• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa, titik/kadar hambat minimal ekstrak kulit nanas terhadap pertumbuhan Aggregatibacter

actinomycetemcomitans dengan menggunakan uji dilusi cair yaitu konsentrasi 6,25%. Tingkat kekeruhan dari setiap larutan dalam tabung reaksi merupakan penentuan kadar hambat minimal (KHM). Kekeruhan tersebut disebabkan

terdapat pertumbuhan bakteri. Tetapi hasil yang didapatkan pada tabung reaksi ketika penelitian, Kadar hambat minimal sulit untuk diamati karena warna ekstrak terlalu keruh dan pekat. Oleh sebab itu, dilakukan uji dilusi padat dengan melakukan penggoresan larutan dengan menggunakan ose steril pada media agar untuk memastikan ada tidaknya pertumbuhan bakteri.

Metode uji dilusi padat adalah uji untuk menentukan titik/kadar bunuh minimal dan untuk menguatkan hasil dari dilusi cair. Kadar bunuh minimal (KBM) yang didapatkan dari ekstrak kulit nanas terhadap pertumbuhan

Aggregatibacter actinomycetemcomitans dengan uji dilusi padat yaitu pada konsentrasi 6,25%. Hasil tersebut didapatkan dengan melakukan penanaman pada media padat di cawang petri dengan mengambil larutan dari hasil uji dilusi cair. Pengeraman dan Penanaman Aggregatibacter actinomycetemcomitans pada media Triton Soya Agar (TSA) dengan suhu kamar akan terbentuk koloni-koloni bulat yang membentuk rantai berwarna putih. Pada konsentrasi 100%, 50%, 25%, 12,5%, 6,25% dan kontrol negatif tidak terdapat pertumbuhan Aggregatibacter actinomycetemcomitans,

sedangkan pada konsentrasi 3,125%, 1,56%, 0,78%, 0,39% dan kontrol positif terdapat pertumbuhan Aggregatibacter actinomycetemcomitans pada sepanjang hasil penanaman. Berdasarkan pengamatan tersebut, menunjukan bahwa nilai kadar bunuh minimal (KBM) yang didapatkan yaitu pada konsentrasi 6,25%.

Metode dilusi merupakan uji aktivitas antibakteri yang digunakan pada penelitian ini. Menurut Brooks dkk. (2005), metode tersebut mempunyai

38

kelebihan yaitu lebih peka dan terjamin homogenitas di antara bahan uji, media, suspensi bakteri. Suspensi bakteri dapat tersebar secara merata disebabkan oleh bahan uji dengan bakteri lebih mudah berinteraksi.

Tabung yang berisi suspensi pengenceran ekstrak kulit nanas merupakan kontrol negatif dan tabung yang berisi suspensi bakteri Aa merupakan kontrol positif. Pada kontrol negatif tidak diperbolehkan adanya pertumbuhan bakteri, jika terdapat pertumbuhan maka bahan uji dan media terkontaminasi. Sedangkan pada kontrol positif harus didapatkan pertumbuhan bakteri pada tabung sebab menunjukan bahwa bakteri tersebut pada media uji dapat tumbuh.

Aggregatibacter actinomycetemcomitans merupakan bakteri anaerob gram-negatif yang paling sering menginfeksi jaringan periodontal, bakteri Aa

merupakan salah satu penyebab penyakit periodontitis agresif dan biasanya terjadi pada individu yang muda (Sriraman, dkk, 2014). Progresifitas penyakit didukung oleh sejumlah faktor virulensi dari Bakteri Aa (Carranza, dkk., 2006). Faktor virulensi dari Aa diantaranya leukotoxin (toksin), vesikel, lipopolisakarida (kerusakan jaringan), fimbrae (perlekatan) (Raja,dkk., 2014).

Aa mengeluarkan racun proteinnya dan leukotoxin , yang membantu bakteri menghindari respon imun host selama infeksi (Kachlany, 2010). Leukotoxin

pada bakteri mempunyai fungsi menurunkan respon imun pada gingiva dan mendegradasi perlekatan epitel pada jaringan periodontal. (Newman, dkk., 2012). Lipopolisakarida atau endotoksin gram negatif didapatkan dari dinding sel yang lisis. Aliran darah yang dimasuki oleh lipopolisakarida akan terjadi

ikatan dengan protein yang bersirkulasi kemudian berinteraksi dengan monosit dan makrofag. (Brooks, dkk., 2005).

Penggunaan obat tradisional di Indonesia sudah berlangsung sejak ribuan tahun lalu, sebelum obat modern ditemukan dan dipasarkan (Pringgoutomo cit Dewoto, 2007). Pada dekade belakangan ini ditengah jenis obat modern yang banyak dipasaran, terdapat kecenderungan global untuk kembali ke alam (Pramono S, 2002). Bidang kesehatan telah lama menggunakan bahan alam sebagai kebutuhan kuratif, preventif, rehabilitatif (WHO, 2000). Pengembangan tumbuhan sebagai sumber bahan obat banyak diteliti dalam beberapa tahun ini. Obat tradisional selain efek samping kecil, memiliki keuntungan harga lebih terjangkau, memperbaiki keseluruhan sistem tubuh, dan efek pada penyakit kronis yang sulit diatasi obat kimia, sedangkan obat kimia sering mempunyai efek samping pengobatan, harga relatif mahal, dan relatif kurang efektif untuk penyakit kronis. Obat kimia lebih banyak bertujuan untuk mengobati gejala penyakitnya dan hanya memperbaiki beberapa sistem tubuh, tetapi tidak menyembuhkan sumbernya (Siregar H, 2012). Pengobatan dengan menggunakan tumbuhan perlu diperdalam kembali, terutama pada sumber daya nabati Indonesia yang keanekaragaman hayatinya dikenal kaya. Upaya tersebut dilaksanakan seiring dengan anjuran pemerintah dalam memperdayakan dan mengelola sumber daya alam secara lestari dan berkelanjutan (WHO, 2000).

Beberapa tahun terakhir ini terdapat peningkatan ketertarikan pada tanaman buah nanas yang menandakan bahwa terdapat efek antibakteri.

40

Bonggol, buah, dan kulit buah nanas memiliki khasiat sebagai obat tradisional. Kulit buah nanas sangat banyak kandungan zat aktif diantaranya adalah flavonoid, vitamin C, antosianin, dan enzim bromelin, tanin. Penelitian yang telah dilaksanakan sebelumnnya membuktikan bahwa ekstrak buah nanas dapat melawan bakteri Streptococcus mutans pada konsentrasi 25%,

Staphylococcus aureus pada konsentrasi 100% dan pada ekstrak kulit nanas dapat melawan bakteri Streptococcus mutans dengan konsentrasi 50%. Namun, belum ada penelitian yang menyebutkan bahwa ekstrak kulit nanas mampu menghambat pertumbuhan bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans.

Penelitian ini menggunakan metode maserasi untuk memperoleh ekstrak kulit nanas. Maserasi merupakan cara ekstraksi yang paling sederhana (Voigh cit Istiqomah, 2013). Maserasi yaitu proses pengekstrakan simplisia memakai pelarut dengan beberapa kali pengadukan dan pengocokan pada temperature ruangan (Depkes RI, 2000). Senyawa dari tumbuhan didapatkan dengan menarik senyawa organik dalam suatu bahan padat melalui penggunaan pelarut organik, pelarut yang digunakan adalah etanol (Nurcahyati, 2010).

Berdasarkan penelitian sebelumnya buah nanas memliki kemanjuran terapeutik yang dapat mengobati penyakit periodontal (Khosropanah dkk, 2012). Kulit buah nanas memiliki efek menekan pertumbuhan bakteri baik secara bakteriostatik maupun bakteriosida yang berasal dari enzim bromelin (Rakhmanda, 2008). Enzim bromelin selain mempunyai efek antibakteri juga memilki efek anti inflamasi (Khosropanah dkk, 2012). Bromelin mengerahkan

efek antibakteri yang ampuh terhadap penyakit periodontal (Nc. Praveen dkk, 2014). Proses kerja enzim tersebut yaitu menurunkan tegangan permukaan bakteri dengan cara menghidrolisis glikoprotein dan protein saliva yang merupakan mediator bakteri untuk melekat pada permukaan gigi (Rakhmanda, 2008). Dinding sel tidak selektif dalam meloloskan zat terlarut dan zat lainnya disebabkan karena penurunan tegangan permukaan dinding sel bakteri. Zat tersebut mampu mengubah sifat kimiawi dan fisik selaput sel serta fungsi normalnya dapat dihalangi sehingga mampu menghambat dan membunuh bakteri (Brooks, 2005).

Menurut Ilyas (2005), Flavonoid, iodium dan klor memiliki efek sebagai antiseptik. Flavonoid adalah senyawa fenol berfungsi sebagai antijamur dan antibakteri. Mekanisme kerjanya dengan denaturasi protein sel bakteri sehingga sifat khasnya hilang (Rakhmanda, 2008). Denaturasi protein dapat merusak sel permanen yang tidak dapat diperbaiki (Pelczar dan Chan, 2005). Iodium bekerja dengan cepat dan hampir semua kuman patogen dapat terbunuh, zat tersebut merupakan salah satu zat bactericidal terkuat. Klor membentuk hipoklorit yang bersifat bactericidal apabila bereaksi dengan air, dan pada konsentrasi rendah mampu dengan cepat membunuh kebanyakan bakteri (Rakhmanda, 2008).

Toksisitas dari tanin mampu merusak membran sel bakteri. cara kerja tanin dalam menghambat sel bakteri dengan menghambat fungsi selaput sel (transpor zat dari sel satu ke sel lain), denaturasi protein sel bakteri dan menghambat sintesis asam nukleat sehingga pertumbuhan bakteri dapat

42

terhambat. Tanin mampu membentuk komplek dengan protein dan interaksi hidrofobik, jika terbentuk ikatan hidrogen antara protein enzim pada bakteri dengan tanin maka akan terdenaturasi sehingga metabolisme bakteri terganggu, selain itu tanin dapat menghambat metabolisme sel, mengganggu sintesa dinding sel dan protein dengan mengganggu aktivitas enzim (Roslizawaty dkk, 2013).

Setelah mendapatkan besar konsentrasi yang dapat menghambat dan membunuh bakteri penyebab periodontitis, selanjutnya untuk mendapatkan efek antibakteri yang maksimal perlu juga diketahui waktu kontak yang dibutuhkan kulit nanas, sebab kecepatan menghambat atau membunuh yang dimiliki setiap zat kimia berbeda-beda terhadap bakteri. upaya tersebut dilakukan agar pemanfaatan kulit buah nanas sebagai antiseptik mulut lebih efektif.

Aggregatibacter actinomycetemcomitans yaitu bakteri yang sering berkaitan dengan kedokteran gigi sebab bakteri tersebut salah satu yang menyebabkan penyakit periodontal yaitu periodontitis agresif. Berdasarkan hasil penelitian ini membuktikan bahwa kulit nanas dapat menjadi salah satu bahan herbal yang memiliki kemampuan sebagai antibakteri terhadap

Aggregatibacter actinomycetemcomitans, maka hipotesis awal terbukti bahwa ekstrak kulit nanas (Ananas comosus) mampu menghambat dan membunuh pertumbuhan Aggregatibacter actinomycetemcomitans.

43

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Daya anti bakteri ekstrak kulit nanas efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans.

2. Kadar Hambat Minimal (KHM) dan Kadar Bunuh Minimal (KBM) ekstrak kulit nanas terhadap pertumbuhan bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans terdapat pada konsentrasi 6,25%.

B. Saran

1. Perlu untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai efek ekstrak kulit nanas terhadap jenis bakteri yang lain.

2. Perlu penelitian terhadap kulit nanas selain warna hijau untuk mengetahui perbedaan dengan kulit nanas berwarna hijau.

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui waktu kontak yang diperlukan ekstrak kulit nanas untuk menghambat pertumbuhan bakteri.

4. Perlu penelitian berlanjut untuk mengetahui zat-zat yang terkandung dalam kulit nanas serta mampu menjadi antibakteri.

44

DAFTAR PUSTAKA

Amalina, R. (2011). Perbedaan Jumlah actinobacillus Actinomycetemcomitans pada Periodontitis Agresif Berdasarkan Jenis Kelamin.

Angraeni, P.D. & Rahmawati, D.A (2014). Efektivitas Daya Atibakteri Ekstrak Kulit nanas (Ananas comosus) terhadap Pertumbuhan Streptococcus Mutans. Universitas Muhamadiyah Yogyakarta.

Arif, M.A. (2013). Identifikasi Bakteri Anerob pada Saluran Akar Gigi dengan Periodontitis Apikalis Kronis. Karya Tulis Ilmiah, Fakultas kedoktera gigi Universitas Hasanuddin, Makassar.

Ariviani, S. (2010). Total antosianin Ekstrak Salam dan Korelasinya dengan Kapasitas Anti Peroksidasi pada Sistem Linoelat. Jurnal Agrointek, 4(2). Brooks, G.F., Butel, J.S., Morse, S.A. 2005. Jawetz, Melnick & Adelberg’s

Mikrobiologi Kedokteran (terj.). Jakarta: Salemba Medika.

Carranza, FA, MG, Newman, HH Takei,. 2006. Carranza’s Clinical

periodontology. Philadelphia: WB Saunders. 10th ed. pp. 99-607.

Caesarita, P. A. (2011). Pengaruh Ekstrak Buah Nanas (Ananas comosus) 100% terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dari Pioderma. Karia Tulis Ilmiah, Fakultas Kedokteran Universitas Dipenogoro,Semarang.

Dalimartha, S. &Adrian, F. (2013). Fakta Ilmiah Buah & Sayur. Jakarta: Penebar Swadaya.

Departemen Kesehatan RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Diktorat Jendral POM-Depkes RI.

Depkes, RI. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, hal 5. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Dewoto, R. (2007, Juli). Pengembangan Obat Tradisional Indonesia Menjadi Fitofarmaka. Maj Kedokteran Indonesia, Vol 57(7): 206-211.

Dirjen POM (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, Hal 10-11. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Gunawan, S.G. (2007). Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI.

Ilyas, Muhammad. 2005. Daya Hambat Minimal Ekstrak Bonggol Nanas Terhadap Pertumbuhan Bakteri Gram Positif Dalam Plak Gigi. Jurnal PDGI: 193-197.

Istiqomah, (2013). Perbandingan Metode Ekstraksi Maserasi Dan Sokletasi Terhadap Kadar Piperin Buah Cabe Jawa (Piperis Retrofracti Fructus),

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Jawet, E., Melnick, J.L., & Adelberg, E.A. (2005). Mikrobiologi Kedokteran. Salemba Medika: Jakarta.

Kachlany, S.C. (2010) Aggregatibacter actinomycetemcomitans Leukotoxin: from threat to therapy. J Dent Res, 89 (6).

Kesic, L., Petrovic, M., Obradovic, R., & Pejcic, A. (2009). The Important of Aggregatibacter Actinomycetemcomitans In Etiology Of Periodontal Disease. Acta Medica Medianae ,48(3): 35-37.

Khosropanah H, Bazargani A, Ebrahimi H, Eftekhar K, Emami Z & Esmailzadeh .(2012). Assessing the Efferct of Pineapple Extract Alone and in Combination With Vancomycin on Streptococcus sanguis. Jundhishapur J Nat Pharm Prod, 7(4), 140-143.

Kumaunang, M.& Kamu, V. (2011). Aktivitas Enzim Bromelin dari Ekstrak Kulit Nanas (Ananas comosus). Jurnal Ilmiah Sains, 11(2). Universitas Sam Ratulangi: Manado.

Mahyanti, Suliana Eki Lara (2007). Studi Pendahuluan Analisis Bubuk Kulit Buah Nanas (Ananas comocuc L) Sebagai Sumber Dietary Fiber dan Senyawa Antioksidan. Skripsi FMIPA Universitas Indonesia, Depok. Murniati, E. (2010). Sang Nanas Besisik manis dilidah. Surabaya : SIC.

Mythireyi D., & Krishnababa M.G. (2012) Aggregatibacter actinomycetemcomitans, an Aggressive Oral Bacteria-A Review,

International Journal of Health Sciences & Research, (2), 105-117.

Naritasari Fimma, Hendri Susanto, Supriatno (2010). Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Etanol Bonggol Nanas (Ananas Comosus (L.) Merr) Terhadap Apoptosis Karsinoma Sel Skuamosa Lidah Manusia. Bagian Ilmu Penyakit Mulut, Fakultas Kedokteran Gigi, UGM. Majalah Obat Tradisional, 15(1), 16 25.

46

Nc, Praveen, dkk (2014). In vitro Evaluation of Antibacterial Efficacy of Pineapple Extract (Bromelain) on Periodontal Pathogens. Journal of international oral health : JIOH, Vol 6(5) pg 96-98.

Newman, Carranza, Klokkevold, & takei. (2012). Clinical Periodontology. St Louis Missouri: Saunders Elsevier.

Nurcahyati, H. 2010. Evaluasi pH ekstrak daun teh (Camellia sinensis) terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans. Skripsi. Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh.

Paju, S. (2000). Virulences Associated Characteristics Actinobacillus actinomycetemcomitans an Oral and Non Oral Pathogen.

Pramono, S. (2002). Kontribusi bahan obat alam dalam mengatasi krisis bahan obat di Indonesia. Jurnal Bahan Alam Indonesia, 1 (1).

Pratiwi, T.S. (2008).Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga.

Praveena, Jasmine R. Estherlydia, D (2014). Comparative Study of Phytochemical Screening and Antioxidant Capacities of Vinegar Made From Peel and Fruit Of Pineapple (Ananas Comosus L.). Food Chemistry and Food Processing, Loyola College, Chennai. International Journal of Pharma and Bio Sciences. Vol. 5(4), Hlm. 394 403 ISSN 0975.

Pelczar, M. J., Chan, E. C. S. 2005. Dasar-dasar Mikrobiologi 1. Jakarta: UI Press.

Raja, M., Ummer, F., & Dhivakar, C.P. (2014). Aggregatibacter actinomycetemcomitans – A Tooth Killer?. Journal of Clinical and Diagnostic Reasearch; Vol. 8: ZE13-ZE16.

Rakhmanda, P.A. (2008). Perbandingan Efek Antibakteri Jus Nanas (Ananas comosus L.merr) pada Berbagai Konsentrasi terhadap Streptococcus mutans. Karya Tulis Ilmiah, Fakultas kedokteran Universitas Dipenogoro, Semarang.

Redha, A. (2010). Flavonoid: Struktur, Sifat Antioksidatif dan Perannya dalam Sistem Biologis. Jurnal belian, 9.(2),196-202.

Roslizawaty, Ramadani N., Fakhrurrazi & Herrialfian. (2013). Aktivitas Antibakterial Ekstrak Etanol dan Rebusan Sarang Semut (Myrmecodia sp.) terhadap Bakteri Escherichia coli. Jurnal Medika Veterinaria, Vol. 7, No. 2, Hlm. 91-94, ISSN : 0853-1943.

Samadi, B. (2014). Panen Untung dari Budi Daya Nanas Sistem Organik.Yogyakarta : LILY PUBLISHER.

Sari, Fahriya Puspita, Shofi Muktiana Sari (2011). Ekstraksi Zat Aktif Antimikroba dari Tanaman Yodium (Jatropha multifida linn) Sebagai Bahan Baku Alternatif Antibiotik Alami. Artikel Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang. http://

eprints.undip.ac.id/36728/1/18.Artikel1.pdf.

Siregar, H. (2012). Obat tradisional vs obat kimia, Artikel. Deherba Indonesia: Bogor.

Sriraman, P., Mohanraj, R., & Neelakantan, P. (2014). Aggregatibacter actinomyctemcomitans In Periodontal Disease. Journal of pharmaceutical,Biological and Chemichal Sciences, 5(2). 406-419.

Subroto, A., & Saputro, H. (2001). Gempur penyakit dengan sarang semut. Jakarta: Penebar swadaya.

Sutedja, R.T. (2014). Buku Pintar Tumbuhan Tanaman Buah dan Sayuran. Jakarta : Green Apple Books Publisher.

Suwandi, Trijani (2012). Pengembangan Potensi Antibakteri Kelopak Bunga Hibiscus Sabdariffa L. (Rosela) Terhadap Sterptococcus Sanguinis Penginduksi Gingivitis Menuju Obat Herbal Terstandar. Disertasi, Program Doktor Ilmu Kedokteran Gigi Universitas Indonesia.

Ulya, H. S. (2014). Pengaruh Penambahan Ekstrak Kulit Nanas (Ananas comosus L. Merr) Terhadap Kadar Protein Terlarut Pada Daging Ayam Kampung. Karya Tulis Ilmiah strata satu. Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga. Yogyakarta.

World Health Organization. 2000. General Guidelines for Methodologies on Research and Evaluation of Traditional Medicine. Geneve.

Wuryanti. (2006) Amobilisasi Enzim Bromelin Dari Bonggol Nanas Dengan Bahan Pendukung (Support) Karagenan Dari Rumput Laut (Euchema Cottonii). Staf Pengajar Jurusan Kimia Fmipa Universitas Diponegoro. Jska.Vol.9, No.3.

Lampiran 2. Pengujian dilusi cair sebelum inkubasi

Lampiran 3. Pengujian dilusi cair setelah inkubasi

Inkubator Timbangan Elektrik

Inkubasi uji dilusi padat Potsio (pot sampel)

Ose steril Pipet ukur

Kompor Listrik dan Aquades Pengolesan hasil dilusi cair pada TSA

Rizki Dwidyani Putri , Ika Andriani

1

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Gigi, FKIK, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

2

Staf Pengajar Departemen Kedokteran Gigi Anak, Program Studi Pendidikan Dokter Gigi, FKIK, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Abstrak

Latar Belakang: Penyakit periodontal menduduki urutan kedua masalah gigi di masyarakat. Bakteri

Aggregatibacter actinomycetemcomitans merupakan penyebab periodontitis yang termasuk dalam golongan bakteri gram negatif, anaerob. Nanas (Ananas comosus) adalah tanaman yang telah tersebar luas ke seluruh dunia dan dapat tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi. Pada bagian kulit buah nanas (Ananas comosus) mengandung Flavonoid dan enzim bromelin yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri.

Tujuan: penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Kadar Hambat Minimal (KHM) dan Kadar Bunuh Minimal (KBM) dari ektrak kulit nanas (Ananas comosus) terhadap pertumbuhan

Aggregatibacter actinomycetemcomitans.

Metode: Jenis penelitian adalah penelitian ekperimental semu laboratoris (in vitro). Uji daya antibakteri dilakukan dengan metode dilusi cair pada media Brain Heart Infusion (BHI) dan metode dilusi cair pada media Triton Soya Agar (TSA). Ekstrak kulit nanas (Ananas comosus) diencerkan dengan cara berseri kedalam beberapa konsentrasi: 100%, 50%, 25%, 12,5%, 6,25%, 3,125%, 1,56%, 0,78%, dan 0,39%. Kadar hambat minimal dan kadar bunuh minimal ditentukan dengan mengamati dari pertumbuhan bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans media BHI dan TSA.

Hasil: Kadar Hambat Minimal (KHM) dan Kadar Bunuh minimal (KBM) terdapat pada konsentrasi 6,25%.

Kesimpulan: Ekstrak kulit nanas (Ananas comosus) efektif dalam menghambat maupun membunuh bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans.

ANTIBACTERIAL EFFECT OF PINEAPPLE (Ananas Comosus) SKIN

EXTRACTION THE GROWTH OF Aggregatibacter actinomycetemcomitans.

Rizki Dwidyani Putri1, Ika Andriani2

1

Student of School of Dentistry, Faculty of Medicine and Health Science, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

2

Lecturer of Department of Pediatric Dentistry, School of Dentistry, Faculty of Medicine and Health Science, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Abstract

Background: Periodontitis comes as a second most common periodontal disease and still become a problem in society. Aggregatibacter actinomycetemcomitans bacteria belong to anaerobic gram-negative group known as the main cause of agrresive periodonitis. Pineapple (Ananas comosus) is a widely spread plant which can live in highlands as well as in lowlands throuhout the globe. Flavonoid and bromelain enzyme found in pineapple (Ananas comosus) skin have property as a bacterial growth inhibitor.

Objective: The purpose of this study was to determine the minimum inhibitory concentration and minimum bactericidal concentration of pineapple (Ananas comosus) skin extract on the growth of Aggregatibacter actinomycetemcomitans.

Method: This study was an in vitro, semi-laboratory experimental.. The subjects in this study were Aggregatibacter actinomycetemcomitans and pineapple (Ananas comosus) skin extract. Antibacterial effect test was conducted using liquid dilution method on Brain Heart Infusion (BHI) medium and solid dilution method on Triton Soya Agar (TSA) medium Pineapple (Ananas comosus) skin extract was serially diluted into some concentrations: 100%, 50%, 25%, 12.5%, 6.25%, 3.125%, 1.56%, 0.78%, and 0.39%. Minimum inhibitory concentration and minimum bactericidal concentration were determined by observing the growth of Aggregatibacter actinomycetemcomitans on both medium.

Result: Minimum Inhibitory Concentration (MIC) was at 6,25%, while Minimum Bactericidal Concentration (MBC) was at 6,25%.

Conclusion: Pineapple (Ananas comosus) skin extract was effective in inhibiting and eliminating Aggregatibacter actinomycetemcomitans.

Keywords: antibacterial effect, Aggregatibacter actinomycetemcomitans, pineapple peel, dilution method.

Penyakit periodontal di Indonesia menduduki urutan kedua utama yang masih merupakan masalah dimasyarakat. Beberapa survei menyatakan bahwa penyakit gigi dan mulut menyerang 90% masyarakat Indonesia dan sekitar 86%-nya menderita penyakit periodontal1.

Actinomycetemcomitans merupakan bakteri gram negatif dan berbentuk kokobasil yang biasanya ditemukan pada periodontitis agresif 2. Bakteri Aa memiliki sejumlah faktor virulensi yang membantu progresifitas kerusakan jaringan periodontal3. Faktor virulensi yang dimiliki yaitu

leukotoxin (toksin), fimbrae (perlekatan), lipopolisakarida (kerusakan jaringan), vesikel (bakteriosin)4.Faktor virulensi yang paling utama dalam bakteri Aa adalah leukotoxin5.

Antimikroba biasanya digunakan untuk mencegah pertumbuhan bakteri penyebab periodontitis. Antimikroba adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi, yang berfungsi untuk memusnahkan atau menghambat mikroba jenis lain. Antimikroba banyak dibuat secara sintetik penuh atau semi sintetik6.

Nanas (Ananas comosus) yaitu tanaman tropis yang merupakan keluarga dari Bromeliaceae, pada bidang medis telah digunakan karena memiliki kandungan enzim kompleks yang dapat mengobati berbagai kondisi patologis7. Pada permukaan luar dari kulit nanas memiliki tekstur yang tidak rata dan terdapat duri kecil. Kandungan zat aktif kulit nanas diantaranya adalah flavonoid, enzim bromelain, vitamin C dan antosianin8. Hal tersebut mendorong peneliti untuk mengetahui apakah ekstrak kulit nanas (ananas comosus) mempunyai kemampuan dalam menghambat pertumbuhan bakteri Aa sehingga dapat dijadikan obat alternatif herbal diharapkan dapat mengurangi kejadian periodontitis.

Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratoris semu, secara in vitro. Sampel penelitian yang digunakan adalah ekstrak kulit buah nanas yang didaptkan dari Pasar Giwangan,

Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Pembuatan ekstrak kulit nanas menggunakan metode maserasi. Pertama dilakukan pembuatan simplisia serbuk dengan cara kulit nanas dicuci kemudian dikupas dan potong, selanjutnya kulit nanas dioven dengan suhu kurang lebih 50oC sampai kering selama 5 hari, tahap selanjutnya diblender untuk mendapakan simplisia serbuk. Setelah itu direndam dengan pelarut etanol 70% kemudian didiamkan 24 jam, selanjutnya disaring dengan corong Buchner. Pelarut diuapkkan menggunakan Rotary Evaporator untuk menghilangkan pelarut sehingga diapatkan ekstrak kental kulit buah nanas .

Pengaruh pada ekstrak kulit nanas terhadap pertumbuhan aggregatibacter actinomycetemcomitans dapat ditentukan dengan mengamati Kadar Hambat Minimal (KHM) dan Kadar Bunuh Minimal (KBM). Penentuan KHM menggunakan uji dilusi cair dengan mengamati adanya kekeruhan larutan pada tabung reaksi dengan membandingkan pada larutan kontrol negatif dan positif. Penentuan KBM menggunakan uji dilusi padat dengan mengamati pada Triton Soya Agar (TSA) ada atau tidak pertumbuhan koloni Aggregatibacter actinomycetemcomitans.

Pada uji dilusi cair dan uji dilusi padat dilakukan diinkubasi selama 24 jam dengan suhu 37oC. Kadar Hambat Minimal (KHM) didapatkan dengan melihat tingkat kejernihan larutan pada setiap tabung, kemudian diamati tabung yang tidak menunjukkan adanya pertumbuhan bakteri Aa

pada konsentrasi terendah. Larutan pada semua tabung hasil dr ujia dilusi tersebut, ditanam dengan cara menggoreskan ose streil pada media Triton Soya Agar (TSA). Kadar Bunuh Minimal (KBM) didapatkan dengan melihat ada tidaknya pertumbuhan bakteri Aa pada konsentrasi terendah. Percobaan tersebut dilakukan tiga kali pengulangan. Data hasil penelitian ini dianalisi menggunakan uji statistik deskriptif.

Tujuan penelitian ini adalah mengatahui daya antibakteri ekstrak kulit nanas terhadap pertumbuhan Aggregatibacter actinomycetemcomitans secara in vitro dengan metode dilusi cair untuk menentukan KHM dan dilusi padat untuk menentukan KBM. Hasil yang diperoleh dari pecobaan daya hambat ektrak kulit nanas terhadap pertumbuhan Aggregatibacter actinomycetemcomitans di deskripsikan dalam tabel 1.

Dokumen terkait