Keadaan Umum Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian berada di Desa Nagrak, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor. Desa Nagrak merupakan salah satu dari delapan desa di Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor. Secara wilayah, Desa Nagrak memiliki luas sekitar 230 Ha, dengan areal pertanian sebesar 120 Ha dan pemukiman 80 Ha. Desa ini berbatasan langsung dengan beberapa wilayah. Sebelah utara berbatasan dengan Bantar Kemang, selatan berbatasan dengan Desa Cikeas, timur berbatasan dengan Desa Cibanon dan barat berbatasan dengan Desa Cijayanti. Lahan di Desa Nagrak didominasi oleh pemukiman dan lahan pertanian sederhana yang dilakukan oleh masyarakat sekitar. Topografi Desa Nagrak relatif datar dengan kelerengan berkisar 0-15 %, serta terletak pada ketinggian 280 m di atas permukaan laut. Curah hujan di Desa Nagrak yaitu sebesar 2000 - 2500 mm/tahun, keadaan tanah cukup subur dengan kisaran pH 4,40 – 5,35, C-organic 1,32 %, serta kejenuhan basah 78,88 % (BPTPTH Bogor, 2012). Desa Nagrak berada diantara beberapa perumahan yang baru di bangun, serta merupakan jalur alternatif penghubung Kelurahan Bantar kemang dan Desa Sukaraja. Jarak dari Kota Bogor kurang lebih 10 km yang dapat ditempuh sekitar 30 menit. Akses ke pintu Tol terdekat hanya 10 menit melalui gerbang tol Sentul City. Letak dan luasan Desa Nagrak dapat dilihat pada Gambar 8.
Sumber: wikimapia.com
Gambar 8 Letak dan luasan area Desa Nagrak Jenis Tanah dan Hidrogeologi Wilayah
Berdasarkan peta hidrogeologi Kabupaten dan Kota Bogor yang dikeluarkan Direktorat Geologi Tata Lingkungan RI (Lampiran 16), sebagian besar wilayah Desa Nagrak memiliki lapisan batuan volkanik muda tak terpisahkan, terdiri dari tufa batu apung pasiran, lahar breksi tufaan, dan lava
andesit basal. Sedangkan sebagian kecil merupakan lapisan batu lempung dengan sisian batu pasir, tufa dan batu gamping. Akuifer yang berkembang di wilayah Desa Nagrak merupakan akuifer airtanah dangkal dengan kedalaman 0 – 10 meter, sedangkan airtanah dalam diduga terdapat pada kedalaman 70 – 150 meter. Lokasi Titik Pengukuran
Pengukuran dilakukan di empat titik yang tersebar di wilayah Desa Nagrak. Titik pengukuran ditentukan berdasarkan banyaknya objek (bangunan, pepohonan, pagar, dll) yang terdapat pada sekitar wilayah Desa Nagrak. Lahan yang dipilih adalah lahan yang luas dan tidak dikelilingi objek benda. Lahan tersebut sangat ideal untuk melakukan pengukuran geolistrik, karena kabel dapat membentang tanpa ada penghalang, sehingga bentangan semakin jauh dan nantinya akan didapatkan perkiraan lapisan yang makin dalam. Denah dan koordinat keempat titik pengukuran (GL 1, GL 2, GL 3, dan GL 4) dapat dilihat pada Gambar 9.
Sumber: Google Earth
Gambar 9 Letak dan koordinat empat titik pengukuran Data Pengukuran
Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan di empat titik yang tersebar di wilayah Desa Nagrak, diperoleh nilai resistivitas dari tiap jarak bentangan elektroda arus AB pada tiap titik pengukuran. Data nilai resistivitas dari masing-masing bentangan elektroda arus AB di keempat titik pengukuran dapat dilihat pada Tabel 2.
17
Tabel 2 Data hasil pengukuran geolistrik
No.
GL.1 GL.2 GL.3 GL.4
AB/2 -A AB/2 -A AB/2 -A AB/2 -A
m Ωm m Ωm m Ωm m Ω 1 2.5 19.20 2 21.00 1.5 14.60 1.5 27.80 2 4 13.20 3 10.60 2.5 13.60 2.5 20.60 3 6 8.50 4 9.20 4 10.80 4 16.60 4 8 6.50 6 8.00 6 9.20 6 14.20 5 10 5.00 8 5.20 8 8.40 8 11.80 6 12 5.10 10 4.96 10 5.40 10 10.50 7 15 4.60 12 4.40 12 5.20 12 9.30 8 15 4.70 15 3.50 15 5.10 15 8.70 9 20 5.00 15 1.40 15 6.80 15 7.12 10 25 3.50 20 0.96 20 6.80 20 3.80 11 30 2.60 25 1.00 25 6.40 25 2.80 12 30 2.98 30 0.40 30 4.00 30 2.70 13 40 1.56 30 3.60 30 2.40 30 2.60 14 50 1.48 40 3.60 40 2.24 40 1.98 15 60 1.84 50 5.20 50 0.50 16 75 1.12 60 3.00 60 0.40 17 75 2.80 18 75 2.24 19 100 1.00 Keterangan:
AB/2 : Jarak elektroda A dan B dibagi 2
-A : Resistivitas semu hasil pengukuran di lapangan
Jarak bentangan elektroda arus AB dan nilai resistivitas yang didapaatkan kemudian diinput ke dalam software Progress V.3.0. Masing-masing titik pengukuran (GL) menunjukkan nilai resistivitas yang berbeda-beda di tiap bentang elektroda arus AB-nya. Nilai resistivitas yang dihasilkan dari pengukuran menggunakan alat geolistrik di lokasi penelitian tidak 100% akurat, teradapat kesalahan (error) pada beberapa nilai yang dihasilkan oleh alat geolistrik. Kesalahan data tersebut berupa nilai tahanan jenis yang terlalu tinggi ataupun terlalu rendah. Kesalahan-kesalahan tersebut diakibatkan oleh kondisi lingkungan daerah penelitian dan teknis pengukuran, yaitu elektroda arus AB dengan tanah tidak terhubung dengan baik sehingga arus listrik tidak stabil, injeksi arus lemah / belum optimal dan kondisi lapisan tanah yang terbentuk akibat timbunan maupun adanya tumpukan sampah.
Perkiraan Lapisan Tanah, Letak dan Sebaran Akuifer
Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan software Progress V.3.0, lapisan tanah penyusun di Desa Nagrak, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor terdiri beberapa jenis batuan penyusun. Lapisan tersebut yaitu pasir, batu pasir, gamping koral dan gamping pasiran merupakan letak akuifer, sedangkan yang merupakan lapisan kedap air yaitu lempung, tufa, dan batu gamping. Nilai resistivitas lapisan akuifer di Desa Nagrak berkisar antara 13.82 – 83.67 Ωm, sedangkan lapisan kedap air nilai resistivitasnya berkisar antara 0.1 – 8.34 Ωm. Hasil penafsiran lapisan tanah pada keempat titik pengukuran dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Hasil penafsiran lapisan tanah masing-masing titik pengukuran Titik Ukur (GL) Hasil Penafsiran Perkiraan Litologi Kedalaman (meter) Ketebalan (meter) Tahanan Jenis Ω meter 1
0.0 – 1.5 1.5 19.46 Pasir / Batu Pasir
1.6 – 5.5 3.9 4.40 Lempung / Batu Gamping
5.6 – 7.0 1.4 6.12 Lempung / Batu Gamping
7.0 – 10.0 3.0 3.17 Lempung / Batu Gamping
10.0 – 15.0 5.0 0.95 Lempung / Batu Gamping
2
0.0 – 0.8 0.8 83.67 Gamping Pasiran
0.9 – 3.7 2.8 8.34 Lempung / Batu Gamping
3.8 – 8.5 4.7 5.42 Lempung / Batu Gamping
8.6 – 21.0 12.4 0.73 Lempung / Batu Gamping
21.0 – 32.0 11.0 2.87 Lempung / Batu Gamping
32.0 – 47.0 15.0 0.02 Lempung / Batu Gamping
3
0.0 – 2.5 2.5 15.26 Pasir / Batu Pasir
2.6 – 4.5 1.9 2.26 Lempung / Batu Gamping
4.6 – 6.7 2.1 15.56 Pasir / Batu Pasir
6.8 - 10 3.2 8.92 Batu Gamping / Pasir
10.0 – 16.0 6.0 1.55 Lempung / Batu Gamping
16.0 – 23.5 7.5 0.10 Lempung / Batu Gamping
4
0.0 – 1.0 1.0 34.85 Pasir / Gamping Pasiran
1.1 – 4.0 2.9 13.82 Pasir / Batu Pasir
4.1 – 6.5 2.4 17.51 Pasir / Batu Pasir
6.6 – 10.5 3.9 3.04 Lempung / Batu Gamping
10.5 – 19.0 8.5 1.70 Lempung / Batu Gamping
19.0 – 28.0 9.0 2.66 Lempung / Batu Gamping
Pada titik pengukuran 1 (GL 1), lapisan akuifer terletak pada kedalaman 0-1.5 m di bawah muka tanah (bmt). Laspisan akuifer ini merupakan akuifer dangkal dengan litologi berupa lapisan pasir atau batu pasir dengan nilai resistivitas 19.46 Ωm. Pada kedalaman 1.6 - 15 Ωm nilai resistivitas kurang dari 10 sehingga merupakan lapisan kedap air dengan litologi lempung atau batu gamping. Lapisan kedap air di titik GL 1 diperkirakan memiliki kedalaman lebih dari 15 m di bawah muka tanah yang terletak di bawah lapisan akuifer dangkal. Akuifer dalam tidak terdeteksi di titik GL 1.
Pada titik GL 2, lapisan penyusun tanah didominasi oleh lempung atau batu pasir pada kedalaman 1 - 47 m. Terdapat lapisan yang diduga gamping pasiran di kedalaman 0 – 0.8 m yang memiliki nilai resistivitas 83.67 Ωm, namun kedalaman lapisan tersebut sangat kecil sehingga dapat dikatakan lapisan tersebut bukan merupakan lapisan akuifer. Diperkirakan nilai resistivitas terpengaruh oleh air permukaan, seperti genangan air yang berada di sekitar titik GL 2. Dengan demikian dapat dikatakan pada titik GL 2 tidak terdeteksi adanya akuifer baik dangkal maupun dalam.
Pada titik GL 3, pendugaan lapisan penyusun tanah terdiri dari pasir atau batu pasir, lempung, batu gamping dan gabungan antara pasir dan lempung. Lapisan pasir atau batu pasir terletak di kedalaman 0 – 2.5 m dan 4.6 – 6.7 m bmt. Terdapat lapisan lempung atau batu gamping setebal 1.9 m diantara lapisan pasir tersebut. Lapisan pasir atau batu pasir tersebut merupakan lapisan akuifer dangkal dengan kedalaman 4.6 m jika digabungkan. Sedangkan pada kedalaman lebih dari
19
10 m bmt, lapisan yang terdeteksi adalah lempung atau batu gamping, sehingga air tanah dalam tidak terdeteksi pada titik GL 3 ini.
Pada titik GL 4, lapisan akuifer dangkal terdapat pada kedalaman 0 m – 6.5 m yang merupakan lapisan gamping pasiran setebal 1 m dan lapisan pasir setebal 5.3 m. Pada kedalaman dibawah 6.5 m bmt, lapisan penyusun berupa lempung sebagai lapisan impermeabel. Lapisan lempung ini terdetaksi hingga kedalaman lebih dari 10 m bmt, sehingga pada titik GL 4 juga tidak terdeteksi keberadaan akuifer dalam.
Akurasi pendugaan geolistrik dalam penelitian ini dapat dikatakan cukup akurat. Berdasarkan hasil wawancara singkat dengan beberapa penduduk desa Nagrak tentang sumur - sumur yang mereka miliki, kedalaman sumur yang mereka miliki tidak lebih dari 5 m dan tidak pernah kering. Hal tersebut sesuai dengan hasil pendugaan geolistrik yang telah dilakukan dalam penilitan ini. Di Desa Nagrak juga terdapat mata air yang keluar secara alami dari permukaan tanah dengan debit yang cukup besar. Mata air ini telah dikelola secara kelompok oleh warga Desa Nagrak, sehingga hanya sedikit warga yang memiliki sumur di rumahnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa, di Desa Nagrak, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor memiliki kandungan air tanah yang melimpah.
Pendugaan hasil pengukuran geolistrik di Desa Nagrak ini juga diperkuat dengan Peta Hidrogeologi Kota dan Kabupaten Bogor. Peta Hidrogeologi Kota dan Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Gambar 10.
Sumber: Direktorat Geologi Tata Lingkungan R.I.
Pada Gambar 10 terlihat bahwa Desa Nagrak memiliki dua jenis karakteristik lapisan penyusun tanah, yaitu lapisan yang terdiri dari batu lempung, napal dengan sisian batu pasir, tufa dan batu gamping, serta sebagian area merupakan lapisan yang terdiri dari tufa batu apung pasiran, lahar breksi tufaan, dan lava andesit basalt. Lapisan akuifer yang berkembang di Desa Nagrak merupakan lapisan batuan endapan volkanik muda berupa batu pasir dan batu gamping pasiran, sedangkan sebagian area Desa Nagrak merupakan daerah non akuifer.
Lapisan akuifer yang berkembang di Desa Nagrak secara keseluruhan merupakan lapisan akuifer dangkal dengan litologi pasir dan memiliki ketebalan antara 1.5 m hingga 6 m. Lapisan akuifer dangkal ini rata – rata ditemukan pada kedalaman 0 – 6.5 m di bawah permukaan tanah (bmt) setempat. Pada keempat titik pengukuran, lapisan berupa lempung mendominasi lapisan penyusun tanah dengan ketebalan lebih dari 50 m. Lapisan lempung secara keseluruhan dapat ditemukan pada kedalaman lebih dari 10 m bmt setempat. Lapisan akuifer dalam tidak terdeteksi pada keempat titik pengukuran dikarenakan beberapa faktor, yaitu lapisan lempung yang terlalu dalam, arus listrik yang lemah, dan banyaknya benda penghalang seperti renik dan sampah di dalam tanah. Sebaran akuifer dangkal berdasarkan ketebalannya dapat dilihat dengan penampang tegak atau bor log pada Gambar 11.
21
Pola Aliran Airtanah
Pola aliran airtanah di lokasi pengukuran geolistrik dapat diduga dengan membandingkan penampang tegak tahanan jenis hasil pengukuran yang telah dilakukan pada titik-titik pengukuran (Mutowal, 2008). Pola aliran airtanah di Desa Nagrak dapat diduga dengan membandingkan kedalaman lapisan akuifer masing-masing titik pengukuran pada Gambar 11. Bor log menunjukkan titik GL 4 memiliki lapisan akuifer yang paling dalam dibandingkan titik – titik lainnya, sehingga berdasarkan gradien hidrolik airtanah, airtanah di Desa Nagrak cenderung menuju ke arah barat mendekati GL 4. Denah pola aliran airtanah dapat dilihat pada Gambar 12.
Gambar 12 Denah pola aliran airtanah