• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Pembahasan

Penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa dengan kecerdasan emosi baik dapat mencapai prestasi belajar yang baik pula, sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa mhasiswa dengan prestasi A memiliki kecerdasan emosi yang baik pula, dan mahasiswa dengan prestasi D memiliki kecerdasan emosi yang kurang pula. Menurut Sumadiredja (2014) orang yang ber-EQ rendah bisa saja memiliki IQ yang tinggi, menampakkan prilaku yang merugikan orang lain. Untuk itu Kecerdasan emosi perlu ditumbuhkan semenjak masih kecil melalui naskah emosi yang sehat. Tujuan mengajarkan naskah emosi yang sehat (Health Emotion Script) adalah agar naskah emosi yang sehat ini dapat diinternalisasi anak sejak dini dan di bawa terus oleh anak dalam berinteraksi dengan orang lain bila ia dewasa kelak.

Penelitian lain yang sejenis dilakukan oleh N. Kadek Sri Eka Putri (2010) tentang kecerdasan emosi menunjukkan hasil analisis data deskriptif kecerdasan emosi mahasiswa sebagian besar baik yaitu sekitar 86,5 % atau sekitar 77 orang mahasiswa memiliki kecerdasan emosi baik dan 13,48 % atau 12 orang mahasiswa memiliki kecerdasan emosi sangat baik, setelah di lakukan analisis data kecerdasan emosi dengan prestasi belajar di dapatkan hasil sebanyak 55,02 % atau 49 orang mahasiswa mempunyai kecerdasan emosi baik dengan prestasi belajar baik pula, 30,35 % atau 27 orang mahasiswa mempunyai kecerdasan emosi baik dengan prestasi belajar cukup, 1,13 % atau 1 orang mahasiswa mempunyai kecerdasan emosi baik dengan prestasi belajar baik sekali, 4,50 % atau 4 orang mahasiswa mempunyai kecerdasan emosi sangat baik dengan prestasi belajar baik dan 9,00 % atau 8 orang mahasiswa mempunyai kecerdasan emosi sangat baik dengan prestasi belajar baik

sekali, sehingga dapat disimpulkan bahwa frekuensi terbanyak berada pada mahasiswa yang mempunyai kecerdasan emosi baik dengan prestasi belajar baik.

Hal ini sesuai dengan teori menurut sumadiredja (2014), Kecerdasan emosi adalah kemampuan mengenali emosi diri sendiri, mengelola dan mengekspresikan emosi diri sendiri dengan tepat, memotivasi diri sendiri, mengenali orang lain dan membina hubungan dengan orang lain. Kecerdasan umum (Intelegensi) semata – mata hanya dapat memprediksi kesuksesan hidup sebanyak 20 % saja, sedangkan 80% lainnya adalah apa yang disebut kecerdasan emosi (Emotional Intelligence). Bila tidak ditunjang dengan pengolahan emosi yang sehat. Orang – orang yang mengelola perasaan (emosi) mereka dengan baik dan dapat berhubungan dengan orang lain secara efektif cendrung mengingat informasi dan belajar lebih efektif pula. 2. Prestasi Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan prilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan instruksional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Siswa yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil dalam mencapai tujuan – tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional(Jihad,dkk.,2013).

Hasil analisis data prestasi belajar mahasiswa semester III Akademi Kebidanan Universitas Prima Indonesia Medan didapatkan sebanyak 37,3% atau 22 mahasiswa mempunyai prestasi C+, hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa memiliki prestasi yang cukup. Sedangkan 1,7 % atau 1 mahasiswa mempunyai prestasi belajar A, 8,5 % atau 5 mahasiswa mempunyai prestasi B+, 18,6% atau 11 mahasiswa mempunyai prestasi belajar B. Menurut Slameto (2003) Terdapat banyak factor yang mempengaruhi kemampuan intelektual seseorang,

meliputi aspek – aspek fisik, emosional latar belakang sosial, ekonomi, keturunan, dan lingkungan. Untuk itu di dapat juga hasil sebanyak 32,2% atau 19 mahasiswa mempunyai prestasi belajar C, 1,7% atau 1 mahasiswa mempunyai prestasi belajar D, dan tidak ada mahasiswa yang mempunyai nilai E.

Penelitian lain yang mendukung hasil analisis data deskriptif mengenai prestasi belajar dengan judul penelitian hubungan kestabilan emosi dengan prestasi belajar pada siswa kelas X di SMA Negeri 1 Karanganom Klaten diperoleh dari nilai ujian akhir semester 1. Menunjukkan prestasi belajar siswa sebagian besar berada pada skor 76 – 80 yaitu sebanyak 48 orang (62%), pada skor 70 – 75 sebanyak 26 orang (34%), pada skor 81 -85 sebanyak 2 orang (2,5%), pada skor 86 – 90 sebanyak (1,5%), dari hasil analisis data didapatkan nilai probabilitas sebesar 0,00 (p<0,05) sehingga hipotesis diterima yang berarti ada hubungan antara kestabilan emosi dengan prestasi belajar(Chotimah, 2010).

Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa secara nyata setelah di lakukan proses belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan pengajaran. Setelah melalui proses belajar maka siswa di harapkan dapat mencapai tujuan belajar yang disebut juga sebagai hasil belajar yaitu kemampuan yang di miliki siswa setelah menjalani proses belajar. Hasil belajar adalah kemampuan – kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya(Jihad, dkk. 2013).

3. Hubungan Kecerdasan Emosi dengan Prestasi belajar mahasiswa semester III Akademi Kebidanan Universitas Prima Indonesia Medan

Dari hasil analisis mengenai hubungan antara kecerdasan emosi dengan prestasi belajar yang dilakukan kepada 59 orang mahasiswa semester III Akademi Kebidanan Universitas Prima Indonesia Medan menunjukkan ada hubungan antara

kecerdasan emosi dengan prestasi belajar hal ini dapat dilihat dari nilai p = 0,00 (p<0,05) sehingga Ha gagal ditolak berarti terdapat hubungan antara kecerdasan emosi dengan prestasi belajar. Dengan nilai korelasi sebesar 0,790 menandakan bahwa antara kecerdasan emosi dengan prestasi belajar memiliki korelasi yang sangat kuat dan bersifat positif. Hal ini dapat di artikan bahwa semakin baik kecerdasan emosi mahasiswa maka semakin tinggi pula hasil prestasi belajarnya, sebaliknya semakin kurang kecerdasan emosi mahasiswa maka semakin rendah pula hasil prestasi belajarnya.

Orang – orang yang mengelola perasaan (emosi) mereka dengan baik dan dapat berhubungan dengan orang lain secara efektif cendrung mengingat informasi dan belajar lebih efektif pula. Orang yang ber-EQ rendah bisa saja memiliki IQ yang tinggi, menampakkan prilaku yang merugikan orang lain (Sumadiredja, 2014)

Hal tersebut sesuai dengan penelitian sebelumnya dengan judul penelitian hubungan kecerdasan emosi dengan prestasi belajar mahasiswa DIV Kebidanan FK UNS bahwa kecerdasan emosi memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan prestasi belajar dengan nilai koefisien korelasi 0,809 (p = 0,000), berarti kecerdasan emosi yang tinggi menghasilkan prestasi belajar yang tinggi(Nuryanti, 2010).

Hasil penelitian lain yang berjudul hubungan keakraban orangtua anak terhadap kecerdasan emosional siswa SMA Negeri 1 Medan tahun ajaran 2006/2007 oleh menunjukkan hasil korelasi sedang dengan nilai korelasi (r) positif sebesar 0,559(Gultom, (2007).

Hasil penelitian lain yang berjudul hubungan kecerdasan emosi dan kesiapan belajar dengan prestasi belajar pada mata kuliah Askeb ibu 1 mahasiswa semeste II

Akbid Mitra Husada Karanganyar oleh N. Kadek Sri Eka Putri (2010) menunjukkan hubungan yang positif dan signifikan kecerdasan emosi dengan prestasi belajar sebesar 0,457, terdapat hubungan yang positif dan signifikan kesiapan belajar dengan prestasi belajar sebesar 0,360, terdapat hubungan yang positif dan signifikan kecerdasan emosi dan kesiapan belajar dengan prestasi belajar sebesar 0,533.

Kecerdasan emosi perlu ditumbuhkan semenjak masih kecil melalui naskah emosi yang sehat. Tujuan mengajarkan naskah emosi yang sehat (Health Emotion

Script) adalah agar naskah emosi yang sehat ini dapat diinternalisasi anak sejak dini

dan di bawa terus oleh anak dalam berinteraksi dengan orang lain bila ia dewasa kelak. Orang yang ber-EQ rendah bisa saja memiliki IQ yang tinggi, menampakkan prilaku yang merugikan orang lain(Sumadiredja, 2014).

Dokumen terkait