• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN

4.2 Uji Efektifitas Antibakteri

Pada penentuan KHM, kekeruhan bahan coba di dalam tabung tidak berubah sehingga dianggap tidak representatif untuk mengukur nilai KHM. Oleh karena itu, nilai KHM tidak dapat ditentukan.

29

Untuk penentuan KBM, hasil yang diharapkan adalah seluruh bakteri mati pada media Triptic Soy Agar. Hasil uji aktivitas antibakteri untuk menentukan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) ekstrak kulit jeruk nipis terhadap

Porphyromonas gingivalis disajikan pada tabel 3.

Tabel 3. Daya antibakteri ekstrak etanol kulit jeruk nipis pada penentuan KBM terhadap pertumbuhan Porphyromonas gingivalis.

Bahan Uji

Replikasi Konsentrasi (CFU/ml) Kontrol

Mc Farland (CFU/ml) Kontrol Negatif (CFU/ml) 100% 50% 25% 12,5% 6,25% Ekstrak etanol kulit jeruk nipis

1 0 0 TBUD TBUD TBUD TBUD 0

2 0 0 TBUD TBUD TBUD

3 0 0 TBUD TBUD TBUD

4 0 0 TBUD TBUD TBUD

5 0 0 TBUD TBUD TBUD

Keterangan : CFU/ml = Colony Forming Unit/ml TBUD = Tidak Bisa Untuk Dihitung

Pada pengujian ekstrak kulit jeruk nipis terhadap Porphyromonas gingivalis

pada konsentrasi 100% dan 50% menunjukkan hasil yang steril. Pada konsentrasi 25%, 12,5% dan 6,25% jumlah koloni tidak bisa untuk dihitung karena pertumbuhan bakteri masih subur (jumlah koloni >300) ditandai dengan bentuk koloni yang tumpang tindih sehingga sukar untuk dihitung.

Gambar 15. Terlihat pertumbuhan Porphyromonas gingivalis yang TBUD pada konsentrasi ekstrak: a). 25%, b). 12,5%, dan c). 6,25%.

30

BAB 5 PEMBAHASAN

Penelitian eksperimental laboratorium secara in vitro mengenai efektivitas ekstrak kulit jeruk nipis (Citrus aurantifolia (Chrism.) Swingle) terhadap bakteri

Porphyromonas gingivalis adalah untuk membuktikan bahwa ekstrak kulit jeruk nipis memiliki efek antibakteri terhadap pertumbuhan Porphyromonas gingivalis. Dalam penelitian ini, telah dilakukan ekstraksi kulit jeruk nipis dengan menggunakan pelarut etanol 96%, karena senyawa aktif di dalam kulit jeruk nipis adalah minyak atsiri, suatu kelompok aktif dari gugus polar, dan gugus polar akan larut lebih tinggi dalam pelarut etanol 96%.28,29

Kulit jeruk nipis yang dipakai merupakan kulit buah jeruk nipis yang segar dan berwarna hijau. Kulit jeruk nipis kemudian dipisahkan dari daging buahnya dan dikeringkan di bawah lampu pijar selama 8 hari. Jeruk nipis yang digunakan ialah sebanyak 2 kilogram karena diperkirakan akan menghasilkan ekstrak kental yang cukup untuk dilakukan pengujian antibakteri terhadap Porphyromonas gingivalis.

Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara maserasi sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mujahid dkk.30 Tujuan maserasi adalah untuk memberi kesempatan simplisia untuk berdifusi ke dalam pelarut. Setelah dimaserasi, kemudian simplisia diperkolasi hingga diperoleh 4 liter maserat cair untuk dilakukan penguapan dengan menggunakan vaccum rotary

evaporator dengan tekanan <1 ATM. Penurunan tekanan akan berbanding lurus

dengan penurunan temperatur sehingga dapat menghindari terjadinya penguraian kandungan kimia yang diekstraksi.30

Media yang digunakan untuk pengkulturan bakteri Porphyromonas gingivalis

ATCC 33277 adalah Triptic Soy Agar (TSA). Media TSA merupakan media umum yang terbaik untuk pertumbuhan bakteri. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Norafiqah dkk.31

31

Daya agen antimikroba terhadap organisme dapat diukur secara kualitatif dan kuantitatif. Metode yang dapat mengukur sensitivitas antimikroba secara kualitatif adalah disc diffusion tests, sedangkan secara kuantitatif ialah dengan menguji atau menghitung Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM).26 Untuk mengetahui nilai KHM dan KBM ekstrak kulit jeruk nipis terhadap bakteri Porphyromonas gingivalis, peneliti menggunakan metode dilusi (pengenceran ganda). Dengan metode ini, bahan coba dapat berkontak langsung dengan mikroorganisme sehingga hasil yang diperoleh lebih akurat. Pada metode dilusi, digunakan konsentrasi yang besarnya setengah dari konsentrasi awal yaitu konsentrasi 100%, 50%, 25%, 12,5% dan 6,25%. Setiap konsentrasi direplikasi sebanyak 5 sampel untuk mendapatkan nilai mean dan standard deviasi.

Konsentrasi Hambat Minimum dilihat dari konsentrasi minimal bahan coba yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri setelah diinkubasi selama 24 jam dan tidak menunjukkan adanya pertumbuhan bakteri secara makroskopik yang dapat dilihat pada hasil biakan pada tabung yang mulai berubah menjadi jernih dengan menggunakan metode dilusi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari semua konsentrasi bahan coba yang diuji ternyata tidak terlihat larutan yang mulai tampak jernih. Hal ini diduga karena ekstrak kulit jeruk nipis itu sendiri berwarna coklat kehitaman, jadi ketika disuspensikan dengan bakteri, bahan coba tetap berwarna coklat keruh dan setelah diinkubasi selama 24 jam, bahan coba tetap berwarna coklat keruh atau tidak ada perubahan dari warna sebelumnya. Oleh karena itu, semua konsentrasi berwarna keruh dan dianggap tidak representatif untuk dicari nilai KHM. Untuk itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui nilai KHM dengan menggunakan metode yang lain.

Penentuan nilai KBM dilihat dari konsentrasi minimal bahan uji pada media padat (TSA) dimana tidak terlihat pertumbuhan bakteri atau seluruh bakteri mati pada media perbenihan. Dari hasil penelitian ini terlihat setelah ditanam di TSA dan diinkubasi selama 24 jam, pada konsentrasi 6,25%, 12,5% dan 25% terlihat koloni bakteri Porphyromonas gingivalis tidak bisa dihitung (TBUD) karena pertumbuhan bakteri yang sangat subur sehingga koloni yang terbentuk sangat banyak. Hal ini

32

terjadi mungkin karena kadar senyawa antibakteri dalam larutan bahan coba pada konsentrasi tersebut tidak sebanding dengan jumlah bakteri yang ada dalam suspensi bahan coba sehingga ketika ditanam ke media padat membentuk koloni yang sangat banyak.

Pada konsentrasi 100% dan 50% tidak terlihat adanya pertumbuhan bakteri (steril) sedangkan pada konsentrasi 25% sudah terdapat pertumbuhan bakteri yang tidak dapat dihitung. Oleh karena itu, dapat diketahui bahwa nilai KBM adalah 50%.

Pada penelitian ini walaupun nilai KHM tidak diketahui,tetapi hasil penelitian menunjukkan bahwa bahan coba ekstrak kulit jeruk nipis memiliki efek antibakteri terhadap Porphyromonas gingivalis dengan nilai KBM 50%. Dengan demikian, hipotesis penelitian diterima walaupun data yang didapat tidak bisa dilakukan uji statistik dengan uji ANOVA disebabkan hasil yang diperoleh adalah 0 (nol) dan TBUD (Tidak Bisa Untuk Dihitung).

Terdapat perbedaan hasil penelitian efek antibakteri ekstrak kulit jeruk nipis terhadap beberapa bakteri. Aibinu dkk menemukan KHM pada beberapa bakteri negatif Gram diantaranya Eschericia coli ATCC 25922 dan Pseudomonas aeruginosa

dengan nilai KHM 25% sedangkan untuk bakteri anaerob diantaranya bacteriodes spp

dan clostridium spp adalah 12,5% dan 6,5%.32 Perbedaan ini dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya metode ekstrak, asal tanaman, bakteri dan bahan yang digunakan.33

Asal tanaman jeruk nipis yang berbeda kemungkinan akan memberikan hasil uji yang berbeda pula. Keadaan geografis dari masing-masing daerah yang berbeda-beda kemungkinan menyebabkan kadar senyawa aktif yang terkandung dalam kedua tanaman tidak sama antara satu dengan yang lain. Jeruk nipis yang digunakan peneliti berasal dari Medan Tembung, Medan, Sumatera Utara, sedangkan tanaman yang pada penelitian Aibinu dkk berasal dari Lagos-State, Nigeria.32

Morfologi bakteri merupakan salah satu penyebab terdapatnya perbedaan hasil penelitian. Morfologi bakteri yang berbeda menyebabkan struktur dinding sel bakteri juga berbeda sehingga diduga menyebabkan perbedaan aktivitas dan besar konsentrasi bahan coba dalam membunuh sel bakteri tersebut.34 Bakteri yang diuji

33

peneliti ialah Porphyromonas gingivalis.Porphyrmonas gingivalis merupakan bakteri berpigmen hitam negatif Gram obligat anaerob. Bakteri gram negatif memiliki lapisan-lapisan dinding sel yang lebih kompleks dibandingkan bakteri positif Gram baik secara struktur maupun kimianya.34

Efek antibakteri yang ditimbulkan oleh ekstrak kulit jeruk nipis terhadap

Porphyromonas gingivalis kemungkinan disebabkan oleh senyawa aktif yang

dikandungnya. Ekstrak kulit jeruk nipis memiliki kandungan berupa minyak atsiri flavonoid, tanin dan coumarin yang memiliki efek antibakteri.

Kandungan antimikroba utama yang ditemukan dalam minyak atsiri ialah

limonen (53,53%), α-terpinol (9,41%) dan γ-terpinen (6,26%). Cyclic terpene hydrocarbons seperti α-pinene bersama dengan β-pinene, limonen dan terpinolene memiliki efek toksik terhadap mikroorganisme.9 Flavonoid berfungsi sebagai antioksidan dan membunuh radikal bebas, mempunyai kapasitas untuk mengatur aktivitas enzimatik serta menghambat proliferasi sel.5 Mekanisme penghambatan tanin terhadap bakteri adalah dengan cara bereaksi dengan membran sel, inaktivasi enzim-enzim esensial, dan destruksi atau inaktivasi fungsi material genetik.11

34

BAB 6

Dokumen terkait