• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

E. Pembahasan

Sebelum mencapai tahap persiapan dalam penelitian, peneliti melakukan wawancara dan observasi terlebih dahulu.

Dalam pembahasan peneliti mencantumkan dari tahap persiapan sebelum penelitian, pelaksanaan penelitian, pengujian dari penelitian, dan yang terakhir kesimpulan dari penelitian.

1. Tahap persiapan sebelum penelitian

Sebelum melakukan penelitian, penulis melakukan beberapa persiapan awal, yaitu:

a. Mengurus surat izin penelitian dari Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Kegurua (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. b. Populasi penelitian ini terdiri dari seluruh siswa SMA Darussalam

Ciputat tahun ajaran 2012-2013.

c. Sampel penelitian menggunakan teknik purposive sampling, yang hasilnya terpilih kelas X1 sebagai kelas eksperimen dan X2 sebagai kelas kontrol.

d. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Sosiologi dengan penerapan ice breaking pada materi interaksi sosial.

f. Menyusun instrument penelitian berdasarkan kisi-kisi soal yang telah dibuat.

g. Melakukan konsultasi kepada dosen pembimbing mengenai RPP dan instrumen yang telah dibuat.

h. Setelah RPP dan Instrumen penelitian telah disusun, langkah selanjutnya adalah melakukan koordinasi dengan pihak sekolah untuk uji coba di luar kelas eksperimen dan kelas kontrol, yakni kelas XI1. i. Setelah melakukan uji coba, mengolah data dengan hasil uji coba

dengan mencari validitas, daya pembeda, tingkat kesukaran butir soal, dan reabilitas instrument.

Jumlah siswa di kelas XI1 ada 20 siswa, peneliti menyebar instrument dengan banyaknya soal 40 butir. Bobot untuk kebenaran jawaban 1, dan bobot untuk kesalahan jawaban 0.

Reliabilitas intrument, perolehan rata-rata nya 20,8, simpangan baku 4,47, korelasi yang di dapatkan 0,31, dan reliabilitas tes 0,48. Kemudiaan hasil reliabilitas di atas dilihat penafsiran indeks reliabilitas pada tingkat rentangnya 0.40 < r 11 < 0.60 instrument dikatakan sedang, jadi dikatakan bereliabilitas baik.

Taraf kesukaran, butir-butir item hasil belajar dapat dinyatakan baik apabila butir-butir item tersebut tidak terlalu sukar dan tidak pula terlalu mudah. Dari 40 butir soal yang ada, hanya point 29 yang tingkat kesukarannya sukar, selain point tersebut, semuanya ada pada taraf sedang.

j. Menentukan butir soal yang layak untuk dijadikan instrument penelitian. Dimana nomer yang dijadikan instrument adalah: 1, 3, 4, 13, 14, 15, 16, 18, 20, 22, 25, 31, 34, 35, 37.

2. Tahap pelaksanan penelitian

a. Langkah awal tahap pelaksanan penelitian adalah menentukan dua kelompok sampel yaitu kelompok eksperimen di kelas X1 dan kelompok kontrol X2, selanjutnya diadakan tes awal (pretest) kepada

kedua kelompok penelitian menggunakan soal-soal hasil analisis data uji coba instrument penelitian.

b. Setelah tes awal (pretest) dilaksanakan pada kedua kelompok penelitian, kegiatan belajar mengajar dapat dilaksanakan untuk kelompok eksperimen diberikan perlakuan menggunakan penerapan

ice breaking dan kelompok kontrol dengan tidak menggunakan ice breaking.

c. Setelah dari perlakukan diadakan tes akhir (postest) untuk kedua kelompok penelitian menggunakan soal-soal yang sama ketika dilakukan tes awal (pretest).

3. Pengujian penelitian dan kesimpulan

Dalam hasil wawancara, menurut penjelasan dari bapak Ardila, S.Pd mengatakan bahwa “di dalam pembelajaran guru masih menggunakan metode yang monoton yang menjadikan anak cepat bosan. Model pembelajaran icebreaking sendiri belum dipergunakan di kelas.”1 Guru juga masih belum bisa menunjang penggunaan komputer. Siswa dikelaspun hanya menggunakan buku LKS sebagai pedoman. Dalam pembelajaran, masih ada siswa yang belum mencapai KKM, menurut pengamatan guru, itu disebabkan karna siswa sering tidak masuk dan disaat pembelajaran siswa mengobrol tidak konsentrasi dalam pembelajaran.

Berdasarkan hasil penelitian, nilai rata-rata pre-test yang diperoleh kelas eksperimen 43,75 dan kelas kontrol 39,5 Hal tersebut menunjukkan pemahaman siswa akan konsep interaksi sosial masih sangat minim namun masih bisa difahami karena konsep interaki sosial tersebut belum diajarkan oleh guru dan pre-test yang dilakukan hanya mengandalkan ingatan dan pemahaman siswa secara umum berdasarkan sedikit pengetahuan yang diperolehnya. Baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol perolehan nilai rata-rata pre-testnya tidak memiliki perbedaan yang cukup jauh, melainkan hanya sebesar 4,25. Untuk itu, tingkat kognitif atau pemahaman siswa

1

dianggap sama dan tepat untuk dijadikan sampel penelitian. Untuk nilai rata-rata pos-test, kelas eksperimen memperoleh rata-rata 70 rata-rata kelas kontrol 60,2. Setelah dikurang dengan nilai pre-test masing-masing kelas diperoleh selisih nilai atau disebut peningkatan nilai rata-rata sebesar 20,7 Untuk kelas eksperimen dan 26,25 Untuk kelas kontrol. Hal tersebut menunjukan adanya pengaruh dari pembelajaran Sosiologi terhadap penerapan Ice breaking.

Dari uji hipotesis Uji t pretest memperoleh thitung = 0,172 dan ttabel = 0,325, dimana thitung < ttabel maka hipotesis nol (Ho) diterima. Dengan demikian disimpulkan tidak adanya pengaruh penerapan ice breaking terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran sosiologi. Sedangkan Uji hipotesis uji t Post-test memperoleh thitung = 4,29 dan ttabel=0,325, dimana thitung > ttabelmaka hipotesis nol (Ho) ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penerapan ice breaking terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran sosiologi.

Peningkatan hasil belajar Sosiologi siswa yang di uji dengan uji gain diperoleh nilai rata-rata N-gain untuk kelas eksperimen sebesar 0,44 Yang termasuk pada kategori pemahaman tinggi, artinya siswa di kelas eksperimen yang diberikan perlakuan pembelajaran Sosiologi dengan penerapan Ice breaking cukup memahami materi yang di tampilkan oleh guru melalui proses pembelajaran tersebut. Pengertian icebreaking adalah “permainan atau kegiatan yang berfungsi untuk mengubah suasana kebekuan dalam kelompok.”2

Sedangkan kelas kontrol memperoleh nilai rata-rata N-gain sebesar 0,29 yang termasuk pada kategori pemahaman sedang, artinya siswa di kelas kontrol yang diberikan perlakuan pembelajaran Sosiologi dengan tidak diterapkannya ice breaking belum cukup memahami materi yang diajarkan oleh guru, hal tersebut dimungkinkan karena proses pembelajaran Sosiologi dengan tidak diterapkannya Ice breaking

2

cenderung monoton, kurang menarik, dan mendorong siswa pasif dalam proses pembelajaran.

Dalam proses pembelajaran Sosiologi dengan penerapan Ice breaking siswa ditekankan mampu belajar kreatif, aktif,dinamis, dan eksploratif. Hal yang senada juga diungkapkan dalam buku karya Atwi Suparman, bahwa “dengan bermain diharapkan siswa mampu memahami dan menghayati berbagai masalah yang dihadapi dalam kehidupan nyata. Sehingga dapat membentuk sikap dan nilai sebagai tujuan tambahannya.“

Hubungan antara siswa pun lebih akrab dan terjalin komunikasi yang pada dalam proses ice breaking. Dimana setiap siswa saling mengisi kekurangan dari siswa yang lain. Sehingga timbul rasa kebersamaan dan kekeluargaan untuk saling mendukung dalam proses pembelajaran.

Dengan demikian hasil penelitian yang penulis teliti di SMA Darussalam ciputat dengan menggunakan model pembelajaran Ice breaking membuat siswa menjadi pembelajar yang memandang pelajaran sebagai kebutuhan bukan sekedar tuntutan senada dengan penelitian dan pendapat para peneliti yang sebutkan di atas.

Siswa mempelajari materi Sosiologi khususnya konsep Interaksi Sosial dengan bentuk pembelajaran yang baru yang menyenangkan lebih baik. Terbukti siswa yang belajar Sosiologi dengan penerapan ice breaking

lebih aktif dalam proses belajar.

Dalam pelaksanaannya pembelajaran dengan penerapan ice breaking sangat ditentukan oleh partisipasi siswa. Hal tersebut sangat bergantung pada peran guru dalam memotivasi siswa untuk ikut berpartisipasi dalam melakukan proses pembelajaran. Jika proses ini gagal maka keseluruhan dalam proses pembelajaran akan gagal dilakukan.

Jadi dapat disimpulkan penerapan ice breaking dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

58

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang menggunakan penerapan ice breaking dapat mempengaruhi hasil belajar siswa pada pembelajaran sosiologi di SMA Darussalam ciputat. Hal ini ditunjukkan dengan perolehan nilai thitung > ttabel yaitu 4,29 > 0,325 dengan taraf signifikan 0,05. Selain itu dilihat dari perhitungan posttest kelas eksperimen yang menerapkan ice breaking (rata-rata 70) menunjukkan nilai lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol (rata-rata 60,2). Bukti ini juga diperkuat dengan adanya peningkatan jumlah siswa yang memperoleh nilai KKM setelah penerapan ice breaking . dimana sebelum penerapan ice breaking , jumlah siswa yang tidak mencapai KKM sebesar 50% dari sampel. Sedangkan setelah menggunakan penerapan ice breaking, siswa yang tidak mencapai KKM hanya 20%.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, maka penulis dapat memberikan saran sebagai berikut:

1. Bagi Dunia Pendidikan

Penelitian ini diharapkan menumbuhkan kreativitas dan profesionalisme dan menumbuh-kembangkan budaya social di lingkungan sekolah untuk proaktif dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan/ pembelajaran secara berkelanjutan.

2. Bagi Guru

Diharapakan bagi semua guru harap tidak monoton penggunaan model dalam pembelajaran, perlu wawasan yang terbaru untuk mengatasi atau menyiasati kejenuhan di kelas, sehingga siswa semangat dan gembira dalam belajar.

3. Bagi siswa

Bagi siswa sendiri, diperlukan tuangan ide dari murid-murid untuk lebih mengembangkan atau menciptakan ice breaking dalam pembelajaran, baik pembelajaran intern maupun ekstern.

4. Bagi peneliti

Selesainya penelitian bukan berarti selesainya kreativitas peneliti, anggaplah penelitian dan hasil penelitian yang di dapat merupakan awal mula seorang guru memulai kreativitasnya.

5. Bagi peneliti lain

Penelitian yang peneliti lakukan masih kurang sempurna, bagi peneliti lain alangkah baiknya mengembangkan kreatifitasnya tiada henti dan menarik untuk di teliti.

60

A. Zainal dan Nasution, penelitian hasil belajar, Departemen pendidikan Nasional, 2001.

Hajar, Ibnu, Dasar-dasar Metodolodi Penelitian Kwantitatif Dalam Pendidikan,

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999.

Herlanti, Yanti, Tanya Jawab Seputar Penelitian Tindakan Sains, Jakarta: jurusan pendidikan IPA,FITK,UIN Syarif Hidayatullah, 2006.

Kompas, senin, 8 juli 2013.

M said, 80+ ice breaker games-kumpulan permainan penggugah semangat, Yogyakarta: Andi offset, 2010.

M. Suban, dkk., Statistik pendidikan, Bandung: Pustaka Setia, 2000.

Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah, Jakarta : Bumi Aksara, 2009 .

Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2007.

Neni Iska, Zikri, psikologi pengantar pemahaman diri dan lingkungan. Jakarta: Kizi Brother, 2006.

Purwanto Ngalim, psikologi pendidikan, Bandung : PT. Rosda Karya, 2007. Purwanto, Ngalim , Prinsip-prinsip dan teknik evaluasi pengajaran, Bandung:

PT.Remaja Rosdakarya, 2004.

Ruseffendi, Statistik Dasar: untuk penelitian pendidikan Cet.1 ,Bandung: IKIP Bandung Press, Mei 1998.

Sanjaya,Wina, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta : kencana 2010. Sanjaya,Wina, penelitian tindakan kelas, Jakarta : Kencana 2010.

Sanjaya, Wina, Strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan,

Jakarta: Kencana, 2006.

Sudjana,Nana Dan Ibrohim, penelitian dan penilaian pendidkan, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2010.

Surapranata, Sumarna, Analisis, validitas, reliabilitas, dan interpretasi hasil tes, Bandung: PT Remaja Rosyda Karya, 2006.

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R &D, Cet. Ke-3 Bandung: Alfabeta, Maret 2007.

Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya, Jakarta : Bumi aksara, 2009 .

Sunarto, Icebreaker dalam pembelajaran aktif. Surakarta : Cakrawala Media, 2012.

Sukardi, Metodelogi penelitian pendidikan¸ Jakarta: Bumi Aksara, 2009.

Sudijono, Anas, pengantar evaluasi pendidikan, Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2005.

Sudjana, Metode Statistik, Cet. Ke-3 , Bandung: Tarsito, Mei 2005.

Suparman, Atwi , “Model-Model Pembelajaran Interaktif ”, Jakarta: STIA-LAN Press, 1997.

Soenarno, Adi, Ice breaker permainan atraktif-edukatif untuk pelatihan manajement, Yogyakarta: Andi offset,2005.

Sofyan, Ahmad, Tonih Feronika, dan Burhanudi Milama, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, Ciputat : UIN Jakarta Press, 2006 .

Suharsimi, Arikunto, Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek, Jakarta: PT.Rineka Cipta,1993.

Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar, Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada, 2005. Syaodih , Nana, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung: Rosdakarya,

2003.

Sudjana, Nana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2012.

Profil SMA Darussalam Ciputat

1. Sejarah Berdirinya SMA Darussalam Ciputat

SMA Darussalam Didirikan pada tahun 2000 dengan SK pendirian sekolah Nomor: 125/102/07/1987.

SMA Darussalam melalui wadah Yayasan pendidikan Islam (YPI) Darussalam sebagai payung organisasi tertinggi mempunyai satu lembaga pendidikan lagi yaitu SMP Darussalam dengan lokasi yang berdekatan. Dengan demikian SMA Darussalam dikelola oleh sebuah yayasan, dengan didirikannya SMA Darussalam sebagai wujud turut serta dalam pembangunan generasi muda dan kepedulian dalam meningkatkan mutu pendidikan baik dalam bidang IPTEK maupun IMTAQ, serta membekali siswa dengan ketrampilan melalui penyaluran minat dan pengembangan bakat, sebagai bekal bagi masa depan siswa. Untuk itu, sejalan dengan penerapan kurikulum berbasis kompetensi (KBK), YPI Darussalam telah menyediakan sarana dan prasarana yang memadai untuk penyelenggaraan pendidikan yang senantiasa membina prestasi siswa dan sarat dengan aktivitas.

Sekolah Menengah Atas (SMA) Darussalam Ciputat yang pada saat ini berstatus “TERAKREDITASI A” beralamat di Jl. Otista raya Rt. 01/010 No.36 Desa Ciputat, Kota Tangerang, Provinsi Banten yang terletak sekitar 4KM dari pusat pemerintahan kota Tangerang Selatan.

Dari periode 2003 sampai sekarang dipimpin oleh Marul Wa’id, S.Ag dengan jumlah tenaga pengajar 17 dan staff tata usaha 3 orang dengan jumlah siswa sekitar 350 orang.

2. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah

a. Visi Sekolah: Visi SMA Darussalam adalah: cerdas, Inovatif, Nalar, taqwa, Aktif.

b. Misi Sekolah:

4. Menumbuh kembangkan minat dan bakat siswa baik di dalam maupun di luar sekolah.

5. Menciptakan suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan. Tujuan sekolah.

c. Tujuan SMA Darussalam adalah mewujudkan siswa beriman, berakhlak, cerdas, terampil dan berprestasi.

3. Sarana dan Fasilitas

Dalam proses penunjang kelancaran pendidikan SMA Darussalam juga sangat memperhatikan sarana dan fasilitas, hal tersebut sudah dipersiapkannya antara lain:

a. Ruang Guru b. Ruang TU

c. Ruang Belajar lantai tiga

d. Laboratorium Bahasa (Full AC) e. Laboratorium Komputer (Full AC) f. Sarana Olah raga (Hall Mini) g. Perpustakaan

h. Sarana (masjid)

4. Data Guru

NO. Nama Jabatan

1. Drs.H.M. Salman Faris, S.E Ketua YPO Darussalam

2. Marul Waid, S.Ag. Kepala SMA Darussalam

3. Mulyadi, S. Pd. Guru Biologi

4. Muslihudin, S. Pd. Guru Sejarah

5. Ubaidillah, S. S. Guru Agama

6. Sophan Sopian S, S. Kom Guru TIK

7. Priyanto Guru Kesenian

9. M. Yahya, S. Pd. Guru Al Quran

10. Drs. Ardila Guru Sosiologi

11. Nur Asma, S. E., M. M. Guru Ekonomi

12. Masroatul Fallah. S.Si Guru Fisika

13. Azye Murni, S. S. Guru Bahasa Indonesia

14. Tita Nurhidayah, S. Pd. Guru Matematika

15. Yati Rohayati, S. Pd Guru Ekonomi

16. Dra. Hj. Sri Kasih Tata Usaha

17. Hendra Wijaya Tata Usaha

18. Iqbal Sutiawandi Tata Usaha

19. Ade Irawan, S. Pd. Guru Bahasa Indonesia

20. Nur Suqiah KH, S. Pd. Guru Bahasa Arab

5. Kegiatan Ekstrakulikuler:

Volley Ball Seni (marawis)

Bulu Tangkis Basket ball

Tenis Meja Komputer

Karate Sepak bola

Paskibraka

Kursus Bahasa Inggris Qiro’at Al-quran

Saya : Asaalamualaikum pak

Bapak Ardila : Waalaikum salam

Saya : Saya Alaena saroya, mahasiswi sosiologi UIN Syarifhidayatulloh jakarta, berniat ingin melakukan penelitian di sekolah ini pak, guna untuk SKRIPSI saya. Sebelumnya, boleh saya berbincang dengan bapak soal sekolah, pengajaran, dan murid disini pak?

Bapak Ardila : apa yang bisa saya bantu?

Saya : benarkah bapak guru sosiologi disini? Untuk kelas berapa yah pak?

Bapak ardila : iya benar, kebetulan saya memegang semua kelas, dari kelas X hingga XII.

Saya : ada berapa untuk kelas IPS disini pak?

Bapak Ardila : kelas X ada 4 kelas, kelas XII ada 4 kelas dan kelas XII ada 3 kelas.

Saya : untuk pembelajaran sendiri, bapak memakai buku referensi yang mana yah pak untuk mengajar?

Pak Ardila : saya memakai buku yang dari cetakan Erlangga dan buku LKS.

Saya : untuk siwanya sendiri memakai buku yang mana pak?

Pak Ardila : siswa hanya memakai buku LKS saja

Saya : untuk metode dalam pembelajaran, bapak seringnya memakai metode apa?

Pak Ardila : saya suka yang mudah aja, seperti ceramah, diskusi, tanya jawab, itu saja.

Saya : bapak mengenal tidak dengan Icebreaking?

Pak Ardila : itu apa ya? Saya baru dengar.

Saya : itu salah satu jenis model pembelajaran pak. Jadi icebreaking itu sendiri merupakan permainan atau gerakan yang berfungsi untuk mencairkan suasana

menerapkannya dikelas?

Pak Ardila : berhubung saya baru tahu, jadi saya belum menerapkannya dikelas.

Saya : untuk masalah yang dihadapi dalam kelas sendiri apa yah pak?

Pak Ardila : kalau dikelas, peralatannya kurang memadai, ruang kelasnya kurang kondusif, kadang ada anak yang suka mengobrol, bolak balik wc terus, mengantuk, tidak konsentrasi, siswa hanya memakai buku LKS sebagai pedomannya, ada juga siswa yang harus lebih pelan mengajarinya agar faham.

Saya : apa yang bapak perbuat jika sudah mengetahui siswa begitu pak?

Pak Ardila : saya mah, hanya bikin peratuan saja, apabila selama pembelajaran anak anak bikin kesalahan, akan ada hukuman sendiri dalam bentuk, nilai meeke nanti dikurangi.

Saya : dalam pembelajaran, apakah semua siswa sudah memenuhi KKM pak?

Pak Ardila : pasti masih ada yang belum memenuhi KKM.

Saya : siswa seperti itu kira kira kendalanya apa pak?

Pak Ardila : kalau saya lihat, karna anak itu sering tidak masuk, dan kebanyakan mengobrol kalau pembelajaran berlangsung, mungkin itu pengaruhnya.

Saya : kalau dalam peraturan disekolah sendiri bagaimana pak?

Pak Ardila : kalau di sekolah, masuk jam 07.00. jika lebih dari jam 07.00 maka anak akan berurusan dengan guru piket, yang nantinya akan diberikan hukuman. Istirahat pertama jam 09.00, jam kedua 12.00. pulang jam 02.00. sebelum masuk kesekolah, baju harus dimasukkan, sepatu hitam, tidak membawa barang barang yang membahyakan.

Saya : kalau untuk guru sendiri bagaimana pak?

Pak Ardila : ya kurang lebih sama begitu.

Saya : apakah ada kekurangan yang masih bapak butuhkan dalam pembelajaran?

Pak Ardila : kalau di inginkan yang lebih bagus sih ada, seperti ruangan kelas yang aman dan kondusif, peralatan media pembelajaran yang memadai, buku penunjang belajar siswa yang lebih memadai. Itu saja.

Saya : apakah bapak sendiri bisa mengoperasikan laptop? Misalnya untuk pembelajaran bapak bisa membuat slide?

Pak Ardila : kalau saya bisa, saya bakal gunakan metode metode dengan menggunakan laptop, cuman saya tidak bisa.

Saya : memang di sekolah sendiri tidak ada pelatihan untuk guru dalam mempelajari komputer?

Pak Ardila : belum ada, kalau ada saya mungkin udah bisa.

Saya : baik pa, cukup sampai sini wawancara saya. Terimakasih atas bantuan dan waktunya bapak. Nanti saya mohon arahan dari bapak untuk melakukan penelitian disekolah ini.

Pak ardila : iya, tidak apa apa, InsyaAlloh bapak bantu semampu bapak.

Saya : baik pak, saya pamit pulang dulu, terimakasih pak, Assalamualaikum.

Pengamatan dikelas kontrol

1. Kelas berantakan tidak rapi

2. Cahaya yang masuk kekelas kurang 3. Siswa ada yang terlambat

4. Suasana kelas yang kurang kondusif 5. Siswa mengobrol sendiri

6. Tidak adanya absen kelas 7. Spidol tidak tersedia dikelas

8. Masih ada anak yang tidak membawa pulpen

9. Ada siswa yang masih meminjam peralatan tipex ke temennya 10.Siswa dengan no 10 mencontek dengan no 11

11.Siswa ada yang keluar 2x ke kamar mandi 12.Siswa ada makan

tingkat SMA

2. Membuat kisi-kisi instrumen penelitian berdasarkan indikator pembelajaran Sosiologi. 3. Membuat soal-soal instrumen sesuai dengan kisi-kisi instrument.

4. Instrumen yang telah di buat oleh peneliti kemudian dikonsultasikan dengan dosen pembimbing skripsi.

5. Melaksanakan uji coba instrumen penelitian. 6. Analisis validitas dan reliabilitas.

Hal yang senada juga diungkapkan dalam buku karya Atwi Suparman, bahwa “dengan bermain diharapkan siswa mampu memahami dan menghayati berbagai masalah yang dihadapi dalam kehidupan nyata. Sehingga dapat membentuk sikap dan nilai sebagai tujuan tambahannya.“1

Hubungan antara siswa pun lebih akrab dan terjalin komunikasi yang pada dalam proses ice breaking. Dimana setiap siswa saling mengisi kekurangan dari siswa yang lain. Sehingga timbul rasa kebersamaan dan kekeluargaan untuk saling mendukung dalam proses pembelajaran.

Dengan demikian hasil penelitian yang penulis teliti di SMA Darussalam ciputat dengan menggunakan model pembelajaran Ice breaking membuat siswa menjadi pembelajar yang memandang pelajaran sebagai kebutuhan bukan sekedar tuntutan senada dengan penelitian dan pendapat para peneliti yang sebutkan di atas.

1

Dokumen terkait