• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

C. Pembahasan

a. Kelompok Umur dan Kelas

Hasil penelitian menunjukkan siswi yang didata yang paling banyak berumur 16 tahun (44,4%), hal ini dikarenakan lebih banyak responden kelas II (48,8%) dan III (29,3%) yang dijadikan sampel dalam penelitian dibanding kelas I (21,8%).

2. Analisis Bivariat

a. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Status Gizi

Perubahan gaya hidup mengakibatkan terjadinya perubahan pola makan masyarakat yang merujuk pada pola makan tinggi kalori, lemak dan kolesterol, dan tidak diimbangi dengan aktivitas fisik dapat menimbulkan masalah gizi lebih. Dimana kelebihan energi karena rendahnya aktifitas fisik dapat meningkatkan risiko kegemukan dan obesitas

Hasil penelitian diperoleh bahwa rata-rata siswi SMA Negeri 5 Makassar memiliki aktivitas sedang 167 orang (74,2%), aktivitas berat yaitu 57 orang (25,3) dan Aktivitas ringan yaitu 1 orang (4%). Bila dikaitkan dengan status gizi ternyata dari 167 orang (74,2%) yang memiliki aktivitas sedang lebih banyak yang berstatus gizi normal sebesar 128 siswi (76,6%) dibandingkan yang berstatus gizi gemuk sebanyak 31 siswi (18,6%) dan berstatus gizi kurus 8 siswi

(4,8%). Siswi yang aktivitas berat dari 57 orang (25,3%) lebih banyak yang berstatus gizi normal sebesar 42 siswi (73,6%) dibandingkan yang berstatus gizi gemuk sebanyak 9 siswi (15,8%) dan berstatus gizi kurus 6 siswi (10,5%). Sedangkan siswi yang memiliki aktivitas ringan yaitu 1 orang (4%) berstatus gizi normal. Hasil analisis statistik secara bivariat diperoleh bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan status gizi di SMA Negeri 5 Makassar dengan nilai ρ = 0,592 > 0,05. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Riska Dwi Wardiani (2011) dengan judul penelitian Hubungan Antara Aktivitas Fisik Dengan Status Gizi Siswa Sekolah Dasar Di SD N Kartasura 1, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo dengan hasil penelitian bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan status gizi.

Namun berbeda dengan hasil penelitian Fillah Fithra Dieny (2007) dengan judul penelitian Hubungan Body Image, Aktivitas Fisik, Asupan Energi Dan Protein Dengan Status Gizi Pada Siswi SMA yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan status gizi.

b. Hubungan perilaku sedentari dengan Status Gizi

Aktifitas terjadi dalam berbagai aspek kehidupan, seperti bekerja/bermain dengan computer, mengendarai mobil dan menonton televise. Sedentari memberi kontribusi dalam peningkatan prevalensi obesitas pada anak, tidak hanya menonton televisi atau bermain computer/video game, penggunaan internet juga termasuk aktivitas berbasis layar dan sebagai indikator sedentarisme. Dimana

istilah perilaku sedentary digunakan untuk menggambarkan perilaku yang dianggap tidak memenuhi tingkat pengeluaran energy dengan intensitas aktifitas fisik .

Hasil penelitian diperoleh bahwa rata-rata siswi SMA Negeri 5 Makassar memiliki perilaku sangat sedentari 172 orang (76,4%), sedentary 48 orang (21,3%) dan tidak sedentary sebanyak 5 orang (2,2%). Bila dikaitkan dengan status gizi ternyata dari 172 orang (76,4%) yang berperilaku sangat sedentari lebih banyak yang berstatus gizi normal sebesar 126 siswi (73,3%) dibandingkan yang berstatus gizi gemuk sebanyak 33 siswi (19,2%) dan berstatus gizi kurus 14 siswi (7,6%). Dari 48 orang (21,3%) yang berperilaku sedentari lebih banyak yang berstatus gizi normal sebesar 40 siswi (83,3%) dibandingkan yang berstatus gizi gemuk sebanyak 7 siswi (14,6%) dan berstatus gizi kurus 1 siswi (2,1%) Sedangkan siswi yang tidak sedentary sebanyak 5 orang (2,2%) semuanya berstatus gizi normal.

Hasil analisis statistik secara bivariat diperoleh bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku sedentari dengan status gizi di SMA Negeri 5 Makassar dengan nilai ρ = 0,358 > 0,05. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ridwan, dkk (2014) dengan judul penelitian Aktivitas Fisik Dan Status Gizi Dengan Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di Puskesmas Kota Makassar dengan hasil penelitian bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku sedentari dengan status gizi.

Namun berbeda dengan hasil penelitian Anissa Rahmadani L, dkk (2014) dengan judul penelitian Hubungan Aktivitas Sedentari Dengan Kejadian Overweight Pada Remaja Di SMA Katolik Cendrawasih Makassar yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku sedentari dengan status gizi.

c. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Lingkar Perut

Hasil penelitian diperoleh bahwa rata-rata siswi SMA Negeri 5 Makassar memiliki aktivitas sedang 167 orang (74,2%), aktivitas berat yaitu 57 orang (25,3) dan Aktivitas ringan yaitu 1 orang (4%). Bila dikaitkan dengan lingkar perut ternyata dari 167 orang (74,2%) yang memiliki aktivitas sedang lebih banyak yang berlingkar perut normal sebesar 151 siswi (90,4%) dibandingkan yang berlingkar perut obesitas sentral sebanyak 16 siswi (9,6%). Siswi yang aktivitas berat dari 57 orang (25,3%) lebih banyak yang berlingkar perut normal sebesar 52 siswi (91,2%) dibandingkan yang berlingkar perut obesitas sentral sebanyak 5 siswi (8,8%). Sedangkan siswi yang memiliki aktivitas ringan yaitu 1 orang (4%) berstatus gizi normal. Hasil analisis statistik secara bivariat diperoleh bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan status gizi di SMA Negeri 5 Makassar dengan nilai ρ = 0,934 > 0,05. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mustamin (2010) dengan judul penelitian Asupan Energi Dan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Obesitas Sentral Pada Ibu Rumah Tangga Di Kelurahan Ujung Pandang Baru Kecamatan Tallo Kota

Makassar dengan hasil penelitian bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan obesitas sentral.

Namun berbeda dengan hasil penelitian Weni Sartika (2012) dengan judul penelitian Hubungan Faktor Risiko Perilaku Dan Obesitas Sentral Dengan Kejadian Diabetes Melitus Tipe II Pada Kelompok Umur 40-59 Tahun Di Kota Padang Panjang Tahun 2012 yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan obesitas sentral.

d. Hubungan perilaku sedentari dengan lingkar perut

Hasil penelitian diperoleh bahwa rata-rata siswi SMA Negeri 5 Makassar memiliki perilaku sangat sedentari 172 orang (76,4%), sedentari 48 orang (21,3%) dan tidak sedentari sebanyak 5 orang (2,2%). Bila dikaitkan dengan lingkar perut ternyata dari 172 orang (76,4%) yang berperilaku sangat sedentari lebih banyak yang berlingkar perut normal sebesar 155 siswi (90,1%) dibandingkan yang berlingkar perut obesitas sentral sebanyak 17 siswi (9,9%). Dari 48 orang (21,3%) yang berperilaku sedentari lebih banyak yang berlingkar perut normal sebesar 44 siswi (91,7%) dibandingkan yang berlingkar perut obesitas sentral sebanyak 4 siswi (8,3%) Sedangkan siswi yang tidak sedentary sebanyak 5 orang (2,2%) semuanya berstatus gizi normal.

Hasil analisis statistik secara bivariat diperoleh bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku sedentari dengan status gizi di SMA Negeri 5 Makassar dengan nilai ρ = 0,729 > 0,05. Namun hasil penelitian ini berbeda dengan Windy Kristy Sumongga (2013) dengan judul penelitian Perilaku Sedentari Dan

Konsumsi Camilan Sebagai Faktor Risiko Kejadian Obesitas Sentral Pada Siswi SMA BOPKRI 1 Yogyakarta yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku sedentari dengan obesitas sentral.

D. Keterbatasan Penelitian

Dokumen terkait