BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.4. Pembahasan
5.4.1. Pengetahuan
Pada tabel 5.3., dapat kita lihat bahwa sebanyak 84 orang (100%) pernah mendengar mengenai higiene pribadi ini bisa diartikan bawa semua siswa menjawab pernah. Pada petanyaan mengenai pengertian higiene pribadi secara umum yang menjawab benar lebih banyak yaitu 74 orang (88,1%), dan yang menjawab salah sebanyak 10 orang (11,9%). Hal ini mungkin dipengaruhi karena siswa mungkin pernah mendapatkan informasi dari media masa, pesantren atau pihak keluarga.
Pada pertanyaan ekonomi mempengaruhi higiene pribadi yang paling banyak menjawab benar sebanyak 73 orang (86,9%)
F % F %
Baik Pengetahuan Baik 29 4 6 40,0 0,165
Sedang 19 9,6 9 60,0 Kurang 0 0 0 0 Total 48 100 15 100 Sedang Baik 5 35,7 5 83,3 0,051 Sedang 9 64,3 1 16,7 Kurang 0 0 0 Total 14 100 6 100 Kurang Baik 1 100 0 0 - Sedang 0 0 0 0 Kurang 0 0 0 Total 1 100 0 0
dan yang menjawab salah sebanyak 11 orang ( 13,1%). Hal ini mungkin disebabkan karena siswa menjawab sesui dengan keadaan sehari-hari.
Pertanyaan tentang penyakit yang terjadi pada higiene pribadi mendapatkan hasil bahwa pada jawaban benar yaitu sebanyak 80 orang (95,2%), dan yang menjawab salah sebanyak 4 orang (4,8%). Hal ini terjadi karena siswa di pesantren banyak melihat kasus yang berhubungan dengan penyakit kulit dan berhubungan dengan higiene yang kurang.
Pada pertanyaan manfaat menyetrika pakaian jawaban yang benar sebesar 59 orang (70,2%) dan yang menjawab salah sebanyak 25 0rang (29,8%). Ini karena sibuknya kegiatan dan jika ada waktu luang hanya digunakan untuk menyalurkan bakat baik itu olah raga maupun kegiatan jam luar sekolah lainya. Namun dari semua hasil pertanyaan yang paling tinggi angka kesalahannya pada pertanyaan tentang manfaat menyetrika pakaian. penyakit skabies sering ditemukan pada pesantren karena siswa pesantren gemar sekali bertukar atau pinjam meminjam pakaian, handuk, sarung, bahkan bantal, guling, dan kasurnya kepada sesamanya (Handri, 2008). Akibat hal tersebut maka angka kesalahan yang tinggi pada tabel pengetahuan menyetrika pakaian tersebut bisa mengakibatkan faktor penularan penyakit skabies. Hal tersebut di dukung berdasarkan American Academik of Dermatology
(2005) salah satu pencegahan penularan skabies adalah pakaian yang tidak dicuci agar dapat dijemur di bawah sinar matahari minimal 30 menit atau digosok dengan setrika yang panas.
Hasil jumlah pengetahuan siswa dapat dilihat bahwa pengetahuan dengan kategori baik memiliki persentase yang paling besar yaitu 54,8%. Tingkat pengetahuan yang di kategorikan sedang sebesar 45,2%, dan tingkat yang dikategorikan kurang sebesar 0%.
Dari sudut pandang hubungan antara tingkat pengetahuan dengan angka kejadian sekabies maka pengetahuan baik memiliki angka yang tertinggi, dan mempunyai angka kejadian yang tinggi pula. Nilai p sebesar 0,8 (nilai p lebih besar dari 0,1) maka ini menyatakan tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan timbulnya kejadian skabies di Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Medan.
5.4.2. Tindakan
Pertanyaan pada tindakan tentang frekuensi mandi setiap hari mendapat hasil benar yaitu sebesar 80 orang (95,2%) dan yang menjawab salah sebanyak 4 orang (4,8%). Hal ini mungkin disebabkan akibat pertanyaan behubungan dengan kegiatan sehari-hari dan banyak yang sudah paham semenjak mereka masih di lingkungan keluarga.
Pada pertanyaan menyetrika pakaian sebelum dipakai mendapat hasil yang benar sebanyak 70 orang (83,3%), dan yang menjawab salah sebanyak 14 orang (16,7%). Dari pertanyan tentang tindakan, angka kesalahan pertanyaan menyetrika pakaian yang paling tinggi. Hal ini merupakan salah satu faktor penyebaran parasit yang mengakibatkan skabies, sesui dengan hasil pertanyaan pengetahuan nomor 5.
Pada pertanyaan menjemur peralatan tidur pertanyaan yang dijawab benar sebanyak 80 orang (95,2%) dan jawaban yang
salah sebesar 4 orang (4,8%). Namun hal ini di lakukan 1 minggu sekali sesui dengan hari libur mingguan sehingga mungkin behubungan dengan perkembang biakan skabiesnya.
Dari tabel 5.6., dapat dilihat bahwa tindakan yang dikategorikan baik yang paling tinggi yaitu sebesar 75%, diikuti dengan sedang sebesar 23,8%, sedangkan kategori kurang sebesar 1,2%.
Pada angka hubungan antara tindakan dengan kejadian sekabies sesui dengan tabel 5.8 menunjukkan tingkat pengetahuan dan kejadian sekabies paling tinggi dikategori baik, nilai p sebesar 0,7 (lebih besar dari 0,1) maka ini menunjukkan tidak ada hubungan antara tindakan dengan terjadinya angka kejadian skabies di Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Medan.
Pada hubungan antara tindakan berdasarkan pengetahuan dapat dilihat tingkat pengetahuan dan tindakan baik berada pada posisi yang paling tinggi. Nilai p juga masih lebih besar dari 0,1 , dan ini menggambarkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan tindakan.
Pada hubungan pengetahuan dan tindakan dengan kejadian skabies yang paling tinggi angka kejadiannya pada tindakan baik yaitu sebesar 29 orang (60,4%), lalu diikuti dengan tindakan baik dengan pengetahuan sedang sebesar 19 orang (39,6%), pada tindakan baik dengan pengetahuan kurang tidak ada. Selanjutnya pada tindakan sedang dengan pengetahuan sedang paling tinggi yaitu sebesar 9 orang (64,3%), diikuti dengan tindakan sedang dengan pengetahuan baik sebesar 5 orang (35,7%), dan pada tindakan sedang dengan pengetahuan kurang 0. Lalu pada tindakan kurang
dengan pengetahuan baik sebesar 1 orang (100%) sedangkan pada tindakan kurang dengan pengetahuan sedang dan kurang 0.
Hubungan pengetahuan dan tindangan dengan kejadian skabies pada tindakan baik yaitu tidak ada hubungan karena p lebih dari 0,1 sedangkan pada tindakan sedang p dibawah 0,1 sehingga ada hubungan tindakan sedang dengan kejadian skabies.
5.4.3. Faktor Lain yang Mempengaruhi Angka Kejadian Skabies Menurut asumsi peneliti hal lain yang dapat mempengaruhi peningkatan angka kejadian skabies adalah sistem pembagian jumlah penghuni dalam satu ruangan atau kamar. Berdasarkan informasi yang didapat peneliti dari wawancara atau anamnese pada Pasantren Ar-Raudhatul Hasanah Medan, setiap kamar siswa yang berukuran 10 x 5m dihuni sebanyak 15 sampai 20 orang. Menurut depkes RI (1999) luas kamar yang ideal minimal 8 m2 dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari 2 orang dalam 1 ruangan tidur, kecuali anak dibawah 5 tahun. Luas kamar yang terlalu sempit disertai dengan jumlah penghuni yang banyak akan mengakibatkan peningkatan penyakit skabies sesuai dengan pernyataan lubis (1985) bahwa ruangan yang di dalamnya banyak orang akan mengakibatkan hal-hal yang buruk pada kesehatan dan menambah potensi buruk terhadap penyakit-penyakit infeksi.