• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan buku cerita anak berbasis pendidikan seks untuk anak SD kelas atas.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan buku cerita anak berbasis pendidikan seks untuk anak SD kelas atas."

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)

1

Pendidikan seks merupakan pendidikan yang non formal yang cocok diberikan untuk anak SD. Pemberian pendidikan seks untuk anak SD ini dapat diberikan dengan cara memberikan buku bacaan yang tepat untuk mereka.. Tujuan utama dari penelitian ini adalah menghasilkan suatu produk berupa buku cerita anak berbasis pendidikan seks yang sesuai dengan perkembanan bahasa anak, gambar yang sesuai untuk anak dan konten pendidikan seks yang sesuai dengan anak.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan. Pengembangan buku cerita anak ini menggunakan modifikasi antar prosedur pengembangan Dick and Carey dan prosedur penelitian pengembangan yang dikemukakan oleh Borg and Gall. Modifikasi produk tersebut terdiri dari 7 langkah yaitu: (1) penelitian dan pengumpulan informasi awal, (2) perencanaan, (3) pengembangan produk awal, (4) uji coba awal, (5) revisi produk, (6) uji coba lapangan, dan (7) revisi produk akhir. Ketujuh langkah tersebut kemudian menghasilkan desain produk final berupa buku cerita anak. Instrumen dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan wawancara analisis kebutuhan dan kuesioner. Wawancara digunakan untuk analisis kebutuhan kepada guru kelas atas SD N Ngering 1, sedangkan kuesioner digunakan untuk validasi kualitas bahan ajar oleh pakar, guru kelas tas yaitu keas V SD, dan 8 Siswa kelas V SD sebagai subjek uji coba.

(2)

2 DEVELOPMENT OF CHILDREN STORY BOOK

BASED SEX FOR

UPPER CLASS CHILDREN OF ELEMENTARY SCHOOL

Danang Widagdo Universitas Sanata Dharma

2017

Sex education is non-formal education suitable given to elementary school children. The provision of sex education for elementary school children can be given by providing appropriate reading materials for them. The main objective of this research is to produce a product in the form of a children book based sex education in accordance with development of children's language, appropriate images and content suitable for children’s sex education.

This study is research and development. The development of this children story book using a modified procedure between Dick and Carey development and research procedures development proposed by Borg and Gall. Modification of the product is comprised of seven steps: (1) initial research and information gathering, (2) planning, (3) early product development, (4) initial trials, (5) product revision, (6) field trials, and (7) the revision of the final product. The seventh step is then to produce the final product design in the form of a children story book. Instruments in this study is a list of questions of the needs analysis interview and questionnaire. The interview is used to analyze the upper class teachers’ needs of SD N Ngering 1, while the questionnaire is used to validate the quality of teaching materials by experts, teacher of upper class especially class V, and eight students of class V elementary school as subject of the research.

Based on the results of the validation, validation expert given a score of 4.45. Master class on the class V SD is given a score of 4.27. Subject test of 4.06. The mean score is 4.26 that is categorized "Very Good". It is reviewed from aspects (1) design and organization, (2) language and content, (3) purpose and approach. Therefore, a children's book that was developed is already fit for use as a textbook on sex education for upper class children of elementary school.

(3)

i

PENGEMBANGAN BUKU CERITA ANAK BERBASIS PENDIDIKAN SEKS UNTUK ANAK SD KELAS ATAS

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh: Danang Widagdo

NIM: 131134103

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini saya persembahkan kepada:

TUHAN YANG MAHA ESA

Orang Tua Saya

Bapak Ag. Suwarno dan Ibu Akhir Suyati

yang selalu memberi semangat, doa dan dukungan kepada saya

Saudara – Saudara saya yang selalu memberi bantuan dalam bentuk apapun kepada saya.

Pak Damai dan Bu Erlita selaku Dosen pembimbing yang selalu membimbing saya sehingga Sekripsi saya lancar

Teman Dekat dan Sahabat-sahabat yang selalu memberi hiburan dan keceriaan kepada saya

Semua angkatan PGSD 2013 yang ikut berdinamika bersama saya

Instagram yang selalu memberikan hiburan kepada saya

Terimakasih semuanya atas segala semangat, perhatian, bantuan dan kasih sayang

(7)

v MOTTO

Mumpung masih muda buatlah dirimu berguna

Berdamailah dengan masa lalumu sebelum kau melangkah menuju masa depan

Jangan sampai masa lalu mu mengganggumu untuk meraih impianmu

Kemenangan terbesar kita bukanlah ketika kita tidak pernah jatuh, tetapi bangkit

(8)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang sudah disebutkan dalam

kutipan dan daftar referensi, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 9 Februari 2017

Peneliti

(9)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Danang Widagdo

Nomor Mahasiswa : 131134103

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:

Pengembangan Buku Cerita Anak Berbasis Pendidikan Seks Untuk Anak SD Kelas Atas

beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada

perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan

dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,

mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media

lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun

memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 9 Februari 2017

Yang Menyatakan

(10)

viii

Pendidikan seks merupakan pendidikan yang non formal yang cocok diberikan untuk anak SD. Pemberian pendidikan seks untuk anak SD ini dapat diberikan dengan cara memberikan buku bacaan yang tepat untuk mereka.. Tujuan utama dari penelitian ini adalah menghasilkan suatu produk berupa buku cerita anak berbasis pendidikan seks yang sesuai dengan perkembanan bahasa anak, gambar yang sesuai untuk anak dan konten pendidikan seks yang sesuai dengan anak.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan. Pengembangan buku cerita anak ini menggunakan modifikasi antar prosedur pengembangan Dick and Carey dan prosedur penelitian pengembangan yang dikemukakan oleh Borg and Gall. Modifikasi produk tersebut terdiri dari 7 langkah yaitu: (1) penelitian dan pengumpulan informasi awal, (2) perencanaan, (3) pengembangan produk awal, (4) uji coba awal, (5) revisi produk, (6) uji coba lapangan, dan (7) revisi produk akhir. Ketujuh langkah tersebut kemudian menghasilkan desain produk final berupa buku cerita anak. Instrumen dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan wawancara analisis kebutuhan dan kuesioner. Wawancara digunakan untuk analisis kebutuhan kepada guru kelas atas SD N Ngering 1, sedangkan kuesioner digunakan untuk validasi kualitas bahan ajar oleh pakar, guru kelas tas yaitu keas V SD, dan 8 Siswa kelas V SD sebagai subjek uji coba.

(11)

ix ABSTRACT

DEVELOPMENT OF CHILDREN STORY BOOK BASED SEX FOR

UPPER CLASS CHILDREN OF ELEMENTARY SCHOOL

Danang Widagdo Universitas Sanata Dharma

2017

Sex education is non-formal education suitable given to elementary school children. The provision of sex education for elementary school children can be given by providing appropriate reading materials for them. The main objective of this research is to produce a product in the form of a children book based sex education in accordance with development of children's language, appropriate images and content suitable for children’s sex education.

This study is research and development. The development of this children story book using a modified procedure between Dick and Carey development and research procedures development proposed by Borg and Gall. Modification of the product is comprised of seven steps: (1) initial research and information gathering, (2) planning, (3) early product development, (4) initial trials, (5) product revision, (6) field trials, and (7) the revision of the final product. The seventh step is then to produce the final product design in the form of a children story book. Instruments in this study is a list of questions of the needs analysis interview and questionnaire. The interview is used to analyze the upper class teachers’ needs of SD N Ngering 1, while the questionnaire is used to validate the quality of teaching materials by experts, teacher of upper class especially class V, and eight students of class V elementary school as subject of the research.

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan kesehatan pada peneliti, sehingga skripsi yang berjudul

“Pengembangan Buku Cerita Anak Berbasis Pendidikan Seks Untuk Siswa Sd Kelas Atas” dapat peneliti selesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Peneliti menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini, peneliti mendapatkan banyak bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga skripsi dapat terselesaikan dengan baik. Maka pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Christiyanti Aprinastuti S.Si., M.Pd selaku Kepala Program Studi PGSD. 3. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. selaku Wakil Kepala Program

Studi PGSD.

4. Brigitta Erlita Tri Anggadewi, S.Psi., M.Psi. selaku Dosen Pembimbing I yang telah membimbing dan memberi dukungan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II yang telah membimbing dan memberi dukungan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Para dosen dan Staf PGSD yang telah membantu peneliti dengan baik. 7. Para validator yang telah berkenan membantu validasi produk.

8. Tri Mulyani, S.Pd. selaku Kepala Sekolah SD N Ngering 1 yang telah memberikan ijin penelitian kepada peneliti untuk melakukan penelitian di sekolah.

9. Guru SD N Ngering 1 yang telah berkenan membantu peneliti dalam melakukan analisis kebutuhan

10.Seluruh siswa kelas V SD N Ngering 1 yang telah membantu selama penelitian berlangsung.

11.Kedua orang tua saya, Ag. Suwarno dan Akhir suyati yang selalu memberi semangat, doa dan dukungan.

12.Saudara – saudara yang memberi semangat dan mendoakan.

(13)

xi

14.Teman-teman PGSD angkatan 2013 dan semua yang pernah berdinamika

selama masa perkuliahan.

15.Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih untuk

bantuan dan dukungan.

Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak keterbatasan

dan kekurangannya, maka peneliti sangat membutuhkan kritik dan saran dari

berbagai pihak. Akhirnya peneliti mengucapkan selamat membaca semoga

bermanfaat bagi pembaca dan kita semua

Peneliti

(14)

xii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

2.1.2 Karakteristik Perkembangan Anak SD Kelas Atas ... 15

2.1.3 Buku Cerita Bergambar... 19

(15)

xiii

2.1.5 Gerakan Literasi Sekolah ... 28

2.2 Penelitian Yang Relevan ... 29

2.2.1 Penelitian tentang Buku Cerita ... 29

2.2.2 Penelitian tentang Pendidikan Seks ... 31

2.3 Kerangka Berpikir ... 33

2.4 Pertanyaan Penelitian ... 34

BAB III METODE PENELITIAN ... 34

3.1 Jenis Penelitian ... 35

3.2 Prosedur Pengembangan ... 36

3.2.1 Penelitian dan Pengumpulan Informasi Awal ... 38

3.2.2 Perencanaan... 38

3.2.3 Pengembangan Produk Awal ... 38

3.2.4 Uji Coba Awal ... 39

3.4.1 Uji Validasi Produk oleh Pakar ... 41

3.4.2 Uji Validasi Produk melalui Uji Coba Lapangan ... 42

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 42

3.5.1 Wawancara ... 43

3.5.2 Kuesioner ... 43

3.6 Instrumen Penelitian... 44

3.6.1 Instrumen Pengumpulan Data ... 44

3.6.1.1 Pedoman Wawancara ... 45

(16)

xiv

3.7 Teknik Analisis Data ... 47

3.7.1 Data Kualitatif ... 47

3.7.2 Data Kuantitatif ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 51

4.1 Analisis Kebutuhan ... 51

4.1.1 Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan ... 51

4.2 Deskripsi Produk Awal ... 53

4.2.1 Sampul Buku Cerita ... 53

4.2.2 Bagian – Bagian Buku Cerita ... 54

4.3 Data Uji Coba dan Revisi Produk ... 55

4.3.1 Data Validasi Pakar dan Revisi Produk ... 56

4.3.1.1 Revisi Yang Dilakukan Peneliti ... 58

4.3.2 Data Validasi Guru Kelas Atas dan Revisi Produk ... 63

4.3.2.1 Revisi Yang Dilakukan Peneliti ... 65

4.4 Data Validasi Uji Coba Lapangan dan Revisi Produk ... 68

4.5 Kajian Produk Akhir ... 70

4.5.1 Sampul Buku Cerita Setelah Direvisi ... 71

4.5.2 Bagian – Bagian Buku Cerita Setelah Direvisi ... 72

(17)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Hasil Penelitian yang Relevan... 32

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian Pengembangan Borg & Gall ... 36

Gambar 3.2 Prosedur pengembangan yang Digunakan Peneliti ... 37

Gambar 4.1 Cover Buku Cerita ... 53

Gambar 4.2 Revisi Buku Cerita ... 58

Gambar 4.3 Revisi Buku Cerita ... 59

Gambar 4.4 Revisi Buku Cerita ... 60

Gambar 4.5 Revisi Buku Cerita ... 61

Gambar 4.6 Revisi Buku Cerita ... 62

Gambar 4.7 Revisi Buku Cerita ... 63

Gambar 4.8 Revisi Buku Cerita ... 65

Gambar 4.9 Revisi Buku Cerita ... 66

Gambar 4.10 Revisi Buku Cerita ... 67

Gambar 4.11 Revisi Buku Cerita ... 68

(18)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Daftar Pertanyaan Wawancara ... 45

Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner Uji Validasi untuk Pakar dan Guru ... 46

Tabel 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Uji Validasi untuk Siswa ... 47

Tabel 3.4 Konversi Data Kuantitatif Ke Data Kualitatif Skala Lima ... 48

Tabel 4.1 Rangkuman Hasil Wawancara Guru SD N Ngering 1 ... 51

Tabel 4.2 Hasil Validasi Pakar ... 56

Tabel 4.3 Komentar Pakar dan Revisi ... 57

Tabel 4.4 Hasil Validasi Guru ... 64

Tabel 4.5 Komentar Guru Kelas V SD dan Revisi ... 64

Tabel 4.6 Hasil Validasi Subjek Penelitian ... 69

Tabel 4.7 Komentar Subjek Penelitian dan Revisi ... 69

(19)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan ... 84

Lampiran 2 Hasil Validasi Pakar Ahli ... 85

Lampiran 3 Hasil Validasi Guru Kelas V SD ... 93

Lampiran 4 Hasil Validasi Siswa SD Kelas V ... 96

Lampiran 5 Surat Izin Penelitian... 113

Lampiran 6 Surat Keterangan Penelitian ... 114

Lampiran 7 Biodata Penulis ... 115

(20)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang masalah

Pendidikan ialah suatu usaha yang dengan sengaja dipilih untuk

mempengaruhi dan membantu anak yang bertujuan untuk meningkatkan ilmu

pengetahuan, jasmani dan akhlak sehingga secara perlahan bisa mengantarkan

anak kepada tujuan dan cita-citanya yang paling tinggi. Pendidikan yaitu proses

pendidik dengan sengaja dan penuh tanggung jawab memberikan pengaruhnya

kepada anak didik, demi kebahagiaan anak didik (Suyanto, 2005; 2). Proses ini

terjadi dalam suatu situasi yang menyangkut banyak sekali hal, seperti pergaulan

antara pendidik dan anak didik, tujuan yang akan dicapai, materi yang diberikan

dalam proses sarana yang disepakati, lingkungan yang menjadi ajang proses, dan

sebagainya (Suryabrata: 2015 ; 4). Jadi sebagai guru selaku pendidik seharusnya

memberikan semua pendidikan yang dibutuhkan oleh anak didiknya. Hal ini

bertujuan agar anak didik mendapatkan semua pengetahuan yang mereka

butuhkan dan dapat berguna untuk mereka di masa yang akan datang.

Pemberian ilmu pendidikan bagi anak didik sangatlah penting untuk

kehidupan mereka. Ilmu pendidikan saat ini telah berkembang pesat dan

terspesialisasi. Tidak hanya pendidikan formal, tetapi ada juga pendidikan yang

bersifat non formal. Salah satu diantaranya ialah pendidikan anak usia SD yang

membahas pendidikan untuk anak usia 6-12 tahun. Salah satu pendidikan non

(21)

Hal ini bertujuan agar anak dapat paham cara menjaga bagian – bagian sensitif

tubuh mereka, baik cara merawatnya sendiri maupun cara menjaganya dari orang

lain.

Dalam arti yang sempit, seks berarti kelamin. Menurut Wirawansarwono

dan Amisiamsidar (1986 ; 7), yang termasuk dalam pengertian kelamin adalah : 1)

Alat kelamin itu sendiri. 2) Anggota – anggota tubuh dan ciri – ciri badaniah

lainya yang membedakan laki – laki dan wanita, misalnya perbedaan suara,

pertumbuhan kumis dan payudara dan lain-lain. Pendidikan seks ialah pendidikan

yag mempelajari tentang alat kelamin manusia dan anggota – anggota tubuh,serta

ciri – ciri badaniah yang membedakan tentang laki – laki dan perempuan.

Pengetahuan mengenai seks sangat diperlukan oleh anak – anak, agar tidak

terjadi hal - hal yang tidak diinginkan pada mereka sekarang dan di kemudian

hari, seperti adanya orang – orang yang ingin melakukan tindakan yang kurang

terpuji kepada anak – anak (phaedophil). Phaedophil adalah orang dewasa yang

suka atau gemar melakukan hal – hal yang kurang terpuji di bagian – bagian

tertentu pada anak – anak. Jadi anak – anak perlu mendapatkan pengetahuan seks

agar terhindar dari pedophil. Pengetahuan seks ini meliputi tentang : 1) Pengertian

tentang anggota tubuh. 2) Bagian – bagian yang tidak boleh disentuh maupun

dipegang oleh orang lain.

Pemberian materi tentang pendidikan seksual ini bukan berarti

pembicaraan besar yang dilakukan dalam satu waktu, melainkan obrolan obrolan

kecil yang diulang – ulang (Wuryani, 2008). Saat ini pemerintah sudah

(22)

Permendikbud nomor 23 tahun 2015. Peraturan tersebut menyatakan bahwa

“kegiatan 15 menit membaca buku pelajaran atau non pelajaran sebelum waktu

belajar dimulai”. Kegiatan literasi dilaksanakan untuk menumbuhkan minat baca

peserta didik serta meningkatkan keterampilan membaca agar pengetahuan dapat

diketahui secara baik (Dikdas.kemendikbud.go.id). Pendidikan seks dapat

dimasukan di kegiatan literasi, karena kegiatan literasi dirasa sangatlah tepat

untuk membahas pendidikan – pedidikan non formal, misalnya pendidikan seks.

Pengarahan pendidikan seks di sekolah bertujuan untuk memberikan gambaran

yang tepat tentang seksualitas di satu pihak menjernihkan mitos – mitos serta tabu

seksual yang tidak rasional (OBOR, 1984: 3).

Pendidikan seks ini juga perlu diberikan kepada anak – anak agar anak

paham cara menjaga diri mereka sendiri dari pelaku tindak kekerasan terhadap

anak. Hal ini dikarenakan Indonesia dikategorikan sebagai negara yang memiliki

komitmen besar bagi perlindungan anak. Konstitusi juga memberikan atensi besar

terhadap perlindungan anak dari kekerasan. Pasal 28 B ayat 2 berbunyi, setiap

anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas

perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi (KPAI.go.id). Faktanya, Indonesia

merupakan negara yang menghadapi kekerasan terhadap anak cukup kompleks

dan meningkat setiap tahunya mulai dari bentuk fisik, psikis, hingga seksual.

Hasil pemantauan KPAI dari 2011 sampai 2014, terjadi peningkatan yang

signifikan. “Tahun 2011 terjadi 2178 kasus kekerasan, 2012 ada 3512 kasus, 2013

ada 4311 kasus, 2014 ada 5066 kasus (KPAI.go.id). Komisi Perlindungan Anak

(23)

(KPAI.go.id). Kekerasan terhadap anak ini merupakan persoalan bangsa yang

perlu segera dihentikan dan diputus mata rantainya. Sebab hal ini terkait langsung

dengan nasib bangsa kita di masa mendatang.

Peneliti melihat pentingnya pendidikan seks harus diberikan sejak di SD

sebagai langkah pencegahan akan adanya kekerasan anak khususnya kekerasan

seksual terhadap anak. Oleh karena itu, peneliti melakukan wawancara kepada

guru untuk mengetahui pentingnya pendidikan seks di SD. Peneliti melakukan

wawancara di SD Negeri Ngering 1. Pada wawancara yang dilaksanakan pada

tanggal 10 September 2016, peneliti mewawancarai guru kelas IV dan V di SD

Negeri Ngering 1. Guru kelas IV SD Ngering 1 mengatakan bahwa pendidikan

seks sangat baik diberikan kepada anak – anak usia SD, mengingat maraknya

kekerasan yang dialami oleh anak – anak khususnya anak SD. Peneliti melakukan

wawancara yang kedua, yaitu kepada guru kelas V di SD Negeri Ngering 1

mengatakan bahwa pendidikan seks pada anak usia SD sudah diberikan, tetapi

guru tersebut merasa kebingungan ketika mencari buku pegangan atau ketika akan

memberikan buku bacaan kepada anak – anak yang menyangkut tentang

pendidikan seks.

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, peneliti melihat pentingnya

pendidikan seks untuk anak SD kelas atas. Oleh karena itu, peneliti mencoba

untuk mengembangkan buku cerita anak. Buku cerita anak yang dikembangkan

adalah buku cerita bergambar yang mencakup kebutuhan siswa dan guru dengan

judul “Pengembangan Buku Cerita Anak Berbasis Pendidikan Seks untuk Anak

(24)

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana mengembangkan buku cerita anak berbasis pendidikan seks

untuk anak SD kelas atas ?

1.2.2 Bagaimana kualitas buku cerita anak berbasis pendidikan seks untuk anak

SD kelas atas?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Untuk mengembangkan buku cerita anak berbasis pendidikan seks untuk

anak SD kelas atas.

1.3.2 Untuk mendeskripsikan kualitas buku cerita anak berbasis pendidikan seks

untuk anak SD kelas atas.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi guru

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan guru dalam memberi

materi tentang pendidikan seks bagi anak SD kelas atas, sehingga dapat

digunakan oleh guru untuk mengatasi permasalahan siswa tentang

seksualitas dikemudian hari.

1.4.2 Bagi siswa

Penelitian ini dapat membantu siswa dalam mengetahui pendidikan seks

yang mereka butuhkan, sehingga dapat membantu siswa jika mendapatkan

(25)

1.4.3 Bagi sekolah

Penelitian ini dapat membantu sekolah untuk menyediakan buku-buku

yang dapat mendukung pendidikan seks yang dibutuhkan oleh siswa SD

kelas atas.

1.4.4 Bagi Prodi PGSD

Penelitian ini dapat menambah pustaka prodi PGSD Universitas Sanata

Dharma terkait dengan pengembangan buku cerita anak berbasis

pendidikan seks.

1.4.5 Bagi peneliti

Penelitian ini dapat memberikan pengalaman peneliti dalam pentingnya

pendidikan seks untuk anak SD. Penelitian ini juga dapat digunakan

peneliti untuk belajar membuat buku cerita anak yang dibutuhkan oleh

siswa agar dapat membantu siswa SD kelas atas.

1.5 Definisi Operasional

1.5.1 Buku cerita anak adalah segala sesuatu yang diwujudkan secara visual

kedalam bentuk dua dimensi sebagai hasil perasaan dan pikiran penulis

yang diperuntukan kepada anak – anak.

1.5.2 Pendidikan seks adalah pendidikan yang memuat tentang seks atau

kelamin, baik cara merawatnya atau cara menjaganya dari orang lain.

1.5.3 Anak SD adalah anak – anak yang masih polos mengenai pendidikan seks

(26)

1.6 Spesifikasi Produk yang dikembangkan

1.6.1 Buku cerita ini mengandung komponen kata pengantar, tentang buku, isi

cerita , mini diary, daftar referensi,dan biodata penulis.

1.6.2 Buku cerita bergambar mengandung kegiatan yang sesuai dengan

perkembangan bahasa anak yaitu disusun dari hal-hal yang sederhana dan

menarik.

1.6.3 Buku ini berisi tentang pendidikan seks yang baik untuk anak SD kelas

atas, selain berisi teks bacaan buku ini juga memuat gambar yang menarik

sehingga siswa berminat untuk membacanya

1.6.4 Buku cerita bergambar bersifat kontekstual dengan anak, yaitu disusun

dengan menghubungkan dunia sekitar anak, sehingga anak lebih mudah

dalam memahami cerita.

1.6.5 Buku cerita ini dicetak menggunakan kertas ivory 260 untuk cover dan

(27)

BAB II

LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Media Pembelajaran

2.1.1.1 Pengertian Media Pembelajaran

Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk

menyalurkan pesan atau suatu hal dari pengirim ke penerima sehingga

merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat peserta didik (Sukiman, 2012:

29). Rosyada (2010:7) mengatakan media pembelajaran dapat dipahami segala

sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara

terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif dimana

penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efetif. Arsyad

(2010: 3) berpendapat bahwa media adalah bagian yang tak terpisahkan dari

proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya dan

tujuan pembelajaran di sekolah pada khususnya.

Berdasarkan dari pernyataan-pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa

media pembelajaran ialah segala sesuatu yang digunakan dalam proses belajar

untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga tercipta lingkungan

belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara

efisien dan efetif.

2.1.1.2 Tujuan Pemanfaatan Media Pembelajaran

Tujuan pemanfaatan media pembelajaran adalah untuk mengefektifkan

(28)

pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya – upaya pengembangan

media pembelajaran. Guru dituntut agar mampu menggunakan alat – alat atau

media pembelajaran yang disekolah. Di samping mampu menggunakan alat – alat

yang tersedia, guru juga dituntut untuk dapat mrngrmbangkan keterampilan

membuat membuat media pembelajaran (Arsyad, 2010: 2). Untuk itu guru harus

memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pembelajaran

untuk siswa, yang meliputi (Hamalik, 1994: 6):

a. Media sebagai alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses

belajar mengajar

b. Fungsi media dalam rangka mencapai tujuan pendidikan

c. Seluk – beluk proses belajar

d. Hubungan antara metode mengajar dan media pendidikan

e. Berbagai jenis alat dan teknik media pendidikan

f. Usaha inovasi dalam media pendidikan.

Keterampilan itu dibutuhkan oleh guru apabila sekolah belum memiliki media

pembelajaran yang dibutuhkan sehingga guru harus membuat media pembelajaran

itu sendiri.

Tujuan pemanfaatan media pembelajaran dalam proses pembelajaran

adalah untuk mengefektifkan dan mengefesiensikan proses pembelajaran itu

sendiri (Rosyada, 2010: 2). Media pembelajaran berfungsi untuk tujuan intruksi

dimana informasi yang terdapat dalam media itu harus melibatkan peserta didik.

Baik dalam benak atau mental maupun dalam bentuk aktivutas yang nyata

(29)

sistematis dan psikologis, dilihat dari segi prinsip – prinsip belajar agar dapat

menyiapkan intruksi yang efektif. Di samping menyenangkan, media

pembelajaran harus dapat memberikan pengalaman yang menyenangkan dan

memenuhi kebutuhan perorangan peserta didik (Sukiman, 2012: 40).

2.1.1.3 Kriteria Dasar Dalam Pemilihan Media Pembelajaran

Media pembelajaran sebagai komponen pembelajaran perlu dipilih

sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi secara efektif. Sukiman (2012: 47)

berpendapat bahwa pemilihan suatu media tertentu oleh seorang guru didasarkan

atas perimbangan antara lain:

1. Guru merasa sudah akrab dengan media itu.

2. Guru merasa bahwa media yang dipilihnya dapat menggambarkan

dengan lebih baik daripada dirinya sendiri.

3. Media yang dipilihnya dapat menarik minat dan perhatian peserta

didik, serta menuntunya pada penyajian yang lebih terstruktur dan

terorganisasi. Pertimbangan ini diharapkan oleh guru dapat memenuhi

kebutuhan dalam mencapai tujuan yang telah ia tetapkan.

Arsyad (2005: 72-74) mengatakan bahwa dari segi teori belajar, berbagai

kondisi dan prinsip – prinsip psikologis yang perlu mendapat pertimbangan dalam

pemilihan media:

1) Motivasi: Harus ada kebutuhan, minat, atau keinginan untuk belajar

dari pihak peserta didik sebelum meminta perhatianya untuk

mengerjakan tugas dan latihan. Lagi pula, pengalaman yang akan

(30)

karena itu, perlu untuk melahirkan minat itu dengan perlakuan yang

memotivasi dari informasi yang terkandung dalam media

pembelajaran.

2) Perbedaan individual: Peserta didik belajar dengan cara dan tingkat

kecepatan yang berbeda – beda. Faktor – faktor seperti kemampuan

intelegensia, tingkat pendidikan, kepribadian dan gaya belajar

mempengaruhi kemampuan dan kesiapan siswa untuk belajar. Tingkat

kecepatan penyajian informasi melalui media harus berdasarkan

tingkat pemahaman.

3) Tujuan pembelajaran: Jika peserta didik diberitahukan apa yang

diharapkan mereka pelajari melalui media pembelajaran itu,

kesempatan untuk berhasil dalam pembelajaran akan semakin besar.

Di samping itu pernyataan mengenai tujuan belajar yang ingin dicapai

dapat menolong perancang dan penulis materi pelajaran. Tujuan ini

akan menentukan bagian isi yang mana yang harus mendapatkan

perhatian pokok dalam media pembelajaran.

4) Organisasi isi: Pembelajaran akan lebih mudah jika isi dan prosedur

atau keterampilan fisik yang akan dipelajari diatur dan diorganisasikan

ke dalam urut – urutan yang bermakna. Siswa akan memahami dan

mengingat lebih lama materi pelajaran yang secara logis disusun dan

diurut – urutkan secara teratur. Di samping itu, tingkat materi yang

akan disajikan ditetapkan berdasarkan kompleksitas dan tingkat

(31)

penggunaan media, siswa dapat dibantu untuk secara lebih baik

mensintesis dan memadukan pengetahuan yang akan dipelajari.

5) Persiapan sebelum belajar: Peserta didik sebaiknya telah menguasai

secara baik pelajaran dasar atau memiliki pengalaman yang diperlukan

secara memadai dengan sukses. Dengan kata lain, ketika merancang

materi pelajaran, perhatian harus ditujukan kepada sifat dan tingkat

persiapan siswa.

6) Emosi: pembelajaran yang melibatkan emosi dan perasaan pribadi

serta kecakapan amat berpengaruh dan bertahan. Media pembelajaran

adalah cara yang sangat baik untuk menghasilkan respons emosional

seperti takut, cemas, empati, cinta kasih, dan kesenangan. Oleh karena

itu, perhatian khusus harus ditunjukan kepada elemen – elemen

rancangan media jika hasil yang diinginkan berkaitan dengan

pengetahuan dan sikap.

7) Partisipasi: Agar pembelajaran berlangsung dengan baik, seorang

peserta didik harus menginternalisasi informasi, tidak sekedar

diberitahukan kepadanya. Oleh sebab itu, belajar memerlukan

kegiatan. Partisipasi aktif oleh siswa jauh lebih baik daripada

mendengarkan dan menonton secara pasif. Partisipasi artinya kegiatan

mental atau fisik yang terjadi di sela –sela penyajian materi pelajaran.

Dengan partisipasi kesempatan lebih besar terbuka bagi siswa untuk

(32)

8) Umpan balik: Hasil belajar dapat meningkat apa bila secara berkala

peserta didik diinformasikan kemajuan belajarnya. Pengetahuan

tentang hasil belajar, pekerjaan yang baik, atau kebutuhan untuk

perbaikan pada sisi – sisi tertentu akan memberikan sumbangan

terhadap motivasi belajar dan berkelanjutan

9) Penguatan: apabila peserta didik berhasil belajar, ia didorong untuk

terus belajar. Pembelajaran yang didorong oleh keberhasilan amat

bermanfaat, dapat membangun kepercayaan diri, dan secara positif

mempengaruhi perilaku di masa – masa yang akan datang.

10)Latihan dan pengulangan: sesuatu hal baru jarang sekali dapat

dipelajari secara efektif hanya dengan sekali jalan. Agar suatu

pengetahuan atau keterampilan dapat menjadi bagian kompetisi atau

kecakapan intelektual seseorang, haruslah pengetahuan atau

keterampilan itu sering diulangi dan dilatih dalam berbagai konteks.

Dengan demikian ia dapat tinggal dalam ingatan jangka panjang

11)Penerapan: hasil belajar yang diinginkan adalah meningkatkan

kemampuan seseorang untuk menerapkan atau mentransfer hasil

belajar pada masalah atau situasi baru. Tanpa dapat melakukan ini,

pemahaman sempurna belum dapat dikatakan dikuasai. Siswa mesti

telah pernah dibantu untuk mengenali atau menemukan generalisasi

(konsep, prinsip, atau kaidah) yang berkaitan dengan tugas. Kemudian

(33)

menerapkan generalisasi atau prosedur terhadap berbagai masalah atau

tugas baru.

Berdasarkan penjelasan mengenai media pembelajaran, tujuan

pemanfaatan media pembelajaran, dan ktriteria dasar dan pemilihan media

pembelajaran dari pernyataan-pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa media

pembelajaran ialah segala sesuatu yang digunakan dalam proses belajar untuk

menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga tercipta lingkungan

belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara

efisien dan efektif. Tujuan dari pemanfaatan media pembelajaran ialah dengan

adanya media pembelajaran dapat memberikan pengalaman yang menyenangkan

kepada peserta didik sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif. Adapun

ktriteria dasar dalam pemilihan media pembelajaran yaitu: 1. Guru merasa sudah

akrab dengan media itu, 2. Guru merasa bahwa media yang dipilihnya dapat

menggambarkan dengan lebih baik daripada dirinya sendiri, 3. Media yang

dipilihnya dapat menarik minat dan perhatian peserta didik, serta menuntunya

pada penyajian yang lebih terstruktur dan terorganisasi. Selain itu juga harus

melihat dari segi psikologis, yaitu: 1. Motivasi, 2. Perbedaan individual, 3. Tujuan

pembelajaran, 4. Organisasi isi, 5. Persiapan sebelum belajar, 6. Emosi, 7.

Partisipasi, 8. Umpan balik, 9. Penguatan, 10.latihan dan penguatan, 11.

(34)

2.1.2 Karakteristik Perkembangan Anak SD Kelas Atas

2.1.2.1Tahap Perkembangan Anak

Sepanjang jenjang kehidupan manusia, semenjak awal kehidupan dari

lahir sampai meninggal dunia, manusia selalu mengalami perubahan, baik

perubahan dalam bentuk fisik maupun kemampuan mental psikologis,

perubahan-perubahan tersebut terus berlangsung karena terjadinya pertumbuhan dan

perkembangan pada dirinya. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan suatu

proses tahapan hidup manusia yang tidak terpisahkan antara yang satu dengan

yang lainnya. Pertumbuhan merupakan suatu proses perubahan psikologis dari

proses kematangan secara normal dalam perubahan fisik maupun psikisnya.

Seperti bertambah berat badan, bertambah tinggi badan dan lain sebagainya.

Sedangkan perkembangan memiliki pengertian proses perubahan kualitatif yang

mengacu pada kualitas fungsi-fungsi organ jasmaniah dan bukan pada organ

jasmani tersebut sehingga penekanan arti perkembangan terletak pada

penyempurnaan fungsi psikologis (Agustina 2014 : 2).

Kehidupan manusia berlangsung dari beragam fase kehidupan, dimulai

dari manusia lahir hingga fase tua. Pada tiap fase ini manusia mengalami

perubahan yang berlangsung secara berkesinambungan. Menurut Santrock dalam

(Agustina, 2014 : 27) periode perkembangan itu terdiri atas tiga periode, yaitu

anak (childhood), remaja (adolescence) dan dewasa (adulthood). Dari ketiga

periode ini diklasifikasikan lagi menjadi beberapa periode yaitu : (1) periode anak

sebelum kelahiran (prenatal), masa bayi (infacy), masa awal anak-anak (early

(35)

(2) periode remaja (adolescence) dan (3) periode dewasa: masa awal remaja (early

adulthood), masa pertengahan dewasa (midle adulthood), dan masa akhir dewasa (late adulthood). Dan di setiap periode ini memiliki tugasnya masing-masing.

Tugas di tiap periode ini akan dilewati anak dalam proses yang sama, namun tidak

harus dalam umur yang sama pula.

Piaget dalam (Nurgiyantoro, 2005 : 50) membedakan perkembangan

intelektual anak ke dalam empat tahapan. Tiap tahapan memiliki karakteristik

yang membedakannya dengan tahapan lain. Tahapan tersebut meliputi : tahap

sensorimotor, tahap praoperasional, tahap operasi konkret, dan tahap operasional

formal.

1) Tahap sensorimotor (the sensorymotor period, 0-2 tahun). Tahap ini

merupakan tahapan pertama dalam perkembangan kognitif anak. Tahap

sensorimotor terjadi berdasarkan informasi dari indera (senses) dan bodi

(motor). Karakteristik utama dalam tahap ini adalah bahwa anak belajar

lewat koordinasi persepsi indera dan aktivitas motor serta

mengembangkan pemahaman sebab-akibat atau hubungan-hubungan

berdasarkan sesuatu yang dapat diraih atau dapat berkontak langsung.

Anak mulai memahami hubungannya dengan orang lain, mengembangkan

pemahaman objek secara permanen. Pada usia anak 1-2 tahun, anak pada

tahapan ini menyukai aktivitas atau permainan bunyi yang mengandung

perulangan-perulangan yang ritmis. Anak menyukai bunyi-bunyian yang

(36)

nyanyian, kata-kata yang dinyanyikan, atau kata-kata biasa dalam

perkataan yang tidak dilagukan (Nurgiyantoro, 2005 : 50).

2) Tahap praoperasional (the preoperational period, 2-7 tahun). Dalam tahap

ini anak mulai dapat “mengoperasikan” sesuatu yang sudah mencerminkan

aktivitas mental dan tidak lagi semata-mata bersifat fisik. Karakteristik

dalam tahap ini antara lain adalah bahwa (i) anak mulai belajar

mengaktualisasi dirinya lewat bahasa, bermain, dan menggambar

(corat-coret). (ii) Jalan pikiran anak masih bersifat egosentris, menempatkan

dirinya sebagai pusat dunia, yang didasarkan persepsi segera dan

pengalaman langsung karena masih kesulitan menempatkan dirinya di

antara orang lain. Anak tidak dapat memahami sesuatu dari sudut pandang

orang lain. (iii) Anak mempergunakan simbol dengan cara elementer yang

pada awalnya lewat gerakan-gerakan tertentu dan kemudian lewat bahasa

dalam pembicaraan. (iv) Pada masa ini anak mengalami proses asimilasi di

mana anak mengasimilasikan sesuatu yang didengar, dilihat, dan dirasakan

dengan cara menerima ide-ide tersebut ke dalam suatu bentuk skema di

dalam kognisinya (Nurgiyantoro, 2005 : 51).

3) Tahap operasional konkret (the concrete operational, 7-11 tahun). Pada

tahap ini anak mulai dapat memahami logika secara stabil. Karakteristik

anak pada tahap ini antara lain adalah (i) anak dapat membuat klasifikasi

sederhana, mengklasifikasikan objek berdasarkan sifat-sifat umum,

misalnya klasifikasi warna, klasifikasi karakter tertentu. (ii) Anak dapat

(37)

besar-kecil, dan lain-lain. (iii) Anak mulai dapat mengembangkan

imajinasinya ke masa lalu dan masa depan ; adanya perkembangan dari

pola berpikir yang egosentris menjadi mudah untuk mengidentifikasikan

sesuatu dengan sudut pandang berbeda. (iv) Anak mulai dapat berpikir

argumentatif dan memecahkan masalah sederhana, ada kecenderungan

memperoleh ide-ide sebagaimana yang dilakukan oleh orang dewasa,

namun belum dapat berpikir tentang sesuatu yang abstrak karena jalan

pikirnya terbatas pada situasi yang konkret (Nurgiyantoro, 2005 : 52).

4) Tahap operasi formal (the formal operational, 11 atau 12 tahun ke atas).

Pada tahap ini, tahap awal adolesen, anak sudah mampu berpikir abstrak.

Karakteristik penting dalam tahap ini antara lain adalah (i) anak sudah

mampu berpikir “secara ilmiah”, berpikir teoritis, berargumentasi dan

menguji hipotesis yang mengutamakan kemampuan berpikir. (ii) Anak

sudah mampu memecahkan masalah secara logis dengan melibatkan

berbagai masalah yang terkait (Nurgiyantoro, 2005 : 53).

Berdasarkan penjelasan mengenai pengertian tahap perkembangan anak

periode perkembangan anak terdiri atas tiga periode, yaitu anak (childhood),

remaja (adolescence) dan dewasa (adulthood) dan tahap perkembangan

intelektual anak dapat dibagi menjadi 4 tahapan, yaitu sensorimotor,

praoperasional, operasional konkret, dan operasional formal. Anak SD kelas atas

berusia sekitar 9 – 10 tahun sehingga pada usia itu mereka termasuk kedalam

(38)

2.1.3 Buku Cerita Bergambar

2.1.3.1 Pengertian Buku Cerita Bergambar

Buku cerita bergambar adalah buku bacaan cerita yang menampilkan teks

narasi secara verbal dan disertai gambar – gambar ilustrasi (Nurgiyantoro, 2005;

152). Lukens (2003: 38) mengatakan ilustrasi cerita dan gambar merupakan dua

media yang berbeda, tetapi dalam buku cerita keduanya secara bersama

membentuk perpaduan. Micthel (2003: 87) mengatakan buku cerita bergambar

adalah buku yang menyampaikan cerita bergambar dan teks dan keduanya saling

menjalin.

Dari definisi – definisi yang tertera di atas buku cerita bergambar adalah

buku yang di dalamnya memuat teks bacaan dan gambar - gambar yang keduanya

saling berkaitan untuk membentuk suatu cerita.

2.1.3.2 Jenis dan Karakteristik Buku Cerita Bergambar

Buku cerita bergambar mempunyai beberapa jenis dan karakteristik.

Menurut McElmeel (2002), buku cerita bergambar memiliki 6 jenis, yaitu sebagai

berikut:

1) Fiksi

Buku fiksi adalah buku yang menceritakan cerita khayal, rekaan, atau

sesuatu yang tidak terjadi sungguh – sungguh. Kategori yang termasuk

dalam fiksi adalah cerita hewan, misteri, humor, dan cerita fantasi yang

(39)

2) Historis

Buku historis adalah buku yang mendasarkan diri pada suatu fakta atau

kenyataan di masa lalu. Buku ini meliputi kejadian sebenarnya, tempat,

atau karakter yang merupakan bagian dari sejarah.

3) Informasi

Buku informasi adalah buku – buku yang memberikan informasi faktual.

Buku informasi menyampaikan fakta dan data apa adanya, yang berguna

untuk menambah keterampilan, wawasan, dan juga bekal teoritis dalam

batas tertentu bagi anak.

4) Biografi

Biografi adalah kisah atau keterangan tentang kehidupan seseorang mulai

kelahiranya hingga kematianya jika sudah meninggal

5) Cerita rakyat

Cerita rakyat merupakan cerita atau kisah yang asal mulanya bersumber

dari masyarakat serta tumbuh dan berkembang dalam masyarakat di masa

lampau.

6) Kisah nyata

Kisah nyata berfokus pada peristiwa yang sebenarnya dari sebuah situasi

atau peristiwa

Ada beberapa karakteristik buku cerita bergambar. Menurut Sutherland

(dalam Faizah, 2009:252) karakteristik buku cerita adalah sebagai berikut:

1) Buku cerita bersifat ringkas dan langsung.

(40)

3) Konsep yang ditulis dapat dipahami oleh anak – anak.

4) Gaya penulisanya sederhana.

5) Terdapat ilustrasi yang melengkapi teks.

2.1.3.3Fungsi Buku Cerita Bergambar

Mitchell (dalam Nurgiantoro, 2005:159) mengungkapkan beberapa fungsi

dan pentingnya buku cerita bergambar sebagai berikut:

1) Buku cerita bergambar dapat membantu anak terhadap pengembangan dan

perkembangan emosi. Perkembangan emosi anak perlu dikembangkan dan

salah stunya adalah lewat buku cerita bergambar

2) Buku cerita bergambar dapat membantu anak untuk belajar tentang dunia,

menyadarkan anak tentang keberadaan di dunia di tengah masyarakat dan

awal. Lewat buku cerita bergambar ini, anak juga dapat belajar tentang

keberadaan dia di dunia, di masyarakat serta di alam.

3) Buku cerita bergambar dapat membantu anak belajar tentang orang lain,

hubungan yang terjadi, dan pengembangan perasaan. Jadi lewat buku

cerita bergambar anak dapat belajar tentang kehidupat yang disajikan di

buku cerita bergambar melalui teks dan gambar yang ada pada buku cerita

bergambar.

4) Buku cerita bergambar dapat membantu anak memperoleh kesenangan.

Hal itu dapat diperoleh lewat cerita dan gambar – gambar yang menarik,

bagus dan cenderung realistik, dan hal – hal lucu yang merangsang anak

(41)

5) Buku cerita bergambar dapat membantu anak untuk mengapresiasi

keindahan. Objek yang menawarkan keindahan perlu diapresiasi, dihargai,

dan dinikmati dan kegiatan tersebut juga dapat diperoleh lewat

pembelajaran dalam diri anak.

6) Buku bergambar dapat membantu anak untuk menstimulasi imajinasi.

Buku cerita dan gambar – gambar pada buku cerita bergambar memiliki

fungsi untuk mendorong tumbuh dan berkembangnya imajinasi anak.

Berdasarkan penjelasan mengenai buku cerita bergambar, jenis dan

karakteristik buku cerita bergambar, dan fungsi buku cerita bergambar di atas,

dapat disimpulkan bahwa buku cerita bergambar ialah buku yang di dalamnya

memuat teks bacaan dan gambar - gambar yang keduanya saling berkaitan untuk

membentuk suatu cerita. Jenis buku cerita bergambar ialah 1. Fiksi, 2. Histori, 3.

Informasi, 4. Biografi, 5. Cerita rakyat, 6. Kisah nyata. Karakteristik buku cerita

bergambar ialah 1. Buku cerita bersifat ringkas dan langsung. 2. Buku cerita

bergambar berisi konsep – konsep yang berseri. 3. Konsep yang ditulis dapat

dipahami oleh anak – anak. 4. Gaya penulisanya sederhana. 5. Terdapat ilustrasi

yang melengkapi teks. Fungsi buku cerita bergambar ialah 1. Membantu

perkembangan emosi anak. 2. Membantu anak belajar tentang dunia dan

keberadaannya. 3. Belajar tentang orang lain, hubungan yang terjadi dan

pengembangan perasaan. 4. Memperoleh kesenangan. 6. Untuk mengapresiasi

(42)

2.1.4 Pendidikan Seks

2.1.4.1 Pengertian Pendidikan Seks

Menurut Wuryanti (2008: 1), Pendidikan seks ialah pendidikan yang dapat

terjadi dalam berbagai situasi, mulai dari buku – buku yang ditulis oleh pakar

sampai obrolan – obrolan kecil yang memuat tentang seksualitas. Andika (2010:

15) mengemukakan pendidikan seks adalah pendidikan yang bertujuan untuk

mengenalkan anak tentang jenis kelamin dan cara menjaganya, baik dari sisi

kesehatan dan kebersihan, keamanan, serta keselamatan. Wirawansarwono dan

Amisiamsidar (1986 ; 7) mengatakan bahwa pendidikan seks ialah pendidikan

yang memuat tentang kelamin, anggota tubuh yang membedakan pria dan wanita,

dan kelenjar atau hormon yang mempengaruhi bekerjanya alat kelamin.

Dari definisi – definisi yang tertera di atas dapat didimpulkan bahwa

pendidikan seks adalah pendidikan yang bertujuan mengenalkan tentang jenis

kelamin dan cara menjaganya yang diperlukan oleh anak – anak yang dapat

diperoleh dari membaca buku atau obrolan – obrolan kecil.

2.1.4.2 Pentingnya Pengetahuan Pendidikan Seks Bagi Siswa

Pentingnya pengetahuan siswa tentang pendidikan seks hendaknya

diperhatikan oleh para guru dan orang tua. Dengan memiliki pemahaman yang

baik, diharapkan para siswa dapat meminimalisir timbulnya perilaku menyimpang

dan pelecehan seksual yang dilakukan oleh orang – orang yang kurang

bertanggung jawab. Pengetahuan pendidikan seks sangat penting bagi siswa

karena dengan pemahaman itu siswa akan dapat menilai bahwa perilaku

(43)

seksual. Dalam hubungan ini Wirawansarwono dan Amisiamsidar (1986 ; 60)

mengatakan bahwa pendidikan seks sangat perlu diberikan pada anak sedini

mungkin agar mereka memiliki dasar pengetahuan yang kuat mengenai masalah

seksual. Hal itu bertujuan agar mereka terhindar dari orang orang yang tidak

bertanggung jawab yang ingin melakukan tindakan yang kurang terpuji kepada

mereka. Misalnya adalah phaedophil, phaedophil adalah pria dewasa yang

melakukan tindakan seks kepada anak anak (Wirawansarwono dan Amisiamsidar,

1986: 60).

Menurut Tretsakis (2003:12), pendidikan seks secara dini bagi anak-anak

perlu dan penting demi kesejahteraan dan kemantapan pribadi anak tersebut kelak

setelah dewasa. Berikut alasannya:

1) pendidikan seks secara dini akan memudahkan anak-anak menerima

keberadaan tubuhnya secara menyeluruh dan menerima fase-fase

perkembangannya secara wajar.

2) pendidikan seks secara dini akan membantu anak-anak untuk mengerti dan

merasa puas dengan peranannya dalam kehidupan.

3) pendidikan seks yang sehat cukup efektif untuk menghilangkan rasa ingin

tahu yang tidak sehat yang sering muncul dalam benak anak-anak.

4) secara keseluruhan, informasi seks yang diberikan akan melindungi

kehidupan masa depan mereka dari komplikasi dan kelainan seks.

5) pendidikan seks yang sehat, jujur dan terbuka juga akan menumbuhkan

(44)

6) pendidikan seks yang diajarkan secara terarah dan terpimpin di dalam

lingkungan keluarga cenderung cukup efektif untuk mengatasi informasi

informasi negatif yang berasal dari luar lingkungan keluaraga.

7) bila diajarkan dengan baik, pendidikan seks akan membuat masing-masing

anak bangga dengan jenis kelaminnya.

8) pendidikan yang sehat dan wajar memungkinkan anak memperoleh taraf

kedewasaan yang layak menurut usianya.

2.1.4.3 Cara Melindungi Anak Dari Pelaku Kekerasan

Orang tua atau guru hendaknya lebih peka untuk melindungi anak. Jika

ada orang dewasa mengatakan hal – hal yang tidak mengenakan kepada seorang

anak, ini juga dapat dikategorikan kekerasan seksual. Ajarkan kepada anak bahwa

jika ada orang lain melakukan sesuatu kepada dia lalu menyuruh dia untuk tutup

mulut, berarti orang itu melakukan hal yang salah (Wuryani, 2008: 163). Katakan

kepada anak – anak bagaimana menjaga diri mereka dari pelaku kekerasan seksual

supaya terhindar dari bahaya. Ajarkan kepada mereka hal – hal sebagai berikut

(Wuryani, 2008: 164) :

1) Jika ada orang meraba – raba bagian – bagian pribadi tubuhmu atau

menyentuhmu dengan cara yang menyakitkan atau membuatmu merasa

tidak enak atau tidak senang, katakan “jangan” dengan tegas. Katakan

kepada orang itu supaya tidak melakukan perbuatan itu, dan ancamlah

mereka bahwa kamu akan melaporkan ke polisi

2) Kamu harus melapor kepada orang tua, guru atau krluarga terdekat jika

(45)

kamu merahasiakanya, kekerasan ini akan berlangsung terus. Jangan takut,

ingatlah bahwa kamu tidak bersalah dan kamu berhak mendapatkan rasa

aman

3) Jika ada temanmu yang menceritakan hal – hal yang tidak mereka sukai

dari orang lain, atau menceritakan secara langsung kekerasan yang

dialaminya. Bantulah temanmu itu dangan menyampaikan ceritanya

kepada orang dewasa atau orang tua sehingga mereka dapat segera

bertindak menyelamatkan temanmu.

Orang tua atau guru sebaiknya juga memberikan pengetahuan tentang

taktik atau trik pelaku kekerasan kepada anak – anak, agar anak terhindar dari

pelaku kekerasan yang ingit berbuat kurang pantas kepada anak – anak. Berikut

adalah daftar taktik yang biasa digunakan oleh penganiaya anak – anak terutama

oleh laki – laki asing terhadap korbanya. Daftar ini dikembangkan oleh Kenneth

Wooden, direktur eksekutif The National Coalition for Children’s Justice

(Wuryanti, 2008: 167)

1) Ikatan kasih sayang: Sebagian besar penganiaya anak biasa mengaku

menjalin hubungan dengan seseorang yang dikenal oleh anak atau anggota

keluarga anak. Jadi hendaknya anak diajarkan agar tidak cepat percaya

dengan orang yang baru dia temui walaupun mengaku sebagai

keluarganya.

2) Tawaran bantuan: Penganiaya sering mendekati anak dan menawarkan

(46)

hendaknya anak diajarkan menolak ajakan orang yang belum dikenal

dengan tegas agar terhindar dari hal – hal yang tidak diinginkan

3) Sogokan: Ini adalah salah satu tipu daya yan tertua. Anak ditawari hadiah,

gula – gula, mainan atau barang lainya. Jadi anak sebaiknya di ajarkan

agar menolak pemberian orang yang belum mereka kenal.

4) Permainan: Penganiaya mengajak melakukan permainan yang tampaknya

tidak berbahaya tetapi sebenarnya mengarah ke kontak badan. Jadi

seharusnya anak diberi penguatan bahwa tidak ada yang boleh menyentuh

atau memegang bagian seksualitas anak.

Dengan menginformasikan taktik – taktik tersebut kepada anak – anak, kita dapat

menjaga anak – anak dari pelaku kekerasan terhadap anak. Dalam memberikan

informasi, sebaiknya orang tua atau guru bersikap terbuka kepada anak. Sejauh

hal itu tidak melanggar nilai – nilai etika sebaiknya menceritakanya dengan

terbuka sehingga anak akan lebih dapat menghayatinya secara baik dan benar

(Wirawansarwono dan Amisiamsidar, 1986: 69)

Berdasarkan penjelasan mengenai pengertian pendidikan seks, pentingnya

pengetahuan pendidikan seks bagi siswa, dan cara melindungi anak dari pelaku

kekerasan dapat disimpulkan bahwa pendidikan seks ialah pendidikan yang

bertujuan mengenalkan tentang jenis kelamin dan cara menjaganya yang

diperlukan oleh anak – anak yang dapat diperoleh dari membaca buku atau

obrolan – obrolan kecil. Adapun pentingnya pengetahuan pendidikan seks bagi

siswa agar mereka memiliki pengetahuan yang kuat mengenai masalah seksual

(47)

jawab misalnya seperti pidophil dan demi kesejahteraan dan kemantapan pribadi

anak tersebut kelak setelah dewasa. Cara melindungi anak dari pelaku kekerasan

ialah dengan cara mengajarkan kepada anak – anak bagaimana menjaga diri

mereka dan juga memberikan pengetahuan tentang taktik atau trik pelaku

kekerasan kepada anak – anak seperti 1) ikatan kasih sayang, 2) tawaran bantuan,

3) sogokan, dan 4) permainan, agar anak terhindar dari pelaku kekerasan.

2.1.5 Gerakan Literasi Sekolah

Dalam upaya menumbuhkan budi pekerti siswa, pemerintah melalui

kemdikbud meluncurkan sebuah gerakan yang disebut Gerakan Literasi Sekolah

(GLS). Gerakan ini bertujuan agar siswa memiliki budaya membaca dan menulis

sehingga tercipta pembalajaran sepanjang hayat. Sebagaimana dituangkan dalam

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015. Salah satu

kegiatan didalam gerakan tersebut adalah kegiatan 15 menit membaca buku

nonpelajaran sebelum waktu belajar dimulai. Kegiatan ini dilaksanakan untuk

menumbuhkan minat baca peserta didik serta meningkatkan keterampilan

membaca agar pengetahuan dapat dikuasai secara lebih baik

(Dikdas.kemendikbud.go.id)

Adapun tujuan khusus dari literasi sekolah (Dikdas.kemendikbud.go.id):

1) Menumbuhkembangkan budaya literasi membaca dan menulis siswa di

sekolah.

(48)

3) Menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan dan ramah

anak agar warga sekolah mampu mengelola pengetahuan.

4) Menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan menghadirkan beragam buku

bacaan dan mewadahi berbagai strategi membaca.

Adapun prinsip – prinsip dari gerakan literasi sekolah (GLS)

(Dikdas.kemendikbud.go.id):

1) Sesuai dengan tahapan perkembangan peserta didik berdasarkan

karakteristiknya

2) Dilaksanakan secara berimbang; menggunakan berbagai ragam teks dan

memperhatikan kebutuhan peserta didik

3) Berlangsung secara terintegrasi dan holistik di semua area kurikulum

4) Kegiatan literasi dilakukan secara berkelanjutan

5) Melibatkan kecakapan berkomunikasilisan

6) Mempertimbangkan keberagaman

2.2 Penelitian yang Relevan

2.2.1 Penelitian tentang Buku Cerita

Chandra, Rustika (2016) mengembangkan media buku cerita bergambar

pada pelajaran IPS untuk kelas IV SDI As-Salam Malang dengan tema

pahlawanku. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian dan pengembangan (Research and Development). Subyek penelitian

Chandra adalh siswa SDI As-Salam kelas IV. Desain yang digunakan dalam

(49)

Gall. Pengembangan media pembelajaran ini telah menghasilkan produk berupa

buku cerita bergambar mata pelajaran IPS tema pahlawanku kelas IV SD. Dari

hasil validasi: 1) media pembelajaran ini menunjukan kevalitan yang terbukti

dengan presentasi rata – rata: (a) validasi ahli (isi) 92,00% menyatakan sangat

valid, (b) hasil validasi desain 96,00% menyatakan sangat valid, (c) hasil uji coba

pembelajaran (guru) 92,8 menyatakan sangat valid 2) hasil presentase tingkat

kevalitanpada uji coba kelas IVA SDI As-Salam Malang menunjukan 95%

menyatakan sangat valid. Sehingga terdapat perbedaan pada siswa yang

menggunakan media pembelajaran dengan tidak. Maka hasil pengembangan yang

telah dilakukan mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Relevansi dengan

penelitian ini adalah sama-sama mengembangkan buku cerita untuk anak SD.

Nugroho, Deta (2016) mengembangkan buku cerita untuk menanamkan

nilai – nilai karakter pada anak. Subyek penelitian Deta Nugroho adalah 5 orang

siswa SD N Ngasinan. Jenis penelitian yang digunakan penelitian dan

pengembangan (Research and Development). Proses pengembangan buku cerita

tersebut mengikuti enam langkah dari modifikasi langkah Sugiyono dan langkah

Borg and Gall yaitu (1) potensi dan masalah (2) pengumpulan data (3) desain

produk (4) validasi desain (5) revisi desain, dan (6) uji coba produk. Dari hasil uji

coba peneliti didapatkan data bahwa semua siswa menyukai buku cerita yang

dibaca. Relevansi dengan penelitian ini adalah sama-sama mengembangkan buku

(50)

2.2.2 Penelitian Tentang Pendidikan Seks

Dewi, Desi Mustika (2015) melakukan penelitian dengan judul

Meningkatkan Pengetahuan Pendidikan Seks Melalui Layanan Informasi Pada

Siswa kelas VI Madrasah Iptidaiyah Negeri Sumurejo Kota Semarang Tahun

Ajaran 2015/2016. Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimen dengan

desain penelitian one group pre-test. Hasil penelitian yang diperoleh, tingkat

pengetahuan siswa sebelum mendapatkan layanan informasi tergolong dalam

kategori rendah dengan presentase 39%. Setelah mendapatkan layanan informasi

menggunakan media visual meningkat menjadi 75% dalam kategori tinggi.

Dengan kata lain bahwa terjadi perubahan tingkat pengetahuan pendidikan seks

siswa setelah diberikan layanan informasi. Relevansi dengan penelitian ini adalah

sama-sama memberikan pendidikan seks untuk siswa SD.

Dari penelitian Rustika Chandra dengan judul Pengembangan Media Buku

Cerita Bergambar Untuk Peningkatan Hasil Belajar Pada Pembelajaran IPS Siswa Kelas

IV Sekolah Dasar Islam As-Salam Malang, penelitian dari Deta Nugroho dengan judul

Pengembangan Buku Cerita Untuk Menanamkan Karakter Mandiri dan Peduli

Lingkungan Siswa Sekolah Dasar Kelas Rendah, dan penelitian dari Desi Mustika

Dewi dengan judul Meningkatkan Pengetahuan Pendidikan Seks Melalui Layanan

Informasi Pada Siswa Kelas VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sumurrejo Kota Semarang

(51)

Gambar 2.1 Hasil Penelitian yang Relevan.

Gambar di atas menunjukkan bahwa sudah ada penelitian mengenai

membaca pengembangan buku cerita. Ada juga penelitian untuk meningkatkan

pengetahuan seks untuk anak SD. Berdasarkan hasil penelitian yang relevan

tersebut, peneliti menyadari bahwa belum ada penelitian yang mengembangkan

buku cerita untuk meningkatkan pengetahuan seks untuk anak SD khususnya

kelas atas. Maka dari itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai

pengembangan buku cerita anak berbasis pendidikan seks untuk anak SD kelas

Pengembangan Buku cerita Anak Berbasis Pendidikan Seks Untuk Anak SD Kelas Atas.

(52)

2.3 Kerangka Berpikir

Anak – anak sekolah dasar memerlukan informasi sesuai umur mereka.

Begitu juga tentang pemberian materi tentang pendidikan seks dan bagian –

bagian tubuh terlarang disentuh atau dipegang orang lain. Pemberian informasi ini

bukan berarti pembicaraan besar yang dilakukan dalam satu waktu, melainkan

obrolan – obrolan kecil yang diulang – ulang. Pemberian pendidikan seks

memang memerlukan pengetahuan seks dan seksualitas, tetapi yaang paling

penting adalah mengajar si anak bagaimana caranya pengetahuan itu ia gunakan

dalam hidupnya (Wuryani,2008; 11). Pemberian materi tentang pendidikan seks

ini bisa diberikan melalui banyak hal, misalnya dengan media buku cerita.

Buku cerita ini berisi tentang pendidikan seks yang cocok diberikan untuk

anak SD. Buku ini disertai dengan ilustrasi untuk menunjang pemahaman materi

pendidikan seks untuk siswa. Dengan demikian peneliti megharapkan siswa dapat

meningkatkan pemahaman tentang pendidikan seks yang cocok untuk mereka.

Pengetahuan mengenai seks ini sangat diperlukan oleh anak – anak, agar tidak

terjadi hal - hal yang tidak diinginkan pada mereka sekarang dan dikemudian hari,

seperti adanya orang – orang yang ingin melakukan tindakan yang kurang terpuji

kepada anak – anak. Jika menggunakan buku cerita ini, diharapkan siswa dapat

(53)

2.4 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian teori diatas maka dapat dirumuskan beberapa

pertanyaan penelitian sebagai berikut.

2.4.1 Bagaimana mengembangkan buku cerita anak berbasis pendidikan seks

untuk anak SD kelas atas?

2.4.2 Bagaimana kualitas buku cerita anak berbasis pendidikan seks untuk anak

SD kelas atas menurut pakar ahli?

2.4.3 Bagaimana kualitas buku cerita anak berbasis pendidikan seks untuk anak

SD kelas atas menurut guru SD kelas V?

2.4.4 Bagaimana kualitas buku cerita anak berbasis pendidikan seks untuk anak

(54)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dan

pengembangan atau Research and Development (RnD). Research and

Development (RnD) adalah penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2010:407).

Tujuan penelitian pengembangan yaitu ingin menilai perubahan-perubahan yang

terjadi dalam kurun waktu tertentu.

Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model

yang dirancang dan dikembangkan oleh Dick & Carey (dalam Setyosari, 2013:

230). Prosedur penelitian yang digunakan dalam penelitian mengacu pada

prosedur penelitian Borg & Gall (dalam Setyosari, 2013: 237). Kesepuluh langkah

tersebut yaitu (1) penelitian dan pengumpulan informasi awal, (2) perencanaan,

(3) pengembangan produk awal, (4) uji coba awal, (5) revisi produk, (6) uji coba

lapangan, (7) revisi produk, (8) uji lapangan, (9) revisi produk akhir, (10)

desiminasi dan implementasi. Berikut ini adalah gambar langkah-langkah

(55)

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian Pengembangan Borg & Gall

Penelitian ini berhenti pada langkah ketujuh. Hal ini disebabkan karena

beberapa hal: Pertama, secara teoritis Borg & Gall juga memperbolehkan sebuah

penelitian pengembangan untuk berhenti pada langkah ketujuh. Kedua, jika

sampai tahap desiminasi dan implementasi akan membutuhkan biaya yang sangat

banyak.

3.2 Prosedur Pengembangan

Prosedur pengembangan meliputi langkah – langkah yang dilakukan.

Prosedur pengembangan penelitian ini menghasilkan produk akhir buku cerita

anak berbasis pendidikan seks untuk kelas atas. Langkah – langkah

pengembangan produk ini menggunakan model penelitian Borg and Gall

(56)

Penelitian ini tidak mengambil seluruh langkah dari teori Borg and Gall.

Prosedur pengembangan disesuaikan dengan penelitian yang diambil untuk

mengembangkan buku cerita anak. Peneliti mengembangkan produk ini dengan

memodifikasi model pengembangan Borg & Gall (Setyosari, 2013). Hasil

modifikasi ini menghasilkan tujuh langkah penelitian. Tujuh langkah prosedur

penelitian pengembangan ini yaitu, (1) penelitian dan pengumpulan informasi

awal, (2) perencanaan, (3) pengembangan produk awal, (4) uji coba awal, (5)

revisi produk, (6) uji coba lapangan, dan (7) revisi produk.

Berikut adalah gambar langkah-langkah prosedur penelitian yang

dilakukan.

Gambar

Gambar 2.1 Hasil Penelitian yang Relevan.
Gambar 3.1 Prosedur Penelitian Pengembangan Borg & Gall
Gambar 3.2 Prosedur Pengembangan yang Digunakan Peneliti
Tabel 3.1 Daftar Pertanyaan Wawancara
+7

Referensi

Dokumen terkait

prototipe buku cerita anak berbasis need for achievement yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan guru, (3) bagaimana saran perbaikan dan penilaian oleh ahli dan

PENGEMBANGAN BUKU CERITA BERGAMBAR BERBASIS PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP UNTUK PEMBELAJARAN.. MEMBACA SISWA SD KELAS I SD NEGERI TLACAP Lendy

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini mencakup tiga hal, yaitu (1) bagaimana profil cerita anak berbasis pendidikan karakter sesuai dengan kebutuhan anak-anak dipasaran

Data dalam penelitian ini adalah (1) data survei dan pengamatan terhadap buku pengayaan cerita anak yang sudah ada, (2) data hasil wawancara dengan guru kelas, (3)

Saran untuk peneliti selanjutnya yang akan mengembangkan produk buku cerita bergambar berbasis pendidikan anti korupsi pada siswa Sekolah Dasar kelas rendah adalah

Buku cerita bergambar yang dikembangkan adalah buku cerita bergambar yang mencakup kebutuhan siswa dan guru dengan judul “Pengembangan Buku Cerita Bergambar Berbasis

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang telah memberikan kasih dan penyertaan-Nya sehingga skripsi berjudul Pengembangan Buku Cerita Bergambar Berbasis Pendidikan

1) Buku cerita bergambar dapat membantu anak terhadap pengembangan dan perkembangan emosi. Anak akan merasa terfasilitasi dan terbantu untuk memahami dan menerima