• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV : HASIL DAN ANALISIS DATA

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.3 Pembahasan Hasil Analisis Data

4.3.1 Pengaruh Religiusitas terhadap Kepatuhan Pajak

Hasil analisis data menunjukan bahwa variabel religiusitas tidak berpengaruh terhadapkepatuhan pajak dilihat dari nilai koefisien regresi sebesar -0,135dengan tingkat signifikansi 0,198> 0,05yang berarti hipotesis ditolak. Hal ini

54

sejalan dengan penelitian Utama dan Wahyudi (2016) dimana dijelaskan bahwa religiusitas intrapersonal maupun interpersonal tidak berpengaruh terhadap kepatuhan pajak dipaksakan.

Religiusitas menunjuk pada komitmen individu terhadap agamanya. Dalam penelitian ini variabel religiusitas tidak berpengaruh terhadap kepatuhan pajak yaitu 0,198 dan memiliki nilai negatif. Berdasarkan hasil kuesioner yang diperoleh tingkat religiusitas individu tergolong tinggi yaitu individu patuh terhadap agamanya, namun hal ini tidak dapat mempengaruhi tingkat kepatuhan dalam membayar pajak seseorang.

Hal ini dikarenakan tidak adanya keterkaitan agama dengan perpajakan. Peranan religiusitas yang tidak berpengaruh terhadap kepatuhan pajak terjadi karena sebagian wajib pajak UMKM menganggap membayar pajak hanya menyangkut urusan duniawi yang formal dan bukan merupakan kewajiban agama. Dapat dilihat dari hasil kuesioner sebagian wajib pajak UMKM yang terdaftar di KPP Pratama Sukoharjo sebanyak 12% menganggap kurang setuju bahwa melapor dan membayar pajak dibenarkan agama dan sebanyak 19% menganggap kurang setuju apabila melapor SPT tidak benar termasuk ke dalam dosa.

Hasil penelitian ini juga menyatakan bahwa religiusitas tidak dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak yang di dukung dengan peristiwa yeng terjadi pada tahun 2012 yaitu ulama Nahdatul Ulama menyatakan bahwa pembayaran pajak bukanlah kewajiban yang disyariatkan agama sebagaimana zakat melainkan bagian dari kewajiban untuk taat kepada pemerintah. Sebenarnya bukan masalah apabila pengelolaan pajak dilakukan dengan amanah, namun

55

buktinya terungkap berbagai kasus penyelewengan dan korupsi di sektor pajak (Anggara, 2012).

4.3.2 Pengaruh Penerapan E-Filing terhadap Kepatuhan Pajak

Hasil analisis data menunjukan bahwa variabel Penerapan E-Filing berpengaruh positif terhadapkepatuhan pajak. hal ini dibuktikan dari nilai t hitung lebih besar dari t tabel yaitu 3,082 > 1,984 dengan tingkat signifikansi 0,003> 0,05 yang berarti hipotesis diterima. Hal ini berarti dengan adanya penerpanan e-filing maka semakin tinggi perilaku seseorang untuk melakukan kepatuhan pajak. Hal ini sejalan dengan penelitian Susmita dan Supadmi (2016).

Pengaruh positif penerapan e-filing terhadap kepatuhan pajak menunjukkan bahwa penerapan aplikasi e-filing dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak. E-filing merupakan langkah awal yang dibuat Direktorat Jendral Pajak (DJP) untuk memodernisasi sistem perpajakan yang digunakan untuk melaporkan SPT secara online. Dengan adanya penerapan e-filing pelaporan SPT menjadi lebih efisien daripada melaporkan SPT secara manual, sehingga dengan menggunakan e-filingwajib pajak dapat dengan mudah melaksanakan kewajiban perpajakannya (Susmita dan Supadmi, 2016).

Selain itu, keunggulan dari e-filing memakai komputer dan internet yang dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja. Keunggulan lainnya selain dapat dengan cepat melaporkan SPT, data pajak yang dilaporkan terjaga kerahasiaanya dan tidak perlu mengantri di kantor pajak maupun tempat pelaporan SPT lainya. (Susmita dan Supadmi, 2016).

56

Penerapan e-filing dapat dilihat dari kuesioner bahwa wajib pajak UMKM menganggap bahwa e-filing bermanfaat dan memudahkannya dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya sehingga wajib pajak tidak perlu mengantri di KPP Pratama Sukoharjo untuk mengisi SPT sehingga lebih efektif dan efisien dengan demikian akan muncul kepuasan wajib pajak terhadap penerapan e-filing. Kepuasan yang dirasakan wajib pajak ini akan membentuk sikap positif yang akhirnya akan membuat wajib pajak semakin patuh.

4.3.3 Pengaruh Biaya Kepatuhan Pajak terhadap Kepatuhan Pajak

Hasil analisis data menunjukan bahwa variabel biaya kepatuhan pajak berpengaruh negatif terhadapkepatuhan pajak dilihat dari nilai koefisien regresi sebesar -0,369dengan tingkat signifikansi 0,027<0,05 yang berarti hipotesis diterima. Hal ini berarti semakin tinggibiaya kepatuhan pajak maka semakin rendahperilaku seseorang untuk melakukan kepatuhan pajak. Hal ini sejalan dengan penelitianFuadi dan Mangoting (2013) dan penelitian Kurniawan dan Toly (2014).

Pengaruh negatif biaya kepatuhan pajak terhadap kepatuhan pajak menunjukkan apabila biaya kepatuhan pajak yang ditanggung oleh wajib pajak semakin besar maka tingkat kepatuhannya akan menurun. Dengan adanya peraturan perpajakan menimbulkan tingginya biaya yang harus dikeluarkan oleh wajib pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya (Fuadi dan Mangoting,2013). Biaya disini bukan hanya terkait dengan uang tetapi juga waktu dan pikiran (Kurniawan dan Toly, 2014).

57

Selain membayar pajak yang terutang wajib pajak juga harus mengeluarkan sejumlah biaya untuk dapat memenuhi kewajiban perpajakannya seperti biaya konsultasi, biaya perjalanan, biaya fotocopy, membaca petunjuk pengisian SPT, waktu yang digunakan untuk perjalanan ke KPP, dan lain-lain(Fuadi dan Mangoting, 2013).Tingginya biaya kepatuhan pajak menyebabkan wajib pajak enggan untuk membayar pajak.

Apabila teori TPB dikaitkan dengan biaya kepatuhan apabila individu yang menanggung biaya kepatuhan dan memberatkan akan cenderung melakukan penggelapan pajak. Sebaliknya apabila biaya kepatuhan yang ditanggung tidak terlalu berat, maka individu tersebut akan cenderung patuh dan menghindari penggelapan pajak ( Kurniawati dan Toly, 2014).

Kenyataanya biaya kepatuhan pajak dapat menghambat wajib pajak untuk membayar pajak. Berdasarkan hasil kuesioner wajib pajak UMKM yang terdaftar di KPP Pratama Sukoharjo menganggap bahwa biaya yang dikeluarkan untuk membayar konsultan pajak, biaya fotocopy, waktu yang dibutuhkan dalam perjalanan dan mempelajari peraturan perpajakan cukup menghambat wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.

Wajib pajak UMKM berharap dapat mengeluarkan biaya serendah mungkin dalam memenuhi kewajiban perpajakanya. Wajib pajak merasa dirugikan apabila biaya kepatuhan pajak yang dikeluarkan tinggi padahal biaya tersebut timbul akibat memenuhi kewjiban perpajakan (Susmita dan Supadmi, 2016).

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen yaitu religiusitas, penerapan e-filing dan biaya kepatuhan pajak terhadap kepatuhan pajak UMKM. Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian data dalam penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Religiusitas tidak berpengaruh terhadap kepatuhan pajak. Hal ini dikarenakan sebagian wajib pajak menganggap membayar pajak hanya urusan duniawi bukan urusan agama dan banyaknya kasus korupsi yang dilakukan oleh aparat pajak.

2. Penerapan e-filing berpengaruh positif terhadap kepatuhan pajak. Hal ini dikarenakan dengan adanya e-filing penyampaian SPT menjadi lebih efisien. 3. Biaya kepatuhan pajak berpengaruh negatif terhadap kepatuhan pajak. Hal ini

dikarenakan dengan adanya biaya kepatuhan menghambat wajib pajak untuk membayar pajak karena selain membayar pajak yang terutang juga harus membayar kepatuhan seperti biaya perjalanan, biaya konsultasi, dan lain-lain.

Dokumen terkait