BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
D. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Hubungan antara pelaksanaan pendidikan sistem ganda dengan kesiapan mental kerja
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis pertama yang mengatakan bahwa tidak ada hubungan positif antara pelaksanaan pendidikan sistem ganda dengan kesiapan mental kerja dapat diterima. Pernyataan ini berdasarkan hasil analisis koefisien korelasi product moment, diketahui bahwa (rhitung ) sebesar 0,039 lebih kecil dari r tabel
sebesar 0,137. Nilai probabilitas 0,703 lebih besar dari taraf signifikansi (α = 5%) atau = 0,05. Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa tidak ada
hubungan antara pelaksanaan pendidikan sistem ganda dengan kesiapan mental kerja.
Berdasarkan deskripsi data tentang pelaksanaan pendidikan sistem ganda diperoleh hasil sebagai berikut: terkategorikan baik sekali sebanyak 31 orang atau 32%, terkategorikan baik sebanyak 35 orang atau 36%, terkategorikan cukup sebanyak 15 orang atau 15%, terkategorikan kurang sebanyak 10 orang atau 10%, dan terkategorikan gagal sebanyak 6 orang atau 6%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar pelaksanaan pendidikan sistem ganda adalah baik.
Deskripsi data tentang pelaksanaan pendidikan sistem ganda menunjukkan bahwa sebagian besar adalah baik. Hal ini tampak dari semakin baik aspek kedisiplinan, kejujuran, ketelitian, ketekunan dan kerja sama yang diperoleh siswa dari pengalaman di dunia industri. Aspek kedisiplinan ditunjukkan siswa dengan mengikuti pembekalan sebelum terjun langsung ke dunia industri dan mengikuti jadwal kegiatan praktek yang telah disepakati. Aspek kejujuran, ketelitian dan ketekunan terlihat dari hasil kerja siswa selama melaksanakan praktek di dunia industri. Hasil kerja siswa berupa nilai yang diberikan pembimbing dan instruktur di tempat siswa melaksanakan praktek kerja. Hasil kerja siswa menunjukkan seberapa besar kejujuran, ketelitian dan ketekunan siswa di dalam melaksanakan praktek keahlian produktif. Praktek keahlian produktif yang dalam penelitian ini berupa kegiatan menganalisa dokumen sumber asli pembukuan, membukukan hasil analisis dokumen ke dalam jurnal yang
sesuai, membukukan ke rekening yang sesuai, membukukan hasil analisis dokumen sumber ke rekening pembantu yang sesuai, membuat ayat jurnal penyesuaian pada akhir tahun buku dengan baik dan benar telah membentuk siswa yang jujur, teliti dan tekun. Aspek kerja sama nampak dalam interaksi siswa dengan guru pembimbing, instruktur di lapangan dan teman kerja. Hubungan dan relasi yang baik antara siswa dengan guru pembimbing, instruktur lapangan dan teman kerja merupakan indikator bahwa siswa mampu bekerja sama dengan baik.
Sedangkan deskripsi data tentang kesiapan mental kerja diperoleh hasil sebagai berikut: terkategorikan baik sekali sebanyak 24 orang atau 25%, terkategorikan baik sebanyak 42 orang atau 43%, terkategorikan cukup sebanyak 21 orang atau 22%, terkategorikan kurang sebanyak 8 orang atau 8%, dan terkategorikan gagal sebanyak 2 orang atau 2%.
Deskripsi data tentang kesiapan mental kerja menunjukkan bahwa sebagian besar adalah baik. Hal ini tampak dari cara berfikir baik dan benar sebelum memulai suatu kegiatan, tindakan dan perbuatan tertentu, mengenal kelebihan dan kekurangan dalam diri, mengenal situasi dan kondisi lingkungan kerja, mengenal peluang dan ancaman, tahu akan tugas dan kewajiban, mempunyai keinginan untuk berkembang.
Pelaksanaan pendidikan sistem ganda memberikan banyak pengalaman yang berharga bagi siswa yang melaksanakannya. Dengan memperoleh pengalaman dimana aspek kejujuran, kedisiplinan, dan kerja sama siswa diharapkan siap secara mental untuk masuk dunia industri.
Akan tetapi, hal tersebut belumlah cukup untuk menjadikan siswa siap mental. Karena kondisi dan situasi dalam dunia kerja cenderung lebih kompleks dan lebih cepat berubah, sedangkan pengalaman yang diperoleh siswa terbatas pada situasi dan kondisi dimana siswa berada. Sehingga pengalaman yang telah diperoleh siswa menjadi sangat kurang dalam mendukung kesiapan mental siswa untuk masuk dunia kerja.
2. Hubungan antara prestasi belajar siswa dengan kesiapan mental kerja Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis kedua yang mengatakan bahwa ada hubungan antara prestasi belajar siswa dengan kesiapan mental kerja dapat diterima. Pernyataan ini berdasarkan hasil analisis koefisien korelasi product moment, diketahui bahwa prestasi belajar siswa (rhitung) sebesar 0,274 lebih besar dari rtabel sebesar 0,137.
Nilai probabilitas 0,007 lebih kecil dari taraf signifikansi (α = 5%) atau = 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan menerima hipotesis alternatif. Artinya ada hubungan positif antara prestasi belajar dengan kesiapan mental kerja.
Berdasarkan deskripsi data tentang prestasi belajar diperoleh hasil sebagai berikut: terkategorikan baik sekali sebanyak 2 orang atau 2%, terkategorikan baik sebanyak 82 orang atau 85%, terkategorikan cukup sebanyak 13 orang atau 13%, terkategorikan kurang sebanyak 0 orang atau 0%, dan terkategorikan gagal sebanyak 0 orang atau 0%.
Hasil deskripsi data tentang prestasi belajar siswa yang sebagian besar dalam kategori baik. Menunjukkan siswa yang berprestasi jauh lebih
siap dari segi mental maupun dari ilmu yang diperoleh untuk terjun ke dunia kerja, karena prestasi yang dicapai mampu menumbuhkan rasa percaya diri siswa. Kepercayaan diri yang tinggi akan menumbuhkan keberanian dalam diri siswa untuk melakukan berbagai macam kegiatan.
Sedangkan deskripsi data tentang kesiapan mental kerja diperoleh hasil sebagai berikut: terkategorikan baik sekali sebanyak 24 orang atau 25%, terkategorikan baik sebanyak 42 orang atau 43%, terkategorikan cukup sebanyak 21 orang atau 22%, terkategorikan kurang sebanyak 8 orang atau 8%, dan terkategorikan gagal sebanyak 2 orang atau 2%.
Deskripsi data tentang kesiapan mental kerja menunjukkan bahwa sebagian besar adalah baik. Hal ini tampak dari cara berfikir baik dan benar sebelum memulai suatu kegiatan, tindakan dan perbuatan tertentu, mengenal kelebihan dan kekurangan dalam diri, mengenal situasi dan kondisi lingkungan kerja, mengenal peluang dan ancaman, tahu akan tugas dan kewajiban, mempunyai keinginan untuk berkembang.
Dengan prestasi belajar yang baik maka kepercayaan diri siswa juga akan berkembang sesuai dengan prestasi yang dicapainya. Dengan berkembangnya kepercayaan dalam diri siswa maka semakin besar pula keberanian siswa dalam bertindak dan bertingkah laku sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan kerja. Keberanian menjadikan siswa lebih siap mental, sehingga siswa berani menerima tanggung jawab untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya secara individu, berani mengambil tiap kesempatan yang ada, berani menghadapi tiap ancaman dalam dunia
kerja. Sehingga jika prestasi belajar siswa rendah maka kepercayaan diri siswa juga rendah. Kepercayaan diri yang rendah menyebabkan keberanian siswa rendah sehingga kesiapan mental kerja siswa juga rendah.
3. Hubungan antara penyesuaian diri siswa dengan kesiapan mental kerja Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan positif antara penyesuaian diri siswa dengan kesiapan mental kerja dapat diterima. Pernyataan ini berdasarkan hasil analisis koefisien korelasi product moment, diketahui bahwa (rhitung) sebesar 0,068 lebih kecil dari r tabel sebesar 0,143. Nilai
probabilitas 0,510 lebih besar dari taraf signifikansi (α= 5%) atau = 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan menerima hipotesis nol. Artinya tidak ada hubungan positif dan signifikan antara penyesuaian diri siswa dengan kesiapan mental kerja dapat diterima.
Berdasarkan deskripsi data tentang penyesuaian diri siswa diperoleh hasil sebagai berikut: terkategorikan baik sekali sebanyak 24 orang atau 25%, terkategorikan baik sebanyak 42 orang atau 43%, terkategorikan cukup sebanyak 21 orang atau 22%, terkategorikan kurang sebanyak 9 orang atau 9%, dan terkategorikan gagal sebanyak 1 orang atau 1%.
Hasil deskripsi data penyesuaian diri siswa menunjukkan bahwa sebagian besar siswa dalam kategori baik. Hal ini nampak dari perilaku sosial yang baik terhadap kelompok, kemampuan siswa dalam
menyesuaikan diri dengan teman sebaya baik, kemampuan siswa dalam menyesuaikan diri dengan kelompok orang dewasa baik, sikap sosial yang baik terhadap orang lain.
Sedangkan deskripsi data tentang kesiapan mental kerja diperoleh hasil sebagai berikut: terkategorikan baik sekali sebanyak 24 orang atau 25%, terkategorikan baik sebanyak 42 orang atau 43%, terkategorikan cukup sebanyak 21 orang atau 22%, terkategorikan kurang sebanyak 8 orang atau 8%, dan terkategorikan gagal sebanyak 2 orang atau 2%.
Deskripsi data tentang kesiapan mental kerja menunjukkan bahwa sebagian besar adalah baik. Hal ini tampak dari cara berfikir baik dan benar sebelum memulai suatu kegiatan, tindakan dan perbuatan tertentu, mengenal kelebihan dan kekurangan dalam diri, mengenal situasi dan kondisi lingkungan kerja, mengenal peluang dan ancaman, tahu akan tugas dan kewajiban, mempunyai keinginan untuk berkembang.
Kemampuan menyesuaikan diri yang baik menjadikan seseorang lebih mudah mengenal, memahami, bersikap dan bertindak sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan kerja. Demikian pula siswa yang mampu menyesuaikan diri dengan baik seharusnya lebih mudah untuk berinteraksi dengan segala perubahan dan dinamika yang terjadi dalam dunia kerja. Dengan penyesuaian diri yang baik seharusnya siswa menjadi lebih siap secara mental untuk memasuki dunia kerja. Namun dari hasil penelitian menunjukkan bahwa penyesuaian diri yang baik tidak menjadikan siswa siap kerja. Hal ini disebabkan karena dunia kerja cenderung lebih dinamis
sehingga membutuhkan sumber daya yang memiliki kemampuan lebih dari pada sekedar kemampuan menyesuaikan diri.
4. Hubungan antara pelaksanaan pendidikan sistem ganda, prestasi belajar, dan penyesuaian diri siswa dengan kesiapan mental kerja
Hasil pengujian hipotesis keempat menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara hubungan pelaksanaan pendidikan sistem ganda, prestasi belajar siswa, dan penyesuaian diri siswa dengan kesiapan mental kerja dapat diterima. Hal ini didukung hasil perhitungan uji regresi ganda yang menunjukkan nilai koefisien korelasi ganda Ry(1,2,3) sebesar 0,310 sedangkan koefisien determinasi sebesar (R2)
adalah 0,096.
Sedangkan dari hasil perhitungan uji F pada taraf signifikansi 5% diketahui harga Fhitung sebesar 3,920 dan Ftabel2,70 dengan df (3;93) pada
taraf signifikansi 5% sebesar 2,70. Dengan demikian Fhitung sebesar 3,920
lebih besar dari harga Ftabel2,70.
Harga Ry(1,2,3) sebesar 0,310, berarti terdapat hubungan antar
variabel X1, X2, dan X3 secara bersama-sama dengan variabel Y dengan derajat hubungan rendah. Sedangkan harga koefisien determinasi yang diperoleh (R2) adalah 0,096 diartikan bahwa variabilitas y (kesiapan mental kerja) dapat dijelaskan oleh variabel X1(pelaksanaan pendidikan sistem ganda), X2(prestasi belajar), dan X3(penyesuaian diri siswa) sebesar 9,6 %. Sedangkan sisanya 90,4 % berasal dari variabel lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini.
Berdasarkan deskripsi data diatas peningkatan kesiapan mental kerja ditunjang oleh pelaksanaan PSG, prestasi belajar dan penyesuaian diri. Pelaksanaan PSG akan menambah pengalaman kerja dimana aspek kejujuran, kedisiplinan dan kerja sama juga bertambah. Bertambahnya aspek kejujuran, kedisiplinan dan kerja sama akan menambah kesiapan mental kerja siswa. Prestasi belajar siswa yang baik akan menumbuhkan kepercayaan diri siswa. Kepercayaan diri siswa menumbuhkan keberanian dalam diri siswa untuk melakukan berbagai macam kegiatan. Bertambahnya keberanian seiring dengan prestasi belajar yang baik akan menambah kesiapan mental kerja siswa. Selain itu penyesuaian diri siswa juga merupakan hal yang penting yang harus dimiliki siswa. Adanya kemampuan menyesuaikan diri yang baik menjadikan siswa lebih siap mental dalam bekerja.
Adanya hubungan positif dan signifikan tersebut, berarti tinggi rendahnya kesiapan mental kerja dapat diprediksi dari tinggi rendahnya hasil pelaksanaan pendidikan sistem ganda, prestasi belajar dan penyesuaian diri siswa. Selain itu, dapat pula dikatakan bahwa pelaksanaan pendidikan sistem ganda, prestasi belajar dan penyesuaian diri siswa ditingkatkan maka kesiapan mental kerja siswa juga akan meningkat.