• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembahasan

Dalam dokumen KALENDER TANAM TERPADU (Halaman 24-57)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2. Pembahasan

4.2. 1.Koordinasi intern dan antar institusi.

Koordinasi antar institusi baik ditingkat regional (stakeholders di provinsi dan Kabupaten) maupun nasional. Koordinasi di tingkat regional, khususnya ditingkat kabupaten direncanakan dalam bentuk pemaparan kegiatan atau presentasi kegiatan kepada stakeholders (Dinas Pertanian Kabupaten maupun Badan Pelaksana Penyuluhan). Koordinasi di tingkat nasional dilakukan pada Balit maupun Puslit lingkup Badang Litbang sebagai sumber inovasi teknologi (Balitklimat dan BBSDLP).

Koordinasi tingkat teknis dapat dilakukan dengan berkomunikasi dan berinteraksi dengan petugas penyuluh lapangan untuk mendapatkan data agronomi, dan berkoordinasi dengan petugas pengendali orgnisme pengganggu tanaman untuk mendapatkan data hama dan penyakit.

4.2.2. Pelaksanaan Sosialisasi Kalender Tanam Terpadu Kabupaten Seluma.

Materi BP4K

Materi dari BP4K tentang “Peranan Penyuluh dalam Peningkatan Produksi Padi”. Disampaikan langsung oleh kepala BP4K (Ir. Wahidin Dahlan)

a) Sistem Informasi Kalender Tanaman Terpadu merupakan sebuah alat yang dibuat Badan Litbang Pertanian dalam rangka mendukung Program P2BN yang sangat bermanfaat bagi daerah secara umum dan secara khusus bermanfaat bagi PPL sebagai panduan (petunjuk) yang operasional di lapangan.

b) Di era informasi dan teknologi saat ini PPL/petugas harus melek teknologi, melek informasi, dan harus terbiasa mengakses internet guna meningkatkan pengetahuan karena kemajuan dan perkembangan teknologi yang sangat cepat (dinamis).

c) Harapan kami sebagai user (pengguna), sistem informasi kalender tanam terpadu tidak hanya berhenti pada komoditas padi saja, akan tetapi lebih luas pada komoditas strategis nasional lainnya.

d) Dalam sistem informasi kalender tanam terpadu yang ada saat ini masih banyak data yang belum tersedia ataupun belum valid, jadi dimohon kepada BPP/BP3K serta PPL yang mengikuti kegiatan sosialisasi ini untuk dapat terlibat secara langsung serta berperan aktif dalam penyediaan data yang dibutuhkan dalam validasi dan verifikasi yang dilakukan oleh BPTP. Jika sewaktu-waktu BPTP membutuhkan data, dapat minta langsung ke petugas atau BP3K terkait dan tidak perlu pakai surat.

e) Tugas pokok penyuluh dalam program P2BN sudah sangat jelas, hal ini sesuai dengan Permentan No.45/Permentan/OT.140/8/2011. Peranan penyuluh dalam program peningkatan produksi padi adalah sebagai berikut: 1) Mendampingi petani dalam menyusun RDK dan RDKK, 2) Membimbing penerapan teknologi spesifik lokasi sesuai dengan pola tanam dan pola usaha, 3) Memfasilitasi petani dalam mengakses saprodi, permodalan dan informasi pasar, 4) Memberikan umpan balik penerapan teknologi spesifik lokasi yang dibutuhkan petani untuk disalurkan kepada peneliti pendamping, 5) Melaksanakan rembug desa di Posluhdes dalam menyelesaikan permasalahan di tingkat petani, dan 6) Memfasilitasi petani untuk menumbuh kembangkan kelembagaan petani dan kelembagaan ekonomi petani.

f) “Harapan saya selaku Kepala BP4K Kabupaten Seluma, agar peserta dapat mengikuti kegiatan sosialisasi ini dengan sungguh-sungguh. khirnya dengan mengucapkan “Bismillahirrahmanirrahim” kegiatan

Tema yang disampaikan oleh Kepala Dinas Pertanian, Peternakan, dan Perkebunan Kabupaten Seluma (Rosman ER, MM) adalah “Program Pemerintah Daerah dalam Meningkatkan Kegiatan P2BN”. Dalam penyampaian materinya Kepala Dinas menyampaikan hal-hal sebagai berikut :

a) Capaian kegiatan P2BN di Kabupaten Seluma sangat baik, hal ini dibuktikan dengan diterimanya penghargaan dari Presiden selama 2 tahun berturut-turut (2011 dan 2012). Penghargaan Presiden ini diberikan kepada daerah yang telah berhasil meningkatkan produksi beras. Bukti adanya peningkatan tersebut adalah: 1) di Kabupaten Seluma sampai saat ini tidak ada kekurangan pangan apalagi kerawanan pangan, dan 2)

beras yang dihasilkan dari seluma banyak yang dijual ke luar (daerah lain).

b) Untuk melindungi, mengamankan pangan, dan meningkatkan daya jual/nilai produk padi/beras, Kabupaten Seluma tahun 2013 akan membuat kegiatan produksi dan pengemasan beras dengan ciri khas (trade mark) Kabupaten Seluma.

c) Adapun target peningkatan produksi padi di Kabupaten Seluma sampai tahun 2014 adalah sebesar 5%. Akan tetapi berdasarkan angka statistik, peningkatan produksi beras di Kabupaten Seluma dengan nilai akumulasi sudah mencapai 26%.

d) Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh Kementerian Pertanian dengan metode pengindraan jarak jauh, potensi lahan sawah yang dimiliki oleh Kabupaten Seluma mecapai 21.000 ha, sedangkan yang terdata pada Dinas Pertanian untuk luas lahan sawah beririgasi sebanyak 12.000 ha dan sawah tadah hujan mencapai 7.000 ha.

e) Adapun strategi yang harus dilakukan dalam upaya peningkatan produksi beras di Kabupaten Seluma adalah sebaggai berikut: 1) perlu adanya peningkatan kapasitas dan kapabilitas SDM Penyuluh, Petugas Pertanian Kecamatan (PPK), dan juga kelompok tani, 2) perlu adanya koordinasi dan sinergisitas program antar/inter instansi terkait, hal ini sudah didukung dengan adanya regulasi Permentan No. 45 tahun 2011, 3) untuk menyikapi adanya perubahan iklim maka diperlukan kalender tanam terpadu, 4) Mengoptimalkan lahan yang sudah ada dengan program optimasi sumber daya lahan dan tanaman secara terpadu (intensifikasi), 5) untuk memperluas areal tanam dan menggantikan sawah yang sudah alih fungsi, perlu adanya program cetak sawah (ekstensifikasi), maka pada tahun 2013 Dinas Pertanian mengajukan cetak sawah sebanyak 300 ha. 6) optimalisasi program penagkaran seluas 50 ha di Bukit Peninjauan 1.

f) Adapun terkait dengan adanya alih fungsi lahan yang dilakukan oleh petani, Dinas Pertanian menghimbau agar dapat dikendalikan. Bahkan sejak tahun 2011 sebenarnya sudah ada instruksi Bupati kepada seluruh Camat untuk mendata luasan lahan sawah yang sudah dialih fungsikan.

g) Diakhir materi, Kepala Dinas Pertanian menghimbau kepada petugas lapangan agar dapat menyampaikan kepada petani untuk melakukan usahatani secara seimbang.

Penyampaian Materi dari BPTP Bengkulu

Materi disampaikan oleh TIM Sosialisasi Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu MT II Tahun 2013 oleh Nurmegawati, SP.

 Perubahan iklim adalah Perubahan pada pola dan intensitas unsur iklim pada periode waktu yang dapat dibandingkan (biasanya terhadap rata rata 30 tahun). Perubahan Iklim merupakan perubahan pada komponen iklim, yaitu suhu, curah hujan, kelembaban, evaporasi, arah dan kecepatan angin, dan kondisi awan.

 Dampak perubahan iklim secara langsung: 1) Sumber Daya Pertanian: degradasi & penciutan SDL, dinamika & anomali ketersediaan air & kerusakan SDG/ biodiversity dan 2) Sistem Produksi Pertanian: produktivitas  produksi (kwt/kwl), ketahanan pangan, khusunya tanaman pangan.

 Dampak Perubahan Pola Hujan dan Kejadian Iklim Ekstrim yaitu 1) Galaunya Pola Tanam atau Sistem Usaha Tani (SUT) dan aktivitas petani, 2) Ancaman Kekeringan, Banjir dan OPT:  potensi luas tanam dan panen  Resiko penurunan produksi  padi meningkat dari 2,4-6% (jagung, kedelai, tebu, palawija lain)  lebih dari 10% (jika “BAU”), dan 3) Kacau/gagalnya sistem pembungaan  Produksi berbagai jenis buah-buahan dan perkebunan: 5-8%  lebih dari 20%.

 Kalender tanam (Katam) adalah Peta yang menggambarkan potensi pola dan waktu tanam tanaman pangan (padi dan palawija) berdasarkan potensi dan dinamika sumberdaya iklim serta ketersediaan air atau Peta yang memberikan informasi spasial dan tabular tentang awal tanam dan tutup tanam, IP, pola tanam, potensi luas areal tanam dan rekomendasi teknologi tanaman pangan pada lahan sawah berdasarkan variabilitas dan perubahan iklim serta sifat tanah.

 Aksi Adaptasi utama & strategis untuk pengamanan/penyelamatan produksi pangan.

 Kalender tanam yang ideal didasarkan pada analisis neraca air (ketersediaan dan kebutuhan) berdasarkan curah hujan dan kapasitas irigasi per hamparan/desa dan atau, prakiraan/prediksi musim/iklim (pola, tinggi dan durasi curah hujan) spesifik lokasi dengan tingkat akurasi tinggi dan peta/informasi irigasi per DI mikro (tersier), didasarkan pada data series pola tanam (waktu, IP, pola) per hamparan (minimal kecamatan) dan implementasi teknologi (VUB, pupuk, PHT, dll) spesifik lokasi.

 Manfaat Kalender Tanam adalah : 1) Menentukan waktu tanam setiap Musim (MH, MK-1 dan MK-2), 2) Menentukan Pola, rotasi tanam dan rekomendasi teknologi pada skala kecamatan, 3) Menduga potensi luas tanam untuk mendukung system perencanaan tanam dan produksi tanaman pangan, dan 4) Mengurangi resiko penurunan dan kegagalan produksi serta kerugian petani akibat kekeringan, banjir dan serangan OPT.

 Keunggulan Katam Terpadu adalah : 1) Dinamis, karena disusun menurut kondisi iklim berdasarkan prediksi iklim tahunan dan musiman, 2) Operasional dan spesifik lokasi karena didasarkan pada potensi sumberdaya iklim, air dan tanah, wilayah rawan bencana (banjir, kekeringan, OPT) tingkat kecamatan, 3) Terpadu karena diintegrasikan dengan rekomendasi teknologi (pupuk, benih, dll), 4) Mudah diperbaharui/updateble, 5) Mudah dipahami pengguna, karena disusun secara spasial dan tabular dengan uraian yang jelas, dan 6) Informatif karena dikomunikasikan dengan system informasi website yang dapat diunduh setiap saat.

 Informasi dari KatamTerpadu adalah Prediksi awal musim hujan, awal musim tanam, pola tanam, Luas tanam potensial, Rekomendasi pemupukan, Tutup Tanam, Rekomendasi varietas padi, Potensi serangan OPT, Wilayah rawan banjir dan kekeringan dan Resiko penuruan produksi akibat bencana.

 Persiapan menghadapi perubahan iklim adalah Masyarakat (Petani) meningkatkan pemahaman tentang informasi Perubahan Iklim untuk mengatasi dampaknya (Adaptasi) dan mengatasi Penyebabnya (Mitigasi) melalui : Penggunaan KATAM Terpadu dan Sekolah Lapang Iklim (SLI).

 Adaptasi: Upaya untuk mengatasi dampak perubahan iklim, sehingga mampu mengurangi dampak negative dan mengambil manfaat positifnya : Penggunaan VUB, Penghijauan pesisir dengan bakau, dll.

 Mitigasi: Upaya untuk mengatasi penyebab perubahan iklim melalui kegiatan yang dapat menurun kanemisi, Biogas, Penanaman Pohondan Hemat Energi (Air, listrik dan BBM).

Kabupaten Bengkulu Selatan

Penyampaian Materi oleh Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan

Tema yang disampaikan oleh Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bengkulu Selatan (Ir. Wika Gatot Subroto) adalah “program Pemerintah Daerah dalam meningkatkan kegiatan P2BN”. Dalam penyampaian materinya Kepala Dinas menyampaikan hal-hal sebagai berikut :

a) Kegiatan sosialisasi kalender tanam terpadu yang dilakukan oleh BPTP pada hari ini sangat bermanfaat bagi kami sebagai pengguna (user) karena Katam dapat bermanfaat dalam mengantisipasi dampak perubahan iklim.

b) Capaian kegiatan P2BN di Kabupaten Bengkulu Selatan tahun 2012 dengan produksi sebanyak 14%, dengan capaian tersebut Kabupaten Bengkulu Selatan sampai tahun 2012 sebenarnya sudah swasembada beras.

c) Dukungan Dinas Pertanian dalam program P2BN antara lain: sarana dan sarana produksi, SDM penyuluh, sarana irigasi (infrastruktur), dan gerakan tanam serentak.

d) Pada tahun 2013, Dinas Pertanian mendapatkan dana Tugas Perbantuan (TP) tanaman padi pada kegiatan Sl-PTT sebesar 2,61 M dengan luas areal sebanyak 6.000 ha yang tersebar di 9 Kecamatan.

e) Beberapa permasalahan yang teridentifikasi pada pelaksanaan Sl-PTT tahun 2012 antara lain; benih sering terlambat dan masalah pupuk (kemampuan petani untuk menebus harga pupuk, pengalih fungsi/peruntukan pupuk, dan harga eceran ditingkat petani melebihi HET yang telah ditetapkan pemerintah).

f) Diakhir materi, Kepala Dinas Pertanian menyampaikan harapan agar setelah kegiatan sosialisasi Katam terpadu dapat menyelesaikan masalah

yang sering dihadapi petugas di lapangan terutama pertanyaan-pertanyaan kritis yang dilontarkan oleh petani yang sangat spesifik. Mudah-mudahan Katam terpadu dapat diaplikasikan secara dinamis sesuai dengan kondisi di lapangan.

Penyampaian Materi oleh Kepala BP4K

Adapun tema/materi yang disampaikan adalah “Peranan Penyuluh dalam Peningkatan Produksi Padi”. Adapun ringkasan materi yang disampaikan adalah sebagai berikut:

a) Luas lahan sawah potensial yang dimiliki oleh Kabupaten Bengkulu Selatan menurut data nasional mencapai 10.533 ha. Dari luasan tersebut masih perlu divalidasi karena kondisi di lapangan terjadinya alih fungsi lahan, terutama sawah yang dijadikan kolam ikan air deras. Alih fungsi lahan dari sawah ke kolam dari data yang dihimpun terdapat di Kecamatan Seginim, Kecamatan Air Nipis, Kecamatan Kedurang Ulu, dan Kecamatan Kedurang Ilir.

b) Kementerian Pertanian telah menetapkan 4 sukses Pembangunan Pertanian yang merupakan indikator kinerja Kementerian Pertanian, 4 sukses tersebut adalah: 1) Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan, 2) Peningkatan Diversifikasi Pangan, 3) Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing, dan Ekspor, dan 4) Peningkatan Kesejahteraan Petani. Untuk mencapai target swasembada pada komoditas padi, Kementerian Pertanian melalui program P2BN menargetkan secara nasional dengan target produksi 10 juta ton sampai tahun 2014. Keempat sukses pembangunan pertanian tersebut harus dicermati oleh petugas di lapangan.

c) Tugas pokok penyuluh dalam program P2BN sudah sangat jelas, hal ini sesuai dengan Permentan No.45/Permentan/OT.140/8/2011. Peranan penyuluh dalam program peningkatan produksi padi adalah sebagai berikut: 1) Mendampingi petani dalam menyusun RDK dan RDKK, 2) Membimbing penerapan teknologi spesifik lokasi sesuai dengan pola tanam dan pola usaha, 3) Memfasilitasi petani dalam mengakses saprodi, permodalan dan informasi pasar, 4) Memberikan umpan balik penerapan teknologi spesifik lokasi yang dibutuhkan petani untuk disalurkan kepada peneliti pendamping, 5) Melaksanakan rembug desa di Posluhdes dalam

menyelesaikan permasalahan di tingkat petani, dan 6) Memfasilitasi petani untuk menumbuh kembangkan kelembagaan petani dan kelembagaan ekonomi petani.

d) Selain memiliki peran/tugas pokok yang tercantum dalam Permentan No. 45 tahun 2011. Penyuluh lapangan perlu adanya peningkatan kapasitas SDM, kapabilitas, dan kelembagaan yang kuat, sehingga diharapkan pengawalan dan pendampingan program P2BN dapat dilaksanakan secara optimal. Beberapa hal yang harus dilakukan terhadap SDM dan kelembagaan penyuluh, yaitu:

1. Pemantapan Sistem Penyuluhan Pertanian, berupa; kelembagaan, ketenagaan, dan penyelenggaraan. Untuk kelembagaan penyuluhan di Kabupaten Bengkulu Selatan terdiri dari; 9 BP3K, 5 UPTD, dan 1.142 Poktan. Ketenagaan terdiri dari; 93 orang penyuluh PNS, 70 orang THL, dan penyuluh swadaya. Penyelenggaraan penyuluhan melalui program LAKU SUSI.

2. Pemantapan Sistem Diklat, yaitu; diklat fungsional, diklat teknis, dan diklat kewirausahaan agribisnis.

3. Revitalisasi Sistem Pendidikan, yaitu; pendidikan STPP, SPP, tugas belajar, dan pelatihan di BPP, serta standarisasi dan sertifikasi profesi.

Penyampaian Materi dari BPTP Bengkulu

Materi disampaikan oleh TIM Sosialisasi Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu MT II Tahun 2013 dan SL-PTT yaitu Yahumri, SP. Adapun ringkasan materi yang disampaikan sebagai berikut:

 Perubahan iklim adalah Perubahan pada pola dan intensitas unsur iklim pada periode waktu yang dapat dibandingkan (biasanya terhadap rata rata 30 tahun). Perubahan Iklim merupakan perubahan pada komponen iklim, yaitu suhu, curah hujan, kelembaban, evaporasi, arah dan kecepatan angin, dan kondisi awan.

 Dampak perubahan iklim secara langsung: 1) Sumber Daya Pertanian: degradasi & penciutan SDL, dinamika & anomali ketersediaan air & kerusakan SDG/ biodiversity dan 2) Sistem Produksi Pertanian: produktivitas  produksi (kwt/kwl), ketahanan pangan, khusunya tanaman pangan.

 Dampak Perubahan Pola Hujan dan Kejadian Iklim Ekstrim yaitu 1) Galaunya Pola Tanam atau Sistem Usaha Tani (SUT) dan aktivitas petani, 2) Ancaman Kekeringan, Banjir dan OPT:  potensi luas tanam dan panen  Resiko penurunan produksi  padi meningkat dari 2,4-6% (jagung, kedelai, tebu, palawija lain)  lbh dari 10% (jika “BAU”), dan 3) Kacau/gagalnya sistem pembungaan  Produksi berbagai jenis buah-buahan dan perkebunan: 5-8%  lebih dari 20%.

 Kalender tanam (Katam) adalah Peta yang menggambarkan potensi pola dan waktu tanam tanaman pangan (padi dan palawija) berdasarkan potensi dan dinamika sumberdaya iklim serta ketersediaan air atau Peta yang memberikan informasi spasial dan tabular tentang awal tanam dan tutup tanam, IP, pola tanam, potensi luas areal tanam dan rekomendasi teknologi tanaman pangan pada lahan sawah berdasarkan variabilitas dan perubahan iklim serta sifat tanah.

 Aksi Adaptasi utama & strategis untuk pengamanan/penyelamatan produksi pangan.

 Kalender tanam yang ideal didasarkan pada analisis neraca air (ketersediaan dan kebutuhan) berdasarkan curah hujan dan kapasitas irigasi per hamparan/desa dan atau, prakiraan/prediksi musim/iklim (pola, tinggi dan durasi curah hujan) spesifik lokasi dengan tingkat akurasi tinggi dan peta/informasi irigasi per DI mikro (tersier), didasarkan pada data series pola tanam (waktu, IP, pola) per hamparan (minimal kecamatan) dan implementasi teknologi (VUB, pupuk, PHT, dll) spesifik lokasi.

 Manfaat Kalender Tanam adalah : 1) Menentukan waktu tanam setiap Musim (MH, MK-1 dan MK-2), 2) Menentukan Pola, rotasi tanam dan rekomendasi teknologi pada skala kecamatan, 3) Menduga potensi luas tanam untuk mendukung system perencanaan tanam dan produksi tanaman pangan, dan 4) Mengurangi resiko penurunan dan kegagalan produksi serta kerugian petani akibat kekeringan, banjir dan serangan OPT.

 Keunggulan Katam Terpadu adalah : 1) Dinamis, karena disusun menurut kondisi iklim berdasarkan prediksi iklim tahunan dan musiman, 2) Operasional dan spesifik lokasi karena didasarkan pada potensi sumberdaya iklim, air dan tanah, wilayah rawan bencana (banjir,

kekeringan, OPT) tingkat kecamatan, 3) Terpadu karena diintegrasikan dengan rekomendasi teknologi (pupuk, benih, dll), 4) Mudah diperbaharui/updateble, 5) Mudah dipahami pengguna, karena disusun secara spasial dan tabular dengan uraian yang jelas, dan 6) Informatif karena dikomunikasikan dengan system informasi website yang dapat diunduh setiap saat.

 Informasi dari KatamTerpadu adalah Prediksi awal musim hujan, awal musim tanam, pola tanam, Luas tanam potensial, Rekomendasi pemupukan, Tutup Tanam, Rekomendasi varietas padi, Potensi serangan OPT, Wilayah rawan banjir dan kekeringan dan Resiko penuruan produksi akibat bencana.

 Persiapan menghadapi perubahan iklim adalah Masyarakat (Petani) meningkatkan pemahaman tentang informasi Perubahan Iklim untuk mengatasi dampaknya (Adaptasi) dan mengatasi Penyebabnya (Mitigasi) melalui : Penggunaan KATAM Terpadu dan Sekolah Lapang Iklim (SLI).  Adaptasi: Upaya untuk mengatasi dampak perubahan iklim, sehingga

mampu mengurangi dampak negative dan mengambil manfaat positifnya : Penggunaan VUB, Penghijauan pesisir dengan bakau, dll.

 Mitigasi: Upaya untuk mengatasi penyebab perubahan iklim melalui kegiatan yang dapat menurun kanemisi, Biogas, Penanaman Pohondan Hemat Energi (Air, listrik dan BBM).

Kabupaten Kaur Materi oleh BP4K

Adapun tema/materi yang disampaikan adalah “Peranan Penyuluh dalam Peningkatan Produksi Padi”. Materi dari BP4K ini disampaikan oleh Kepala Bidang (Kabid) Fungsional (Kardi, SPKP). Adapun ringkasan materi yang disampaikan adalah sebagai berikut:

a) Secara umum bahwa, kinerja para penyuluh di Kabupaten Kaur sudah cukup baik, penyuluh sudah menjalan tugas pokok dan fungsi sebagai penyuluh walaupun masih ada kekurangan dan kekurangan tersebut masih dinilai sebagai kewajaran.

b) Sebagai mana yang tercantum dalam Permentan No.45 tahun 2011, tugas pokok PPL adalah sebagai berikut:

 Mendampingi petani dalam penyusunan RDK dan RDKK  Membimbing petani penerapan teknologi spesifik lokasi  Memfalisitasi petani dalam mengakses sarana dan prasarana  Memberikan umpan balik teknologi untuk peneliti

 Melaksanakan rembuk desa untuk mengetahui permasalahan di wilayah binaan masing-masing

 Memfalisitasi petani dalam menumbuhkan kelembagaan Materi oleh Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan

Tema yang disampaikan oleh Kepala Dinas Pertanian, Peternakan, dan Perkebunan Kabupaten Seluma (Asmawan, S.Sos) adalah “program Pemerintah Daerah dalam meningkatkan kegiatan P2BN”. Dalam penyampaian materinya Kepala Dinas menyampaikan hal-hal sebagai berikut :

a) Program Dinas Pertanian Kabupaten Kaur dalam meningkatkan kegiatan P2BN adalah melalui kegiatan peningkatan produksi padi setiap tahunnya, untuk tahun 2013 kegiatan SL-PTT berdasarkan komoditas di Kabupaten Kaur adalah ubi kayu, padi sawah, padi gogo, kedelai, dan penangkaran padi.

b) Dukungan dalam bentuk bantuan alat dan mesin pertanian (alsintan) yang diberikan kepada kelompok tani pada tahun 2013 adalah pembagian

hand tracktor, power thresher, dan rice milling unit (RMU) sebanyak 3

buah.

c) Program ekstensifikasi berupa perluasan areal sawah/cetak sawah baru, dengan rincian sebagi berikut:

- Percetakan sawah seluas 1.000 ha di Desa Manau Sembilan, Kecamatan Kaur Utara.

- Percetakan sawah seluas 400 ha di Desa Rumbai Agung.

- Pada tahun 2014 percetakan sawah seluas 1.050 ha di Padang Guci. d) Permasalahan secara umum yang terjadi di Kabupaten Kaur adalah

banyaknya bermunculan kelompok tani yang baru tapi secara administratif tidak memenuhi persyaratan, hal ini diungkapkan oleh Kepala Dinas Pertanian pada saat penyampaian materi. “oleh karenanya

saya berharap kepada BP4K, BP3K, dan PPL untuk dapat memverifikasi ulang kelompok tani yang ada sebelum bantuan diberikan kepada kelompok tersebut, karenna disinyalir banyak bantuan yang diberikan kepada petani tidak tepat sasaran”.

Materi dari BPTP Bengkulu

Materi tentang Sosialisasi Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu MT II Tahun 2013 dan Pendampingan SL-PTT disampaikan langsung oleh Kepala BPTP Bengkulu (Dr. Ir. Dedi Sugandi, MP). Adapun ringkasan materi yang disampaikan sebagai berikut:

 Perubahan iklim adalah Perubahan pada pola dan intensitas unsur iklim pada periode waktu yang dapat dibandingkan (biasanya terhadap rata rata 30 tahun). Perubahan Iklim merupakan perubahan pada komponen iklim, yaitu suhu, curah hujan, kelembaban, evaporasi, arah dan kecepatan angin, dan kondisi awan.

 Dampak perubahan iklim secara langsung: 1) Sumber Daya Pertanian: degradasi & penciutan SDL, dinamika & anomali ketersediaan air & kerusakan SDG/ biodiversity dan 2) Sistem Produksi Pertanian: produktivitas  produksi (kwt/kwl), ketahanan pangan, khusunya tanaman pangan.

 Dampak Perubahan Pola Hujan dan Kejadian Iklim Ekstrim yaitu 1) Galaunya Pola Tanam atau Sistem Usaha Tani (SUT) dan aktivitas petani, 2) Ancaman Kekeringan, Banjir dan OPT:  potensi luas tanam dan panen  Resiko penurunan produksi  padi meningkat dari 2,4-6% (jagung, kedelai, tebu, palawija lain)  lbh dari 10% (jika “BAU”), dan 3) Kacau/gagalnya sistem pembungaan  Produksi berbagai jenis buah-buahan dan perkebunan: 5-8%  lebih dari 20%.

 Kalender tanam (Katam) adalah Peta yang menggambarkan potensi pola dan waktu tanam tanaman pangan (padi dan palawija) berdasarkan potensi dan dinamika sumberdaya iklim serta ketersediaan air atau Peta yang memberikan informasi spasial dan tabular tentang awal tanam dan tutup tanam, IP, pola tanam, potensi luas areal tanam dan rekomendasi teknologi tanaman pangan pada lahan sawah berdasarkan variabilitas dan perubahan iklim serta sifat tanah.

 Aksi Adaptasi utama & strategis untuk pengamanan/penyelamatan produksi pangan.

 Kalender tanam yang ideal didasarkan pada analisis neraca air (ketersediaan dan kebutuhan) berdasarkan curah hujan dan kapasitas irigasi per hamparan/desa dan atau, prakiraan/prediksi musim/iklim (pola, tinggi dan durasi curah hujan) spesifik lokasi dengan tingkat akurasi tinggi dan peta/informasi irigasi per DI mikro (tersier), didasarkan pada data series pola tanam (waktu, IP, pola) per hamparan (minimal kecamatan) dan implementasi teknologi (VUB, pupuk, PHT, dll) spesifik lokasi.

 Manfaat Kalender Tanam adalah : 1) Menentukan waktu tanam setiap Musim (MH, MK-1 dan MK-2), 2) Menentukan Pola, rotasi tanam dan rekomendasi teknologi pada skala kecamatan, 3) Menduga potensi luas tanam untuk mendukung system perencanaan tanam dan produksi tanaman pangan, dan 4) Mengurangi resiko penurunan dan kegagalan produksi serta kerugian petani akibat kekeringan, banjir dan serangan OPT.

 Keunggulan Katam Terpadu adalah : 1) Dinamis, karena disusun menurut kondisi iklim berdasarkan prediksi iklim tahunan dan musiman, 2) Operasional dan spesifik lokasi karena didasarkan pada potensi sumberdaya iklim, air dan tanah, wilayah rawan bencana (banjir, kekeringan, OPT) tingkat kecamatan, 3) Terpadu karena diintegrasikan

Dalam dokumen KALENDER TANAM TERPADU (Halaman 24-57)

Dokumen terkait