• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 Hasil Penelitian dan Pembahasan

5.2 Pembahasan

Tingkat penggunaan gadget hanya ditemukan di tingkat rendah dan sedang . Jumlah penggunaan gadget terbanyak berada pada tingkat kecanduan sedang. Pada saat dilakukan pengolahan data peneliti menemukan skor yang mendekati tingkat kecanduan tinggi sebanyak 3 siswa dengan skor 57.

Kecanduan gadget dalam penelitian ini sebagian besar 51,4% berada pada tingkat kecanduan sedang. Tingkat kecanduan gadget siswa perempuan lebih tinggi dari siswa laki-laki dalam penelitian ini, terlihat pada tabel 5.1 bahwa tingkat kecanduan perempuan sampai pada tingkat sedang dan pada laki-laki hanya pada tingkat rendah. Perbedaan tersebut mungkin terkait dengan penggunaan dan tujuan menggunakan gadget. Perbedaan yang pertama yaitu terkait kebutuhan penggunaan smartphone antara laki-laki dan perempuan berbeda. Menurut Wook, et al (2015)

kecanduan gadget dikaitkan dengan jenis kelamin, laki-laki cenderung menggunakan game online dan mencari informasi, sementara perempuan cenderung untuk chatting, mengirim pesan, blogging, memperbarui homepage pribadi, dan mencari informasi. Jadi lebih banyak fungsi penggunaan tingkat penggunaannya lebih besar.

Perbedaan yang kedua yaitu menggunakan gadget adalah untuk mengikuti tren. Tujuan menggunakan gadget mempengaruhi tingkat penggunaan gadget, terlihat pada table 5.1 bahwa sebagian besar responden menggunakan gadget selama lebih dari 12 jam dalam sehari, hal tersebut dapat memicu terjadinya kecanduan dalam penggunaan gadget. Tujuan menggunakan gadget untuk mengikuti tren dan gaya hidup masa kini dan didukung dengan hasil penelitian menunjukkan karakteristik kecanduan gadget pada responden seperti menganggap gadget hal yang paling penting dan tidak dapat mengontrol penggunaan gadget merupakan keadaan yang mudah terjadi pada anak, karena usia anak sekolah berada pada usia peralihan dari masa anak-anak ke remaja yang masih membutuhkan kontrol dari orang tua.

2. Gangguan Pola Tidur

Tabel 5.2 menunjukkan bahwa 59 dari 70 siswa mengalami gangguan pola tidur. Gangguan tidur pada anak dapat berupa kurangnya durasi, kualitas, dan kuantitas tidur. Dalam penelitian ini yang berdasarkan pada kuesioner SDDS, 6 gangguan tidur yang dimaksud adalah Gangguan memulai dan mempertahankan tidur, gangguan pernapasan saat tidur, gangguan kesadaran, gangguan transisi tidur – bangun, gangguan somnolen berlebihan, dan hiperhidrosis saat tidur. Dan semua gangguan tidur pada sampel setiap anak, prosentasi gangguan yang paling besar

IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

adalah gangguan memulai dan mempertahankan tidur serta gangguan transisi tidur bangun yang merujuk ke pola tidur. Hal ini dikarenakan dua gangguan tersebut paling banyak penjumlahan pertanyaan pada keduanya. Maka dari itu dapat diasumsikan bahwa kuesioner SDDS khusus diprioritaskan untuk gangguan pola tidur.

Sesuai kuesioner SDDS, Anak sekolah sangat rentan mengalami gangguan tidur, faktor intrinsik dan lingkungan memainkan peranan dalam tidur anak sekolah. Beberapa faktor eksternal seperti kebiasaan minum kopi, penggunaan alat elektronik pada saat malam hari membuat keterlambatan fase tidur lebih berat. Demikian pula dengan kegiatan sosial remaja di sekolah yang membutuhkan waktu bangun lebih cepat menyebabkan kecenderungan remaja untuk mengantuk pada siang hari lebih besar (Lund, dkk 2010).

Anak sekolah mulai bisa memutuskan sendiri mengenai jadwal tidurnya yang menyebabkan terjadinya tidur yang tidak teratur. Penggunaan komputer atau internet, game, video dan telepon, lazim digunakan oleh remaja, sehingga mengganggu tidur dan meningkatkan resiko mengantuk pada siang hari. Paparan media elektronik (3 jam per hari) akan meningkatkan latensi tidur dan mengurangi waktu tidur anak. Gangguan tidur adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami resiko perubahan jumlah dan kualitas pola istirahat yang menyebabkan ketidaknyamanan (Japardi, 2002). Seperti yang dibahas pada bab 3 sebelumnya pada kerangka konseptual faktor – faktor yang dapat mempengaruhi pola tidur tidur antara lain; penyakit, lingkungan, stress emosi, kelelahan, obat – obatan, diet, dan motivasi.

3. Hubungan penggunaan gadgetdengan pola tidur pada anak sekolah

Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara penggunaan gadget dengan pola tidur pada anak sekolah di UPT SDN 02 Gadingrejo Pasuruan. Hal tersebut telah diuji dengan Uji Spearmant. Sesuai tabel korelasi diatas korelasinya cukup kuat dan satu arah, dalam artian jika penggunaan gadget meningkat maka tingkat gangguan pola tidurnya juga meningkat, begitu juga sebaliknya. Penelitian dari case western reserve school of medicine, Cleveland (2008) didapatkan bahwa salah satu faktor penyebab gangguan pola tidur pada anak adalah akses media sosial di internet melalui telepon selular yang dapat mempengaruhi kualitas tidur remaja. Terdapat beberapa hasil bahwa responden yang mengalami kecanduan gadget sedang tetapi tidak mengalami ganguan tidur dan begitu sebaliknya responden yang mengalami kecanduan gadget rendah mengalami gangguan tidur. Hal tersebut karena beberapa faktor penyebab, seperti mengkonsumsi kafein, menonton TV sebelum tidur, lingkungan didalam rumah yang panas, bising, ruang tidur terdapat TV/ ruang tidur dekat dengan TV keadaan- keadaan tersebut menjadi faktor pendukung yang dapat memperparah terjadinya gangguan pola tidur dan begitu sebaliknya.

Menurut Satzinger (2010), salah satu dampak penggunaan gadget adalah mengganggu tidur, karena dengan layanan internet 24 jam gadget akan bergetar atau berdering setiap saat. Ketika ada pesan singkat atau pemberitahuan masuk setiap saat, pengguna akan memainkan gadget mereka, termasuk ketika sudah berada di tempat tidur. Menurut Prasadja (2009), irama sikardian sangat peka terhadap cahaya, cahaya yang ada saat tidur akan menghambat dan menurunkan

IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

produksi hormon melatonin. Hormon melatonin berperan dalam proses tidur dan kualitas tidur seseorang. Jadi mereka dengan kecanduan gadget akan selalu menyandingkan gadget didekat mereka bahkan saat sudah tidur. Secara tidak langsung gadget akan menyala setiap saat ada pesan masuk, sehingga tubuh dipaksa untuk terus beraktifitas hingga larut malam dan pancaran cahaya pada layar gadget tersebut akan menghambat mekanisme irama sikardian, sehingga produksi hormon melatonin dalam tubuh akan terganggu. Apabila produksi hormon melatonin dalam tubuh terganggu maka proses dan kualitas tidur juga akan terganggu, hal tersebut akan menyebabkan gangguan tidur.

Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan antara penggunaan gadget dengan pola tidur pada anak sekolah di UPT SDN 02 Gadingrejo Pasuruan. Berdasarkan hasil tersebut, mereka menganggap gadget adalah hal yang paling penting bagi mereka dan mereka tidak dapat mengontrol penggunaan gadget. Keadaan tersebut menyebabkan terjadinya kecanduan gadget dan menjadikan mereka selalu menyandingkan gadget di dekat mereka bahkan saat tidur, cahaya dari layar gadget ini dapat mengganggu tidur dan mengakibatkan gangguan tidur.

Dokumen terkait