• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

C. Pembahasan/ Evaluasi

Dasar perlakuan aktiva tetap pada PD. BPR BKK Karangmalang haruslah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) No.16 tentang aktiva tetap dan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) No. 17 tentang penyusutan aktiva tetap.

Berikut hasil evaluasi implementasi Standar Akuntansi Keuangan (SAK) No. 16 dan 17 pada PD. BPR BKK Karangmalang.

1. Perolehan Aktiva Tetap

Berdasarkan SAK No. 16 bahwa:

“ Biaya perolehan (cost) adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar dari imbalan lain yang diserahkan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan atau konstruksi atau, jika dapat diterapkan, jumlah yang diatribusikan ke aset pada saat pertama kali diakui sesuai dengan persyaratan tertentu dalam PSAK lain”.

PD. BPR BKK Karangmalang mencatat aktiva tetap sebesar biaya perolehan. Harga beli dan biaya-biaya yang dikeluarkan sampai aktiva tersebut siap digunakan telah dikapitalisasi ke biaya perolehan. Pengadaan aktiva tetap pada PD. BPR BKK Karangmalang dan kantor cabang selama tahun 2008:

a. Tanah

Sebagai contoh, kantor pusat pada tanggal 16 juli tahun 2008 membeli tanah untuk lahan parkir dan halaman sebesar Rp. 70.000.000,-.

b. Bangunan

Kantor pusat pada tanggal 16 juli tahun 2008 membuat pagar, pos jaga, parkir, dan paving sebesar Rp. 136.121.000,- (Biaya-biaya tidak dapat dirinci). Biaya perolehan pos jaga saja yang seharusnya dikapitalisasi ke biaya perolehan bangunan, sedangkan pagar, parkir, dan paving masuk ke dalam klasifikasi land improvement. Karena pagar, paving, dan parkir tidak memiliki umur ekonomis 20 tahun seperti bangunan.

c. Kendaraan

Sebagai contoh, pada tanggal 31 Oktober 2008 kantor pusat membeli Toyota Rush dengan biaya perolehan Rp. 176.100.000,-. Biaya tersebut terdiri dari PPN sebesar Rp. 16.000.000,-, dan biaya lain-lain sebesar Rp. 100.000,-.

d. Inventaris kantor

Sebagai contoh, pada tanggal 31 Juli 2008 kantor pusat membeli 1 Unit server IBM X 3400 dengan biaya perolehan sebesar Rp. 19.550.000,-. Biaya tersebut termasuk biaya pemasangan sebesar Rp. 250.000,-.

Berdasarkan SAK No. 16 paragraf 61 menyatakan bahwa:

“ Tanah dan bangunan merupakan aset yang berbeda dan harus diperlakukan sebagai aset yang terpisah, meskipun diperoleh sekaligus. Bangunan memiliki umur manfaat yang terbatas, oleh karenanya harus disusutkan. Peningkatan nilai tanah dimana di atasnya didirikan bangunan tidak mempengaruhi penentuan jumlah yang dapat disusutkan dari bangunan tersebut”.

PD. BPR BKK Karangmalang mencatat tanah dan bangunan pada neraca tidak secara terpisah, hal ini menyimpang dari pernyataan standar akuntansi yang berlaku.

2. Pengukuran Setelah Pengakuan Awal

Berdasarkan SAK No.16 paragraf 29 menyatakan bahwa:

“Suatu entitas harus memilih model biaya (cost model) dalam paragraf 30 atau model revaluasi (revaluation model) dalam paragraf 31 sebagai kebijakan akuntansinya dan menerapkan

kebijakan tersebut terhadap seluruh aset tetap dalam kelompok yang sama”.

PD. BPR BKK Karangmalang menggunakan model biaya dalam kebijakan akuntansi aktiva tetapnya. Model biaya adalah, setelah diakui sebagai aset, suatu aset tetap dicatat sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan.

3. Pengeluaran Setelah Perolehan (Subsequent Expenditures) Berdasarkan SAK No.16 paragraf 23 menyatakan bahwa:

“Pengeluaran setelah perolehan awal suatu aktiva tetap yang memperpanjang masa manfaat atau yang kemungkinan besar memberi manfaat keekonomian di masa yang akan datang dalam bentuk peningkatan kapasitas, mutu produksi, atau peningkatan standar kinerja, harus ditambahkan pada jumlah tercatat aktiva yang bersangkutan”.

PD. BPR BKK Karangmalang telah mengkapitalisasi biaya-biaya sehubungan dengan penambahan maupun perbaikan secara besar-besaran. Berikut biaya yang dikeluarkan selama tahun 2008 sehubungan dengan pernyataan diatas:

a. cabang kalijambe rehap gedung sebesar Rp. 58.850.250,- b. penambahan sekat komputer sebesar Rp. 2.000.000,-

total Rp. 60.850.250,-

Sehingga, harga perolehan gedung bertambah sebesar Rp. 60.850.250,-.

“ Sesuai dengan prinsip pengakuan dalam paragraf 7, entitas tidak boleh mengakui biaya perawatan sehari-hari aset tetap sebagai bagian dari aset yang bersangkutan. Biaya-biaya ini diakui dalam laporan laba-rugi saat terjadinya. Biaya perawatan sehari-hari terutama terdiri atas biaya tenaga kerja dan bahan habis pakai (consumables) termasuk didalamnya suku cadang kecil. Pengeluaran-pengeluaran untuk hal tersebut sering disebut “biaya pemeliharaan dan perbaikan” aset tetap”.

PD. BPR BKK Karangmalang mencatat biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan perbaikan aktiva tetap seperti servis rutin kendaraan, perbaikan atap bangunan, servis komputer, dan biaya lain-lainnya, pada akun “biaya pemeliharaan dan perbaikan”. Biaya pemeliharaan dan perbaikan termasuk kedalam beban non operasional pada laporan laba rugi perusahaan.

3. Penyusutan Aktiva Tetap

Penyusutan aktiva tetap diatur pada SAK No. 17. jumlah yang dapat disusutkan (depreciable amount) adalah biaya perolehan suatu aktiva, atau jumlah lain yang disubstitusikan untuk biaya dalam laporan keuangan dikurangi nilai sisanya. Berdasarkan SAK No. 17 paragraf 08 menyatakan bahwa:

“ Jumlah yang dapat disusutkan dialokasi ke setiap periode akuntansi selama masa manfaat aktiva dengan berbagai metode yang sistematis. Metode manapun yang dipilih, konsistensi dalam penggunaannya adalah perlu, tanpa memandang tingkat profitabilitas perusahaan dan pertimbangan perpajakan, agar dapat menyediakan daya bending hasil operasi perusahaan dari periode ke periode”.

PD. BPR BKK Karangmalang telah melakukan penyusutan. Metode penyusutan yang dilakukan adalah dengan metode garis lurus. Metode garis lurus ini digunakan sejak 1 september 2006 setelah merger. Penyusutan dilakukan setiap bulan. Berikut disajikan tarif penyusutan pada masing-masing aktifa tetap:

a. Tanah tidak disusutkan

b. Bangunan ditaksir memiliki masa manfaat 20 tahun, tarif penyusutan sebesar 5% pertahun.

c. Kendaraan, terdiri dari kendaraan roda dua dan kendaraan roda empat. Masing-masing ditaksir memiliki masa manfaat 4 dan 8 tahun, tarif penyusutan 25% dan 12,5% pertahun (dalam lampiran). d. Inventaris kantor dibedakan antara inventaris kantor yang memiliki

masa manfaat 4 tahun dan 8 tahun. Masing-masing disusutkan dengan tarif 25% dan 12,5% pertahun (dalam lampiran).

4. Penghentian Aktiva Tetap

Berdasarkan SAK No. 16 paragraf 69 menyatakan bahwa:

“Jumlah tercatat aset tetap dihentikan pengakuannya pada saat: (a) dilepaskan; atau

(b) tidak ada manfaat ekonomis masa depan yang diharapkan dari penggunaan atau pelepasannya”.

Selama tahun 2008 belum ada aktiva tetap yang dihentikan. Apabila suatu aktiva tetap dihentikan penggunaannya, biasanya oleh PD. BPR BKK Karangmalang di lelang ke umum melalui panitia lelang yang di

bentuk oleh PD. BPR BKK Karangmalang. Penerimaan sehubungan dengan lelang tersebut diakui sebagai “laba penjualan aktiva tetap” yang dicatat pada pendapatan non operasional dalam laporan laba rugi. Penghapusan aktiva tetap dengan cara mendebit akumulasi penyusutan dan mengkredit biaya perolehan aktiva tetap yang bersangkutan.

Selain dari pernyataan tersebut diatas, masih terdapat kesalahan-kesalahan lain diantaranya:

1. Terdapat ketidak konsistensian penggolongan inventaris kantor. Misalkan handphone, sebagian kantor cabang ada yang menggolongkan ke dalam inventaris kantor tarif 25%, kantor cabang lain ada yang menggolongkannya ke dalam inventaris kantor tarif 12,5% (dalam lampiran).

2. Terdapat kesalahan saldo inventaris kantor pada beberapa kantor cabang antara lain:

a. Pada kantor cabang Sragen Kota, terdapat kesalahan pada saldo inventaris kantor. Saldo seharusnya adalah:

1) inventaris kantor tarif 25% = Rp. 155.572.500,- 2) inventaris kantor tarif 12,5 % = Rp. 7.000.000,-

kesalahan saldo inventaris kantor mengakibatkan kesalahan saldo akumulasi penyusutan. Saldo akumulasi penyusutan seharusnya adalah:

2) inventaris kantor tarif 12,5 % = Rp. 5.679.595,-

b. Pada kantor cabang Gondang, terdapat kesalahan pada saldo inventaris kantor. Saldo seharusnya adalah:

1) inventaris kantor tarif 25% = Rp. 108.036.000,- 2) inventaris kantor tarif 12,5% = Rp. 17.445.000,-

kesalahan saldo inventaris kantor mengakibatkan kesalahan saldo akumulasi penyusutan. Saldo akumulasi penyusutan seharusnya adalah:

1) inventaris kantor tarif 25% = Rp. 92.745.734,- 2) inventaris kantor tarif 12,5% = Rp. 11.383.521,-

c. Pada kantor cabang Sidoharjo, terdapat kesalahan pada saldo inventaris kantor. Saldo seharusnya adalah:

1) inventaris kantor tarif 25% = Rp. 96.120.500,- 2) inventaris kantor tarif 12,5% = Rp. 18.612.500,-

kesalahan saldo inventaris kantor mengakibatkan kesalahan saldo akumulasi penyusutan. Saldo akumulasi penyusutan seharusnya adalah:

1) inventaris kantor tarif 25% = Rp. 62.898.553,- 2) inventaris kantor tarif 12,5% = Rp. 4.610.521,-

BAB III

Dokumen terkait