bukan merupakan faktor penentu yang dominan
untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini tidak sejalan
dengan hasil penelitian yang dikemukakan oleh Suciningrum yang
menyatakan ada hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi
belajar dengan prestasi belajar akuntansi siswa.
Hasil penelitian yang bertentangan dengan bukti empiris dan
tinjauan teoritis tentu perlu diketahui penyebabnya, karena secara logis
motivasi belajar seharusnya memiliki peranan cukup besar dalam
pencapaian prestasi belajar. Siswa yang mempunyai motivasi belajar
akan memiliki kesadaran dan kemandirian belajar tinggi. Dia akan
pekerjaan rumah dari guru saja, tetapi karena adanya keinginan untuk
belajar dengan kesungguhan. Siswa yang termotivasi penuh dalam diri
sendiri atau dari luar dirinya dia akan belajar secara rajin dan teratur,
selalu bersemangat dalam belajar, tidak cepat bosan, dan sebagainya.
Berdasarkan hasil analisis data pada siswa SMK Putra Tama
Bantul yang dilakukan pada 55 siswa menunjukan sebanyak 10 siswa
atau 18% memiliki motivasi belajar sangat tinggi, 22 siswa atau 40%
memiliki motivasi belajar tinggi, 13 siswa atau 24% memiliki motivasi
belajar cukup tinggi, 7 siswa atau 13% memiliki motivasi belajar
rendah, dan sebanyak 3 siswa atau 5% memiliki motivasi yang sangat
rendah. Namun pada kenyataannya prestasi belajar yang dirata-rata
dalam nilai rapot tergolong baik yaitu sebesar 3,083455. Tentu saja
baiknya prestasi yang diraih oleh para siswa karna adanya faktor lain
yang ikut berperan didalamnya.
Menurut Muhibin dalam bukunya Psikologi Belajar (2012:145)
faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa ada 3 macam,
yakni:
1. Faktor Internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa.
2. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa.
3. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.
Dalam buku Muhibin tersebut dijelaskan bahwa “motivasi siswa termasuk dalam faktor internal siswa yang terkandung pada
aspek psikologis bukan merupakan satu–satunya faktor penentu hasil baik buruknya suatu prestasi.” Dari hasil penelitian yang terjadi pada siswa SMK Putra Tama Bantul peneliti mempunyai
anggapan bahwa hasil prestasi yang diperoleh para siswa
dikarenakan strategi dan metode yang digunakan siswa untuk
melakukan kegiatan pembelajaran tepat dalam penerapannya.
Siswa yang mempunyai strategi, metode dan pendekatan yang
tepat dalam belajar akan lebih mudah memahami bagaimana diri
siswa tersebut dalam meraih suatu hal tertentu secara maksimal
daripada siswa yang tidak mempunyai ketepatan dalam memilih
strategi dan metode pembelajarannya. Walaupun dapat dikatakan
siswa tersebut sama–sama mempunyai motivasi belajar tinggi tetapi ketepatan strategi juga harus diperhatikan. Sehingga dapat
dikatakan motivasi belajar yang tinggi belum tentu dapat
menghasilkan prestasi belajar yang baik pula tanpa adanya faktor– faktor pendukung yang lain.
Dengan adanya faktor lain yang telah di uraikan diatas dapat di
jelaskan bahwa motivasi yang tinggi tidak selamanya mempunyai
hubungan dengan prestasi belajar yang baik. Hal ini disebabkan
karena belajar dalam pencapaian prestasi yang baik merupakan
suatu proses yang kompleks dengan banyak faktor yang
2. Hubungan Disiplin Belajar dengan Prestasi Belajar
Dari hasil analisis penelitian yang telah dilakukan terhadap
disiplin belajar dan prestasi belajar, menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan positif dan signifikan disiplin belajar dengan prestasi
belajar siswa SMK Putra Tama Bantul. Pernyataan ini berdasarkan
analisis koefisien korelasi lebih kecil dari atau 0,054 < 0,2241 dan nilai probabilitas 0,348 lebih besar dari 0,05.
Hal ini berarti bahwa tinggi rendahnya disiplin belajar tidak
menentukan baik buruknya prestasi belajar.
Disiplin belajar bukan merupakan faktor penentu yang
dominan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini tidak
sejalan dengan hasil penelitian yang dikemukakan oleh
Suciningrum yang menyatakan ada hubungan yang positif dan
signifikan antara disiplin belajar dengan prestasi belajar akuntansi
siswa.
Hasil penelitian yang bertentangan dengan bukti empiris dan
tinjauan teoritis tentu perlu diketahui penyebabnya, karena secara
logis disiplin belajar seharusnya memiliki peranan cukup besar
dalam pencapaian prestasi belajar. Siswa yang mempunyai displin
tinggi dalam belajar seharusnya mempunyai ketekunan didalam
proses pembelajarannya dan mematuhi setiap jadwal belajar yang
sudah ditentukan sehingga hasil dari proses belajar akan nampak
Berdasarkan hasil analisis data pada siswa SMK Putra Tama
Bantul yang dilakukan pada 55 siswa menunjukan sebanyak 14
siswa atau 25% memiliki disiplin belajar yang sangat tinggi, 18
siswa atau 33% memiliki disiplin belajar yang tinggi, 13 siswa atau
24% memiliki disiplin belajar yang cukup, dan sebanyak 10 siswa
atau 18% memiliki disiplin belajar yang rendah.
Namun pada kenyataannya prestasi belajar yang dirata-rata
dalam nilai rapot tergolong baik yaitu sebesar 3,083455. Tentu saja
baiknya prestasi yang diraih oleh para siswa karna adanya faktor
lain yang ikut berperan didalamnya.
Faktor lain yang mungkin mempengaruhi dalam prestasi belajar
siswa menurut Djamarah (2011:193) yaitu “kecerdasan.” Dalam buku Djamarah terdapat beberapa ahli yang mengatakan
keterkaitan faktor kecerdasan terhadap prestasi belajar seseorang
yaitu:
1. M. Dalyono (1997:56), mengatakan bahwa „seseorang yang memiliki inteligensi baik (IQ-nya tinggi) umumnya mudah belajar dan hasilnya pun cenderung baik. Sebaliknya, orang yang inteligensinya rendah, cenderung mengalami kesukaran dalam belajar, lambat berpikir, sehingga prestasi belajarnya pun rendah.‟
2. Slameto (1991:7), „kecerdasan mempunyai peranan yang besar dalam ikut menentukan berhasil dan tidaknya seseorang mempelajari sesuatu atau mengikuti suatu program pendidikan dan pengajaran. Dan orang yang lebih cerdas pada umumnya akan lebih mampu belajar daripada orang yang kurang cerdas.‟ Dari uraian diatas dapat dikatakan faktor kecerdasan dalam diri
siswa juga salah satu faktor yang mempunyai keterikatan kuat
Bantul peneliti beranggapan tingkat kecerdasan siswa cukup baik
sehingga tingkat kedisiplinan belajar siswa tersebut tidak
menjadikan faktor dominan penentu prestasi yang baik.
Menurut Sutirna (2013:63) adalah “faktor emosional peserta didik. Dalam buku Sutirna emosi atau perasaan seseorang akan sangat mempengaruhi aktivitas belajar di sekolah maupun di rumah. Entah itu adalah perasaan sedih, gembira, aman, marah, cemas, takut, dan sebagainya. Orang yang merasa aman, senang, betah disuatu tempat kemungkinan akan lebih produktif dibandingkan dengan orang yang merasa tidak aman. Apalagi pertumbuhan peserta didik yang berada di jenjang sekolah menengah yang memiliki masa transisi dengan penuh gejolak dan rasa keakuan yang tinggi, emosinya pun belum stabil sehingga secara spontan sering melakukan hal-hal negatif. Dengan demikian, perlu perhatian guru yang serius untuk memberikan bimbingan. Beberapa hasil penelitian di bidang psikologis tentang emosional disimpulkan bahwa kesuksesan seseorang banyak ditentukan oleh faktor emosional sebesar 80% sedangkan faktor intelektual hanya 20%. Jadi dapat dikatakan faktor emosional mempunyai keterkaitan yang besar dengan prestasi belajar.”
Pada kasus siswa SMK Putra Tama Bantul peneliti beranggapan
emosional siswa baik yang berarti siswa merasa senang, gembira
dan nyaman dalam proses pembelajaran sehingga tingkat
kedisiplinan belajar siswa tersebut tidak menjadikan faktor
dominan penentu prestasi yang baik.
Dengan adanya faktor lain yang telah di uraikan diatas dapat di
jelaskan bahwa disiplin yang tinggi tidak selamanya mempunyai
hubungan dengan prestasi belajar yang baik. Hal ini disebabkan
faktor-faktor tersebut mampu membawa pengaruh positif ataupun
3. Hubungan Lingkungan Belajar dengan Prestasi Belajar
Dari hasil analisis penelitian yang telah dilakukan terhadap
lingkungan belajar dan prestasi belajar, menunjukkan bahwa tidak
ada hubungan positif dan signifikan lingkungan belajar dengan
prestasi belajar siswa SMK Putra Tama Bantul. Pernyataan ini
berdasarkan analisis koefisien korelasi lebih kecil dari
atau 0,109 < 0,2241 dan nilai probabilitas 0,213 lebih besar
dari 0,05. Hal ini berarti bahwa baik buruknya lingkungan belajar
tidak menentukan baik buruknya prestasi belajar.
Lingkungan belajar bukan merupakan faktor penentu yang
dominan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini tidak
sejalan dengan hasil penelitian yang dikemukakan oleh
Suciningrum yang menyatakan ada hubungan yang positif dan
signifikan antara Lingkungan belajar dengan prestasi belajar
akuntansi siswa.
Hasil penelitian yang bertentangan dengan bukti empiris dan
tinjauan teoritis tentu perlu diketahui penyebabnya, karena secara
logis lingkungan belajar seharusnya memiliki peranan cukup besar
dalam pencapaian prestasi belajar. Secara teoritik semakin baik
lingkungan belajar siswa, akan berhubungan dengan optimalnya
prestasi yang diperoleh, sebaliknya semakin buruknya lingkungan
belajar siswa akan diikuti optimalnya prestasi belajar yang dicapai.
pada akhirnya akan memberikan dampak yang positif terhadap
pencapaian prestasi belajar siswa sesuai dengan usaha yang
dilakukannya.
Berdasarkan hasil analisis data pada siswa SMK Putra Tama
Bantul yang dilakukan pada 55 siswa menunjukan sebanyak 8
siswa atau 15% memiliki lingkungan belajar yang sangat tinggi, 30
siswa atau 54% memiliki lingkungan belajar yang tinggi, 9 siswa
atau 16% memiliki lingkungan belajar yang cukup, dan sebanyak 8
siswa atau 15% memiliki lingkungan belajar yang rendah.
Namun pada kenyataannya prestasi belajar yang dirata-rata
dalam nilai rapot tergolong baik yaitu sebesar 3,083455. Tentu saja
baiknya prestasi yang diraih oleh para siswa karna adanya faktor
lain yang ikut berperan didalamnya.
Faktor lain yang mempengaruhi baik buruknya suatu
prestasi selain lingkungan (lingkungan sekolah) adalah :
1. Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan tempat pertama dimana anak didik
berproses dalam segi akademik maupun non akademik.
Dari keluarga anak didik diajarkan pembentukan sikap
perilaku yang seturut dengan aturan dan arahan
lingkungan keluarga tersebut berada hingga tercapai
kematangan diri. Dimulai dari cara orangtua mendidik,
keadaan ekonomi keluarga. Semua itu sangat
berpengaruh dengan perkembangan anak didik, cara
orangtua mendidik anak haruslah tepat sesuai dengan
pribadi anak didik. Jadi perlu adanya pengenalan diri
dalam mendidik anak didik secara tepat. Apabila hal itu
sudah berjalan dengan baik maka relasi antar anggota
keluarga dapat terjalin dengan baik sehingga tercipta
suasana keluarga yang dapat menjadi teladan bagi anak
didik tersebut. Terkadang keadaan ekonomi suatu
keluarga dapat menghambat pembentukan jati diri anak
untuk melangkah, hal demikian peran orangtualah yang
harus dimaksimalkan didalam proses perkembangan
anak.
2. Lingkungan Masyarakat
Dalam lingkungan masyarakat inilah siswa belajar
dengan cakupan lebih luas lagi yang dimana siswa harus
mampu berinteraksi bersama orang yang mempunyai
keanekaragaman sifat. Dalam hal ini teman bergaul
mempunyai peran yang besar untuk mengubah atau
menambah tatanan yang sudah dibawa dari lingkungan
keluarga. Teman bergaul yang positif akan mengarahkan
anak didik cenderung ke hal positif dan berpengaruh baik
negatif akan mengajak anak didik untuk bergabung dalam
hal negatif pula. Hal ini perlu perhatian dari pihak
keluarga ataupun sekolah dalam pembentukan jati diri
anak didik.
Dalam penelitian ini lingkungan sekolah yang baik tidak
mempunyai hubungan dengan prestasi siswa yang baik tentu
ada faktor pendorong positif yang sudah dijelaskan di atas.
Tingkah laku siswa terbentuk pertama dari lingkungan
keluarga kemudian meluas kedalam lingkungan masyarakat
sehingga dapat dikatakan lingkungan keluarga dan
lingkungan masyarakat siswa SMK Putra Tama cenderung
baik karena hasil dari proses belajar baik. Hal tersebut dapat
menjadi suatu ukuran bahwa lingkungan keluarga,
masyarakat dan sekolah saling berhubungan. Jadi tidak dapat
dikatakan hanya lingkungan sekolah yang berhubungan atau
94