• Tidak ada hasil yang ditemukan

(a) (b) (c)

Gambar 8 Sel Chang (a) inhibisi 0 %, (b) inhibisi < 50 %, (c) inhibisi > 50 % ; 1: sel hidup, 2: sel mati

(a) (b) (c)

Gambar 9 Sel HeLa (a) inhibisi 0 %, (b) inhibisi < 50 %, (c) inhibisi > 50 % ; 1: sel hidup, 2: sel mati

Simpulan

Protein kasar kapang laut Xylaria psidii KT30 dikategorikan moderat aktif berdasarkan National Cancer Institute (NCI) dengan nilai IC50 69,89 μg/mL. Protein fraksi terpilih tidak bersifat toksik terhadap sel Chang dengan inhibisi kurang dari 50% yang mengindikasikan protein kapang laut aman untuk sel normal, sedangkan fraksi F4 merupakan fraksi yang berpotensi sebagai agen antikanker.

PEMBAHASAN UMUM

Kanker merupakan penyakit degeneratif yang mematikan. WHO

(World Health Organization) (2012) memprediksi kasus kanker dunia yang menyebabkan kematian akan mengalami 13,1 juta jiwa Tahun 2030. Sebagian besar penyakit kanker disebabkan oleh lingkungan dan gaya hidup. Faktor lingkungan yang menyebabkan kanker antara lain polusi, asap rokok, radiasi, dan infeksi organisme. Faktor gaya hidup yaitu kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, makanan yang mengandung bahan tambahan pangan yang karsinogenik, dan makanan berlemak trans serta obesitas (Jemal 2011).

1 2

1

Kanker serviks atau kanker leher rahim merupakan salah satu penyakit yang paling banyak terjadi bagi wanita. Setiap jam, satu wanita meninggal di Indonesia karena kanker serviks atau kanker mulut rahim ini. Fakta menunjukkan bahwa jutaan wanita di dunia terinfeksi Human Papilloma Virus (HPV) (Rasyid 2008). Kanker serviks atau kanker mulut rahim terjadi di bagian organ reproduksi seorang wanita.

Kanker terjadi karena adanya perubahan mendasar dalam fisiologi sel yang akhirnya tumbuh menjadi malignan serta mempunyai ciri -ciri umum sebagai berikut: (1) mandiri dalam signal pertumbuhan, (2) tidak peka terhadap signal anti pertumbuhan, (3) menghindari apoptosis, (4) memiliki potensi replikasi yang tidak terbatas , (5) angiogenesis, (6) invasi dan metastase ke jaringan lain. Oleh karena itu, target pengembangan obat antikanker diarahkan pada induksi/pemacuan apoptosis. Apoptosis merupakan program bunuh diri dari sebuah sel. Program ini memiliki peran yang penting untuk menjaga homeostatis perkembangbiakan sel dan dengan adanya disregulasinya bisa berakibat timbulnya macam-macam penyakit. Salah satu peran pentingnya adalah untuk membatasi proliferasi sel yang tidak diperlukan yang akan dapat menyebabkan kanker. Pada sel kanker program apoptosis ini telah mengalami gangguan sehingga sel akan mengalami metastasis (Manahan dan Wierberg 2002).

Teknologi untuk terapi kanker misalnya pembedahan, radiasi, terapi hormon dan kemoterapi banyak dikembangkan saat ini, tapi pengobatan ini memerlukan biaya yang mahal dan memiliki efek samping yang tidak baik bagi tubuh. Oleh karena itu, perlu dikembangkan suatu pengobatan yang dapat mengobati kanker dengan kemampuan mengobati yang kuat dan tanpa efek samping.

Pengembangan teknologi produksi senyawa aktif dari bahan alami merupakan teknologi yang memiliki prospek yang baik. Salah satu bahan alami yang dapat digunakan untuk menghasilkan senyawa obat dalam skala besar adalah yang diekstrak dari kapang endofit. Penggunaan kapang endofit dapat meningkatkan efisiensi produksi senyawa antikanker, masa berkembang biak kapang endofit yang relatif singkat dengan laju pertumbuhan yang tinggi memungkinkan produksi senyawa antikanker dan penginduksi apoptosis semakin efisien dalam jumlah besar. Kapang laut Xylaria psidii KT30 merupakan salah satu kapang yang dapat menghasilkan protein antikanker (Tarman et al. 2011).

Senyawa bioaktif antikanker yang akan digunakan untuk produk antikanker harus diujikan terlebih dahulu dengan uji sitotoksisitas. Uji sitotoksisitas merupakan salah satu pengembangan metode untuk memprediksi keberadaan senyawa yang bersifat toksik pada sel (Kurnijasanti et al. 2008). Uji toksisitas menggunakan metode BSLT menunjukkan kapang laut X. psidii KT30 bersifat toksik dengan nilai LC50 104,95 ppm.

Pengobatan kanker misalnya kemoterapi dapat mengganggu sel normal yang sedang berploriferasi. Penggunaan doxorubicin dilaporkan dapat menimbulkan risiko efek samping pada jaringan normal terutama jantung serta menekan sistem imun (Wattanapitayakul et al. 2005). Jaringan jantung memiliki kemampuan metabolik yang sangat aktif tetapi memiliki sumber antioksidan yang rendah bila dibandingkan dengan organ lain dalam tubuh. Hal ini menyebabkan jantung rentan terhadap kerusakan akibat radikal bebas yang ditimbulkan oleh doxorubicin (Arafa et al. 2005).

Saat dosis kumulatif doxorubicin mencapai 550 mg/mL, risiko efek samping pada jantung meningkat, termasuk gagal jantung, pelebaran

cardiomyopathy dan kematian. Efek kardiotoksik dari doksorubisin ditunjukkan oleh penurunan fosforilasi oksidatif di mitokondria. Oksigen reaktif yang muncul dari interaksi doksorubisin dan besi dapat merusak myocytes (sel jantung), hilangnya myofibrillar dan cytoplasmic vacuolization (Chabner et al. 2008).

Protein kapang laut X. psidii KT30 dikatakan aman terhadap sel normal dengan hasil persen inhibisi kurang dari 50%, sedangkan pada fraksi F4 dengan bobot molekul 23,99 kDa, 32,88 kDa, dan 37,30 kDa merupakan fraksi terpilih yang berpotensi digunakan sebagai agen antikanker.

Mekanisme kerja senyawa aktif dalam penghambatan ploriferasi sel kanker dapat melalui berbagai cara, antara lain apoptosis (kematian terprogram), nekrosis, penghambatan siklus sel, kegagalan ribosom untuk mensintesis protein, atau menghambat siklus sel. Sebagai contoh Xyloketal B dari kapang Xylaria sp. menginduksi apoptosis HUVEC untuk menghambat ox-LDL (oxidatively modified low-density lipoprotein) (Chen et al. 2009).

Perubahan morfologi seluler bisa disebabkan oleh apoptosis yang terjadi pada sel. Mekanisme apoptosis ini sering digunakan untuk menjelaskan mekanisme antikanker yang ditimbulkan oleh berbagai senyawa obat. Sel Chang dan sel HeLa yang mengalami inhibisi karena diinduksi oleh protein kapang laut ini mungkin mengalami mekanisme apoptosis yang mengakibatkan terjadinya perubahan pada morfologi selnya. Perubahan morfologi seluler akibat mekanisme apoptosis ini dapat terjadi dalam beberapa tahapan, yaitu penyusutan densitas sel, kondensasi dan fragmentasi kromatin sel, serta fragmentasi inti sel (Wyllie 2010).

Simpulan dan Saran Simpulan

Bobot molekul fraksi terpilih yaitu 23,99 kDa, 32,88 kDa, dan 37,30 kDa. Fraksi terpilih dari kapang laut X. psidii KT30 tidak bersifat toksik terhadap sel Chang, sedangkan fraksi F4 merupakan fraksi terpilih yang berpotensi sebagai agen antikanker sel HeLa.

Saran

Rendemen protein yang dihasilkan masih sangat rendah sehingga disarankan untuk penelitian selanjutnya melakukan optimasi terlebih dahulu dan fraksi F4 perlu dipurifikasi lebih lanjut untuk memperoleh senyawa tunggal yang dapat dikembangkan sebagai agen antikanker sel HeLa.

Dokumen terkait