• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.2 Deskripsi Karakteristik Responden

5.3.1. Hasil Analisa Data

Hasil uji terhadap pengetahuan wanita di Kelurahan Sei Terjun mengenai Pap Smear yang dilakukan dengan memberikan kuesioner dapat dilihat pada tabel dibawah.

Tabel 5.5 Distribusi frekuensi hasil uji tingkat pengetahuan responden mengenai Pap Smear

Variable Kategori Frekuensi % Pengetahuan Baik 0 0

Cukup 3 3.2 Kurang 4 4.2 Sangat Kurang 88 92.6

Total 95 100

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan dengan kategori sangat kurang memiliki presentase paling besar yaitu sebanyak 88 orang (92.6%), tingkat pengetahuan yang dikategorikan kurang sebanyak 4 orang (4.2%) dan tingkat pengetahuan yang dikategorikan cukup hanya 3 orang (3.32%).

Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan wanita di Kelurahan Sei Terjun mengenai pemeriksaan Pap Smear berdasarkan karakteristik kelompok usia dapat dilihat pada tabel dibawah.

Tabel 5.6 Distribusi frekuensi hasil uji tingkat pengetahuan berdasarkan kelompok usia Tingkat Pengetahuan

Kel. Usia Baik Cukup Kurang Sangat kurang Total f % f % f % f % f % 20-30 0 0 2 66.7 1 25 29 33 32 33.7 31-40 0 0 1 33.3 3 75 45 51.1 49 51.6 41-50 0 0 0 0 0 0 14 15.9 14 14.7 51-60 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Total 0 0 3 100 4 100 88 100 95 100 Dari tabel ini terlihat bahwa proposi terbesar responden yang memiliki

pengetahuan cukup tentang pemeriksaan Pap Smear berada direntang usia 20-30 tahun sebanyak 66.7% yang mewakili 2 orang. Sementara untuk tingkat pengetahuan kurang, mayoritas responden berusia 31-40 tahun, sebanyak 75% yang mewakili 3 orang. Manakala responden yang memiliki pengetahuan sangat kurang paling ramai berasal dari kelompok usia 31-40 tahun yaitu seramai 45 orang dengan 51.1%.

Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan wanita di Kelurahan Sei Terjun mengenai pemeriksaan Pap Smear berdasarkan karakteristik tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel dibawah.

Tabel 5.7 Distribusi frekuensi hasil uji tingkat pengetahuan berdasarkan tingkat pendidikan Tingkat Pengetahuan

Tingkat Pendidikan Baik Cukup Kurang Sangat kurang Total f % f % f % f % f % Rendah 0 0 0 0 0 0 11 12.5 11 11.6 Sedang 0 0 0 0 1 25 17 19.3 18 18.9 Tinggi 0 0 3 100 3 75 60 68.2 66 69.5 Total 0 0 3 100 4 100 88 100 95 100

Dari tabel ini dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yang pengetahuannya cukup mengenai Pap Smear memiliki tingkat pendidikan tinggi, yaitu sebanyak 3 orang. Sementara proposi terbesar responden yang berpengetahuan kurang juga berasal dari tingkat pengetahuan tinggi yaitu sebanyak 3 orang. Walaupun demikian, didapati responden yang memiliki pengetahuan yang sangat kurang paling banyak juga berasal dari tingkat pendidikan tinggi yaitu sebanyak 60 orang.

Tabel 5.8 Distribusi jawaban responden mengenai Pap Smear pada kuesioner

Pertanyaan Tahu Tidak Tahu

f % f % Pemeriksaan Pap Smear dapat

mendeteksi dini kanker serviks 54 56,80 41 43,20 Biaya Pap Smear 24 25,26 71 74,74 Seberapa lama masa diperlukan

untuk pemeriksaan Pap Smear 24 25,26 71 74,74 Menyebabkan rasa nyeri 21 22,10 74 77,90 Melakukan hubungan seksual sehari

sebelum pemeriksaan Pap Smear 22 23,15 73 76,85 Tempat melakukan pemeriksaan Pap

Smear 3 3,16 92 96,84 Jaminan tidak akan menderita kanker

serviks selepas pemeriksaan Pap Smear 54 56,80 41 43,20 Perlu mencuci alat kelamin sebelum

pemeriksaan Pap Smear 24 25,26 71 74,74 Pemeriksaan Pap Smear perlu diulang 84 88,42 11 11,58 Wanita hamil boleh melakukan

pemeriksaan Pap Smear 7 7,37 88 92,63 Dari tabel 5.9 terlihat bahwa 56,8% responden mengerti bahwa kanker serviks dapat dideteksi secara dini dengan melakukan pemeriksaan Pap Smear. 25,26%

mengetahui bahwa biaya untuk melakukan pemeriksaan ini tidak mahal dan masa yang diperlukan untuk menjalankan pemeriksaan ini juga tidak mengambil masa yang lama untuk selesai. Sebanyak 22,1% responden tahu yang pemeriksaan Pap Smear tidak menyebabkan pasien berasa nyeri dan 23,15% daripada keseluruhan responden tahu bahwa hubungan seksual tidak bisa dilakukan sehari sebelum datang melakukan pemeriksaan. Cuma 3,16% responden yang tahu bahwa Pap Smear bisa dilakukan bukan hanya di rumah sakit besar tetapi juga di puskesmas atau praktek dokter. Responden yang mengerti bahwa dengan melakukan pemeriksaan Pap Smear tidak ada jaminan akan bebas dari menderita kanker serviks adalah sebanyak 56,8%. Sebaliknya, hanya 25,26% responden yang tahu larangan mencuci alat kelamin sebelum dilakukan pemeriksaan Pap Smear. Selanjutnya, didapati 88,42% responden tahu bahwa pemeriksaan ini harus diulang mengikut syarat-syarat tertentu yang telah disepakati dan 7,37% daripada keseluruhan responden tahu bahwa wanita hamil juga bisa datang menjalani pemeriksaan Pap Smear ini.

5.4 Pembahasan

Apabila dilihat dari hasil penelitian ini, ternyata rata-rata wanita di Kelurahan Sei Terjun yang berusia di antara 20 hingga 60 tahun memiliki pengetahuan yang sangat kurang mengenai pemeriksaan Pap Smear yaitu 92.6%. Wanita yang berpengetahuan cukup hanya 3.2% sementara yang berpengetahuan kurang mengenai pemeriksaan Pap Smear cuma 4.2%. Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Chintami Octavia mengenai Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Pemeriksaan Pap Smear Di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009, di mana 5.5% ibu memilik pengetahuan baik, 62.7% ibu berpengetahuan sedang manakala yang berpengetahuan kurang cuma 31.8%. Walaupun demikian, terdapat persamaan hasil penelitian yang dilakukan di poliklinik RSUP-CM Jakarta pada tahun 2005, di mana didapatkan 2.9% responden dengan pengetahuan baik tentang pemeriksaan Pap Smear, 21.6% berpengetahuan cukup dan sebanyak 75.5% responden berpengetahuan kurang. Sama halnya dalam hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Susun Klender Jakarta pada

tahun 2005 di mana frekuensi responden yang berpengetahuan kurang paling tinggi yaitu 46,7%. Sementara sebanyak 40,2% responden berpengetahuan cukup. Manakala yang berpengetahuan baik cuma 13,1%.

Perbedaan yang ditampilkan dari berbagai hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan mengenai pemeriksaan Pap Smear adalah bervariasi mengikut lokasi tertentu. Perbedaan hasil penelitian ini mungkin disebabkan oleh adanya perbedaan kondisi masyarakat, seperti tinggi arus informasi yang mereka perolehi mengenai Pap Smear di tempat mereka. Kurangnya pengetahuan tentang kepentingan pemeriksaan Pap Smear adalah karena rendahnya tingkat kewaspadaan wanita terhadap kesehatan reproduksi contohnya kanker rahim atau kanker serviks. Selain itu, kurangnya informasi mengenai cara pencegahan dan deteksi dini kanker serviks ini turut sama menyumbang kepada rendahnya pengetahuan wanita tentang Pap Smear.

Hal ini sejalan dengan pernyataan Notoatmodjo (2003) yang menyatakan bahwa pengetahuan dapat diperoleh dari pengetahuan yang berasal dari berbagai sumber informasi sehingga dapat membentuk keyakinan bagi seseorang. Maka, seharusnya perlu dilakukan sosialisasi mengenai Pap Smear yang dapat diterima melalui televisi, radio, majalah, serta kader ataupun petugas kesehatan dalam masyarakat sebagai suatu upaya dalam peningkatan pengetahuan masyarakat khususnya wanita mengenai pemeriksaan Pap Smear.

Seperti yang kita tahu, media massa saat ini memiliki peranan yang besar dalam membentuk opini dan pengetahuan publik. Tetapi perlu juga diketahui bahwa keterpajanan seseorang terhadap media massa dan tingkat pengetahuannya tidak hanya ditentukan oleh jumlah media massa yang dimiliki tetapi juga kualitas dan kuantitas informasi yang didapat. Merujuk kepada hasil dalam penelitian ini, didapati bahwa mayoritas kelompok wanita yang diteliti mempunyai pengetahuan yang sangat kurang tentang pemeriksaan Pap Smear dan sumber informasi yang mereka akses adalah dari media massa seperti media cetakan dan media elektronik. Tingkat pengetahuan responden mungkin dipengaruhi dari sumber informasi karena peranan

media massa lebih besar dan banyak dipergunakan pada tahap pengenalan informasi baru. Sedangkan saluran komunikasi interpersonal lebih penting peranannya pada tahap pemahaman mengenai informasi yang mereka peroleh dari media massa.

Tingkat pengetahuan wanita di Kelurahan Sei Terjun mengenai pemeriksaan Pap Smear juga rendah mungkin ada hubungan tidak langsung dengan kurangnya bilangan wanita yang pernah didiagnosa menghidap kanker serviks. Hal ini karena apabila seseorang didiagnosa menghidap kanker serviks maka mereka akan beranggapan bahwa itu merupakan suatu masalah kesehatan. Ini secara langsung akan meningkatkan frekuensi kunjungan mereka ke provider kesehatan lalu akan terjadi peningkatan tahap pengetahuan mereka mengenai Pap Smear. Di sini mereka akan diberi lebih banyak informasi dan edukasi mengenai cara pencegahan kanker serviks yaitu dengan melakukan pemeriksaan Pap Smear secara berkala.

Rata-rata kelompok wanita yang diteliti mempunyai jumlah pendapatan sebulan yang agak lumayan yaitu > 1 juta sebulan. Ini mungkin bisa dijadikan petunjuk bahwa wanita-wanita yang diteliti ini adalah golongan yang sibuk bekerja untuk meningkatkan penghasilan bulanan mereka sehingga kurang peduli tentang tahap kesehatan mereka terutama kesehatan reproduksi. Hal ini mungkin turut menjadi alasan mengapa tingkat pengetahuan kelompok wanita yang diteliti ini sangat kurang walaupun mayoritas mereka dari golongan yang berpendidikan tinggi.

Selain dari hal-hal yang telah dibahaskan di atas, kemungkinan keterbatasan peneliti semasa melakukan penelitian ini turut mempengaruhi hasil penelitian ini. Peneliti tidak melakukan uji validitas kuesioner dengan sempurna sebelum memberikan kuesioner kepada responden. Hal ini mungkin telah mempengaruhi mengapa responden yang berpendidikan tinggi masih mempunyai tingkat pengetahuan yang sangat kurang tentang manfaat pemeriksaan Pap Smear.

Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan berdasarkan karakteristik usia dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa proposi terbesar wanita yang memiliki pengetahuan baik, yaitu 66,7% berusia 20-30 tahun. Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Octavia (2009) di Kelurahan Petisah, yaitu sebanyak 50% responden

berpengetahuan baik berada dalam rentang usia 46-50 tahun. Hasil ini juga berbeda dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Kayika, Wawalumaya, Darindo, dkk (2006) di rumah susun Klender Jakarta yang memperlihatkan 42,9% responden memiliki pengetahuan baik berada pada rentang usia 45-54 tahun.

Hal ini mungkin ada kaitannya dengan meningkatnya kesadaran wanita usia muda tentang derajat kesehatan mereka sehingga kewaspadaan mereka terhadap upaya pencegahan kanker serviks lebih tinggi. Keadaan ini memicu mereka untuk mencari lebih banyak informasi mengenai pencegahan kanker serviks termasuk pemeriksaan Pap Smear sehingga membuatkan tingkat pengetahuan mereka lebih baik. Selain itu, arus kemodernan dunia masa kini juga mungkin mempengaruhi tingkat pengetahuan wanita yang berusia lebih muda karena mereka lebih banyak terpapar dengan informasi-informasi baru mengenai kesehatan. Malah, cara mengakses informasi pada masa kini lebih mudah dan cepat berbanding beberapa tahun ke belakang.

Berdasarkan distribusi tingkat pengetahuan wanita di Kelurahan Sei Terjun mengenai Pap Smear berdasarkan karakteristik tingkat pendidikan, diperoleh bahwa tidak ada perbedaan tingkat pendidikan terhadap tingkat pengetahuan responden karena semua wanita yang yang berpengetahuan sama ada cukup, kurang atau sangat kurang berasal dari tingkat pendidikan tinggi, yaitu SMA sedarjat. Penelitian yang dilakukan oleh Kayika, Wawalumaya, Darnindo, dkk (2006) memperlihatkan hasil yang berbeda, dimana mayoritas responden yang berpengetahuan baik, cukup, maupun kurang keseluruhannya berasal dari kelompok tingkat pendidikan yang sedang. Perbedaan ini juga ditunjukkan dari hasil penelitian Octavia (2009), dimana responden yang berpengetahuan baik dan sedang mayoritas berasal dari kelompok dengan tingkat pendidikan tinggi. Manakala responden dengan tingkat pengetahuan kurang paling banyak berasal dari kelompok dengan tingkat pendidikan rendah. Hal ini menunjukkan, dari hasil penelitian ini tidak ada hubungan bermakna antara tingkat pendidikan dengan tingkat pengetahuan wanita mengenai Pap Smear. Tingkat pendidikan seseorang dapat menentukan kemampuan intelektual,

pemahaman dan kemampuan berpikir kritis dan logis seseorang dalam mengolah informasi dan mengambil keputusan dalam bertindak. Walaupun demikian, tingginya tingkat pendidikan seseorang tanpa diikuti kemauan belajar atau mencari informasi lalu bertindak seperti yang seharusnya, tidak menjamin seseorang untuk memiliki pengetahuan yang baik. Sebaliknya, mereka yang ada kemauan belajar dan menambah pengetahuannya dengan mencari informasi meskipun datang dari latar belakang tingkat pendidikan rendah bisa mempunyai pengetahuan yang baik.

BAB 6

Dokumen terkait