• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

Dalam dokumen HESTI CATUR HANDAYANI NIM. P.09081 (Halaman 28-43)

PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

A. Pembahasan

Pada bab ini akan diuraikan tentang masalah tantang kesenjangan antara asuhan keperawatan jiwa dengan kebutuhan dasar manusia yang merupakan kasus nyata dengan masalah pemenuhan kebutuhan keamanan dan keselamatan pada Tn. A: halusinasi pendengaran di bangsal Sena RSJD Surakarta pada tanggal 05 April 2012 dari tahap pengkajian sampai tahap evaluasi.

Halusinasi merupakan bentuk paling sering dari gangguan persepsi.Bentuk halusinasi ini bisa berupa suara – suara yang bising atau mendengung, tetapi yang paling sering berupa kata – kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang agak sempurna. Kadang – kadang pasien menganggap halusinasi datang dari setiap tubuh atau diluar tubuhnya, halusinasi ini kadang – kadang menyenangkan misalnya bersifat tiduran (Kusumawati, 2012).

Menurut Stuard dan Suddeen (2005), halusinasi adalah gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Sesuatu penerapan panca indera tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami seperti suatu persepsi melalui panca indera tanpa stimulus eksternal, persepsi palsu. Berbeda dengan ilusi dimana pasien mengalami persepsi pada halusinasi terjadi tanpa adanya stimulus eksternal

18

yang terjadi, stimulus internal dipersepsikan sebagai sesuatu yang nyataoleh pasien.

Menurut Keliat (2005), manifestasi klinis halusinasi antara lain yaitu bicara, senyum dan tersenyum sendiri, mendengar suara, melihat, mengucapkan, menghirup, dan menanyakan sesuatu yang tidak nyata, merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan, tidak dapat membedakan hal yang nyata dan tidak nyata, tidak dapat memusatkan perhatian atau konsentrasi, pembicaraan kacau dan tidak jelas, sikap curiga dan bermusuhan, menyalahkan diri sendiri dan orang lain, ekspresi wajah tegang, mudah tersinggung.

Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses perawatan, tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan dan merumusan masalah klien (Keliat, 2005). Pengumpulan data penulis menggunakan metode wawancara dengan klien, observasi secara langsung terhadap kemampuan dan perilaku klien. Keluarga juga juga berperan sebagai sumber data yang mendukung dalam memberikan asuhan keperawatan pada Tn. A, namun disaat pengkajian tidak ada anggota keluarga klien yang menjenguknya, penulis tidak memperoleh informasi dari pihak keluarga. Pengkajian keperawatan ini dikumpulkan data tentang identitas klien dan penanggung jawab, alasan masuk, faktor predisposisi, faktor presipitasi, pemeriksaan fisik, psikologis, status mental, kebutuhan persiapan pulang, masalah psikologis dan lingkungan, mekanisme koping, pengetahuan klien, aspek medis, analisa data, pohon masalah, diagnosa keperawatan.

19

Pengkajian pada Tn.A penulis mendapatkan data subyektif dan obyektif sesuai dengan diagnosa aktual yang diangkat oleh penulis yaitu data subyektif bahwa klien mengatakan mendengar suara yang menyuruhnya berhati - hati, suara itu muncul 1x saat malam hari pada saat klien sendiri, jika suara itu muncul klien hanya diam saja, klien juga tidak takut jika suara itu muncul. Data obyektif klien terlihat bingung, klien nampak melamun, kontak mata klien tahan lama, verbal terarah. Berdasarkan hasil pengkajian diatas dapat penulis simpulkan tidak ada kesenjangan manifestasi klinis secara teori dan manifestasi klinis dari kasus Tn. A.

Diagnosa keperawatan adalah merupakan suatau pernyataan yang menjelaskan respon manusia terhadap status kesehatan atau resiko perubahan dari kelompok dimana perawat secara accountabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan, menurun, membatasi, mencegah, merubah (Keliat, 2005).

Menurut Keliat (2005), pohon masalah dijelaskan bahwa gangguan isolasi sosial: menarik diri merupakan etiologi, gangguan persepsi sensori: halusinasi merupakan core problem, sedangkan resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan merupakan akibat.

Kasus Tn.A penulis menentukan masalah utama yaitu gangguan persepsi sensori: halusinasi yang didukung data subyektif klien mengatakan sering mendengar suara yang menyuruhnya berhati – hati, suara muncul 1x pada saat malam hari saat klien sedang sendirian, jika suara itu datang klien hanya diam saja, klien juga tidak merasa takut jika suara itu datang. Data

20

obyektif klien nampak bingung, nampak melamun, kontak mata klien tahan lama, verbal terarah. Sebagai penyebab didukung oleh data subyektif klien mengatakan sering menyendiri, data obyektif klien nampak menyendiri, jarang ngobrol sama temannya. Penulis tidak menemukan akibat dari masalah keperawatan halusinasi yang dialami oleh Tn.A. Berdasarkan pohon masalah yang dialami oleh Tn. A tidak ada kesenjangan yang berarti dengan pohon masalah yang terdapat pada teori, hanya penulis belum bisa menemukan akibat dari masalah keperawatan halusinasi yang dialami oleh Tn. A.

Rencana keperawatan yang penulis lakukan sama dengan landasan teori yang sudah penulis jabarkan dalam BAB II, hal ini karena rencana tindakan keperawatan tersebut telah sesuai dengan SOP (Standard Operasional Prosedur) yang telah ditetapkan.

Perencanaan keperawatan terdiri dari tiga aspek yaitu tujuan umum, tujuan khusus dan rencana tindakan keperawatan. Tujuan umum berfokus pada penyelesaian permasalahan (P) dari diagnosa tertentu. Tujuan umum dapat dicapai jika serangkaian tujuan khusus telah dicapai. Tujuan khusus berfokus pada penyelesaian etiologi (E) dari diagnosa tersebut. Tujuan khusus merupakan rumusan kemempuan yang perlu dicapai klien. Kemampuan ini dapat bervariasi sesuai dengan masalah kebutuhan klien. Umumnya, kemampuan kognitif yang diperlukan untuk menyelesaikan etiologi dari diagnosa keperawatan, kemampuan psikomotor yang diperlukan agar etiologi dapat teratasi dan kemampuan afektif yang perlu dimiliki agar klien percaya pada kemampuan menyelesaikan masalah (Stuard dan Sudeen, 2005).

21

Rencana keperawatan yang dilakukan penulis untuk Tn. A adalah. TUK 1: Klien dapat membina hubungan saling percaya, dengan kriteria evaluasi, klien percaya pada perawat, menunjukkan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, mau duduk berdampingan dengan perawat, bersedia mengungkapkan masalah yang dihadapi. Intervensi yang dilakukan yaitu, bina hubungan saling percaya dengan mengugunakan prinsip komunikasi terapeutik, sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal, perkenalkan nama, nama panggilan, dan tujuan perawat berkenalan, tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai klien, buat kontrak yang jelas, tunjukkan sikap jujur dan menepati janji setiap kali interaksi, tunjukkan sikap empati dan menerima apa adanya, tunjukkan perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien, tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien, dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan klien.

TUK 2: Klien dapat mengenal halusinasinya. Kriteria evaluasi, setelah dilakukan 2x interaksi klien dapat mengenal tentang isi halusinasi, kondisi dan waktu terjadi halusinasi, frekuensi halusinasi dan situasi serta kondisi yang menimbulkan halusinasi dan klien juga mampu menyebutkan responnya saat mengalami halusinasi (marah, takut, sedih, senang, cemas atau jengkel). Intervensi yang dilakukan, adakan kontak sering dan singkat secara bertahap, observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya (dengar / lihat / penghidu / peraba / pengecap ), jika klien menjawab “ya”, tanyakan apa yang sedang dialaminya, katakan bahwa perawat percaya klien mengalami hal

22

tersebut, namun perawat sendiri tidak mengalaminya ( dengan nada bersahabat tanpa menuduh atau menghakimi), katakan bahwa ada perawat lain yang mengalami hal yang sama, katakan bahwa perawat lain akan membantu klien, jika klien tidak sedang berhalusinasi klarifikasi tentang adanya pengalaman halusinasi, diskusikan dengan klien tentang isi, waktu dan frekuensi terjadinya halusimasi (pagi, siang, sore, malam, atau sering dan kadang – kadang), situasi dan kondisi yang menimbulkan atau tidak menimbulkan halusinasi. Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi daan beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya, diskusikan dengan klien apa yang dilakukan untuk mengatasi perasaan tersebut, diskusikan tentang dampak yang akan dialamai bila klien menikmati halusinasinya.

TUK 3: Klien dapat mengontrol halusinasinya, Kriteria evaluasi, klien dapat menyebutkan tindakan yang biasamya dilakukan untuk mengendalikan halusinasinya, klien dapat menyebutkan cara baru mengontrol halusinasinya, klien dapat memilih dan memperagakan cara mengatasi halusinasi (dengar, lihat, penghidu, raba, pengecap), klien dapat melaksanakan cara yang telah dipilih untuk mengendalikan halusinasinya, klien mengikuti terapi aktivitas kelompok.Intervensi yang dilakukan, identifikasikan bersama klien cara atau tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi (tidur, marah, menyibukkan diri dan lain – lain), diskusikan cara yang digunakan klien, jika cara yang digunakan adaptif beri pujian, jika cara yang digunakan maladaptif diskusikan kerugian cara tersebut, diskusikan cara baru untuk untuk memutus / mengontrol timbulnya halusinasi, katakan pada diri sendiri bahwa ini tidak

23

nyata (“saya tidak mau dengar/lihat/penghidu/ raba/pengecap”) pada saat halusinasi terjadi, menemui orang lain (perawat/ teman/anggota keluarga) untuk menceritakan tentang halusinasinya, membuat dan melaksanakan jadwal kegiatan harian yang telah disusun, meminta keluarag/teman/perawat menyapa klien jika sedang berhalusinasi. Bantu klien memilih cara yang sudah diajarkan dan dilatih untuk mencobanya, beri kesempatan untuk melaksanakan cara yang sudah dipilih dan dilatih, pantau pelaksanaan yang telah dipilih dan dilatih, jika berhasil beri pujian, anjurkan klien mengikuti terapi aktivitas kelompok, orientasi realita, stimulus persepsi.

TUK 4: Klien dapat mengontrol halusinasi, Kriteris Evaluasi, keluarga menyatakan setuju untuk mengikuti pertemuan dengan perawat, keluarga menyebutkan pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya halusinasi dan tindakan untuk mengendalikan halusinasi. Intervensi yang dilakukan, buat kontrak dengan keluarga untuk pertemuan (keluarga / kunjungan rumah) tentang pengertian halusinasi, tanda dan gejala halusinasi, proses terjadinya halusinasi. Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus halusinasi, obat – obatan halusinasi, cara merawat anggota keluarga yang halusinasi di rumah (beri kegiatan, jangan biarkan sendirian, makan bersama, berpergian bersama, memantau obat – obatan dan cara pemberiannya untuk mengatasi halusinasi), beri informasi waktu kontrol ke rumah sakit dan bagaimana cara memberi bantuan jika halusinasi tidak dapat diatasi di rumah.

TUK 5: Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik. Kriteria Evaluasi, klien menyebutkan manfaat minum obat, kerugian tidak minum

24

obat, nama, warna, dosis, efek terapi dan efek samping minum obat, klien mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar, klien menyebutkan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter. Intervensi: Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik: Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal, intervensi yang dilakukan, diskusikan dengan klien tentang manfaat dan kerugian tidak minum obat, nama, warna, dosis, cara, efek terapi dan efek samping penggunaan obat, pantau klien saat penggunaan obat, beri pujian jika klien menggunakan obat dengan benar, diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter, anjurkan klien untuk konsultasi dengan dokter / perawat jika terjadi hal – hal yang tidak diinginkan.

Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan yang telah disusun, sebelumnya perawat terlebih dahulu membekali dengan penyusunan strategi pelaksanaan keperawatan yang meliputi dasarteori dan strategi komunikasi. Strategi komunikasi antara perawat dan klien kearah pemecahan masalah klien untuk mencapai tujuan keperawatan yang telah direncanakan sebelumnya. Melakukan asuhan keperawatan pada Tn.A pada pendokumentasian implementasi penulis menuliskan membina hubungan saling percaya dengan klien, mengidentifikasi jenis halusinasi yang dialami klien, mengidentifikasi isi halusinasi klien, mengidentifikasi frekuensi halusinasi yang dialami klien mengidentifikasi waktu terjadinya halusinasi, mengidentifikasi respon klien, mengajarkan dan

25

melatih cara pertama mengontrol halusinasi dengan menghardik, memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.

Evaluasi sebagai suatu proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien (Keliat, 2005). Kasus ini penulis menggunakan evaluasi sumatif atau hasil dengan membandingkan respon klien pada tujuan khusus dan umum yang ditentukan serta menggunakan SOAP. Evaluasi ini dilaksanakan pada akhir pertemuan.

Evaluasi ini dilaksanakan untuk diagnosa gangguan persepsi sensori: halusinasi. Hasil evaluasi yang penulis dapat sesuai dengan kriteria evaluasi. Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien, evaluasi dilakukan terus menerus pada respons klien terhadpa tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan (Nurjannah, 2005). Evaluasi dibagi dua, yaitu evaluasi proses atau formatif yang dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan, evalusi hasil atau sumatif yang dilakukan dengan membandingkan antara respons klien dan tujuan khusus serta umum yang telah ditentukan.

Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP diantaranya sebagai berikut: untuk diagnosa yang pertama didapat data subyektif klien mengatakan mendengar suara yang menyuruhnya berhati – hati, suara itu muncul 1x saat malam hari ketika klien sedang sendiri, jika suara itu muncul klien hanya diam saja, dan klien tidak merasa takut jika suara itu muncul. Data obyektif klien tampak bingung, sering melamun,kontak mata ada, verbal terarah. Berdasarkan data tersebut dapat dianalisa klien

26

mampu mempraktekkan cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik secara mandiri. Planing perawat adalah evaluasi SP1 yaitu menghardik dan lanjutkan SP2 yaitu bercakap – cakap dengan orang lain, penulis mendelegasikan kepada perawat ruang untuk memvalidasi cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik dan bercakap – cakap dengan orang lain yaitu mengevaluasi cara mengontrol halusinasi dengan cara yang pertama yaitu menghardik, melatih klien cara mengontrol halusinasi dengan cara yang kedua yaitu bercakap – cakap dengan orang lain, menganjurkan klien memasukkan dalam kegiatan harian. Bagi klien: validasi SP1 (menghardik), lanjut SP2 (bercakap – cakap dengan orang lain), serta anjurkan klien memasukkan kedalam jadwal harian.

B. Simpulan

Berdasarkan studi kasus asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan keamanan dan keselamatan pada Tn. A dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi yang telah penulis lakukan. Maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pada pengkajian data tentang identitas klien dan penanggung jawab, alasan masuk, faktor prediposisi, pemeriksaan tanda - tanda vital, pengkajian psikososial, riwayat kesehatan, pola persepsi diri, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang. Penulis sudah memalukan pengkajian tesebut. 2. Diagnosa keperawatan prioritas yang penulis angkat adalah gangguan

27

- TUK 5 sesuai dengan SOP (Standart Operasional Prosedure) dan penulis melaksanakan semua TUK 1 - TUK 5.

3. Implementasi yang penulis sudah lakukan SP 1 – SP 2 (mengontrol halusinasi dengan cara menghardik, menemui orang lain, melakukan aktivitas jadwal kegiatan sehari - hari, menjelaskan manfaat obat).

4. Evaluasi yang penulis lakukan sudah sesuai dengan keadaan klien. Penulis sudah melakukan TUK 1 - TUK 5 sesuai dengan SOP (Standart Operasional Prosedure). Penulis juga sudah melakukan Sp 1 - Sp 2 dengan baik karena klien dapat diajak kerjasama dan klien sangat kooperatif sehingga penulis mendapatkan hasil yang baik. Analisa pemenuhan kebutuhan keamanan dan keselamatan pada klien sudah terpenuhi.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang bisa penulis berikan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu asuhan keperawatan adalah: 1. Bagi institusi

Menambah referensi buku tentang masalah keperawatan jiwa khususnya pada masalah gangguan persepsi sensori: halusinasi.

Memberikan informasi kepada mahasiswa mengenai adanya perumusan diagnosa tunggal khususnya pada asuhan keperawatan jiwa gangguan persepsi sensori: halusinasi.

28

2. Bagi perawat

Meningkatkan kemampuan dan kualitas dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien khususnya pada masalah gangguan persepsi sensori: halusinasi.

Melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan keperawatan sesuai dengan SOP (Standart Operasional Prosedure) yang ditetapkan.

3. Bagi rumah sakit

Meningkatkan mutu dalam memberikan pelayanan keperawatan khususnya pada klien dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi.

Memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan SOP dan lanjutkan dengan SOAP pada klien khususnya dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi.

4. Bagi klien dan keluarga

Klien diharapkan mengikuti program terapi yang telah direncanakan oleh dokter dan perawat untuk mempercepat proses kesembuhan klien.

Keluarga diharapkan mampu memberikan dukungan pada klien dalam mengontrol halusinasi baik di rumah sakit maupun di rumah.

DAFTAR PUSTAKA

Catatan Medikal Record, 2002. Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.

Direja Ade Herman, 2011. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Muha Medika. Hawari dkk, 2009. Konsep Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta:Trans Info Medika. Isaacs, Ann, 2005. Panduan Belajar Keperawatan Jiwa dan Psikiatri. Jakarata:

EGC.

Kelliat, Budi Anna, 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC. Kusumawati. F dkk, 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba

Medika.

Nurjanna Intansari, 2005. Aplikasi Proses Keperawatan. Yogjakarta: Moko Media.

Rasmun, 2009. Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi dengan

Keluarga. Jakarta: Sagung Seto.

Stuart dan Sudden, 2005.Buku Saku Keperawatan. Jakarta: EGC.

Universitas Pembangunan Veteran, 2009. Hasil Survey Dari RSJ Dr. Soeharto

Heerdjan: Jakarta.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Hesti Catur Handayani Tempat, tanggal lahir : Sukoharjo, 12 Januari 1989 Jenis kelamin : Perempuan

Alamat Rumah : Brajagan, Sapen Rt. 02/IV Mojolaban Sukoharjo Riwayat Pendidikan : TK Sapen II

SD Negeri Sapen II

SMP Kanisius Karanganyar SMA Jumantono Karanganyar Riwayat Organisasi : OSIS

Dalam dokumen HESTI CATUR HANDAYANI NIM. P.09081 (Halaman 28-43)

Dokumen terkait