• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.6 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian, buku cerita ini layak untuk digunakan. Hal ini nampak pada validasi yang telah dilakukan pada pakar sebesar 4,45 yang

masuk dalam kategori “ angat Baik”. Validasi guru SD kelas V sebesar 4,27 yang masuk dalam kategori “ angat Baik”. Validasi subjek uji coba sebesar 4,06 yang

masuk dalam kategori “Baik”. Hasil rata-rata seluruh validasi yaitu 4,26 dengan

kategori “Sangat Baik”.

Proses pembuatan produk ini diawali dengan analisis kebutuhan. Proses ini sesuai dengan langkah pertama pengembangan dari Dick and Carey (dalam

Setyosari 2013: 230). Analisis kebutuhan dilakukan dengan melakukan wawancara kepada guru kelas IV dan guru kelas V SD di SD N Ngering 1. Guru mengalami kesulitan ketika ingin memberikan buku bacaan yang memuat

pendidikan seks kepada siswanya. Guru juga membutuhkan buku pegangan ketika memberikan materi pendidikan seks untuk para siswa, buku yang mereka butuhkan ialahbuku cerita bergambar karena selain buku itu memuat pendidikan seks buku ini juga disertai gambar yang membuat siswa lebih berminat untuk membaca karena dirasa lebih menarik dan buku tersebut bisa dibaca dengan atau tanpa dampingan guru disekolah maupun dampingan orang tua ketika dirumah. Dengan demikian, guru dan orang tua siswa juga dapat membantu siswa dalam memberikan pendidikan seks dengan menggunakan buku tersebut.

Analisis kebutuhan yang peneliti lakukan terbatas pada wawancara kepada guru saja. Peneliti menyarankan bila ada penelitian selanjutnya tentang pengembangan buku cerita anak, sebaiknya analisis kebutuhan dengan wawancara juga dilakukan kepada siswa. Hal tersebut agar peneliti selanjutnya dapat mengetahui kebutuhan siswa secara langsung. Sehingga dapat mengembangkan produk yang lebih tepat sesuai dengan analisis kebutuhan.

Penelitian yang dilakukan ini menggunakan modifikasi dari langkah pengembangan produk Dick & Carey dan penelitian pengembangan Borg & Gall. Modifikasi yang telah dibuat tersebut menghasilkan tujuh langkah penelitian. Ketujuh langkah penelitian merupakan langkah penelitian dari Borg & Gall yang disesuaikan dengan langkah Dick & Carey sehingga dapat digunakan secara bersama-sama untuk mengembangkan produk.

Penggunaan kedua langkah pengembangan tersebut membantu peneliti dalam mengembangkan produk. Langkah-langkah yang sudah dibuat memudahkan peneliti dalam melakukan tahap pengembangan yang harus

dilakukan. Dengan demikian, tahap pengembangan yang dilalui menjadi lebih terstruktur dan jelas.

Penyusunan buku cerita anak ini diawali dengan membuat judul buku.

Judul buku cerita anak ini adalah “Cerita Defa”. Judul ini dibuat simpel dan

menarik sesuai dengan topik yang menceritakan tentang kejadian apa saja yang dialami Defa. Buku cerina ini termasuk buku cerita fiksi, yaitu buku yang menceritakan cerita khayal, rekaan atau sesuatu yang tidak terjadi (McElmeel, 2002). Cerita fiksi juga mempersatukan tujuan menghibur, memberikan kesenangan dan kepuasan, serta dapat memberikan tujuan – tujuan yang mendidik (Nurgiyantoro, 2005: 220). Dengan demikian cerita fiksi dapat memberikan kenikmatan membaca bagi anak serta memberikan manfaat bagi anak.

Berdasarkan hasil validasi ahli dan guru, judul buku cerita menggambarkan isi cerita dengan baik. Judul buku cerita yang digunakan singkat padat, menarik perhatian, serta menggambarkan garis besar cerita (Effendy, Bangsa & Yudani, 2013). Buku cerita ini memiliki 30 halaman termasuk sampul depan dan sampul belakang. Buku cerita anak memiliki keterangan tambahan berupa mini diary yang terdapat di bagian belakang tepatnya pada halaman 23 dan 24 dengan tujuan agar siswa menuliskan semua pengalaman yang dialaminya dala lembar mini diery sehingga guru atau orang tua dapat memantau kegiatan siswa. Buku setebal 30 halaman sesuai untuk anak usia 6-12 tahun. Naskah tidak lebih dari 1500 kata. Plot masih sederhana yang menyentuh emosi dan pola pikir anak. Ilustrasi memainkan peran yang sama besar dengan teks dalam penyampaian cerita (Ramdani, 2012).

Dalam pemberian materi pendidikan seks yang ada dalam buku ini telah dikonsultasikan dengan pakar ahli bahasa indonesia dan psikologi, yaitu tentang bahasa yang sesuai dengan anak SD kelas atas dan konten pendidikan yang sesuai dengan anak SD kelas atas. Dalam buku cerita ini juga memuat pendidikan seks yang dibutuhkan anak – anak SD, misalnya bagaimana cara menjaga diri mereka dari pelaku kekerasan terhadap anak, yaitu menurut (Wuryani, 2008: 164) ialah: 1. Menolak ketika ada orang yang meraba atau memegang bagian sensitif dari tubuh anak, 2. Melapor kepada orang tua, guru atau krluarga terdekat jika kamu merasa diperlakukan tidak menyenangkan dan tidak sopan. Juga disertai dengan taktik atau trik pelaku kekerasan kepada anak – anak, agar anak terhindar dari pelaku kekerasan: 1. Tawaran bantuan: Penganiaya sering mendekati anak dan menawarkan bantuan seperti pulang ke rumah, ke restoran atau ke sekolah. 2. Sogokan: Ini adalah salah satu tipu daya yan tertua. Anak ditawari hadiah, gula – gula, mainan atau barang lainya. 3. Ikatan kasih sayang: Sebagian besar penganiaya anak biasa mengaku menjalin hubungan dengan seseorang yang dikenal oleh anak atau anggota keluarga anak (Wuryanti, 2008: 167). Pemberian materi ini diharapkan oleh peneliti agar anak – anak yang membaca buku cerita ini agar terhindar dari pelaku kekerasan seksual.

Buku cerita anak sebagai produk penelitian dikembangkan dengan spesifikasi yang disesuaikan karakteristik dan kebutuhan siswa. Buku cerita anak dikembangkan dengan metode yang beragam. Metode yang dilakukan ini perlu memperhatikan beberapa karakteristik agar dapat dikatakan baik. Beberapa karakteristik itu adalah sesuai dengan perkembangan bahasa anak. Artinya sesuai

dengan usia dan perkembangannya yaitu usia 7-11 tahun yang menurut Peaget (dalam Nurgiyantoro, 2005 : 52) tahun termasuk ke dalam operasional konkret. Anak – anak mengembangkan kemampuan sistematis, namun hanya ketika mereka dapat mengacu pada obyek – onyek atau aktifitas – aktifitas konkret. Dalam penelitian ini obyek atau benda konkretnya ialah berupa buku cerita. Dengan demikian, dalam penelitian ini peneliti melakukan penyusunan buku cerita dengan mempertimbangkan perkembangan kognitif, yaitu tahap operasional konkret. Buku cerita anak ini juga bersifat kontesktual dengan anak artinya sesuai dengan lingkungan anak.

Desain produk awal yang sudah selesai kemudian divalidasi kepada pakar ahli dan guru kelas V SD. Hasil validasi pakar adalah 4,45 dengan kategori

“ angat Baik”, sedangkan hasil validasi dari guru adalah 4,27 dengan kategori “ angat Baik”. Melalui validasi, peneliti memperoleh masukan untuk tujuan penyusunan buku cerita yang menjadi lebih baik dan menarik bagi siswa kelas atas. Secara umum kedua validator tersebut berkomentar mengenai desain produk agar lebih diperbaiki lagi. Validator mengatakan produk tersebut sudah dapat diuji dan layak digunakan tetapi perlu dilakukan revisi terlebih dahulu.

Setelah produk berupa buku cerita anak ini selesai divalidasi dan direvisi maka dilakukan uji coba lapangan. Pada tahap uji coba lapangan ini siswa diminta membaca dan memahami isi dari buku cerita anak. Setelah membaca dan memahami isi dari buku cerita anak tersebut, siswa diminta mengisi kuesioner untuk menilai produk tersebut. Pada tahap ini peneliti tidak melakukan observasi pada siswa yang sedang membaca dan memahami isi dari buku cerita anak

tersebut. Bila ada penelitian lanjutan, sebaiknya pada tahap uji coba lapangan ini peneliti selanjutnya melakukan obsevasi. Hal tersebut perlu dilakukan agar peneliti mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam memahami dari isi buku cerita anak telah dikembangkan. Dengan mengetahui kesulitan yang dialami siswa, peneliti dapat menambahkan perbaikan dalam buku cerita anak tersebut.

Hasil penelitian pengembangan menunjukkan bahwa buku suplemen yang dikembangkan mendapat respon positif dari guru dan siswa. Artinya Buku cerita anak ini memfasilitasi dan sudah mendukung GLS (Gerakan literasi Sekolah) karena mendapat respon yang baik dari siswa dan masuk dalam. Hal ini terlihat dari hasil validasi yang dilakukan oleh pakar, guru kelas V SD, dan siswa sebagai subjek uji coba. Validasi ini dapat dilihat dari indikator (1) desain dan pengorganisasian, (2) kebahasaan dan isi, (3) tujuan dan pendekatan.

BAB V PENUTUP

Bab ini memaparkan (1) kesimpulan, (2) keterbatasan penelitian dan (3) saran.

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut.

5.1.1 Buku cerita anak berbasis pendidikan seks ini dikembangkan dengan hasil modifikasi model pengembangan Dick & Carey dan prosedur penelitian R&D Borg & Gall. Pengembangan tersebut meliputi tujuh langkah pengembangan, yaitu (1) penelitian dan pengumpulan informasi awal, (2) perencanaan, (3) pengembangan produk awal, (4) uji coba awal, (5) revisi produk, (6) uji coba lapangan, dan (7) revisi produk.

5.1.2 Kualitas buku cerita anak berbasis pendidikan seks untuk siswa kelas atas menurut pakar sebesar 4,45 dengan kategori “Sangat Baik”, guru kelas V SD sebesar 4,27 dengan kategori “ angat Baik” dan menurut subjek uji coba sebesar 4,06 dengan kategori “Baik”. Kualitas buku setelah dilakukan rata-rata dari validasi pakar, guru kelas V SD dan uji coba lapangan didapatkan hasil 4,26 dengan predikat “Sangat Baik” ditinjau dari aspek (1) desain dan pengorganisasian, (2) kebahasaan dan isi, (3) tujuan dan pendekatan.

5.2 Keterbatasan Pengembangan

Produk yang dikembangkan ini mempunyai beberapa keterbatasan di antaranya dipaparkan sebagai berikut.

5.2.1 Langkah-langkah penelitian pengembangan Borg and Gall hanya berhenti pada langkah ketujuh. Hal ini dikarenakan kondisi di lapangan tidak memungkinkan untuk melakukan penelitian sampai langkah kesepuluh. 5.2.2 Analisis kebutuhan hanya dilakukan dengan wawancara pada guru kelas

IV dab V sehingga data yang didapat terbatas.

5.2.3 Pelaksanaan uji coba lapangan dipadatkan karena pihak sekolah membatasi waktu untuk penelitian.

5.3 Saran

Saran untuk peneliti selanjutnya yang akan mengembangkan produk buku cerita anak berbasis pendidikan seks untuk kelas atas adalah sebagai berikut. 5.3.1 Langkah-langkah penelitian pengembangan Borg and Gall sebaiknya

dilakukan sampai pada langkah kesepuluh. Hal ini agar produk yang dikembangkan mendapatkan hasil yang lebih baik.

5.3.2 Analisis kebutuhan sebaiknya dilakukan juga kepada siswa untuk memperoleh data yang lebih lengkap.

5.3.3 Pelaksanaan uji coba lapangan sebaiknya tidak mendekati ujian semester karena sekolah akan membatasi penelitian kita karena dirasa oleh sekolah akan mengganggu belajar siswa.

DAFTAR REFERENSI

Andika, Alya. (2010). Bicara Seks Bersama Anak. Yogyakarta: PT Suka Buku. Arifin, Z. (2009). Evaluasi pembelajaran prinsip, teknik, prosedur. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya.

Arsyad, Azhar. (2010). Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers. Crain, W. (2007). Teori perkembangan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Effendy., Y., Bangsa, G., & Yudani, H. D. (2013). Perancangan Buku Cerita Bergambar Untuk Anak. Surabaya: Universitas Kristen Petra.

Faizah, U. (2009). Keefektifan Cerita Bergambar Untuk Pendidikan Nilai Dan Keterampilan Berbahasa Dalam Pembelajaran bahasa Indonesia. Cakrawala Pendidikan

Hamalik, O. (1994). Media Pendidikan. Bandung: Alumni.

Jihad, A., Haris, A. (2012). Evaluasi pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo Lukens, R. J. (2003). A Critical Hand BookOf Children’s Literature. New York:

Longman.

McElmeel, S. L. (2002). Character Educatio: A Book guide for teacher, librarians, and parent. New York: Teacher Ideas Press

Mitcheel, D. (2003). Children’s Literature: Animation To The World. Boston: Allyn & Bacon

Nurgiyantoro, B. (2005). Satra Anak Pengantar Pemahaman Dunia Anak. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

OBOR. (1984). PENDIDIKAN KEHIDUPAN KELUARGA (Pendidikan Seksualitas). Jakarta: OBOR.

Rosyida, Dede. (2010). Media Pembelajaran (Sebuah Pendekatan Baru). Jakarta: Gaung Persada.

Salkind, N. J. (2009). Teori-teori perkembangan manusia. Bandung: Nusa Media. Setyosari, P. (2010). Metode penelitian pendidikan dan pengembangan. Jakarta:

Kencana.

Setyosari, P. (2013). Metode penelitian pendidikan dan pengembangan. Jakarta: Kencana.

Suryabrata, Sumadi. (2004). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sugiyono. (2010). Metode penelitian pendidikan (pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2011). Metode penelitian pendidikan (pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Sukiman. (2012). Pengembangan Media Pembelajaran. Yogyakarta: PT. Pustaka Intan Madani.

Siregar, S. (2010). Statistika deskriptif untuk penelitian dilengkapi perhitungan manual dan aplikasi SPSS versi 17. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Tretsakis, Maria. (2003). Seks & Anak-Anak Bagaimana Menanamkan

Pemahaman Seks yang Sehat Kepada Anak-Anak. Bandung: CV. Pionir Jaya.

Widoyoko, E.P. (2009). Evaluasi program pembelajaran panduan praktis bagi pendidik dan calon pendidik. Yogykarta: Pustaka Pelajar.

Wirawansarwono, Salito., Amisiamsidar. (1986). Peranan Orang Tua Dalam Pendidikan Seks. Jakarta: CV. Rajawali.

Wuryani, Sri. (2008). Pendidikan Seks Keluarga. Jakarta: PT. Macanan Jaya Cemerlang. Refrensi Online: http://dikdasmen.kemdikbud.go.id/index.php/panduan-gerakan-literasi-sekolah-di- sekolah-dasar/. http://www.kpai.go.id/berita/indonesia-masih-hadapi-kekerasan-anak-yang- kompleks/. http://www.kpai.go.id/berita/kpai-pelaku-kekerasan-terhadap-anak-tiap-tahun- meningkat/. http://www.kpai.go.id/berita/laporan-kekerasan-anak-di-daerah-meningkat/. Rhamdani, B. (2012) Buku Anak Yang Cocok Untuk Umurnya. Online:

http://bennyrhamdani.com/2012/08/buku-anak-yang-cocok-untuk- umurnya.html?m=1.

Lampiran 1

HASIL WAWANCARA ANALISIS KEBUTUHAN

No Daftar Pertanyaan Wawancara Rangkuman Hasil Wawancara

1 Apakah Bapak/Ibu memberikan pendidikan seks di SD?

Pemberian pendidikan seks kepada siswa sebenarnya sudah diberikan, namun kami merasa kesulitan ketika memberikan buku bacaan yang memuat pendidikan seks kepada siswa.

2 Apakah pendidikan seks perlu diberikan di SD?

Pendidikan seks sangatlah penting diberikan kepada anak SD, hal itu dikarenakan makin maraknya kekerasan yang di alami oleh anak – anak SD, dan itu membuat guru serta orang tua cemas.

3 Apakah ibu/bapak merasa kesulitan saat memberikan materi pendidikan seks di kelas?

Kami merasa kesulitan, hal itu dikarenakan sedikitnya buku yang memuat pendidikan seks dan juga tidak adanya buku pegangan yang kami miliki.

4 Apakah anak-anak mendapat pendampingan pembelajaran seks di rumah?

Saya rasa orang tua juga merasa kesulitan ketika ingin memberikan pendidikan seks untuk anak – anak mereka

5 Apakah Bapak/Ibu guru membutuhkan sebuah media untuk membantu siswa dalam memberikan materi pendidikan seks?

Kami sangat membutuhkanya, kami membutuhkan buku yang bisa menjadi buku pegangan untuk kami dan juga bisa menjadi bahan bacaan untuk siswa 6 Media seperti apa yang

dibutuhkan?

Menurut saya media yang kami butuhkan berupa buku. Misalnya buku cerita bergambar yang memuat pendidikan seks. Karena selain buku itu memuat pendidikan seks juga ada ilustrasi gambar yang membuat siswa itu berminat untuk membaca karena dirasa lebih menarik.

Dokumen terkait