• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

C. Pembahasan

Tujuan awal penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan alat peraga garis singgung persekutuan dua lingkaran yang dikembangkan, hasil belajar siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dengan menggunakan alat peraga garis singgung persekutuan dua lingkaran, serta untuk mengetahui respon siswa terhadap alat peraga garis singgung persekutuan dua lingkaran yang dikembangkan.

1. Kelayakan Alat Peraga garis singgung persekutuan dua lingkaran

Berdasarkan Tabel 4.14, validator I memberikan total nilai 34 terhadap 8 aspek penilaian kelayakan alat peraga garis singgung persekutuan dua lingkaran, dengan persentase tingkat kelayakan sebesar 85%. Menurut Riduwan besar persentase tingkat kelayakan tersebut termasuk dalam kategori sangat layak digunakan.4 Validator II memberikan total nilai 29 terhadap 8 aspek penilaian kelayakan alat peraga garis singgung persekutuan dua lingkaran, dengan persentase tingkat kelayakan sebesar 72.5%. Menurut Riduwan besar persentase tingkat kelayakan tersebut termasuk dalam kategori layak digunakan.5 Validator III memberikan total nilai 39 terhadap 8 aspek penilaian kelayakan alat peraga garis singgung persekutuan dua lingkaran, dengan persentase tingkat kelayakan sebesar 97.5%. Menurut Riduwan besar persentase tingkat kelayakan tersebut termasuk dalam kategori sangat layak digunakan. 6

4 Riduwan, Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2012), hal.15

5 Ibid 6

65

Dari penilaian ketiga validator tersebut, maka dapat dicari rata-rata persentase penilaian tingkat kelayakan oleh ketiga validator yaitu sebesar 85%. Menurut Riduwan persentase kelayakan alat peraga tersebut termasuk kedalam kategori sangat layak digunakan.7 Dengan demikian alat peraga garis singgung persekutuan dua lingkaran yang dikembangkan sudah memenuhi nilai dan fungsi dasar alat peraga yang mencakup aspek mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif, mencapai tujuan pembelajaran, mengembangkan kreatifitas guru maupun siswa, menarik perhatian siswa, membantu siswa dalam memahami pembelajaran, dan meningkatkan mutu belajar mengajar 2. Hasil Belajar Siswa

Penilaian kognitif hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan alat peraga garis singgung persekutuan dua lingkaran berdasarkan Tabel 4.15 dan Tabel 4.16 yaitu terdapat 4 siswa kelas VIII-A yang nilai kognitifnya di bawah 75 dan terdapat 14 siswa yang nilai kognitifnya lebih dari atau sama dengan 75. Sedangkan untuk kelas VIII-B, terdapat 3 siswa yang nilai kognitifnya di bawah 75 dan terdapat 15 siswa yang nilai kognitifnya lebih dari atau sama dengan 75. Berdasarkan tabel 4.15 dan Tabel 4.16, nilai rata-rata kognitif kelas VIII-B lebih tinggi tinggi daripada nilai rata-rata kognitif kelas VIII-A, namun hanya selisih sedikit yaitu sebesar 2,2.

Penilaian afektif hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan alat peraga garis singgung persekutuan dua lingkaran berdasarkan Tabel 4.15 dan Tabel 4.16 yaitu terdapat 11 siswa kelas VIII-A yang nilai afektifnya diatas 75 dan terdapat 7 siswa yang nilai afektifnya sama dengan 75. Pada kelas ini pengorganisasian dan pembentukan karakter sudah terlihat dari setiap siswa, namun pada kelas ini siswa masih cenderung pasif, siswa masih malu untuk bertanya dan sedikit sulit untuk bekerja secara berkelompok. Sedangkan untuk kelas VIII-B, terdapat 13 siswa yang nilai afektifnya diatas 75 dan terdapat 5 siswa yang nilai afektifnya sama

7 Ibid

66

dengan 75. Pada kelas ini, siswa sangat aktif bertanya dan mudah bekerja secara berkelompok dengan temannya. Berdasarkan Tabel 4.15 dan Tabel 4.16, nilai rata-rata afektif kelas VIII-B lebih tinggi tinggi daripada nilai rata-rata afektif kelas VIII-A, namun hanya selisih sedikit yaitu sebesar 2,1.

Penilaian psikomotor hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan alat peraga garis singgung persekutuan dua lingkaran berdasarkan Tabel 4.15 dan Tabel 4.16 yaitu semua siswa kelas VIII-A dan VIII-B nilai psikomotornya di atas 75 . Hal ini berarti bahwa kelas VIII-A dan VIII-B mampu menyusun, mengolah, dan menyimpulkan percobaan dengan benar, namun hanya saja ada beberapa kelompok yang sedikit melakukan kesalahan dalam mengolah data percobaan. Berdasarkan Tabel 4.15 dan Tabel 4.16, nilai rata-rata psikomotor kelas VIII-B lebih tinggi tinggi daripada nilai rata-rata psikomotor kelas VIII-A, namun hanya selisih sedikit yaitu sebesar 2,2.

Ketuntasan hasil belajar siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dengan menggunakan alat peraga garis singgung persekutuan dua lingkaran berdasarkan Tabel 4.15 yaitu ketuntasan hasil belajar kelas VIII-A mencapai 88,89% dimana dari 18 siswa hanya 2 siswa yang tidak tuntas, dan ketuntasan hasil belajar VIII-B mencapai 100% dimana semua siswa kelas VIII-B nilainya di atas KKM. Hasil ini menunjukkan bahwa alat peraga garis singgung persekutuan dua lingkaran yang dibuat mampu memberikan respon positif terhadap hasil ketuntasan belajar siswa dan menurut Masriyah hasil ini juga menunjukkan bahwa ketuntasan kelas telah tercapai karena suatu kelas dikatakan tuntas dalam belajar apabila di kelas tersebut terdapat ≥ 75% siswa telah tuntas secara individu.8

8 Masriyah, “Efektifitas Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Model Eliciting Activities pada Materi Persamaan dan Pertidaksamaan Linier Satu Variabel Di

Kelas VII-A SMPN 1 Lamongan, Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika FMIPA

67

3. Respon Siswa Terhadap Alat Peraga Garis Singgung Persekutuan Dua Lingkaran

Respon siswa terhadap alat peraga garis singgung persekutuan dua lingkaran berdasarkan Tabel 4.17 yaitu sebanyak 26 siswa memberikan persentase respon sebesar 100%, 2 siswa memberikan persentase respon sebesar 88.9%, 5 siswa memberikan persentase respon sebesar 77.8%, dan 3 siswa memberikan persentase respon sebesar 66.7%, dan telah dihitung bahwa persentase total respon siswa terhadap alat peraga garis singgung persekutuan dua lingkaran yaitu sebesar 93.5%. Menurut Sugiyono persentase respon tersebut termasuk dalam kategori sangat positif.9 Sehingga dapat dikatakan bahwa siswa merespon sangat positif pada alat peraga garis singgung persekutuan dua lingkaran. Hal ini juga mendukung bahwa alat peraga garis singgung persekutuan dua lingkaran layak untuk digunakan.

9 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2010), hal.135

BAB V PENUTUP A. Simpulan

Sesuai dengan analisis yang telah dilakukan, dapat diperoleh simpulan sebagai berikut:

1. Hasil penilaian kelayakan alat peraga garis singgung

persekutuan dua lingkaran sebagai media pembelajaran matematika mendapatkan rata-rata persentase sebesar 85%, sehingga alat peraga garis singgung persekutuan dua lingkaran ini sangat layak digunakan untuk materi panjang garis singgung persekutuan dua lingkaran.

2. Hasil belajar siswa setelah melakukan kegiatan

pembelajaran dengan menggunakan alat peraga garis singgung persekutuan dua lingkaran sebagai media pembelajaran matematika yang dikembangkan ini mencapai ketuntasan belajar sebesar 88,89% untuk kelas VIII-A dan 100% untuk kelas VIII-B. Hasil ini menunjukkan bahwa alat peraga garis singgung persekutuan dua lingkaran yang dibuat mampu memberikan respon positif terhadap hasil belajar siswa dan ketuntasan belajar kelas tercapai.

3. Hasil respon siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran

dengan menggunakan alat peraga garis singgung

persekutuan dua lingkaran sebagai media pembelajaran matematika yang dikembangkan mendapat respon positif dari siswa dengan rata-rata persentase sebesar 93.5% dimana hal ini termasuk dalam kriteria sangat positif.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka peneliti

mengemukakan beberapa saran sebagai berikut:

1. Penelitian ini hanya dilakukan sampai pada tahap ujicoba terbatas dengan sampel sebanyak 2 kelas replikasi, sehingga untuk penelitian selanjutnya perlu dilakukan dengan jangkauan lebih luas agar diketahui keefektifannya bila dilakukan dalam skala besar.

69

2. Penelitian ini hanya dilakukan pada 3 kelompok pada

masing-masing kelas dikarenakan keterbatasan jumlah media yang dibuat, sehingga untuk penelitian selanjutnya perlu dibuatkan media dengan jumlah yang lebih banyak agar diketahui keefektifannya bila dilakukan dalam skala besar.

3. Penelitian ini menggunakan media yang terbuat dari kayu, sehingga memungkinkan bisa termakan oleh rayap. Oleh karena itu, untuk penelitian selanjutnya perlu dibuat media yang terbuat dari besi, sehingga bisa bertahan lama.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.

Jakarta: Rineka Cipta, 1999.

Aristiyani, Lia., Skripsi: “Pengaruh Pemberian Reward dan Punismentterhadap hasil Belajar Peserta Didik Kelas VII pada Materi Pokok Panjang Garis Singgung Persekutuan Luar Lingkaran MTs. Hasan Kafrawi Mayong Jepara”, IAIN Walisongo, 2011.

Arsyad, Azhar. Media pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2010.

Asnawir. Media Pembelajaran. Jakarta: Pers. Basrowi, 2002.

Dave Meier, Dave. The Accelerated Learning Hand Book(Terjemahan).

Bandung: Kaifa, 2003.

Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Semarang: PT.

Karya Toha Putra, 1998.

Fachri, Muhammad. “Penerapan Model PBL Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Panjang Garis Singgung Persekutuan

Dua Lingkaran di Kelas VIII SMPN 19 Palu”.Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako. Volume 2. No.1, September 2014.

Hamalik. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara, 1994.

Masriyah. “Efektifitas Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Model Eliciting Activities pada Materi Persamaan dan Pertidaksamaan Linier Satu Variabel Di Kelas VII-A SMPN 1 Lamongan. Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Negeri Surabaya, Volume 3, No. 2, 2014.

Porter, Bobbi De. Quantum Teaching (Terjemahan). Bandung: Kaifa,

2004.

Prabowo. Proceeding Penelitian. Surabaya: Unipress, 2013.

Purwanti. Skripsi:“Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui

Pendekatan Belajar SAVI pada Siswa Kelas III SDN 01 Jatisuko Jatipuro Tahun Pelajaran 2010/2011”, UMS, 2011.

Riduwan. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung:

Alfabeta, 2012.

Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Nusa Indah, 2008.

Slavin, Robert. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media, 2009.

Sudjana, Nana. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar

71

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta, 2010.

Suyatno. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana

Pustaka, 2009.

Syahidah, Nur. Penelitian Pengembangan. Palembang: Universitas

Sriwijata, 2012.

Trianto. Pembelajaran Inovatif Berbasis Konstrutivistik. Jakarta:

Prestasi Pustaka Publisher, 2007.

Yamin, Martinis. Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP.

Dokumen terkait