• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian eksperimental laboratorium secara in vitro ekstrak kulit buah

manggis terhadap Streptococcus mutans dilakukan untuk membuktikan bahwa

ekstrak kulit buah manggis memiliki daya antibakteri dalam menghambat pertumbuhan bakteri tersebut. Dalam penelitian ini, ektraksi buah manggis dilakukan dengan menggunakan pelarut etanol yang dapat melarutkan seluruh bahan aktif yang terkandung dalam suatu bahan alami, baik bahan aktif yang bersifat polar, semipolar maupun non polar. Selain itu, pelarut etanol diketahui lebih aman (tidak bersifat toksik) jika dibandingkan dengan pelarut metanol. Pelarut yang digunakan adalah etanol 70%. Yang memiliki sifat semi polar yang baik untuk menyari senyawa aktif yang terdapat dalam ekstrak kulit buah manggis yaitu saponin, flavonoid, alkoloid, dan tanin.15 Namun pelarut yang digunakan pada penelitian ini adalah pelarut etanol teknis yang merupakan pelarut yang sulit dipastikan bahwa keseluruhan kandungannya adalah alkohol murni, sehingga dapat menyebabkan kurangnya kemampuan melarutkan bahan aktif pada kulit buah manggis. Pada saat menguapkan ekstrak dengan rotavapor, waktu harus tepat hingga ekstrak kental dan tidak boleh berhenti sebelum selesai proses pengerjaannya.

Ekstrak kulit buah manggis disuspensikan dalam media Mueller Hinton Broth (MHB) karena media ini memiliki pH netral yaitu 7,3 sehingga efek antibakteri yang dihasilkan murni berasal dari ekstrak kulit buah manggis itu sendiri, bukan karena penambahan pelarut yang bersifat asam ataupun alkali yang kemungkinan dapat meningkatkan efek antibakterinya. Pada tahap awal, pengujian efek antibakteri dari suatu bahan dilakukan secara in vitro. Ada dua metode untuk menentukan aktivitas antibakteri pada penelitian ini yaitu serial dilution test (metode dilusi) dan metode

drop plate Miles Misra. Metode dilusi dapat mengisolasi bakteri dan memiliki

plate Mills Misra dapat menentukan angka dari colony forming unit pada suspensi bakteri, lebih praktis dan cepat daripada metode lain dan kontaminasi bakteri pada permukaan kerja lebih sedikit daripada metode lain.

Dalam pengujian antibakteri ini tiap konsentrasi bahan coba dilakukan replikasi sebanyak 3 kali untuk mengetahui rata-rata jumlah bakteri yang tumbuh pada ekstrak kulit buah manggis dalam berbagai konsentrasi karena pada konsentrasi yang sama belum tentu jumlah bakteri yang tumbuh juga sama.

Penentuan nilai KHM dilihat dari konsentrasi minimal bahan coba yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri setelah diinkubasi 24 jam yang dapat dilihat secara makroskopik dari hasil biakan pada tabung yang mulai tampak keruh dengan menggunakan metode dilusi. Caranya adalah ambil 1 ml suspensi bakteri yang telah dipersiapkan sebelumnya dengan menggunakan mikropipet lalu dimasukkan ke dalam masing-masing tabung bahan coba yang telah diberi label konsentrasi yang berbeda, kemudian divorteks. Lalu tabung-tabung tersebut diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam pada inkubator CO2 dan diamati kekeruhan

yang terjadi dengan membandingkan tabung-tabung tesebut dengan kontrol untuk menentukan nilai KHM dari masing-masing bahan coba. Konsentrasi 100% (sangat

kental) akan secara langsung membunuh bakteri Streptococcus mutans karena

tingginya konsentrasi antibakteri yang terkandung di dalamnya. Begitu juga yang terjadi pada konsentrasi 50%, 25%, 12,5%, 6,25%, 3,125%, 1,56%, 0,78%, 0,39%, 0,195%, 0,0975%, dan 0,0487% tidak dijumpai pertumbuhan bakteri (steril atau 0 CFU/ml) yang artinya pada konsentrasi 100%-0,0487% bersifat bakterisid. Kemudian nilai KBM diperoleh dengan metode Drop Plate Mills Mesra dimana bahan coba dengan konsentrasi tersebut masing-masing divorteks dan diambil 50 μl untuk tiap konsentrasi lalu diteteskan ke dalam media padat (Mueller Hinton Agar), direplikasi 3 petri, diamkan selama 15-20 menit sampai mengering dan diinkubasi dalam inkubator CO2 den media padat akan tumbuh menjadi 1 koloni bakteri. Pada

penelitian ini didapat nilai KBM yaitu pada konsentrasi 0,0487%. Dari data hasil penelitian tidak dapat dilakukan uji statistik dengan ANOVA dan LSD karena nilai perhitungan koloni bakteri pada konsentrasi 100%-0,0487% adalah 0 CFU/ml, yang

artinya tidak dijumpai pertumbuhan bakteri dalam media perbenihan atau bakteri yang berkontak dengan bahan coba 100% mengalami kematian.. Hasil penelitian ini juga menunjukkan pada konsentrasi bahan coba 0,02437% terjadi kekeruhan larutan yang menandakan adanya pertumbuhan bakteri, namun nilai bakteri pada konsentrasi ini lebih besar daripada jumlah koloni pada kontrol maka tidak dapat dikatakan sebagai nilai KHM karena tidak mempunyai efek pada bakteri, uji kontrol McFarland juga tidak dapat dilakukan karena kekeruhan pada percobaan ekstrak yang divorteks dengan suspensi bakteri bisa jadi diakibatkan oleh warna keruh dari ekstrak itu sendiri.

Pada penelitian Mita Suci Afrilla tahun 2011, ekstrak daun sirih hijau dapat efektif terhadap bakteri S. mutans dengan konsentrasi 20% dan menghambat bakteri tersebut pada konsentrasi 1%, dimana daya bunuh minimal ekstrak kulit manggis lebih rendah yakni 0,048%, yang juga lebih efektif dalam konsentrasi kecil dibandingkan dengan penelitian Nur Permatasari mengenai efektivitas kulit buah mahkota dewa terhadap bakteri yang sama dengan nilai KBM 9%. Ekstrak kulit buah manggis sendiri memiliki angka konsentrasi KBM yang baik dalam efektivitasnya terhadap bakteri S.aureus pada penelitian Dyan Putri yaitu pada angka 3,125%, ekstrak kulit buah manggis juga dapat efektif menghambat bakteri S.aureus pada nilai KHM 2% berdasarkan penelitian Poeloengan tahun 2010.

Efek antibakteri dari ekstrak kulit buah manggis dikarenakan adanya senyawa aktif yang terkandung di dalamnya yaitu alkaloid, saponin, tanin, dan flavonoid yang berperan dengan mengganggu fungsi membran atau dinding sel bakteri. Ekstrak ini juga memiliki metabolit sekunder yakni xanthone, atau xanthen-9H-ones yang sangat efektif melawan bakteri.20

Penelitian ini, seperti penelitian sebelumnya, membuktikan bahwa ekstrak kulit buah manggis memiliki efek antibakteri secara in vitro. Hal ini kemungkinan akan berbeda hasilnya dalam saluran akar karena bakteri yang terdapat dalam infeksi saluran akar ialah polimikrobial maka kedepannya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut sehingga kulit buah manggis dapat digunakan sebagai bahan medikamen saluran akar secara klinis.

Dokumen terkait