• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.2. Pembahasan

Item Pertanyaan Tindakan Benar n(%) Salah n(%)

1. Minum air putih 8 gelas setiap hari 32 (69,6) 14 (30,4)

2. Merokok 37 (80,4) 9 (19,6)

3. Berolahraga secara teratur 8 (17,4) 38 (82,6)

4. Menjaga berat badan agar tetap seimbang 24 (52,2) 22 (47,8)

5. Mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung

garam

34 (73,9) 12 (26,1)

6. Mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung

lemak

26 (56,5) 20 (43,5)

7. Rutin memeriksa kadar gula dalam darah 3 (6,5) 43 (93,5)

8. Rutin memeriksa tekanan darah 17 (37,0) 29 (63,0)

9. Mengkonsumsi obat-obatan yang tidak diresepkan dokter

31 (67,4) 15 (32,6)

5.2. Pembahasan 5.2.1 Pengetahuan

Pengetahuan responden mengenai GGK adalah untuk mengetahui sejauh mana responden mengetahui tentang GGK dan sampai sejauh mana responden mengetahui gejala dan pencegahan GGK, sehingga penyakit tersebut dapat dihindari.

Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan wawancara langsung kepada responden tentang pengetahuan responden mengenai GGK dengan menggunakan

kuesioner sebagai pedoman, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan responden paling banyak pada tingkat kategori sedang sebanyak 22 orang dengan persentase 47,8% seperti pada tabel 5.3. Sedangkan responden yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 17 orang dengan persentase 37%, dan hanya 7 orang dengan persentase 15,2% yang memiliki pengetahuan kurang.

Penelitian ini memperlihatkan tingkat pengetahuan responden tentang GGK yang masih belum cukup baik. Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, yaitu dengan indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia didapatkan dengan melihat dan mendengar (Notoatmodjo, 2005). Kurangnya informasi responden tentang GGK dapat disebabkan karena responden kurang antusias untuk melihat dan mendengar informasi GGK.

Hampir sebagian responden telah mengetahui tentang pencegahan GGK, yaitu 91,3% responden seperti pada tabel 5.4. Sehingga memungkinkan responden untuk dapat mencegah terjadinya GGK. Hal ini sesuai dengan teori Green (1980) dalam Notoatmodjo (2005), yaitu pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempermudah terjadinya perilaku seseorang sehingga pengetahuan responden yang berada pada sedang memungkinkan responden untuk mencegah terjadinya GGK.

Pengetahuan responden tentang gejala GGK dan pengertian hemodialisis (cuci darah) masih kurang. Hai ini dapat dilihat pada tabel 5.4, yang menunjukkan bahwa hanya 30,4% responden yang mengetahui tentang gejala GGK dan hanya 39,1% responden yang mengetahui tentang pengertian hemodialisis (cuci darah). Peneliti berasumsi bahwa banyaknya penderita gangguan ginjal datang dalam kondisi sudah terlambat, sehingga harus dilakukan hemodialisis (cuci darah). Hal ini didukung dari data-data di berbagai pusat perawatan penyakit ginjal diseluruh dunia, yang melaporkan bahwaasebagian besar penderita GGK datang ke pusat-pusat ginjal atau ke dokter sub-spesialis ginjal sudah pada fase gagal ginjal, dimana usaha pencegahan progresif tidak mungkin lagi dilakukan (Bakri, 2005).

5.2.2 Sikap

Berdasarkan tabel 5.5 dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden memiliki sikap sedang mengenai GGK, yaitu sebanyak 23 orang dengan persentase 50%. Sedangkan responden yang memiliki sikap baik sebanyak 20 orang dengan persentase 43,5%, dan hanya 3 orang dengan persentase 6,5% yang memiliki sikap kurang. Melihat tingkat pengetahuan responden yang sedang maka dapat disimpulkan bahwa pengetahuan yang sedang akan menciptakan sikap yang sedang pula.

Menurut Witodjo (1990) dalam Notoatmodjo (2005) sikap juga timbul dari pengalaman, tidak dibawa dari lahir, tetapi merupakan hasil belajar, karena itu sikap dapat diperteguh atau dapat diubah. Sikap mengandung daya pendorong atau motivasi. Sikap bukan rekaman masa lalu, tetapi juga menentukan apakah orang harus pro atau kontra terhadap sesuatu, menentukan apakah yang disukai, diharapkan, dan diinginkan, mengesampingkan apa yang tidak diinginkan, dan apa yang harus dihindari. Sikap akan mengalami perubahan ketika seseorang mengalami suatu hal yang bersifat traumatis dan ia tidak akan mengulanginya lagi karena trauma.

Sikap diukur dengan 9 pertanyaan mengenai GGK. Proporsi paling tinggi adalah responden yang setuju untuk mengontrol tekanan darah yaitu sebanyak 42 orang dengan persentase 91,3% dan responden yang setuju untuk mengontrol kadar gula darah ada 38 orang dengan persentase 82,6% seperti pada tabel 5.6. Hal ini sesuai dengan pengetahuan responden mengenai pencegahan GGK dengan persentase 91,3% responden mengetahui cara pencegahan GGK , yaitu dengan mengontrol kadar gula darah dan hipertensi.

Sikap responden bahwa penderita GGK perlu membatasi asupan protein belum cukup baik. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.6 yang menunjukkan bahwa 63% responden yang setuju. Menurut Kresnawan (2008), jumlah dan jenis protein yang diberikan pada pasien GGK dalam bentuk diet rendah protein sangat penting untuk diperhatikan karena protein berguna untuk mengganti jaringan yang rusak, membuat zat antibodi, enzim dan hormon, menjaga keseimbangan asam basa, air, elektrolit, serta menyumbang sejumlah energi tubuh.

Menurut Prodjosudjadi (2008), masyarakat perlu dibekali pengetahuan tentang berbagai penyakit yang menyebabkan GGK, upaya pencegahan atau menghambat progresivitas penyakitnya dan kesiapan perilaku menghadapi penyakitnya. Pengetahuan tersebut dapat disampaikan dalam bentuk informasi pendek, tulisan ilmiah popular yang mudah dimengerti dan dapat disebarluaskan melalui berbagai media atau melalui kegiatan seminar ataupun penyuluhan. Jadi diharapkan masyarakat ikut aktif untuk meningkatkan pengetahuannya mengenai GGK. Hal ini tidak sesuai dengan hasil jawaban responden yang kurang bersedia untuk menghadiri seminar atau penyuluhan tentang GGK. Hanya sebanyak 20 orang dengan persentase 43,5% seperti pada tabel 5.6 yang bersedia untuk menghadiri seminar atau penyuluhan GGK.

5.2.3 Tindakan

Berdasarkan tabel 5.7 dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden memiliki tindakan sedang mengenai GGK, yaitu sebanyak 31 orang dengan persentase 67,3%. Sedangkan responden yang memiliki tindakan baik sebanyak 4 orang dengan persentase 8,7% dan ada 11 orang dengan persentase 23,9% yang memiliki tindakan kurang. Penelitian ini memperlihatkan tindakan responden tentang GGK secara umum masih belum cukup baik.

Menurut Notoatmodjo (2005), pengetahuan, sikap, dan fasilitas yang tersedia kadang-kadang belum menjamin terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. Hal ini terbukti pada pertanyaan pengetahuan responden mengenai pencegahan GGK dengan persentase 91,3% responden mengetahui cara pencegahan GGK, tetapi pada pertanyaan tindakan, responden yang rutin memeriksa kadar gula darah hanya ada 3 orang dengan persentase 6,5%.

Peneliti berasumsi bahwa tidak rutinnya responden untuk memeriksa kadar gula darah, karena responden mempunyai keluarga yang menjalani hemodialisis bukan karena diabetes. Jadi responden tidak merasa perlu untuk rutin memeriksa kadar gula darah.

Pada hasil penelitian ini, ada ketidaksesuaian antara sikap dan tindakan. Jika dilihat kembali banyaknya responden yang menjawab setuju untuk

mengontrol tekanan darah yaitu 91,3%, tetapi pada pertanyaan tindakan, responden yang rutin memeriksa tekanan darah hanya ada 17 orang dengan persentase 37,0%. Menurut Notoatmodjo (2005) suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan faktor dukungan (support).

Menurut Rindiastuti (2008), berbagai upaya pencegahan yang telah terbukti bermanfaat dalam mencegah penyakit ginjal dan kardiovaskular adalah salah satunya dengan cara tidak merokok. Hal ini dibuktikan dengan hampir sebagian besar responden tidak merokok, dapat dilihat pada tabel 5.8 bahwa ada 37 orang dengan persentase 80,4% yang tidak merokok.

Dokumen terkait