• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

B. Pembahasan Hasil Penelitian

1 Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari tingkat pendapatan orang tua.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari tingkat pendapatan ayah. Hasil ini didukung oleh hasil perhitungan statistik untuk pendapatan ayah yang menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi

( )

β3 dari interaksi variabel kecerdasan emosional dengan variabel tingkat pendapatan ayah adalah – 0,032 dan nilai signifikansi koefisien regresi

( )

β3 sebesar (ρ =0,221>α =0,050). Ditinjau dari tingkat pendapatan ibu, hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh negatif kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari tingkat pendapatan ibu. Hal ini didukung oleh nilai koefisien regresi

( )

β3 dari interaksi variabel kecerdasan emosional dengan variabel tingkat pendapatan ibu adalah - 0,069 dan nilai signifikansi koefisien regresi

( )

β3 sebesar (ρ =0,016<α =0,050).

Deskripsi prestasi belajar menunjukkan bahwa sebagian besar siswa terkategorikan tinggi sebanyak 455 siswa atau 87,67%. Berdasarkan nilai tersebut dapat diketahui bahwa tingkat kemampuan siswa dalam menyerap pengetahuan dan ketrampilan yang diberikan oleh guru baik. Sementara deskripsi kecerdasan emosional dikategorikan tinggi sebanyak 224 siswa atau 43,16%. Dengan demikian mencerminkan bahwa siswa mempunyai kestabilan emosi

untuk bisa tekun, konsentrasi, tenang, teliti dan sabar dalam memahami materi yang dipelajari. Sementara deskripsi tingkat pendapatan orang tua menunjukkan bahwa pendapatan ayah sebanyak 186 siswa atau 35,8% kurang dari Rp.500.000 dan pendapatan ibu sebanyak 313 siswa atau 60,3% terkategorikan kurang dari Rp. 500.000.

Hasil penelitian yang menunjukkan tidak ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari tingkat pendapatan ayah ini menunjukkan bahwa ada faktor lain yang dapat mempengaruhi prestasi belajar seperti kondisi diri pribadi. Hal ini sejalan dengan pendapat Prayitno (Nasution, 2001:40), kesuksesan belajar siswa lebih banyak ditentukan oleh PTSDL sebuah singkatan dari prasyarat penguasaan materi, keterampilan belajar, sarana belajar, kondisi diri pribadi, dan lingkungan belajar, dengan demikian siswa tersebut yang telah mempunyai kondisi diri pribadi yang baik, ia akan mendapat motivasi dari dalam dirinya sendiri untuk terus belajar sehingga berapapun penghasilan orang tua tidak mempengaruhi prestasi belajarnya Terlebih untuk siswa pada Kabupaten Bantul yang sebagian besar orang tuanya berpenghasilan rendah. Sementara itu, hasil penelitian yang menunjukkan ada pengaruh negatif dan signifikan kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari tingkat pendapatan ibu ini menunjukkan bahwa ada faktor lain yang dapat mempengaruhi prestasi belajar seperti kondisi diri pribadi. Hal ini

sejalan dengan pendapat Prayitno (Nasution, 2001:40), kesuksesan belajar siswa lebih banyak ditentukan oleh PTSDL sebuah singkatan dari prasyarat penguasaan materi, keterampilan belajar, sarana belajar, kondisi diri pribadi, dan lingkungan belajar, dengan demikian siswa tersebut yang telah mempunyai kondisi diri pribadi yang baik, ia akan mendapat motivasi dari dalam dirinya sendiri untuk terus belajar sehingga berapapun penghasilan ibu tidak mempengaruhi prestasi belajarnya Terlebih untuk siswa pada Kabupaten Bantul yang sebagian besar penghasilan ibu rendah, walaupun demikian data DIKNAS DIY menunjukkan bahwa prestasi siswa Kabupaten Bantul yang paling tinggi dibandingkan kabupaten lainnya. Hal ini tidak sejalan dengan pendapat Romanus Mudjijana (http://www1.bpk penabur.or.id/jurnal/02/082-100.pdf.) yang menemukan bahwa ada pengaruh positif kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar dan (Stein, 2000:23) yang berpendapat emakin tinggi kecerdasan emosional kita, semakin besar kemungkinan kita untuk sukses sebagai pekerja, orangtua, manajer, anak dewasa, mitra bagi pasangan hidup atau calon untuk suatu posisi jabatan.

2. Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari tingkat

pendidikan orang tua. Hasil ini didukung oleh hasil perhitungan statistik untuk pendidikan ayah yang menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi

( )

β3 dari interaksi variabel kecerdasan emosional dengan variabel tingkat pendidikan ayah adalah - 0,009 dan nilai signifikansi koefisien regresi

( )

β3 sebesar (ρ =0,661>α =0,050) dan untuk pendidikan ibu menunjukkan nilai koefisien regresi

( )

β3

dari interaksi variabel kecerdasan emosional dengan variabel tingkat pendidikan ibu adalah - 0,028. dan nilai signifikansi koefisien regresi

( )

β3 sebesar (ρ =0,143>α =0,050).

Deskripsi prestasi belajar menunjukkan bahwa sebagian besar siswa terkategorikan tinggi sebanyak 455 siswa atau 87,67%. Berdasarkan nilai tersebut dapat diketahui bahwa tingkat kemampuan siswa dalam menyerap pengetahuan dan ketrampilan yang diberikan oleh guru baik. Sementara deskripsi kecerdasan emosional terkategorikan tinggi sebanyak 224 siswa atau 43,16%. Dengan demikian mencerminkan bahwa siswa mempunyai kestabilan emosi untuk bisa tekun, konsentrasi, tenang, teliti dan sabar dalam memahami materi yang dipelajari. Karenanya siswa mampu mengikuti proses belajar dengan baik sehingga dapat mencapai prestasi belajar yang baik Sementara deskripsi tingkat pendidikan orang tua menunjukkan bahwa pendidikan ayah sebanyak 217 siswa atau 41,8% terkategorikan berpendidikan SMA atau sederajat dan pendidikan ibu

sebanyak 201 siswa atau 38,7% terkategorikan berpendidikan SMA atau sederajat.

Hasil penelitian yang menunjukkan tidak ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua, ini menunjukkan bahwa ada faktor lain yang dapat mempengaruhi prestasi belajar seperti keterampilan belajar yang dimiliki oleh siswa, hal ini sejalan dengan pendapat Prayitno (Nasution, 2001:40), kesuksesan belajar siswa lebih banyak ditentukan oleh PTSDL sebuah singkatan dari prasyarat penguasaan materi, keterampilan belajar, sarana belajar, kondisi diri pribadi, dan lingkungan belajar. Siswa yang memiliki keterampilan belajar yang baik akan sangat membantu dalam proses belajarnya, sehingga tingkat pendidikan orang tua tidak selalu mempengaruhi prestasi belajarnya. Terlebih untuk siswa pada Kabupaten Bantul yang sebagian besar orang tuanya SLTA/sederajat tingkat pendidikan orang tua tidak begitu tinggi sehingga jauh tertinggal dengan kemajuan zaman dan tidak dapat memberikan kontribusi yang besar untuk perkembangan prestasi siswa, walaupun demikian data DIKNAS DIY menunjukkan bahwa prestasi siswa Kabupaten Bantul yang paling tinggi dibandingkan Kabupaten lainnya. Hal ini tidak sejalan dengan pendapat Romanus Mudjijana (http://www1.bpk penabur.or.id/jurnal/02/082-100.pdf.) yang menemukan bahwa ada pengaruh positif kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar dan penelitian Yosef Haryadi (2003:87)

menyatakan bahwa anak yang mempunyai orang tua yang berpendidikan tinggi akan mencapai prestasi belajar yang baik, sedangkan anak yang mempunyai orang tua yang berpendidikan rendah akan mencapai prestasi belajar yang kurang baik.

3. Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa ditinjau dari jenis pekerjaan orang tua.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari jenis pekerjaan orang tua. Hasil ini didukung oleh hasil perhitungan statistik untuk jenis pekerjaan ayah menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi

( )

β3 dari interaksi variabel kecerdasan emosional dengan variabel jenis pekerjaan orang ayah adalah – 0,017 dan nilai signifikansi koefisien regresi

( )

β3 sebesar (ρ =0,462>α =0,050) dan untuk jenis pekerjaan ibu menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi

( )

β3 dari interaksi variabel kecerdasan emosional dengan variabel jenis pekerjaan ibu adalah – 0,041.dan nilai signifikansi koefisien regresi

( )

β3 sebesar (ρ =0,054>α =0,050)

Deskripsi prestasi belajar menunjukkan bahwa sebagian besar siswa terkategorikan tinggi sebanyak 455 siswa atau 87,67%. Berdasarkan nilai tersebut dapat diketahui bahwa tingkat kemampuan siswa dalam menyerap pengetahuan dan ketrampilan yang diberikan oleh guru baik. Sementara deskripsi kecerdasan emosional

terkategorikan tinggi sebanyak 224 siswa atau 43,16%. Dengan demikian mencerminkan bahwa siswa mempunyai kestabilan emosi untuk bisa tekun, konsentrasi, tenang, teliti dan sabar dalam memahami materi yang dipelajari. Sementara deskripsi jenis pekerjaan orang tua menunjukkan bahwa jenis pekerjaan ayah sebanyak 249 siswa atau 48,0% petani, buruh, pedagang dan wiraswasta dan jenis pekerjaan ibu sebanyak 238 siswa atau 45,9% terkategorikan petani, buruh, pedagang dan wiraswasta

Hasil penelitian yang menunjukkan tidak ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari jenis pekerjaan orang tua, ini menunjukkan bahwa ada faktor lain yang dapat mempengaruhi prestasi belajar seperti lingkungan belajar yang kondisif, dengan lingkungan yang seperti itu siswa merasa nyaman dengan lingkungan belajarnya dan terdukung untuk bisa belajar, hal ini sejalan dengan pendapat Prayitno (Nasution, 2001:40), kesuksesan belajar siswa lebih banyak ditentukan oleh PTSDL sebuah singkatan dari prasyarat penguasaan materi, keterampilan belajar, sarana belajar, kondisi diri pribadi, dan lingkungan belajar, sehingga jenis pekerjaan orang tua tidak selalu mempengaruhi prestasi belajarnya. Terlebih untuk siswa pada Kabupaten Bantul yang sebagian besar orang tuanya sebagai petani sehingga banyak waktu yang dihabiskan oleh orang tua di dawah sehingga siswa tidak mendapatkan dukungan yang berarti dari orang tua untuk dapat berprestasi. Walaupun demikian data

DIKNAS DIY menukjukkan bahwa prestasi siswa Kabupaten Bantul yang paling tinggi dibandingkan kabupaten lainnya. Hal ini tidak sejalan dengan pendapat Romanus Mudjijana (http://www1.bpk penabur.or.id/jurnal/02/082-100.pdf.) yang menemukan bahwa ada pengaruh positif kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar dan (Stein, 2000:23) yang juga berpendapat semakin tinggi kecerdasan emosional kita, semakin besar kemungkinan kita untuk sukses sebagai pekerja, orangtua, manajer, anak dewasa, mitra bagi pasangan hidup atau calon untuk suatu posisi jabatan.

4. Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Prestasi Belajar Ditinjau dari Status Sekolah.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari status sekolah. Hasil ini didukung oleh hasil perhitungan statistik koefisien regresi

( )

β3 dari interaksi variabel kecerdasan emosional dengan variabel status sekolah adalah – 0,049 dan nilai signifikansi koefisien regresi

( )

β3 sebesar (ρ =0,176>α =0,050).

Deskripsi prestasi belajar menunjukkan bahwa sebagian besar siswa terkategorikan tinggi sebanyak 455 siswa atau 87,67%. Berdasarkan nilai tersebut dapat diketahui bahwa tingkat kemampuan siswa dalam menyerap pengetahuan dan ketrampilan yang diberikan oleh guru baik. Sementara deskripsi kecerdasan emosional

terkategorikan tinggi sebanyak 244 siswa atau 43,16%. Dengan demikian mencerminkan bahwa siswa mempunyai kestabilan emosi untuk bisa tekun, konsentrasi, tenang, teliti dan sabar dalam memahami materi yang dipelajari. Sementara deskripsi status sekolah menunjukkan bahwa sebanyak 396 siswa atau 76,30% berasal dari sekolah negeri dan sebanyak 123 siswa atau 23,70% berasal dari sekolah swasta.

Hasil penelitian yang menunjukkan tidak ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari tingkat status sekolah. ini menunjukkan bahwa ada faktor lain yang dapat mempengaruhi prestasi belajar seperti pendapat dari Bobbi De Porter (2001:81 dalam http://www.bpkpenabur.or.id/jurnal/02/082-100.pdf.) berpendapat bahwa hasil belajar siswa lebih ditentukan oleh lingkungan belajar yang menyenangkan, suasana aman dan penuh kepercayaan antara siswa dengan instruktur dan lingkungan yang seperti itu tidak selalu ditemukan di sekolah negeri saja tetapi sekolah swasta juga banyak yang memiliki kondisi yang seperti itu. Sehingga status sekolah negeri atau swasta tidak menentukan prestasi siswa, walaupun demikian data DIKNAS DIY menunjukkan bahwa prestasi siswa Kabupaten Bantul yang paling tinggi dibandingkan kabupaten lainnya, dan sekolah swasta juga banyak terdapat di Kabupaten Bantul. Hal ini tidak sejalan dengan pendapat Romanus Mudjijana (http://www1.bpk penabur.or.id/jurnal/02/082-100.pdf.) yang menemukan bahwa ada pengaruh positif kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan pada bab IV, pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa ditinjau dari status sosial ekonomi orang tua dan status sekolah survey SMA di kabupaten Bantul, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. tidak ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari tingkat pendapatan ayah. Hasil ini didukung oleh hasil perhitungan statistik untuk pendapatan ayah yang menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi

( )

β3 dari interaksi variabel kecerdasan emosional dengan tingkat pendapatan ayah adalah – 0,032 dan nilai signifikansi koefisien regresi

( )

β3 sebesar (ρ =0,221>α =0,050). Ditinjau dari tingkat pendapatan ibu menunjukkan ada pengaruh negatif kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar. Hal ini didukung nilai koefisien regresi

( )

β3 dari interaksi variabel kecerdasan emosional dengan variabel tingkat pendapatan ibu adalah - 0,069 dan nilai signifikansi koefisien regresi

( )

β3 sebesar

) 050 , 0 016 , 0

(ρ = <α = . Dengan demikian tingkat pendapatan ayah tidak menentukan pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar, sedangkan tingkat pendapatan ibu menentukan pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar.

2. Tidak ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua. Hasil ini didukung oleh hasil perhitungan statistik untuk pendidikan ayah yang menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi

( )

β3 dari interaksi variabel kecerdasan emosional dengan variabel tingkat pendidikan ayah adalah - 0,009 dan nilai signifikansi koefisien regresi

( )

β3 sebesar

) 050 , 0 661 , 0

(ρ = >α = . Demikian pula untuk pendidikan ibu menunjukkan nilai koefisien regresi

( )

β3 dari interaksi variabel kecerdasan emosional dengan variabel tingkat pendidikan ibu adalah - 0,028. dan nilai signifikansi koefisien regresi

( )

β3 sebesar

) 050 , 0 143 , 0

(ρ = >α = . Dengan demikian tingkat pendidikan orang tua siswa tidak menentukan pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajarnya.

3. Tidak ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari jenis pekerjaan orang tua. Hasil ini didukung oleh hasil perhitungan statistik untuk jenis pekerjaan ayah menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi

( )

β3 dari interaksi variabel kecerdasan emosional dengan variabel jenis pekerjaan ayah adalah – 0,017 dan nilai signifikansi koefisien regresi

( )

β3 sebesar

) 050 , 0 462 , 0

(ρ = >α = dan untuk jenis pekerjaan ibu menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi

( )

β3 dari interaksi variabel kecerdasan

emosional dengan variabel jenis pekerjaan ibu adalah – 0,041 dan nilai signifikansi koefisien regresi

( )

β3 sebesar (ρ =0,054>α =0,050). Dengan demikian jenis pekerjaan orang tua siswa tidak menentukan pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajarnya.

4. Tidak ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari status sekolah. Hasil ini didukung oleh hasil perhitungan statistik koefisien regresi

( )

β3 dari interaksi variabel kecerdasan emosional dengan variabel status sekolah adalah – 0,049 dan nilai signifikansi koefisien regresi

( )

β3 sebesar (ρ =0,176>α =0,050). Dengan demikian status sekolah tidak menentukan pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajarnya.

B. Keterbatasan Penelitian

1. Data penelitian ini dikumpulkan dengan metode kusioner. Jumlah pernyataan untuk mengukur variabel kecerdasan emosional sebanyak 30 pernyataan. Masing-masing pertanyaan terdiri dari 4 (empat) pilihan jawaban (SS, S, TS, dan STS). Mengingat masing-masing pilihan jawaban tidak terjabarkan dalam suatu uraian secara rinci, ada kemungkinan bahwa para siswa memiliki interpretasi yang berbeda-beda. Hal ini kemungkinan akan berdampak pada hasil penelitian yang kurang memberikan cerminan pada kondisi yang sesungguhnya.

2. Penulis tidak mampu melacak kejujuran dari responden dalam memberikan jawaban kuesioner yang diberikan. Dampaknya pada hasil penelitian yang kurang akurat.

B. Saran-saran

1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditinjau dari status sosial ekonomi orang tua dan status sekolah pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar adalah tidak signifikan, hanya tingkat pendapatan ibu saja yang signifikan. Meskipun demikian penulis menyarankan bahwa siswa perlu meningkatkan kecerdasan emosional, karena kecerdasan emosional sangat berperan dalam kehidupan sehari-hari siswa yang tidak hanya dibutuhkan dalam hal pendidikan saja tetapi juga untuk kelangsungan hidup yang bersifat pribadi maupun sosial. Peningkatan kecerdasan emosional dapat dilakukan dengan cara melatih diri dengan dapat mengontrol diri disetiap keadaan dan dapat terbuka untuk mendengar orang lain untuk dapat memperbaiki diri siswa.

2. Penelitian tentang barbagai faktor yang berhubungan dengan pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar belum banyak dilakukan. Penelitian ini dikembangkan sejalan dengan perkembangan dunia pendidikan di Indonesia saat ini sehingga perlu memasukkan berbagai aspek lain. Aspek tersebut antara lain, prasyarat penguasaan materi, keterampilan belajar, sarana belajar, kondisi diri pribadi, dan

lingkungan belajar hal ini sejalan dengan pendapat Prayitno (Nasution, 2001:40), kesuksesan belajar siswa lebih banyak ditentukan oleh PTSDL sebuah singkatan dari prasyarat penguasaan materi, keterampilan belajar, sarana belajar, kondisi diri pribadi, dan lingkungan belajar

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Yogyakarta: Bineka Cipta Goleman, Daniel. 1995. Emotional Intelligence. http://secapramana.tripod.com/

. 1999. Emotional Intelligence : Kecerdasan Emosional. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

. 2001. Emotional Intelligence : Mengapa EQ lebih penting daripada IQ. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

. 1999. Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak. Jakarta: PT. Gramedia

Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Jakarta. 2003. Akreditasi Sekolah TK, SD, SMP, SMU, SNK, dan PLB di Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

Mendikbud. 1993. Keputusan-Keputusan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia. BP. Bina Dharma Pemuda

Mudjijana, Romanus. 2004. “Hubungan Antara Iklim Sekolah dan Kecerdasan Emosional Siswa dengan Prestasi Belajar Siswa” http://www1.bpkpenabur.or.id/jurnal/02/082-100.pdf. (4 Februari 2007)

Nasution, Farid. 2001. Hubungan Mengajar Dosen, Keterampilan Belajar, Sarana Belajar, dan Lingkungan Belajar dengan Prestasi Belajar Siswa. Jurnal Ilmu Pendidikan. Februari, Jilid 8 nomor 1

Poerwodarminto W.J.S. 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Rini, Jeanne. 2005. Hubungan Antara Persepsi Orang Tua tentang Prestasi Belajar Anak Sekolah Dasar. http:/www1.bpkpenabur.or.id/kps-jkt/berita/200005/artikel.htm

Sahara, H. dan Jamal Isman H. 1992. Pengantar Pendidikan 1. Jakarta: PT Gramedia Widia Sarana

Sevilla Consuelo, dkk. 1993. Pengantar Metodologi Penelitian. Jakarta: UI Press. Stein, Steven. Ledakan EQ. Jakarta: Kaifa

Sudjana. 2005. Metoda Statistika.Bandung: Tarsito

Utari Siti. 2004. Menjadi Orang Tua yang Baik Bagi Para Remaja. Jurnal Buana Pendidikan : Teori dan Penelitian Pendidikan Tahun 1. no. 01

Wiyono, Teguh. 2005. Peranan Kecerdasan Emosional dalam Proses Belajar Mengajar.http://www.duniaguru.com/

Lampiran 1

Dokumen terkait