• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oral Minimal Model Termodifikasi

Dalam penelitian ini, peneliti memodifikasi OMM pada kompartemen insulin dengan ditambahkan faktor sekresi insulin pada pankreas. Hal ini dilakukan sebab pada tes glukosa secara oral (OGTT), glukosa yang masuk akan diserap pada usus, kemudian melewati hati sebelum memasuki system sirkulasi darah di dalam tubuh. Modifikasi model tersebut berdasarkan model yang dikembangkan oleh Pratiwi dan M. Seike et al. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:

dG(t) dt = -[p1+ X(t)] G(t) + p1Gb + Rα(t) V , G0 = Gb (39) dX(t) dt = -p2(t) + p3[I(t) - Ib ] , X0 = 0 (40) dI(t) dt = -p1 [I(t) - Ib]+RI I0 = Ib (41)

Keakuratan model matematika biasanya diuji menggunakan solusi analitik atau membandingkan dengan hasil eksperimen. Solusi dari persamaan diferensial biasa deiselesaikan menggunakan ode45. Keuntungan dari ode45 adalah memiliki akurasi yang tinggi dan menyederhanakan sintak program yang dibuat.

Validasi Model Dengan Data Eksperimen

Penelitian ini menggunakan algoritma pencari GSA untuk memperoleh nilai-nilai parameter yang selanjutnya akan disubstitusikan ke persamaan (4), (5), (6), (9), (10), (12), (26) dan (27) sehingga diperoleh grafik hubungan antara konsentrasi glukosa terhadap waktu (t) dan konsentrasi insulin terhadap waktu (t). Selanjutnya validasi model dilakukan dengan membandingkan antara hasil simulasi dengan data eksperimen. Data diambil dari 88 subjek normal (46 laki-laki dan 42 perempuan; usia = 58 ± 2 tahun, berat badan = 77 ± 2 kg) mendapatkan tiga pencarian yang dicampur dengan makanan yang mengandung 1 ± 0.002 g/kg glukosa. Makanan diberi label glukosa [13C] (sebagai pencari I) untuk memisahkan glukosa eksogen dari glukosa endogen. Dua peruntut tambahan yaitu glukosa [6.6-2H2] (sebagai pencarian II) dan glukosa [6-3H] (sebagai pencarian III) yang mendapatkan infus melalui intravena, meniru produksi glukosa endogen (EGP) dan 𝑅𝑎 𝑚𝑒𝑎𝑙. Sampel darah yang diambil pada waktu (t) 0, 5, 10, 15, 20, 40, 50, 60, 75, 90, 120, 150, 180, 210, 240, 260, 280, 300, 360, dan 420

Hasil Simulasi Data OGTT terhadap Data Eksperimen

Simulasi OMM dengan GSA dalam penelitian ini menggunakan data tes OGTT. Hasil simulasi diperoleh dari tes OGTT mengunakan metode OMM dengan pencarian heuristic GSA. Dalam mendeteksi kriteria subjek normal, pre-diabetes dan diabetes tipe 2 pada penelitian ini data eksperimen tes OGTT diambil dari tesis karya Jonas Bech Moller21. Dalam tesis tersebut diambil data 150 subjek Caucasian

15 yang terdaftar di Rumah Sakit Universitas Copenhagen, Denmark, dan 120 subjek Jepang yang terdaftar di Rumah Sakit Universitas Tokyo, Jepang. Untuk semua subjek dilakukan tes OGTT dengan pemberian glukosa 75 g. sampel plasma untuk pengukuran konsentrasi glukosa dan insulin dilakukan pada menit ke 0, 10, 20, 30, 60, 90, 120, 150, 180, 240 dan 300 relatif terhadap waktu setelah menelan glukosa21.

Hasil Simulasi data OGTT Subjek Denmark dan Subjek Jepang Subjek Normal Denmark dan Jepang

Hasil simulasi, ditampilkan pada Gambar 4, memperlihatkan bahwa setelah gangguan oral dimasukkan kedalam tubuh, konsentrasi glukosa naik pada level tertinggi, kemudian turun secara perlahan menuju pada kondisi normal dalam waktu 300 menit. Nilai R2 sebesar 0.96533 menunjukan hasil yang baik pada kurva data tes OGTT pertama. Pada laju konsentrasi insulin berada pada level normal ketika konsentrasi glukosa juga pada level normal dan naik menuju level tertinggi ketika glukosa juga pada level tertinggi kemudian turun perlahan menuju normal dalam waktu 300 menit, hal ini dapat menjelaskan bahwa konsentrasi produksi insulin mempengaruhi tingkat konsentrasi produksi glukosa dalam tubuh subjek. Hasil fit kurva menunjukan nilai R2 sebesar 0.99269.

Nilai Gb berdasarkan simulasi 79.8241 mg/dL. Jika nilai tersebut dicocokkan dengan Gb referensi26, hasil simulasi sesuai dengan profil subjek dalam keadaan normal. Nilai SG dari tes OGTT sebesar 0.0388 menit-1, hasil tersebut menunjukan kemampuan glukosa untuk meningkatkan kemampuan glukosa untuk meningkatkan laju pengurangan kadar konsentrasi glukosa dalam plasma darah

Gambar 4 Hasil simulasi konsentrasi glukosa dan konsentrasi insulin pada subjek normal Denmark. Gb = 79.8241 mg/dL, Ib = 25.6060 µU/mL, SG = 0.0388 menit-1, p2 = 0.0021 menit-1, SI = 26.4600 × 10-4 dl.kg-1 menit-1(µU/mL)-1.ml, 𝑝𝐼1 = 0.8900 menit-1, 𝑝𝐼2 = 6.8989 (µU dL/mL mg), 𝑝𝐼3 = 14.6235 menit, 𝑝𝐼4 = 0.7263 (µU dL)/(mL mg menit)

16

tanpa bantuan insulin sangat baik. Nilai SI pada simulasi sebesar 26.4600 × 10-4 dl.kg-1 menit-1(µU/mL)-1.ml, berdasarkan hasil tersebut menunjukan bahwa peningkatan kemampuan penyerapan glukosa yang tinggi dalam plasma darah oleh insulin dalam jaringan tubuh sangat baik, sehingga kadar glukosa dalam darah kembali normal.

Model matematika OMM termodifikasi dapat memprediksi nilai serapan glukosa yang masuk ke dalam tubuh. Nilai amplitudo serapan glukosa (α) tersebut yaitu α1=5.36 mg. kg-1.menit-1, α2=7.78 mg. kg-1.menit-1, α3=6 mg. kg-1.menit-1, α4=5.05 mg. kg-1.menit-1, α5 = 4.77 mg. kg-1.menit-1, α6 = 3.52 mg. kg-1.menit-1, α7 = 5.56 mg. kg-1.menit-1, dan α8 = 5.29 mg. kg-1.menit-1. Berdasarkan nilai serapan glukosa tersebut, diprediksikan bahwa serapan glukosa pada subjek pertama ini meningkat pada rentang 0-15 menit, kemudian nilai serapan glukosa turun pada rentang 15-120 menit. Selanjutnya naik pada rentang 120-200 menit, dan kembali turun pada rentang 200-280 menit.

Hasil simulasi pada Gambar 5 memperlihatkan bahwa setelah gangguan glukosa oral dimasukkan kedalam tubuh, konsentrasi glukosa naik pada level tertinggi kemudian turun secara perlahan pada menit ke 80 hingga kembali normal dalam waktu 300 menit. Hasil analisis menunjukan subjek memiliki indeks efektivitas glukosa, SG, lebih kecil dari data subjek normal Denmark. Nilai R2 sebesar 0.96366 menunjukan hasil yang baik pada kurva data tes OGTT kedua. Pada laju konsentrasi insulin berada pada level rendah ketika konsentrasi glukosa pada level lebih tinggi. Hal ini dapat menjelaskan bahwa kinerja sel beta pada pankreas dalam memproduksi insulin sangat baik. Konsentrasi produksi insulin

Gambar 5 Hasil simulasi konsentrasi glukosa dan konsentrasi insulin pada subjek normal Jepang. Gb = 74.8939 mg/dL, Ib = 21.2232 µU/mL, SG = 0.0337 menit-1, p2 = 0.0211 menit-1, SI = 4.1078x10-4 dl.kg-1 menit-1(µU/mL) -1.ml, 𝑝𝐼1 = 1.2642 menit-1, 𝑝𝐼2 = 0.0111 (µU dL/mL mg), 𝑝𝐼3 = 9.7260 menit, 𝑝𝐼4 = 0.6010 (µU dL)/(mL mg menit)

17 mempengaruhi tingkat konsentrasi produksi glukosa dalam tubuh subjek. Nilai SI didapatkan juga dalam rentang normal walaupun terdapat perbedaan dari data pertama, yaitu lebih kecil. Sensitivitas insulin dan responsitivitas sel beta antara bangsa dari subjek Denmark dan Jepang berbeda. Hasil fit kurva menunjukan R2 sebesar 0.96638.

Nilai Gb berdasarkan simulasi 74.8939 mg/dL. Jika nilai tersebut dicocokkan dengan Gb referensi, hasil simulasi sesuai dengan profil subjek dalam keadaan normal. Nilai SG dari tes OGTT kedua sebesar 0.0337 menit-1, hasil tersebut menunjukan kemampuan glukosa untuk meningkatkan laju pengurangan kadar glukosa dalam plasma darah tanpa bantuan insulin sangat baik. Nilai SI sebesar 4.1078x10-4 dl.kg-1 menit-1(µU/mL)-1.ml, namun nilai tersebut lebih kecil dari Nilai

SI subjek normal Denmark. Hasil fit kurva tes OGTT kedua menunjukan hasil yang baik.

Model matematika OMM dapat memprediksi nilai serapan glukosa yang masuk ke dalam tubuh. Nilai amplitudo serapan glukosa (α) tersebut yaitu α1=5.36 mg. kg-1.menit-1, α2 =7.78 mg. kg-1.menit-1, α3 =6 mg. kg-1.menit-1, α4 =5.05 mg. kg-1.menit-1, α5 = 4.77 mg. kg-1.menit-1, α6 = 3.52 mg. kg-1.menit-1, α7 = 5.56 mg. kg-1.menit-1, dan α8 = 5.29 mg. kg-1.menit-1. Berdasarkan nilai serapan glukosa tersebut, diprediksikan bahwa serapan glukosa pada subjek pertama ini meningkat pada rentang 0-15 menit, kemudian nilai serapan glukosa turun pada rentang 15-120 menit. Selanjutnya naik pada rentang 15-120-200 menit, dan kembali turun pada rentang 200-280 menit.

Subjek Pre-diabetes Denmark dan Jepang

Gambar 6 Hasil simulasi konsentrasi glukosa dan konsentrasi insulin pada subjek Pre-Diabetes Denmark. Gb = 109.3033 mg/dL, Ib = 24.4237 µU/mL, SG = 0.0400 menit-1, p2 = 0.0009 menit-1, SI = 10.8038x10-4 dl.kg-1 menit-1(µU/mL)-1.ml, 𝑝𝐼1 = 0.4008 menit-1, 𝑝𝐼2 = 0.0385 (µU dL/mL mg), 𝑝𝐼3 = 30.9694 menit, 𝑝𝐼4 = 0.8680 (µU dL)/(mL mg menit)

18

Hasil simulasi ditampilkan pada Gambar 6 memperlihatkan bahwa setelah gangguan glukosa oral dimasukkan ke dalam tubuh, konsentrasi glukosa naik pada level tertinggi, kemudian turun secara perlahan pada menit ke 80 hingga kembali normal dalam waktu 300 menit. Hasil analisis menunjukkan subjek memiliki indeks efektivitas glukosa, SG, lebih besar dari data subjek normal Denmark. Nilai R2 sebesar 0.92192 menujukan hasil yang baik pada kurva data tes OGTT ketiga. Pada laju konsentrasi insulin berada pada level rendah ketika konsentrasi glukosa pada level lebih tinggi dibandingkan konsentrasi glukosa pada subjek normal Denmark. Nilai SI yang diprediksikan lebih besar dibandingkan dengan subjek normal

Denmark. Hal ini menunjukkan bahwa pada keadaan pre-diabetes kemampuan insulin untuk mengurangi konsentrasi glukosa dalam tubuh lebih lambat dibandingkan dengan orang normal. Hasil fit kurva menunjukan R2 sebesar 0.97769. Perbedaan nilai R2 tersebut dipengaruhi oleh inisiasi batas tiap parameter pada simulasi.

Nilai Gb berdasarkan simulasi 109.3033 mg/dL. Jika nilai tersebut dicocokkan dengan Gb referensi, hasil simulasi sesuai dengan profil subjek dalam keadaan pre-diabetes. Nilai SG dari tes OGTT ketiga sebesar 0.0400 menit-1, hasil tersebut menunjukan kemampuan glukosa untuk meningkatkan laju pengurangan kadar glukosa dalam plasma darah tanpa bantuan insulin namun hasil ini lebih besar dari subjek normal Denmark. Menurut uji klinis, subjek pre-diabetes memiliki sistem metabolism glukosa yang terganggu. Selain nilai efektivitas glukosa, diperoleh juga nilai SI sebesar 10.8038x10-4 dl.kg-1 menit-1(µU/mL)-1.ml, namun nilai tersebut lebih kecil dari nilai SI subjek Denmark. Nilai SI menunjukan bahwa peningkatan kemampuan penyerapan glukosa lebih lambat dari nilai sensitivitas insulin subjek normal Denmark.

Gambar 7 Hasil simulasi konsentrasi glukosa dan konsentrasi insulin pada subjek Pre-Diabetes Jepang. Gb = 90.5428 mg/dL, Ib = 20.3119 µU/mL, SG = 0.03998 menit-1, p2 = 0.0021 menit-1, SI = 13.0089×10-4 dl.kg-1 menit-1(µU/mL)-1.ml, 𝑝𝐼1 = 0.9913 menit-1, 𝑝𝐼2 = 0.1907 (µU dL/mL mg), 𝑝𝐼3 = 29.6083 menit, 𝑝𝐼4 = 0.5098 (µU dL)/(mL mg menit)

19 Model matematika OMM dapat memprediksi nilai serapan glukosa yang masuk ke dalam tubuh. Nilai amplitudo serapan glukosa (α) tersebut yaitu α1=5.36 mg. kg-1.menit-1, α2 =7.78 mg. kg-1.menit-1, α3 =6 mg. kg-1.menit-1, α4 =5.05 mg. kg-1.menit-1, α5 = 4.77 mg. kg-1.menit-1, α6 = 3.52 mg. kg-1.menit-1, α7 = 3.17 mg. kg-1.menit-1, dan α8 = 1.86 mg. kg-1.menit-1. Berdasarkan nilai serapan glukosa tersebut, diprediksikan bahwa serapan glukosa pada subjek keempat ini meningkat pada rentang 0-15 menit, selanjutnya nilai serapan glukosa turun pada rentang 15-300menit.

Hasil simulasi ditampilkan pada Gambar 7 memperlihatkan bahwa setelah gangguan glukosa oral dimasukkan ke dalam tubuh, konsentrasi glukosa naik pada level tertinggi, kemudian turun secara perlahan pada menit ke 80 hingga kembali normal dalam waktu 300 menit. Hasil analisis menunjukan subjek memiliki indeks efektivitas glukosa, SG, lebih besar dari data subjek normal Jepang. Nilai R2 sebesar 0.95163 menujukan hasil yang baik pada kurva data tes OGTT keempat. Pada laju konsentrasi insulin berada pada level rendah ketika konsentrasi glukosa pada level lebih tinggi dibandingkan konsentrasi glukosa pada subjek normal Jepang. Nilai SI yang diprediksikan lebih kecil dibandingkan dengan subjek normal Denmark. Hal ini menunjukan bahwa pada keadaan pre-diabetes kemampuan insulin untuk mengurangi konsentrasi glukosa dalam tubuh lebih lambat dibandingkan dengan orang normal. Hasil fit kurva menunjukan R2 sebesar 0.96204. Perbedaan nilai R2 tersebut dipengaruhi oleh inisiasi batas tiap parameter pada simulasi.

Nilai Gb berdasarkan simulasi 90.5428 mg\dL. Jika nilai tersebut dicocokkan dengan Gb referensi, hasil simulasi sesuai dengan profil subjek dalam keadaan pre-diabetes. Nilai SG dari tes OGTT keempat sebesar 0.03998 menit-1, hasil tersebut menunjukan kemampuan glukosa untuk meningkatkan laju pengurangan kadar glukosa dalam plasma darah tanpa bantuan insulin namun hasil ini lebih besar dari subjek normal Denmark. Menurut uji klinis, subjek pre-diabetes memiliki sistem metabolism glukosa yang terganggu. Selain nilai efektivitas glukosa, diperoleh juga nilai SI sebesar 13.0089×10-4 dl.kg-1 menit-1(µU/mL)-1.ml, namun nilai tersebut lebih kecil dari nilai SI subjek normal Denmark. Nilai SI menunjukan bahwa peningkatan kemampuan penyerapan glukosa lebih lambat dari nilai sensitivitas insulin subjek normal Denmark.

Model matematika OMM dapat memprediksi nilai serapan glukosa yang masuk ke dalam tubuh. Nilai amplitudo serapan glukosa (α) tersebut yaitu α1=5.36 mg. kg-1.menit-1

, α2 =7.78 mg. kg-1.menit-1

, α3 =6 mg. kg-1.menit-1

, α4 =5.05 mg. kg-1.menit-1, α5 = 4.77 mg. kg-1.menit-1, α6 = 3.52 mg. kg-1.menit-1, α7 = 2.87 mg. kg-1.menit-1, dan α8 = 1.86 mg. kg-1.menit-1. Berdasarkan nilai serapan glukosa tersebut, diprediksikan bahwa serapan glukosa pada subjek keempat ini meningkat pada rentang 0-15 menit, selanjutnya nilai serapan glukosa turun pada rentang 15-300menit.

20

Subjek Diabetes Tipe 2 Denmark dan Jepang

Gambar 8 Hasil simulasi konsentrasi glukosa dan konsentrasi insulin pada subjek Diabetes Tipe 2 Denmark. Gb = 92.7835 mg/dL, Ib = 26.1011 µU/mL, SG = 0.01302 menit-1, p2= 0.0142 menit-1, SI = 3.0815×10-4dl.kg-1 menit-1(µU/mL)-1.ml, 𝑝𝐼1 = 2.0783 menit-1, 𝑝𝐼2 = 0.0551 (µU dL/mL mg), 𝑝𝐼3 = 12.3034 menit, 𝑝𝐼4 = 0.2739 (µU dL)/(mL mg menit) Hasil simulasi ditampilkan pada Gambar 8 memperlihatkan bahwa setelah gangguan glukosa oral dimasukkan ke dalam tubuh, konsentrasi glukosa naik pada level yang tertinggi, kemudian turun secara perlahan pada menit ke 90 hingga kembali normal dalam waktu 300 menit. Hasil analisis menunjukan subjek memiliki indeks efektivitas glukosa, SG, jauh lebih kecil dari data subjek normal Denmark. Nilai R2 sebesar 0.98337 menujukan hasil yang baik pada kurva data tes OGTT kelima. Pada laju konsentrasi insulin berada pada level rendah ketika konsentrasi glukosa pada level lebih tinggi dibandingkan konsentrasi glukosa pada subjek normal Denmark. Nilai SI yang didapatkan jauh lebih kecil dibandingkan

dengan subjek normal Denmark. Hal ini menunjukan bahwa pada keadaan diabetes tipe 2 kemampuan insulin untuk mengurangi konsentrasi glukosa dalam tubuh jauh lebih lambat dibandingkan dengan orang normal. Hasil fit kurva menunjukan R2 sebesar 0.98903. Perbedaan nilai R2 tersebut dipengaruhi oleh inisiasi batas tiap parameter pada simulasi.

Nilai Gb berdasarkan simulasi pada subjek kelima sebesar 92.7835 mg/dL. Jika nilai tersebut dicocokkan dengan Gb referensi, maka diprediksi bahwa subjek tersebut terkena diabetes. Nilai SG dari tes OGTT kelima sebesar 0.01302 menit-1, untuk memprediksi tipe diabetes, dapat diketahui dari nilai SI nya. Penderita diabetes tipe 1 memiliki nilai SI yang selalu nol, sedangkan subjek kelima ini memiliki nilai SI sebesar 3.0815×10-4dl.kg-1 menit-1(µU/mL)-1.ml. berdasarkan hal tersebut subjek kelima ini diprediksi terkena diabetes tipe 2, Karena masih dapat menghasilkan insulin walaupun insulin tidak efektif dalam menurunkan konsentrasi glukosa di dalam tubuh. Seanjutnya berdasarkan hasil tersebut, subjek tidak dapat

21

Gambar 9 Hasil simulasi konsentrasi glukosa dan konsentrasi insulin pada subjek Diabetes Tipe 2 Jepang. Gb = 115.7800 mg\dL, Ib = 25.1145 µU/mL, SG = 0.0109 menit-1, p2 = 0.01345 menit-1, SI = 2.6819x10-4 dl.kg-1 menit-1(µU/mL)-1.ml, 𝑝𝐼1 = 1.2092 menit-1, 𝑝𝐼2 = 0.0752 (µU dL/mL mg), 𝑝𝐼3 = 1.3311 menit, 𝑝𝐼4 = 0.2231 (µU dL)/(mL mg menit)

secara efektif menurunkan konsentrasi glukosa Karena respon dari sel β dalam pankreas terganggu.

Model matematika OMM dapat memprediksi nilai serapan glukosa yang masuk ke dalam tubuh. Nilai amplitudo serapan glukosa (α) subyak kelima tersebut yaitu α1=5.36 mg. kg-1.menit-1, α2=7.78 mg. kg-1.menit-1, α3=6 mg. kg-1.menit-1, α4=5.05 mg. kg-1.menit-1, α5 = 4.77 mg. kg-1.menit-1, α6 = 3.52 mg. kg-1.menit-1

, α7 = 1.79 mg. kg-1.menit-1

, dan α8 = 0.01 mg. kg-1.menit-1

. Berdasarkan nilai serapan glukosa tersebut terlihat bahwa pada subjek yang menderita diabetes tipe 2 diprediksikan bahwa serapan glukosa pada subjek keempat ini meningkat pada rentang 0-15 menit, selanjutnya nilai serapan glukosa turun pada sampai menit ke 300.

Hasil simulasi ditampilkan pada Gambar 9 memperlihatkan bahwa setelah gangguan glukosa oral dimasukkan ke dalam tubuh, konsentrasi glukosa naik pada level yang tertinggi, kemudian turun secara perlahan pada menit ke 100 hingga kembali normal dalam waktu 300 menit. Hasil analisis menunjukan subjek memiliki indeks efektivitas glukosa, SG, jauh lebih kecil dari data subjek normal Jepang. Nilai R2 sebesar 0.98645 menujukan hasil yang baik pada kurva data tes OGTT keenam. Pada laju konsentrasi insulin berada pada level rendah ketika konsentrasi glukosa pada level lebih tinggi dibandingkan konsentrasi glukosa pada subjek normal Jepang. Nilai SI yang didapatkan jauh lebih kecil dibandingkan

dengan subjek normal Denmark. Hal ini menunjukan bahwa pada keadaan subyak diabetes tipe 2 kemampuan insulin untuk mengurangi konsentrasi glukosa dalam tubuh jauh lebih rendah dibandingkan dengan orang normal. Hasil fit kurva menunjukan R2 sebesar 0.98826. Perbedaan nilai R2 tersebut dipengaruhi oleh inisiasi batas tiap parameter pada simulasi.

22

Nilai Gb berdasarkan simulasi pada subjek kelima sebesar 115.7800 mg\dL. Jika nilai tersebut dicocokkan dengan Gb referensi, maka diprediksi bahwa subjek tersebut terkena diabetes. Nilai SG dari tes OGTT kelima sebesar 0.0109 menit-1, untuk memprediksi tipe diabetes, dapat diketahui dari nilai SI nya. Pada subjek kelima ini memiliki nilai SI sebesar 2.6819x10-4 dl.kg-1 menit-1(µU/mL)-1.ml. berdasarkan hal tersebut subjek kelima ini diprediksi terkena diabetes tipe 2, Karena masih dapat menghasilkan insulin walaupun insulin tidak efektif dalam menurunkan konsentrasi glukosa di dalam tubuh. Selanjutnya berdasarkan hasil tersebut, subjek tidak dapat secara efektif menurunkan konsentrasi glukosa Karena respon dari sel β dalam pankreas terganggu.

Model matematika OMM dapat memprediksi nilai serapan glukosa yang masuk ke dalam tubuh. Nilai amplitudo serapan glukosa (α) subyak kelima tersebut yaitu α1=5.36 mg. kg-1.menit-1, α2=7.78 mg. kg-1.menit-1, α3=6 mg. kg-1.menit-1, α4=5.05 mg. kg-1.menit-1, α5 = 4.77 mg. kg-1.menit-1, α6 = 3.52 mg. kg-1.menit-1

, α7 = 1.30 mg. kg-1.menit-1

, dan α8 = 0.01 mg. kg-1.menit-1

. Berdasarkan nilai serapan glukosa tersebut terlihat bahwa pada subjek yang menderita diabetes tipe 2 diprediksikan bahwa serapan glukosa pada subjek keenam ini meningkat pada rentang 0-15 menit, kemudian turun dengan nilai serapan glukosa 0.01 mg.kg -1.menit-1 sampai menit ke 300.

Dokumen terkait