• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL ANALISIS DATA, VERIFIKASI DATA, DAN

C. Pembahasan …

1. Kepercayaan Diri Siswa

Berdasarkan hasil pada tabel 5.15 di atas, bisa dikatakan bahwa kepercayaan diri siswa kelas XI IPS2 selama belajar menggunakan LKS tergolong cukup tinggi. Hal ini terlihat dari hasil trianggulasi pada tabel 5.15 tersebut. Dari 12 butir indikator kepercayaan diri yang ada, terdapat 10 butir indikator kepercayaan diri dilakukan oleh sebagian besar siswa selama pembelajaran menggunakan LKS dan hanya terdapat 2 butir indikator kepercayaan diri siswa yang dilakukan oleh sebagian kecil siswa. 2 butir indikator kepercayaan diri tersebut terdapat pada salah butir pernyataan pada aspek keyakinan diri sendiri, yaitu terdapat lebih banyak siswa yang mencoba membandingkan hasil pekerjaannya, dan pada aspek kemandirian, yaitu lebih banyak siswa yang tidak berusaha untuk menemukan jawaban dengan membaca dari buku atau sumber lain.

Siswa banyak yang mencoba membandingkan hasil jawabannya mungkin dikarenakan ada banyak siswa yang juga mencoba membantu temannya yang kesulitan mengerjakan tugas. Dari hal itu siswa menjadi sekalian melihat dan membandingkan pekerjaannya dengan pekerjaan temannya. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.15 pada aspek sikap toleran butir pernyataan ke 2, yaitu sebesar 52,3% siswa mau membantu temannya. Sedangkan hasil negatif yang lain, yaitu lebih banyak siswa yang tidak berusaha untuk menemukan jawaban dengan

membaca dari buku atau sumber lain mungkin dikarenakan bahwa siswa lebih senang bertanya kepada guru atau temannya. Sehingga siswa menjadi malas untuk membaca buku. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.15 pada aspek perasaan aman butir pernyataan pertama, yaitu sebesar 66,3% siswa berani bertanya kepada teman atau guru.

Cukup tingginya kepercayaan diri siswa juga didukung dengan rata-rata presentase frekuensi siswa yang dapat dilihat pada tabel 5.3 di atas. Pada tabel tersebut, dari 5 aspek kepercayaan diri yang ada, 3 aspek tergolong dalam kriteria sedang (aspek keyakinan pada diri sendiri, aspek sikap optimisme, dan aspek kemandirian). Sedangkan 1 aspek tergolong dalam kriteria tinggi (aspek sikap toleran dan aspek perasaan aman). Hal lain yang juga mendukung adalah hasil analisis pengisian kuesioner. Dari tabel 5.4 tersebut, secara keseluruhan diperoleh 92,11% siswa yang tergolong memiliki kriteria kepercayaan diri yang tinggi dan sisanya tergolong memiliki kriteria kepercayaan diri yang sedang.

2. Interaksi Sosial Siswa

Berdasarkan pada tabel 5.17 di atas, bisa dikatakan bahwa interaksi sosial siswa kelas XI IPS2 selama belajar menggunakan LKS tergolong cukup tinggi. Dengan melihat hasil trianggulasi pada tabel 5.17 tersebut dari 14 butir indikator interaksi sosial yang ada, terdapat 13 butir indikator interaksi sosial dengan hasil positif atau dilakukan oleh sebagian besar siswa selama pembelajaran menggunakan LKS dan

terdapat 1 butir indikator interaksi sosial yang meragukan atau belum bisa dilihat mendukung interaksi sosial siswa atau tidak. Hasil meragukan tersebut diperoleh pada salah satu butir indikator interaksi sosial pada aspek imitasi. Hal ini karena, dari butir indikator interaksi sosial yang ada pada aspek imitasi, frekuensi presentase siswa yang memilih butir indikator pada aspek tersebut sebagian besar memilih ragu-ragu. Selain itu, perbedaan antara yang memilih jawaban yang mendukung butir indikator tersebut dengan yang tidak mendukung butir indikator tersebut tergolong sedikit. Jadi bisa dikatakan bahwa pada aspek imitasi masih meragukan apakah siswa-siswa mendukung butir indikator interaksi sosial tersebut atau tidak.

Hal lain yang mendukung interaksi sosial siswa selama menggunakan LKS dalam pembelajaran, terlihat dari hasil analisis pada lembar pengamatan interaksi sosial. Dari 3 aspek yang yang diamati, diperoleh 2 aspek interaksi sosial tergolong tinggi (kontak sosial dan imitasi) dan 1 aspek interaksi sosial tergolong dalam kriteria sedang (komunikasi). Karena baru 3 aspek interaksi sosial dari 6 aspek interaksi sosial yang ada pada lembar pengamatan, maka digunakan hasil pengisian kuesioner untuk mendukung hasil tersebut.

Hasil analisis dari pengisian kuesioner juga mendukung interaksi sosial siswa selama pembelajaran menggunakan LKS. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.8 di atas, secara keseluruhan diperoleh sebanyak 22 siswa atau sebesar 57,89% siswa memiliki kriteria interaksi sosial

sangat tinggi. Sedangkan 16 siswa atau sebesar 42,11% siswa memiliki kriteria interaksi sosial tinggi.

3. Prestasi Belajar Siswa

Dilihat dari tabel 5.13 di atas, terlihat bahwa frekuensi siswa yang mendapatkan nilai yang tergolong dalam kategori sangat rendah (SR) yaitu 2 siswa atau sebesar 5,13%. Frekuensi siswa yang mendapatkan nilai yang tergolong dalam kategori rendah (R) yaitu 7 siswa atau sebesar 17,95%. Frekuensi siswa yang mendapatkan nilai yang tergolong dalam kategori cukup (C) yaitu 13 siswa atau sebesar 33,33%. Frekuensi siswa yang mendapatkan nilai yang tergolong dalam kategori tinggi (T) yaitu 15 siswa atau sebesar 38,46%. Frekuensi siswa yang mendapatkan nilai yang tergolong dalam kategori sangat tinggi (ST) yaitu 2 siswa atau sebesar 5,13%.

Ketuntasan diperoleh bila nilai siswa lebih dari 60, maka dari penjelasan di atas bisa dikatakan bahwa siswa yang tuntas berada pada kategori yang tinggi atau sangat tinggi. Frekuensi siswa yang berada pada kategori tinggi sebesar 38,46 % dan frekuensi siswa yang berada pada kategori sangat tinggi sebesar 5,13 %, sehingga total siswa yang tuntas sebesar 43,59 %. Selain itu, bisa dilihat juga dari rata-rata skor pada masing-masing nomor soal post tes. Dari 5 nomor yang ada, hanya ada 1 nomor saja yang bisa dituntaskan oleh sebagian besar siswa kelas XI IPS2 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta. Sedangkan nomor yang lain lebih dari 50% siswa tidak tuntas. Hal ini

menunjukkan bahwa penggunaan LKS untuk mendukung prestasi belajar siswa masih tergolong rendah.

Rendahnya penggunaan LKS untuk mendukung prestasi belajar siswa disebabkan oleh kurangnya pemahaman siswa dalam menggunakan cara menyelesaikan soal-soal ulangan. Hal ini terlihat dari jawaban siswa yang hanya menggunakan 1 cara saja tanpa memperhatikan syarat yang berlaku. Pada soal nomor 2.b, 2.c, dan 3, sebagian besar siswa hanya mengerjakan soal dengan cara mensubtitusikan langsung nilai yang mendekati suatu bilangan tertentu ke dalam fungsi yang diberikan. Hal yang sama juga terjadi ketika siswa mengerjakan soal untuk nomor 4.a dan 4.b. Siswa hanya mensubtitusikan nilai mendekati tak hingga ke dalam fungsi yang diberikan tanpa memperhatikan hasil akhirnya. Sedangkan untuk soal nomor 5.a dan 5.b, sebagian besar siswa cenderung langsung mensubtitusikan nilai limit fungsi atau limit yang diketahui tanpa memperhatikan bentuk yang diketahui terlebih dulu. Sebagai contoh, pada soal nomor 5.a sebagian besar siswa mengerjakan dengan cara sebagai berikut:

lim2 2 ! 3" #

$lim2 2 · 1 ! 3 · 81 " 8 #

$lim2 2 ! 249 # $lim2 !229 # $!22 9

lim2 $ 1 dan limx 2 $ 8, bukan $ 1 dan $ 8.

Selain itu, jika dilihat dari hasil perhitungan untuk daya pembeda soal ketika di uji cobakan, terdapat 3 butir soal yang tidak layak untuk dipakai karena tidak mempunyai daya pembeda yang baik (hasil penghitungan daya pembeda soal dapat dilihat pada lampiran halaman 226). Akan tetapi karena soal sudah di berikan kepada kelas yang diteliti tetapi pengujian tentang daya pembeda baru dilakukan ketika penelitian selesai, maka soal tetap digunakan walaupun terdapat 3 soal yang sebenarnya tidak layak dipakai. Dari 3 butir soal tersebut 1 soal sudah dibuang karena tidak valid sehingga hanya terdapat 2 butir soal yang tergolong tidak memiliki daya pembeda yang baik atau tidak layak dipakai.

Jadi rendahnya prestasi belajar siswa mungkin disebabkan masih belum pahamnya siswa dalam menggunakan cara-cara yang ada dalam menyelesaikan soal limit fungsi. Selain itu, mungkin disebabkan juga karena terdapat 2 soal yang tidak memiliki daya pembeda yang cukup baik.

138

BAB VI

PENUTUP

Dokumen terkait