• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan buku cerita anak berbasis pendidikan seks untuk anak SD kelas atas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengembangan buku cerita anak berbasis pendidikan seks untuk anak SD kelas atas"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PENGEMBANGAN BUKU CERITA ANAK BERBASIS PENDIDIKAN SEKS UNTUK ANAK SD KELAS ATAS. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Oleh: Stefanus Vicky Aristyo NIM : 131134121. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017. i.

(2) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. SKRIPSI ii.

(3) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. iii.

(4) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PERSEMBAHAN. Karya ini penulis persembahkan kepada :. Allah Bapa, Tuhan Yesus Kristus, dan Bunda Maria yang telah memberkati dan memberikan terang roh kudus di dalam penulisan skripsi ini.. Pak Damai dan Bu Erlita selaku Dosen pembimbing yang selalu membimbing penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.. Keluargaku yang selalu memberikan doa, kasih, semangat, motivasi dan dukungan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.. Johana Della yang menjadi penyemangat dan setia menemani perjuanganku.. Teman-teman payung yang menjadi motivasi hingga terselesaikannya skripsi ini.. Teman-teman seperjuanganku angkatan 2013.. Almamater Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, serta para pendidik yang tergabung dalam program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah memberikan banyak pengetahuan baik secara akademik maupun afektif kepada penulis.. Semua orang tua yang ingin mengajar anak-anak mereka tentang seks tetapi raguragu untuk melakukannya. iv.

(5) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. MOTTO. “Sebab itu, janganlah kamu khawatir tentang hari esok, karena hari esok mempunyai kekhawatirannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah sehari.” (Matius 6: 34) “Jangan berhenti berdoa, sekalipun doamu terasa kering.” (Bunda Maria) “Kumpulkanlah potongan-potongan yang lebih, supaya tak ada yang terbuang” (Yohanes 6:12) “Tanpa kita tuntut, tanpa kita minta, apa yang kita butuhkan sudah tersedia seluruhnya. Yang disediakan semuanya baik adanya” (Kejadian 1: 1-25) “Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti, pikiran, dan tubuh anak. Bagian – bagian itu tidak boleh dipisahkan agar kita dapat memajukan kesempurnaan hidup anak- anak kita” (Ki Hadjar Dewantara). v.

(6) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA. Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.. Yogyakarta, 6 Juni 2017 Penulis. Stefanus Vicky Aristyo. vi.

(7) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS. Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama Nomor Mahasiswa. : Stefanus Vicky Aristyo : 131134121. Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:. PENGEMBANGAN BUKU CERITA ANAK BERBASIS PENDIDIKAN SEKS UNTUK ANAK SD KELAS ATAS. beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya sebagai penulis.. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 6 Juni 2017 Yang menyatakan. Stefanus Vicky Aristyo. vii.

(8) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRAK PENGEMBANGAN BUKU CERITA ANAK BERBASIS PENDIDIKAN SEKS UNTUK ANAK SD KELAS ATAS Stefanus Vicky Aristyo Universitas Sanata Dharma 2017 Skripsi ini merupakan hasil penelitian dan pengembangan terkait dengan pendidikan seks. Penelitian ini berawal dari adanya potensi dan masalah terkait dengan pendidikan seks. Potensi yang ada adalah pendidikan seks untuk anak SD usia dini. Masalah yang peneliti dapatkan dari hasil wawancara yaitu belum adanya media guru untuk mengajarkan pendidikan seks pada anak usia dini. Oleh karena itu, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian pengembangan media berbasis pendidikan seks. Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan modifikasi dari Sugiyono. Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan produk dan mengetahui kualitas produk. Produk yang dihasilkan berupa buku cerita anak untuk mengajarkan pendidikan seks siswa sekolah dasar. Langkahlangkah dalam pengembangan penelitian ini adalah (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, (6) uji coba produk, (7) revisi produk hingga menghasilkan produk final. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan wawancara dan lembar kuesioner. Wawancara digunakan untuk analisis kebutuhan kepada guru kelas VI SD N Banaran III, sedangkan kuesioner digunakan untuk validasi kualitas buku cerita oleh Pakar UKS (Usaha Kesehatan Sekolah), guru kelas atas yaitu kelas VI SD, dan 11 siswa SD N Banaran III sebagai subjek uji coba. Berdasarkan hasil validasi, validasi pakar memperoleh skor sebesar 4,45. Guru kelas atas yaitu kelas VI SD memperoleh skor sebesar 4,63. Subjek uji coba sebesar 4,70. Rerata skor validasi yaitu 4,59 dengan kategori “Sangat Baik”. Hal tersebut ditinjau dari aspek (1) desain dan pengorganisasian, (2) kebahasaan dan isi, (3) tujuan dan pendekatan. Dengan demikian, buku cerita anak yang dikembangkan sudah layak digunakan sebagai buku bacaan tentang pendidikan seks untuk anak SD kelas atas.. viii.

(9) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRACT DEVELOPMENT OF CHILDREN STORY BOOK BASED SEX FOR UPPER CLASS CHILDREN OF ELEMENTARY SCHOOL Stefanus Vicky Aristyo Universitas Sanata Dharma 2017 This thesis is the result of research and development related to sex education. This research started from the potentials and problems in sex education. The potential is sex education for elementary school children’s early childhood. The problem that researcher get from the interviews is the absence of media for teachers to teach sex education in early childhood. Therefore, researcher are encouraged to conduct a research on media development based on sex education. This study used research and development modifications of Sugiyono. The purpose of this research is to develop a product and knowing the quality of the product. The resulting product is a children's story book to teach sex education for elementary school students. The steps in the development of this research were (1) potentials and problems, (2) data gathering, (3) product design, (4) design validation, (5) design revisions, (6) product trials, (7) Product revisions to produce final product. The instrument used in this research was a list of interview questions and the questionnaire. The interviews were used to analyze the needs of grade six classroom teachers of SDN Banaran III, while the questionnaire was used to validate the quality of storybooks by UKS Specialist (Usaha Kesehatan Sekolah), upper grade teachers of grade six , and 11 grade six students of SDN Banaran III as subject of the research. Based on validation result, expert validation obtained a score of 4.45. The upper class teacher of grade six elementary school obtained a score of 4.63. Subject test obtained score of 4.70. The average validation score is 4.59 with the category "Very Good". It is reviewed from aspects (1) design and organization, (2) language and content, (3) purpose and approach. Therefore, a children's story book that was developed is already fit for use as a textbook on sex education for upper class elementary school children.. ix.

(10) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. KATA PENGANTAR. Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan yang telah memberkan kasih dan pencurahan Roh Kudus-Nya sehingga skripsi yang berjudul Pengembangan Buku Cerita Anak Berbasis Pendidikan Seks Untuk Anak SD Kelas Atas ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa skripsi ini telah selesai karena bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati dan penuh cinta perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan, dukungan, dan motivasi baik secara langsung maupun tidak langsung dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini. Ucapan terimakasih ini penulis sampaikan kepada: 1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma. 2. Christiyanti Aprinastuti S.Si., M.Pd selaku Ketua Program Studi PGSD. 3. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. selaku Wakil Ketua Program Studi PGSD. 4. Brigitta Erlita Tri Anggadewi, S.Psi., M.Psi. selaku Dosen Pembimbing I yang telah membimbing dan memberi dukungan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. 5. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II yang telah membimbing dan memberi dukungan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. 6. Ibu Song yang telah membantu memvalidasi media sehingga media tercipta dengan baik. 7. Para dosen dan Staf PGSD yang telah membantu peneliti dengan baik. 8. Kepala Sekolah SD N BANARAN III yang telah memberikan ijin penelitian kepada peneliti untuk melakukan penelitian di sekolah.. x.

(11) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 9. Guru SD N BANARAN III yang telah berkenan membantu peneliti dalam melakukan analisis kebutuhan 10. Seluruh siswa kelas VI SD N BANARAN III yang telah membantu selama penelitian berlangsung. 11. Keluarga saya yang selalu memberi semangat, doa dan dukungan terlebih kedua orang tua saya Yohanes Rasul Ngadino dan Margareta Sri Handayani. 12. Saudara-saudara yang memberi semangat dan mendoakan. 13. Teman dekat, sahabat-sahabat, dan teman payung skripsi pengembangan buku cerita anak berbasis pendidikan seks yang selalu mendukung saya. 14. Teman-teman PGSD angkatan 2013 dan semua yang pernah berdinamika selama masa perkuliahan. 15. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih untuk bantuan dan dukungan.. Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak keterbatasan dan kekurangannya, maka peneliti sangat membutuhkan kritik dan saran dari berbagai pihak. Akhirnya peneliti mengucapkan selamat membaca semoga bermanfaat bagi pembaca dan kita semua. Yogyakarta, 6 Juni 2017 Peneliti. Stefanus Vicky Aristyo. xi.

(12) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... iv HALAMAN MOTTO .................................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................ vi LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ..................................... vii ABSTRAK ...................................................................................................... viii ABSTRACT ..................................................................................................... ix KATA PENGANTAR .................................................................................... x DAFTAR ISI ................................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 6 1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 6 1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 7 1.5 Spesifikasi Produk yang Diharapkan ......................................................... 8 1.6 Definisi Operasional................................................................................... 9 BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................ 10 2.1 Kajian Pustaka............................................................................................ 10 2.1.1 Buku Cerita Anak .................................................................................... 10 2.1.2 Pendidikan Seks ...................................................................................... 12 2.1.3 Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar Memasuki Remaja ................ 17 2.1.4 Gerakan Literasi Sekolah ........................................................................ 27. xii.

(13) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 2.2 Penelitian Yang Relevan ............................................................................ 31 2.3 Kerangka Berpikir ...................................................................................... 34 2.4 Pertanyaan Penelitian ................................................................................. 36 BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 37 3.1 Jenis Penelitian ........................................................................................... 37 3.2 Setting Penelitian ...................................................................................... 38 3.2.1 Tempat Penelitian ................................................................................... 38 3.2.2 Subjek Penelitian .................................................................................... 38 3.2.3 Obyek Penelitian .................................................................................... 38 3.2.4 Waktu Penelitian .................................................................................... 38 3.3 Prosedur Pengembangan ............................................................................ 38 3.3.1 Potensi dan Masalah ............................................................................... 40 3.3.2 Pengumpulan Data .................................................................................. 41 3.3.3 Desain Produk ........................................................................................ 41 3.3.4 Validasi Desain ...................................................................................... 42 3.3.5 Revisi Desain .......................................................................................... 42 3.3.6 Uji Coba Produk ..................................................................................... 43 3.3.7 Revisi Produk ......................................................................................... 43 3.4 Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 44 3.4.1 Wawancara .............................................................................................. 44 3.4.2 Kuesioner ............................................................................................... 45 3.5 Instrumen Penelitian .................................................................................. 46 3.5.1 Instrumen Pengumpulan Data ................................................................ 46 3.6 Teknik Analisis Data .................................................................................. 49 3.6.1 Data Kualitatif ........................................................................................ 49 3.6.2 Data Kuantitatif ...................................................................................... 49 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.............................. 52 4.1 Analisis Kebutuhan .................................................................................... 52 4.1.1 Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan ................................................... 53 4.2 Deskripsi Produk Awal .............................................................................. 54 4.2.1 Sampul Buku Cerita ................................................................................ 54. xiii.

(14) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 4.2.2 Bagian-Bagian Buku Cerita .................................................................... 55 4.3 Data Uji Coba dan Revisi Produk .............................................................. 57 4.3.1 Data Validasi Pakar dan Revisi Produk ................................................. 57 4.3.1.1 Revisi Yang Dilakukan Peneliti .......................................................... 59 4.3.2 Data Validasi Guru Kelas Atas dan Revisi Produk ................................ 63 4.3.2.1 Revisi Yang Dilakukan Peneliti .......................................................... 65 4.4 Data Validasi Uji Coba Lapangan dan Revisi Produk .............................. 68 4.5 Kajian Produk Akhir ................................................................................. 70 4.5.1 Sampul Buku Cerita Setelah Direvisi ..................................................... 70 4.5.2 Bagian-Bagian Buku Cerita Setelah Direvisi .......................................... 71 4.6 Pembahasan ................................................................................................ 74 BAB V PENUTUP .......................................................................................... 79 5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 79 5.2 Keterbatasan Pengembangan ..................................................................... 79 5.3 Saran ........................................................................................................... 80 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 81 LAMPIRAN .................................................................................................... 84. xiv.

(15) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.1 Hasil Penelitian yang Relevan...................................................... 34 Gambar 3.1 Langkah-langkah Metode Research and Development ............... 37 Gambar 3.2 Prosedur Produk Pengembangan Buku Cerita Anak Berbasis Pendidikan Seks Untuk Anak SD Kelas Atas .................................................. 40 Gambar 4.1 Cover Buku Cerita ....................................................................... 55 Gambar 4.2 Revisi Buku Cerita ...................................................................... 59 Gambar 4.3 Revisi Buku Cerita ...................................................................... 60 Gambar 4.4 Revisi Buku Cerita ...................................................................... 61 Gambar 4.5 Revisi Buku Cerita ...................................................................... 62 Gambar 4.6 Revisi Buku Cerita ...................................................................... 63 Gambar 4.7 Revisi Buku Cerita ...................................................................... 65 Gambar 4.8 Cover Buku Cerita Hasil Revisi .................................................. 71. xv.

(16) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR TABEL. Tabel 3.1 Daftar Pertanyaan Wawancara ........................................................ 47 Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner Uji Validasi untuk Pakar dan Guru .................. 48 Tabel 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Uji Validasi untuk Siswa ................................. 48 Tabel 3.4 Konversi Data Kuantitatif Ke Data Kualitatif Skala Lima .............. 49 Tabel 4.1 Rangkuman Hasil Wawancara Guru SD N Banaran III ................. 53 Tabel 4.2 Hasil Validasi Pakar ........................................................................ 58 Tabel 4.3 Komentar Pakar dan Revisi ............................................................. 58 Tabel 4.4 Hasil Validasi Guru ......................................................................... 64 Tabel 4.5 Komentar Guru Kelas VI SD dan Revisi ........................................ 64 Tabel 4.6 Hasil Validasi Uji Coba Lapangan .................................................. 69 Tabel 4.7 Komentar Subjek Penelitian Pada Uji Coba Lapangan dan Revisi 69 Tabel 4.8 Rekapitulasi Skor Hasil Validasi dan Uji Coba Lapangan ............. 73. xvi.

(17) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1 Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan ......................................... 85 Lampiran 2 Hasil Validasi Pakar Ahli ............................................................. 86 Lampiran 3 Hasil Validasi Guru Kelas VI SD ................................................. 89 Lampiran 4 Hasil Validasi Siswa SD Kelas VI .............................................. 92 Lampiran 5 Surat Izin Penelitian...................................................................... 114 Lampiran 6 Surat Keterangan Penelitian ......................................................... 115 Lampiran 7 Biodata Penulis ............................................................................ 116 Lampiran 8 Produk Buku Cerita ...................................................................... 117. xvii.

(18) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tuhan. menciptakan. manusia. dengan. segala. keunikannya.. Tuhan. menciptakan manusia dengan dua perbedaan jenis kelamin yaitu laki-laki dan perempuan. Anak laki-laki dan anak perempuan diciptakan berlainan. Hal ini yang menyebabkan beberapa hal menjadi berbeda, seperti cara berpakaian, gaya rambut, dan cara buang air kecil. Perbedaan anak laki-laki dan perempuan juga akan nampak ketika mereka sudah memasuki masa remaja. Masa anak-anak merupakan periode perkembangan yang cepat dan terjadi perubahan dalam banyak aspek perkembangan. Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan berkesinambungan dalam diri individu dari mulai lahir sampai mati. Perubahanperubahan yang dialami individu atau organisme menuju tingkat kedewasaan atau kematangannya. yang. berlangsung. secara. sistematis,. progresif,. dan. berkesinambungan, baik menyangkut fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah) (Yusuf, 2009: 15). Terjadinya perubahan dalam aspek fisik anak menuju remaja awal diawali dengan pubertas, adalah masa kematangan fisik yang sangat cepat, yang meliputi aspek hormonal dan perubahan fisik. Perubahan fisik pada anak laki-laki meliputi suara berkembang dan menjadi lebih berat, berat dan tinggi badan bertambah secara signifikan, penis mulai membesar, testis mulai tumbuh, rambut di sekitar kemaluan mulai tumbuh, kelenjar minyak lebih aktif dan keringat lebih banyak, dan tumbuh rambut di daerah wajah dan ketiak. Sedangkan pada anak perempuan. 1.

(19) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2. ditandai dengan mulainya menstruasi, payudara mulai tumbuh, berat dan tinggi badan mulai bertambah secara signifikan, mulai tumbuh rambut di wilayah kemaluan, kelenjar minyak lebih aktif dan keringat lebih banyak, mulai tumbuh rambut di ketiak (Wuryani, 2008: 87). Dalam upaya mendidik atau membimbing anak agar mereka dapat mengembangkan potensi dirinya seoptimal mungkin seorang guru ditantang agar lebih sabar, lebih perhatian, lebih mengasihi, dan lebih rendah hati terhadap perubahan dan perkembangan yang terjadi pada anak. Sebagian masyarakat salah paham bahwa pendidikan seks membahas hubungan badan. Ini merupakan pandangan yang salah. Dari asal katanya, seks adalah jenis kelamin yang membedakan laki-laki dengan perempuan. Pendidikan seks lebih berkaitan dengan pengetahuan tentang alat reproduksi laki-laki dan perempuan, pembuahan, kehamilan dan kelahiran, perilaku seksual, dan hubungan seksual. Jadi, tidak tepat jika ada yang berpendapat bahwa anak yang memasuki masa remaja tidak perlu mendapatkan wawasan ini karena khawatir akan melakukan hubungan badan sebelum saatnya. Sebaliknya, anak menuju remaja perlu diberi pengetahuan yang benar sedini mungkin, sehingga mereka bisa bersikap dengan bertindak dengan cara yang benar (Farida, 2014: 125). “Sedia payung sebelum hujan”. Peribahasa ini pas untuk menggambarkan pentingnya pendidikan seks sejak dini. Pendidikan seks perlu diberikan kepada anak sedini mungkin. Hal ini karena supaya mereka memiliki dasar pengetahuan yang kuat mengenai seks, sehingga dapat mengetahui baik-buruk tindakantindakan yang berhubungan dengan seks..

(20) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3. Pendidikan seks sangat perlu untuk anak usia dini karena perubahan zaman yang begitu pesat akibat globalisasi, media, film, kemiskinan, tipisnya etika moral, kehancuran rumah tangga, dan kurangnya pendidikan seks dari orang tua. Kurangnya pengetahuan anak tentang seks, maka itu akan menyudutkan anak sebagai korban pelecehan seksual. Anak memiliki rasa ingin tahu yang amat tinggi, hal ini sering dimanfaatkan oleh beberapa orang dewasa untuk melakukan pelecehan seksua (Sarwono, 1986: V). Maka dari itu kita harus melakukan pendidikan seks ketika anak dirasa sudah mampu mengerti arti seks. Tujuan pendidikan seks yaitu pencegahan sanggama sebelum pernikahan dan menghindari pelecehan-pelecehan seks lainnya terutama pada remaja putri. Anak perempuan yang menjadi korban penyiksaan seksual jumlahnya lebih banyak daripada anak laki-laki. Gadis kecil dan remaja sangat rentan terhadap penyiksaan seksual oleh laki-laki. Sangat penting pendidikan seks dimulai sedini mungkin, bahkan sejak anak itu masih berusia balita (dibawah lima tahun), pada masa anak-anak belum menganggap seks sebagai suatu yang serius, apalagi yang porno. Mulyadi (Pratiwi, 2010) menambahkan bahwa melalui pendidikan seks yang sehat, anak akan mendapatkan pemenuhan psikoseksualnya secara tepat dan benar sehingga anak juga akan memiliki sikap serta tingkah laku seksual yang bertanggung jawab, dan anak akan tahu apa yang dilakukan serta tahu apa akibat dari perbuatannya. Indonesia merupakan negara yang menghadapi kekerasan terhadap anak cukup kompleks dan meningkat setiap tahunnya mulai dari bentuk fisik, psikis, hingga seksual. Hasil pemantauan KPAI dari 2011 sampai 2014, terjadi.

(21) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4. peningkatan yang signifikan. “Tahun 2011 terjadi 2178 kasus kekerasan, 2012 ada 3512 kasus, 2013 ada 4311 kasus, 2014 ada 5066 kasus (KPAI.go.id). Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menilai, peningkatan laporan ini karena kurangnya pencegahan (KPAI.go.id). Kekerasan terhadap fisik, psikis, hingga seksual terhadap anak ini perlu dihentikan khususnya kekerasan seksual terhadap anak. Pendidikan seks harus diberikan sejak dini di Sekolah Dasar sebagai langkah pencegahan terhadap kekerasan seksual karena ini menyangkut anak generasi penerus bangsa dan masa depan bangsa. Praktik pendidikan perlu diperkuat untuk menumbuhkan budi pekerti sebagaimana dituangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 yaitu dengan Gerakan Literasi Sekolah (GLS). GLS perlu ditingkatkan karena berdasarkan fakta bahwa hasil survey internasional (PIRLS 2011, PISA 2009 & 2012) yang mengukur keterampilan membaca peserta didik, Indonesia menduduki peringkat bawah. Salah satu kegiatan di dalam Gerakan Literasi Sekolah adalah kegiatan 15 menit membaca buku nonpelajaran sebelum waktu belajar dimulai. Kegiatan ini dilaksanakan untuk menumbuhkan minat baca peserta didik serta meningkatkan keterampilan membaca agar pengetahuan dapat dikuasai secara lebih baik. Sebuah upaya yang dilakukan secara menyeluruh dan berkelanjutan untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang warganya literat sepanjang hayat melalui pelibatan publik (Muhammad, 2016). Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan pada hari Senin, 17 November 2016 di SD Negeri Banaran III terhadap guru kelas 6 terkait tentang pendidikan seks, banyak anak yang sudah mulai suka sama suka terhadap lawan.

(22) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5. jenis. Anak sudah menirukan gaya seperti remaja yang sudah dewasa seperti yang ada di acara televisi. Akibat pengaruh teknologi yang semakin canggih ini menjadi kekhawatiran para guru. Anak sudah bebas mengakses internet lewat gadget mereka tanpa pengawasan dari orang tua, sementara entah potitif atau negatif yang pasti banyak sisi negatifnya yang menarik anak untuk bermain gadget. Dari hasil wawancara terhadap guru kelas 6 di SD Negeri Banaran III sangat minim sekali pendidikan yang mengajarkan seksualitas sejak dini dan yang menjadi kekhawatiran yaitu banyaknya kasus pelecehan seksual terhadap remaja putri. Sekolah dihadapkan dengan dilema tentang bagaimana menempatkan seksualitas dalam kurikulum, dan pelayanan atau dukungan apa yang harus diberikan untuk siswa. Sekolah belum sepenuhnya melakukan praktik kegiatan membaca non pelajaran tentang pendidikan seks usia dini karena memang belum ada media. Guru merasa kesulitan jika harus mengajar tentang pendidikan seks untuk usia dini tanpa menggunakan media namun harus bagaimana lagi karena kondisi sekolah memang berada di tengah pedesaan dan terpencil jadi kurang memperhatikan penggunaan media dalam pendidikan seks anak usia dini. Guru hanya sering menyinggung saja saat pembelajaran dan itupun jarang-jarang misalnya cara merawat tubuh dan ciri-ciri anak laki-laki dan perempuan menuju remaja. Di perpustakaan sekolahpun belum ada buku cerita anak yang mendukung terkait pendidikan seks anak usia dini. Bila permasalahan di atas tidak segera diatasi, maka akan terjadi perkembangan seksual anak yang kurang kontrol baik dari sekolah maupun orang tua yang nantinya akan menambah kasus-kasus pelecehan seksual terhadap remaja.

(23) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6. putri jika pendidikan seks sejak usia dini tidak segera diajarkan. Berdasarkan latar belakang masalah, peneliti memberikan solusi alternatif dalam menyelesaikan masalah tersebut dengan mengembangkan buku literasi dalam bentuk buku cerita anak berbasis pendidikan seks untuk membantu guru dalam memberikan pendidikan seks kepada siswa karena memang sekolah tersebut membutuhkan media untuk mengajarkan pendidikan seks. Supaya yang menjadi dilema sekolah juga dapat teratasi dengan buku ini dan juga meningkatkan gerakan literasi sekolah. Dengan demikian peneliti mengambil judul “Pengembangan Buku Cerita Anak Berbasis Pendidikan Seks Untuk Anak SD Kelas Atas”. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dirumusan. sebagai berikut: 1.2.1. Bagaimana proses pengembangan buku cerita anak berbasis pendidikan seks untuk anak SD ?. 1.2.2. Bagaimana kualitas media buku cerita anak yang dikembangkan di SD Negeri Banaran III ?. 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan. rumusan. masalah. di. atas,. tujuan. dari. penelitian. pengembangan ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1.3.1. Mendeskripsikan proses pengembangan buku cerita anak berbasis pendidikan seks untuk anak SD.. 1.3.2. Mengetahui kualitas media buku cerita anak yang dikembangkan di SD Negeri Banaran III..

(24) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7. 1.4. Manfaat Penelitian. 1.4.1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan. pengetahuan yang positif bagi peneliti untuk mengembangkan dunia pendidikan serta melalui kegiatan penelitian ini, dapat menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan memperkaya hasil penelitian yang telah ada khususnya dalam hal pengembangan media buku cerita anak terutama dalam pendidikan seks. 1.4.2. Manfaat Praktis. 1.4.2.1 Bagi Guru Dengan adanya penelitian ini diharapkan guru mendapat informasi serta masukan dalam melakukan proses pembelajaran di kelas sehingga dapat memilih, mengembangkan, serta menarik bagi siswa. 1.4.2.2 Bagi Siswa Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi untuk membekali anak untuk memperoleh pengetahuan dan penerangan tentang pendidikan seks. 1.4.2.3 Bagi Sekolah Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi dan sumbangan pemikiran kepada sekolah agar dapat mengembangkan media pembelajaran yang mendidik dan sebagai bahan informasi supaya setiap sekolah dapat meningkatkan program pendidikan seks yang tepat bagi siswa..

(25) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8. 1.4.2.4 Bagi Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan yang positif bagi peneliti untuk mengembangkan dunia pendidikan serta melalui kegiatan penelitian ini, dapat menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan memperkaya hasil penelitian yang telah ada khususnya dalam hal pengembangan media buku cerita anak. 1.5. Spesifikasi Produk yang Diharapkan. 1.5.1. Produk yang dihasilkan dalam penelitian pengembangan ini berupa buku literasi yaitu buku cerita anak berbasis pendidikan seks untuk anak usia dini.. 1.5.2. Ukuran buku A4 dengan sampul buku lebih tebal dari isinya. Sampul buku dengan kertas Ivory 260 dan isi buku dengan kertas Art Paper ukuran 120.. 1.5.3. Pada awal cerita siswa dihadapkan pada satu pertanyaan yaitu mengenai pacaran itu apa. Didalam pertanyaan tersebut siswa dibantu dengan gambar orang pacaran dan seorang anak yang bernama Vivi bertanyatanya tentang pacaran itu apa. Untuk menggali lebih dalam mengenai pacaran Vivi bertanya pada ibunya dan ia menjadi tahu pacaran itu apa.. 1.5.4. Pada isi cerita tersebut berisikan penjelasan Ibu Vivi mengenai manusia laki-laki. dan. perempuan. dengan. materi. pendidikan. seks. yang. memperkenalkan kepada siswa mengenai perbedaan antara laki-laki dan perempuan di masa remaja..

(26) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9. 1.5.5. Pada bagian akhir cerita juga diajarkan cara merawat tubuh saat menginjak usia remaja melalui penjelasan Ibu Vivi dan mengenalkan pada anak bagian badan yang tidak boleh disentuh oleh lawan jenis.. 1.6. Definisi Operasional. 1.6.1. Media penelitian pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut.. 1.6.2. Membaca adalah kegiatan yang dilakukan untuk memahami maksud apa yang disampaikan melalui tulisan yang dibacanya.. 1.6.3. Buku cerita anak adalah cerita yang ditujukan untuk anak-anak dengan menggunakan sudut andang anak.. 1.6.4. Literasi. adalah. kemampuan. dalam. mengakses,. memahami,. dan. menggunakan informasi secara cerdas. 1.6.5. Gerakan literasi sekolah adalah upaya yang dilakukan sekolah untuk mewujudkan pembiasaan membaca peserta didik. Pembiasaan ini dilakukan dengan kegiatan 15 menit membaca sebelum waktu belajar dimulai.. 1.6.6. Pendidikan seks adalah pendidikan tentang semua hal yang berhubungan dengan perkembangan seksual manusia, pertumbuhan alat kelamin dan fungsi alat kelamin sebagai alat reproduksi..

(27) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Pustaka. 2.1.1. Buku Cerita Anak. 2.1.1.1 Cerita Anak Hardjana (2006: 2-3) mengungkapkan bahwa cerita anak adalah cerita yang ditujukan untuk anak-anak, dan bukan cerita tentang anak. Dalam buku cerita anak yang menjadi tokoh tidak harus terdiri dari anak, melainkan apa saja atau siapa saja dapat dijadikan tokoh/ pelaku dalam sebuah cerita tersebut. Orang tua, kakek, nenek, pak guru, mahasiswa, anak remaja, binatang, bahkan peri atau makhluk halus boleh menjadi tokoh cerita. Wahyudi (2013: 18) mengungkapkan cerita anak adalah cerita yang ditulis dengan menggunakan sudut pandang anak. Jika cerita adalah pengalaman seharihari, pengalaman itu harus ditulis dengan menggunakan sudut pandang anak. Jika cerita adalah gambaran sehari-hari, gambaran kehidupan itu harus ditulis dengan menggunakan sudut pandang anak. Dari kedua pendapat para ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa buku cerita anak merupakan cerita yang ditujukan untuk anak dan menggunakan sudut pandang anak yang menggambarkan pengalaman atau gambaran kehidupan sehari-hari.. 10.

(28) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11. 2.1.1.2 Tujuan Buku Cerita Anak Buku cerita anak yang dibuat peneliti memiliki tujuan yang berguna bagi anak-anak. Tujuan dari buku cerita anak diantaranya adalah : 1.. Dengan buku cerita anak dapat membuat anak menjadi terinspirasi,. 2.. Membantu anak dalam perkembangan apresiasi kultural,. 3.. Memperluas pengetahuan anak,. 4.. Menimbulkan kesenangan tersendiri bagi anak,. 5.. Mengembangkan imajinasi anak,. 6. Dapat memotivasi anak untuk lebih banyak menggali literature (Raines, 2002: vii) Sesuai dengan salah satu tujuan cerita anak yaitu mengembangkan imajinasi anak buku cerita bergambar yang disusun untuk memfasilitasi anak dalam mengembangkan imajinasi. Melalui gambar-gambar yang terdapat pada buku cerita. Berikut cerita anak dapat dikemas dalam berbagai bentuk buku. Berikut macam-macam bentuk buku anak menurut para ahli. 2.1.1.3 Macam-macam Bentuk Buku Cerita Menurut Tarigan dalam Hardjana (2006: 4) mengarang buku cerita anak dapat menggunakan bentuk atau wadah : cerita pendek, novelet dan novel. Dalam ilmu kesusastraan ketiga bentuk cerita tadi disebut fiksi. Kata fiksi dalam bahasa Inggris dinamakan fiction diturunkan dari bahasa Latin fictio yang berarti : membentuk, membuat, menggandakan, dan menciptakan. Cerita fiksi adalah cerita yang dibentuk, cerita yang dibuat, cerita yang diadakan atau yang diciptakan. Oleh sebab itu, cerita fiksi juga disebut sebagai cerita rekaan. Selain.

(29) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12. fiksi ada juga cerita nonfiksi, kalau fiksi berdasarkan khayalan atau tidak nyata sedangkan nonfiksi merupakan nyata. Perbedaan utama antara fiksi dengan nonfiksi terletak dalam tujuan. Maksud dan tujuan narasi nonfiksi adalah untuk menciptakan kembali sesuatu yang telah terjadi secara actual. Karena itu dengan kata lain dapat dikatakan (a) narasi nonfiksi mulai dengan mengatakan: karena semua ini fakta, maka beginilah yang harus terjadi, dan (b) narasi fiksi mulai dengan mengatakan: seandainya semua ini fakta, maka beginilah yang akan terjadi (Hardjana, 2006: 5). Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan ada dua bentuk buku cerita yaitu fiksi dan non fiksi. Fiksi itu apa yang dapat terjadi, tetapi belum tentu terjadi/ rekaan, sedangkan non fiksi apa yang benar terjadi/ nyata. Buku cerita anak berbasis pendidikan seks merupakan buku cerita nonfiksi, artinya buku tersebut dibuat berdasarkan fakta tentang pacaran di dalam sekolah. Cerita nonfiksi tersebut dikemas dalam bentuk buku cerita sederhana yang ditambah gambar-gambar untuk mempermudah pemahaman anak. 2.1.2. Pendidikan Seks. 2.1.2.1 Pengertian Pendidikan Seks Menurut Wuryani (2008: 5) Pendidikan seks adalah pendidikan tentang tingkah laku yang baik sehubungan dengan masalah-masalah seks. Andika (2010: 15) mengemukakan pendidikan seks bertujuan untuk mengenalkan anak tentang jenis kelamin dan cara menjaganya, baik dari sisi kesehatan dan kebersihan, keamanan, serta keselamatan..

(30) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13. Calderone (dalam Wuryani, 2008: 4) memberikan definisi bahwa pendidikan seks adalah pelajaran untuk menguatkan kehidupan keluarga, untuk menumbuhkan pemahaman diri dan hormat terhadap diri, untuk mengembangkan kemampuan hubungan manusiawi yang sehat, untuk membangun tanggung jawab seksual dan sosial: untuk mempertinggi masa perkenalan yang bertanggung jawab, perkawinan yang bertanggung jawab, dan orang tua yang bertanggung jawab. Menurut Warnaen (dalam Wuryani, 2008: 5) Pendidikan seks juga dapat diartikan sebagai semua cara pendidikan yang dapat membantu anak muda untuk menghadapi persoalan hidup yang berpusat pada naluri seks, yang kadang-kadang timbul dalam bentuk tertentu dan merupakan pengalaman manusia yang normal. Dari definisi-definisi yang tertera di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan seks adalah pendidikan yang bertujuan mengenalkan tentang jenis kelamin dan cara menjaganya untuk meningkatkan hubungan manusiawi yang sehat dalam menghadapi persoalan hidup yang berpusat pada naluri seks. 2.1.2.2 Pentingnya Pendidikan Seks Bagi Siswa Pentingnya pengetahuan siswa tentang pendidikan seks hendaknya diperhatikan oleh para guru dan orang tua. Dengan memiliki pemahaman yang baik, diharapkan para siswa dapat meminimalisir timbulnya perilaku menyimpang dan pelecehan seksual yang terjadi pada anak. Pengetahuan pendidikan seks sangat penting bagi siswa karena dengan pemahaman itu siswa akan dapat menilai bahwa perilaku menyimpang harus dihindari dan siswa dapat menghindari tindakan kekerasan seksual. Pendidikan seks sangat perlu diberikan pada anak.

(31) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14. sedini mungkin agar mereka memiliki dasar pengetahuan yang kuat mengenai masalah seksual. Hal itu bertujuan agar mereka terhindar dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab (Sarwono, 1986 : 60). Pendidikan seks secara dini bagi anak-anak perlu dan penting demi kesejahteraan dan kemantapan pribadi anak tersebut kelak setelah dewasa. Berikut alasannya : 1. Pendidikan seks secara dini akan memudahkan anak-anak menerima keberadaan tubuhnya secara menyeluruh dan menerima fase-fase perkembangannya secara wajar. 2. Pendidikan seks secara dini akan membantu anak-anak untuk mengerti dan merasa puas dengan peranannya dalam kehidupan. 3. Pendidikan seks yang sehat cukup efektif untuk menghilangkan rasa ingin tahu yang tidak sehat yang sering muncul dalam benak anak-anak. 4. Secara keseluruhan, informasi seks yang diberikan akan melindungi kehidupan masa depan mereka dari komplikasi dan kelainan seks. 5. Pendidikan seks yang sehat, jujur dan terbuka juga akan menumbuhkan rasa hormat dan patuh anak-anak terhadap orang tuanya. 6. Pendidikan seks yang diajarkan secara terarah dan terpimpin di dalam lingkungan keluarga cenderung cukup efektif untuk mengatasi informasi informasi negatif yang berasal dari luar lingkungan keluarga. 7. Bila diajarkan dengan baik, pendidikan seks akan membuat masingmasing anak bangga dengan jenis kelaminnya..

(32) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15. 8. Pendidikan yang sehat dan wajar memungkinkan anak memperoleh taraf kedewasaan yang layak menurut usianya (Tretsakis, 2003: 12). Dari pengertian di atas pendidikan seks sangat perlu diberikan pada anak sedini mungkin agar mereka memiliki dasar pengetahuan yang kuat mengenai masalah seksual sehingga dapat meminimalisir timbulnya perilaku menyimpang dan pelecehan seksual yang terjadi pada anak. 2.1.2.3 Cara Melindungi Anak Dari Pelaku Kekerasan Seksual Orang tua atau guru hendaknya lebih peka untuk melindungi anak. Jika ada orang dewasa mengatakan hal-hal yang tidak mengenakan kepada seorang anak, ini juga dapat dikategorikan kekerasan seksual. Ajarkan kepada anak bahwa jika ada orang lain melakukan sesuatu kepada dia lalu menyuruh dia untuk tutup mulut, berarti orang itu melakukan hal yang salah. Katakan kepada anak-anak bagaimana menjaga diri mereka dari pelaku kekerasan seksual supaya terhindar dari bahaya. Ajarkan kepada mereka hal-hal sebagai berikut (Wuryani, 2008: 164): 1. Jika ada orang meraba-raba bagian-bagian pribadi tubuhmu atau menyentuhmu dengan cara yang menyakitkan atau membuatmu merasa tidak enak atau tidak senang, katakan “jangan” dengan tegas. Katakan kepada orang itu supaya tidak melakukan perbuatan itu, dan ancamlah mereka bahwa kamu akan melaporkan ke polisi. 2. Kamu harus melapor kepada orang tua, guru atau keluarga terdekat jika kamu merasa diperlakukan tidak menyenangkan dan tidak sopan. Jika kamu merahasiakanya, kekerasan ini akan berlangsung terus. Jangan takut,.

(33) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16. ingatlah bahwa kamu tidak bersalah dan kamu berhak mendapatkan rasa aman. 3. Jika ada temanmu yang menceritakan hal-hal yang tidak mereka sukai dari orang lain, atau menceritakan secara langsung kekerasan yang dialaminya. Bantulah temanmu itu dengan menyampaikan ceritanya kepada orang dewasa atau orang tua sehingga mereka dapat segera bertindak menyelamatkan temanmu. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa cara melindungi anak dari kekerasan seksual. perlu supaya mereka terhindar dari bahaya.. Contohnya meraba bagian-bagian yang tidak boleh disentuh oleh sembarang orang, ajarkan pada anak bahwa mereka harus lapor pada polisi atau orang yang ada di sekitarnya. 2.1.2.4 Pendidikan Seksualitas di Sekolah Selain di rumah, sekolah merupakan lingkungan kedua bagi remaja untuk melakukan berbagai aktivitas dan menjalin hubungan sosial dengan temantemannya sehingga bisa dikatakan sekolah mempunyai pengaruh yang besar bagi remaja. Sekolah sebagai lembaga formal mempunyai peranan yang strategis untuk pembinaan remaja. Secara umum, pendidikan seksualitas di sekolah menyediakan informasi seksualitas dan mengajarkan berbagai kemampuan dalam mengambil keputusan mengenai seksualitas. Selain itu, pendidikan seksualitas merupakan salah satu strategi untuk meningkatkan pengetahuan mengenai seksualitas dan mengubah sikap terhadap perilaku seksual. Tujuan pendidikan seksualitas adalah mengurangi resiko yang ditimbulkan dari perilaku seksual sebelum menikah.

(34) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17. seperti kehamilan yang tidak diinginkan, penyakit menular seksual, aborsi, dan HIV/AIDS (Prameswari, 2013). Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan seks di sekolah mempunyai pengaruh besar bagi remaja. Sekolah sebagai lembaga formal mempunyai peranan yang strategis untuk pembinaan remaja. Secara umum, pendidikan seksualitas di sekolah menyediakan informasi seksualitas dan mengajarkan berbagai kemampuan dalam mengambil keputusan mengenai seksualitas sehingga anak dapat memiliki pengetahuan tentang seksualitas dan dapat merubah sikap terhadap perilaku seksual. 2.1.3. Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar Memasuki Remaja. 2.1.3.1 Perkembangan Perkembangan dapat diartikan sebagai “perubahan yang progresif dan kontinyu (berkesinambungan) dalam diri individu dari mulai lahir sampai mati”. Pengertian lain dari perkembangan adalah “perubahan- perubahan yang dialami individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan, baik menyangkut fisik maupun psikis. Perkembangan secara umum memiliki mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 1. Terjadinya perubahan dalam (a) aspek fisik: perubahan tinggi dan berat badan serta organ-organ tubuh lainnya, (b) aspek psikis: semakin bertambahnya perbendaharaan kata dan matangnya kemampuan berpikir, mengingat, serta menggunakan imajinasi kreatifnya..

(35) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18. 2. Terjadinya perubahan dalam proporsi: (a) aspek fisik: proporsi tubuh anak berubah sesuai dengan fase perkembangannya dan pada usia remaja proporsi tubuh anak mendekati proporsi tubuh usia remaja, (b) aspek psikis: perubahan imajinasi dari yang fantasi ke realitas; dan perubahan perhatiannya dari yang tertuju kepada dirinya sendiri perlahan-lahan beralih kepada orang lain. 3. Lenyapnya tanda-tanda yang lama: (a) tanda-tanda fisik: lenyapnya kelenjar thymus (kelenjar kanak-kanak) yang terletak pada bagian dada, kelenjar pineal pada bagian bawah otak, rambut-rambut halus dan gigi susu, (b) tanda-tanda psikis: lenyapnya masa mengoceh (meraban), bentuk gerak-gerik kanak-kanak (seperti merangkak) dan perilaku impulsive (dorongan untuk bertindak sebelum berpikir). 4. Diperoleh tanda-tanda yang baru: (a) tanda-tanda fisik: pergantian gigi dan karakteristik seks pada usia remaja, baik primer (menstruasi pada anak wanita, dan mimpi “basah” pada anak pria ), maupun sekunder (perubahan pada anggota tubuh: pinggul dan buah dada pada wanita; kumis, jakun, suara pada anak pria), (b) tanda-tanda psikis: seperti berkembangnya rasa ingin tahu terutama yang berhubungan dengan seks, ilmu pengetahuan, nilai-nilai moral, dan keyakinan beragama (Yusuf, 2009). Berdasarkan. pengertian. diatas. perkembangan. adalah. perubahan-. perubahan yang dialami individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan, baik menyangkut fisik maupun psikis..

(36) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19. 2.1.3.2 Masa Usia Sekolah Dasar Masa usia sekolah dasar sering disebut sebagai masa intelektual atau masa keserasian bersekolah. Pada umur 6 atau 7 tahun, biasanya anak telah matang untuk memasuki sekolah dasar. Pada masa keserasian bersekolah ini secara relatif, anak-anak lebih mudah dididik daripada masa sebelum dan sesudahnya. Masa ini diperinci lagi menjadi dua fase, yaitu : 1. Masa kelas-kelas rendah sekolah dasar, kira-kira 6 atau 7 tahun sampai umur 9 atau 10 tahun. 2. Masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar kira-kira umur 9,0 atau 10,0 sampai umur 12,0 atau 13,0 tahun. Beberapa sifat khas anak-anak pada masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar ialah : 1. Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret, hal ini menimbulkan adanya kecenderungan untuk membandingkan pekerjaan – pekerjaan yang praktis. 2. Amat realistik, ingin mengetahui, dan ingin belajar. 3. Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal dan mata pelajaran khusus, yang oleh para ahli yang mengikuti teori faktor ditafsirkan sebagai mulai menonjolnya faktor-faktor (bakat-bakat khusus). 4. Sampai kira-kira umur 11,0 tahun anak membutuhkan guru atau orangorang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya. Selepas umur ini pada umumnya anak menghadapi tugastugasnya dengan bebas dan berusaha untuk menyelesaikannya..

(37) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20. 5. Pada masa ini, anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran yang tepat (sebaik-baiknya) mengenai prestasi sekolah. 6. Anak-anak pada usia ini gemar membentuk kelompok sebaya biasanya untuk dapat bermain bersama-sama. Dalam permainan itu biasanya anak tidak lagi terikat kepada peraturan permainan yang tradisional (yang sudah ada), mereka membuat peraturan sendiri (Yusuf, 2011). Dari pengertian diatas masa anak sekolah dasar kelas tinggi kira-kira umur 9,0 atau 10,0 sampai umur 12,0 atau 13,0 tahun. 2.1.3.3 Perkembangan Intelektual Anak Piaget dalam (Nurgiyantoro, 2005: 50) membedakan perkembangan intelektual anak ke dalam empat tahapan. Tiap tahapan memiliki karakteristik yang membedakannya dengan tahapan lain. Tahapan tersebut meliputi : tahap sensorimotor, tahap praoperasional, tahap operasi konkret, dan tahap operasional formal. 1) Tahap sensorimotor (the sensorymotor period, 0-2 tahun). Tahap ini merupakan tahapan pertama dalam perkembangan kognitif anak. Tahap sensorimotor terjadi berdasarkan informasi dari indera (senses) dan bodi (motor). Karakteristik utama dalam tahap ini adalah bahwa anak belajar lewat. koordinasi. persepsi. indera. dan. aktivitas. motor. serta. mengembangkan pemahaman sebab-akibat atau hubungan-hubungan berdasarkan sesuatu yang dapat diraih atau dapat berkontak langsung. Anak mulai memahami hubungannya dengan orang lain, mengembangkan pemahaman objek secara permanen. Pada usia anak 1-2 tahun, anak pada.

(38) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21. tahapan ini menyukai aktivitas atau permainan bunyi yang mengandung perulangan-perulangan yang ritmis. Anak menyukai bunyi-bunyian yang bersajak dan berirama. Permainan bunyi yang dimaksud dapat berupa nyanyian, kata-kata yang dinyanyikan, atau kata-kata biasa dalam perkataan yang tidak dilagukan (Nurgiyantoro, 2005: 50). 2) Tahap praoperasional (the preoperational period, 2-7 tahun). Dalam tahap ini anak mulai dapat “mengoperasikan” sesuatu yang sudah mencerminkan aktivitas mental dan tidak lagi semata-mata bersifat fisik. Karakteristik dalam tahap ini antara lain adalah bahwa (i) anak mulai belajar mengaktualisasi dirinya lewat bahasa, bermain, dan menggambar (coratcoret). (ii) Jalan pikiran anak masih bersifat egosentris, menempatkan dirinya sebagai pusat dunia, yang didasarkan persepsi segera dan pengalaman langsung karena masih kesulitan menempatkan dirinya di antara orang lain. Anak tidak dapat memahami sesuatu dari sudut pandang orang lain. (iii) Anak mempergunakan simbol dengan cara elementer yang pada awalnya lewat gerakan-gerakan tertentu dan kemudian lewat bahasa dalam pembicaraan. (iv) Pada masa ini anak mengalami proses asimilasi di mana anak mengasimilasikan sesuatu yang didengar, dilihat, dan dirasakan dengan cara menerima ide-ide tersebut ke dalam suatu bentuk skema di dalam kognisinya (Nurgiyantoro, 2005: 51). 3) Tahap operasional konkret (the concrete operational, 7-11 tahun). Pada tahap ini anak mulai dapat memahami logika secara stabil. Karakteristik anak pada tahap ini antara lain adalah (i) anak dapat membuat klasifikasi.

(39) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22. sederhana, mengklasifikasikan objek berdasarkan sifat-sifat umum, misalnya klasifikasi warna, klasifikasi karakter tertentu. (ii) Anak dapat membuat urutan sesuatu secara semestinya, mengurutkan abjad, angka, besar-kecil, dan lain-lain. (iii) Anak mulai dapat mengembangkan imajinasinya ke masa lalu dan masa depan: adanya perkembangan dari pola berpikir yang egosentris menjadi mudah untuk mengidentifikasikan sesuatu dengan sudut pandang berbeda. (iv) Anak mulai dapat berpikir argumentatif dan memecahkan masalah sederhana, ada kecenderungan memperoleh ide-ide sebagaimana yang dilakukan oleh orang dewasa, namun belum dapat berpikir tentang sesuatu yang abstrak karena jalan pikirnya terbatas pada situasi yang konkret (Nurgiyantoro, 2005: 52). 4) Tahap operasi formal (the formal operational, 11 atau 12 tahun ke atas). Pada tahap ini, tahap awal adolesen, anak sudah mampu berpikir abstrak. Karakteristik penting dalam tahap ini antara lain adalah (i) anak sudah mampu berpikir “secara ilmiah”, berpikir teoritis, berargumentasi dan menguji hipotesis yang mengutamakan kemampuan berpikir. (ii) Anak sudah mampu memecahkan masalah secara logis dengan melibatkan berbagai masalah yang terkait (Nurgiyantoro, 2005: 53). Berdasarkan penjelasan mengenai tahap perkembangan intelektual anak dapat dibagi menjadi 4 tahapan, yaitu sensorimotor, praoperasional, operasional konkret, dan operasional formal. Anak SD kelas atas awal berusia sekitar 9-10 tahun sehingga pada usia itu mereka termasuk kedalam tahap operasional konkret..

(40) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23. 2.1.3.4 Perkembangan Sosial Maksud perkembangan sosial ini adalah pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Dapat juga dikatakan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok, tradisi dan moral (agama). Perkembangan sosial pada anak-anak Sekolah Dasar ditandai dengan adanya perluasan hubungan, di samping dengan keluarga juga dia mulai membentuk ikatan baru dengan teman sebaya atau teman sekelas, sehingga ruang gerak hubungan sosialnya telah bertambah luas. Pada usia dini, anak mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan dirisendiri kepada sikap yang kooperatif (bekerja sama) atau sosiosentris (mau memperhatikan kepentingan orang lain). Anak dapat berminat terhadap kegiatankegiatan teman sebayanya, dan bertambah kuatkeinginannya untuk diterima menjadi anggota kelompok (gang), dia merasa tidak senang apabila tidak diterima dalam kelompoknya (Yusuf, 2011). Dari pengertian diatas perkembangan sosial pada anak-anak Sekolah Dasar ditandai dengan adanya perluasan hubungan, di samping dengan keluarga juga dia mulai membentuk ikatan baru dengan teman sebaya atau teman sekelas, sehingga ruang gerak hubungan sosialnya telah bertambah luas. 2.1.3.5 Perkembangan Emosi Menginjak usia sekolah, anak mulai menyadari bahwa pengungkapan emosi secara kasar tidaklah diterima di masyarakat. Oleh karena itu dia mulai belajar untuk mengendalikan dan mengontrol ekspresi emosinya. Kemampuan mengontrol emosi diperoleh anak melalui peniruan dan latihan (pembiasaan)..

(41) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24. Dalam proses peniruan, kemampuaan orangtua dalam mengendalikan emosinya sangatlah berpengaruh. Emosi merupakan faktor dominan yang mempengaruhi tingkah laku individu, dalam hal ini termasuk pula perilaku belajar. Emosi yang positif, seperti perasaan senang, bergairah, bersemangat atau rasa ingin tahu akan mempengaruhi individu untuk mengonsentrasikan dirinya terhadap aktivitas belajar, seperti memperhatikan penjelasan guru, membaca buku, aktif dalam berdiskusi, mengerjakan tugas, dan disiplin dalam belajar. Sebaliknya apabila yang menyertai proses itu emosi negatif, seperti perasaan tidak senang, kecewa, tidak bergairah, maka proses belajar akan mengalami hambatan, dalam arti individu tidak dapat memusatkan perhatiannya untuk belajar sehingga kemungkinan besar dia akan mengalami kegagalan dalam belajarnya (Yusuf, 2011). Dari pengertian di atas anak harus belajar untuk mengendalikan dan mengontrol ekspresi emosinya. Mengontrol emosi diperoleh anak melalui peniruan dan latihan (pembiasaan)..

(42) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25. 2.1.3.6 Perkembangan Anak Memasuki Masa Remaja Masa dalam kehidupan seseorang ketika dia berubah dari anak menjadi orang dewasa sering disebut dengan adolesens/ remaja. Ini adalah suatu periode yang secara kasar pararel dengan tahun-tahun remaja awal, tetapi kadang-kadang lebih awal lagi pada anak perempuan yaitu umur 9 tahun. Awal adolesens dikenal sebagai pubertas. Istilah “pubertas” mengacu pada fase pertama masa remaja, ketika pematangan seksual menjadi nyata. Dapat dikatakan bahwa pubertas dimulai dengan peningkatan hormone dan manifestasinya, seperti pembesaran indung telur secara berangsur pada perempuan dan pertumbuhan sel testis pada pria. Tahap perkembangan ini ditandai dengan kematangan organ-organ seks yang akan dipersiapkan untuk reproduksi–menstruasi pada anak-anak perempuan dan munculnya sperma untuk pertama kali pada anak laki-laki sama dengan ciri-ciri seks sekunder seperti tumbuhnya rambut di kemaluan dan ketiak, membesarnya payudara pada anak-anak perempuan, dan suara yang berat pada anak laki-laki (Wuryani, 2008: 87). Lebih detail perubahan fisik dalam (Farida, 2014: 22) yaitu Laki-laki: (1) Perubahan suara. Karena pita suara berkembang, suara menjadi lebih berat. (2) Berat dan tinggi badan bertambah secara signifikan. (3) Penis mulai membesar. (4) Testis mulai tumbuh. (5) Rambut di sekitar kemaluan mulai tumbuh. (6) Kelenjar minyak lebih aktif, keringat lebih banyak. (7) Tumbuh rambut di daerah wajah dan ketiak. Perempuan: (1) Mulai menstruasi. (2) Payudara mulai tumbuh. (3) Berat dan tinggi badan mulai berkembang secara signifikan. (4) Mulai tumbuh.

(43) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26. rambut di wilayah kemaluan. (5) Kelenjar minyak lebih aktif, keringat lebih banyak. (6) Mulai tumbuh rambut di ketiak. Dari pengertian di atas perkembangan anak memasuki masa remaja ditandai dengan kematangan organ-organ seks yang akan dipersiapkan untuk reproduksi-menstruasi pada anak-anak perempuan dan munculnya sperma untuk pertama kali pada anak laki-laki sama dengan ciri-ciri seks sekunder. 2.1.3.7 Perkembangan Minat Pada Seks Hurlock (2005: 135) menjelaskan minat seks berkembang setelah anak masuk sekolah. Hal ini disebabkan oleh hubungan dengan teman sebaya yang bertambah kerab dan erat. Sepanjang masa sekolah, minat pada seks meningkat, dan biasanya mencapai puncaknya selama periode perubahan pubertas. Minat seks pada masa pubertas adalah minat pertama yang muncul dalam kehidupan. Terdapat beberapa faktor pada masa kanak-kanak yang menyebabkan peningkatan pada minat seks jika anak bertambah besar. Salah satu yang terpenting adalah tekanan teman sebaya. Menurut anak puber, kemampuan menceritakan atau mengerti lelucon porno dan mampu menangkap humornya memperbesar reputasi anak sebagai anak yang “sportif”. Anak-anak masa kini tidak luput dari banjir seks di media massa. Semua bentuk media massa, misalnya komik, film, televisi, dan surat kabar, menyuguhkan gambar dan informasi tentang seks yang meningkatkan minat anak. Pertujukan film pada televisi yang “untuk tujuh belas tahun ke atas” atau “hanya bimbingan orang tua” makin memperbesar minat anak pada seks. Kejadian dalam kehidupan sehari-hari juga dapat menumbuhkan minat.

(44) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27. anak pada seks. Kejadian tersebut antara lain: saat kelahiran bayi dalam keluarga atau lingkungan tetangga, membesarnya tubuh wanita selama kehamilan diikuti dengan mengecilnya perut dan menonjolnya dada sesudah kehamilan. Tekanan orang tua, teman sebaya dan sekolah pada perbedaan seks dan kesesuaian seks menambah minat seks pada anak. Pendidikan seks juga dapat membangkitkan minat anak pada seks. Sebagai contoh, saat orang tua memanggil anaknya terpisah dari saudara kandungnya dan menceritakan segala hal tentang seksualitas. padanya,. lalu. diakhiri. dengan. peringatan. untuk. tidak. membicarakannya dengan siapa pun, membuat anak merasa bahwa pembicaraan mengenai seksualitas adalah bagian yang menarik dalam hidup mereka. Selain itu pendidikan seks di sekolah, berupa kelas khusus yang hanya diikuti dengan izin tertulis orang tua, ikut memperkuat minat anak pada seks. Dari pengertian di atas didapat kesimpulan bahwa minat seks berkembang setelah anak masuk sekolah. Hal ini disebabkan oleh hubungan dengan teman sebaya yang bertambah erat selama periode perubahan pubertas. 2.1.4. Gerakan Literasi Sekolah. 2.1.4.1 Literasi Kegiatan literasi selama ini identik dengan aktivitas membaca dan menulis. Namun, Deklarasi Praha pada tahun 2003 menyebutkan bahwa literasi juga mencakup bagaimana seseorang berkomunikasi dalam masyarakat. Literasi juga bermakna praktik dan hubungan sosial yang terkait dengan pengetahuan, bahasa, dan budaya (UNESCO, 2003). Deklarasi UNESCO itu juga menyebutkan bahwa literasi informasi terkait.

(45) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28. pula dengan kemampuan untuk mengidentifikasi, menentukan, menemukan, mengevaluasi, menciptakan secara efektif dan terorganisasi, menggunakan dan mengomunikasikan informasi untuk mengatasi berbagai persoalan. Kemampuankemampuan itu perlu dimiliki tiap individu sebagai syarat untuk berpartisipasi dalam masyarakat informasi, dan itu bagian dari hak dasar manusia menyangkut pembelajaran sepanjang hayat (Muhammad, 2016). 2.1.4.2 Gerakan Literasi Sekolah GLS merupakan merupakan suatu usaha atau kegiatan yang bersifat partisipatif dengan melibatkan warga sekolah (peserta didik, guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan, pengawas sekolah, Komite Sekolah, orang tua/wali murid peserta didik), akademisi, penerbit, media massa, masyarakat (tokoh masyarakat yang dapat merepresentasikan keteladanan, dunia usaha, dll.), dan pemangku kepentingan di bawah koordinasi Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. GLS adalah gerakan sosial dengan dukungan kolaboratif berbagai elemen. Upaya yang ditempuh untuk mewujudkannya berupa pembiasaan membaca peserta didik. Pembiasaan ini dilakukan dengan kegiatan 15 menit membaca (guru membacakan buku dan warga sekolah membaca dalam hati, yang disesuaikan dengan konteks atau target sekolah). Ketika pembiasaan membaca terbentuk, selanjutnya akan diarahkan ke tahap pengembangan, dan pembelajaran (disertai tagihan berdasarkan Kurikulum 2013). Variasi kegiatan dapat berupa perpaduan pengembangan keterampilan reseptif maupun produktif. Dalam pelaksanaannya, pada periode tertentu yang terjadwal, dilakukan.

(46) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29. asesmen agar dampak keberadaan GLS dapat diketahui dan terus-menerus dikembangkan. GLS diharapkan mampu menggerakkan warga sekolah, pemangku kepentingan, dan masyarakat untuk bersama-sama memiliki, melaksanakan, dan menjadikan gerakan ini sebagai bagian penting dalam kehidupan (Muhammad, 2016). 2.1.4.3 Tujuan Gerakan Literasi Sekolah Tujuan umum GLS yaitu menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan ekosistem literasi sekolah yang diwujudkan dalam Gerakan Literasi Sekolah agar menjadi pembelajar sepanjang hayat. Tujuan khusus GLS yaitu : 1. Menumbuhkembangkan budaya literasi membaca dan menulis siswa di sekolah. 2. Meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan sekolah agar literat. 3. Menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan dan ramah anak agar warga sekolah mampu mengelola pengetahuan. 4. Menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan menghadirkan beragam buku bacaan dan mewadahi berbagai strategi membaca (Muhammad, 2016). 2.1.4.4 Sasaran Sasaran gerakan literasi sekolah adalah ekosistem sekolah pada jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah (Muhammad, 2016)..

(47) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30. 2.1.4.5 Prinsip-prinsip Literasi Sekolah 1. Sesuai dengan tahapan perkembangan peserta didik berdasarkan karakteristiknya. 2. Dilaksanakan secara berimbang; menggunakan berbagai ragam teks dan memperhatikan kebutuhan peserta didik. 3. Berlangsung secara terintegrasi dan holistic di semua area kurikulum. 4. Kegiatan literasi dilakukan secara berkelanjutan. 5. Melibatkan kecakapan berkomunikasi lisan. 6. Mempertimbangkan keberagaman (Muhammad, 2016). 2.1.4.6 Tahapan Pelaksanaan GLS 1. Penumbuhan. minat. baca. melalui. kegiatan. 15. menit. membaca. (Permendikbud No.23 Tahun 2015). 2. Meningkatkan kemampuan literasi melalui kegiatan menanggapi buku pengayaan. 3. Meningkatkan. kemampuan. literasi. di. semua. mata. pelajaran:. mengguanakan buku pengayaan dan strategi membaca di semua mata pelajaran (Muhammad, 2016). Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa GLS adalah gerakan pembiasaan membaca peserta didik 15 menit sebelum pembelajaran dimulai. Desain Induk GLS diharapkan dapat memberikan fondasi dan arahan konseptual untuk memahami bagaimana sebaiknya GLS dilaksanakan, mulai dari tingkat pusat provinsi, kabupaten/kota, hingga satuan pendidikan..

(48) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31. 2.2. Penelitian yang Relevan Dari beberapa penelitian yang dilakukan oleh penelitian terdahulu terkait. dengan pengembangan media pembelajaran, peneliti mengambil beberapa penelitian yang terkait atau bisa dikatakan sejenis. Penelitian tersebut adalah sebagai berikut : Pertama, penelitian yang dilakukan Bonaventura Sri Widyanovan Aditya Chandra yang berjudul “Perbedaan Sikap Terhadap Perilaku Seksual Antara Remaja Yang Tinggal di Kota Dengan Di Desa”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan sikap terhadap perilaku seksual antara remaja yang tinggal di kota dengan yang di desa. Subjek dalam penelitian ini adalah 72 orang remaja, terdiri dari 41 orang remaja desa dan 31 orang remaja kota. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dan menggunakan metode pengumpulan data berupa Skala sikap terhadap perilaku seksual. Skala disusun berdasarkan struktur sikap dan tahapan dalam perilaku seksual. Skala tersebut terdiri dari 44 item dengan koefisien reliabilitas 0,943. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji – t. Hasil analisis menunjukkan nilai p = 0,000 lebih kecil dari 0,05. Nilai mean untuk remaja desa ialah 99,4634 sementara untuk remaja kota ialah 78,4516. Dengan demikian remaja desa lebih mendukung perilaku seksual dibanding remaja di kota. Relevansi dengan penelitian ini adalah untuk mendukung penelitian mengenai perilaku seksual peneliti memilih SD tempat penelitian di pedesaan. Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Ursulani Bonatiur Nainggolan yang berjudul "Pendapat Siswa Kelas VI SD Kanisius Baciro Joannes Bosco.

(49) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32. Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 Mengenai Hal-Hal Yang Menyangkut Seksualitas Yang Perlu Dijelaskan Oleh Guru Dan Implikasinya Terhadap Usulan Program Pendidikan Seksualitas Di Sekolah Dasar” Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengungkap pendapat siswa kelas VI SD Kanisiu Baciro Joannes Bosco Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 mengenai hal-hal yang menyangkut seksualitas yang perlu dijelaskan oleh guru. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VI dengan jumlah responden sebanyak 41 siswa. Instrumen penelitian ini adalah kuesioner yang disusun oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek seksualitas dengan 38 pernyataan. Data dianalisis dengan menggunakan kategorisasi jenjang (ordinal) menurut Azwar. Pendapat siswa digolongkan menjadi lima yaitu tidak perlu, kurang perlu, cukup perlu, perlu, dan sangat perlu. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa seluruh siswa (100 %) berpendapat bahwa ada berbagai hal yang perlu dijelaskan oleh guru menyangkut pendidikan seksualitas. Relevansi dengan penelitian ini adalah peneliti juga membuat buku cerita anak yang menjelaskan tentang berbagai hal mengenai pendidikan seks untuk anak SD kelas atas. Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Maria Nike Prasetyo Wido Saputri (2016) yang berjudul "Pengembangan Prototipe Buku Cerita Bergambar Tentang Tradisi Nglarung Dalam Konteks Pendidikan Karakter Kebangsaan". Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (research & development) dengan menggunakan enam langkah menurut Sugiyono, yaitu: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain dan (6) uji coba produk. Relevansi dengan penelitian ini adalah.

(50) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33. menggunakan langkah yang sama dalam mengembangkan buku cerita anak untuk anak SD. Dari penelitian yang dilakukan oleh Bonaventura Sri Widyanovan Aditya Chandra yang berjudul “Perbedaan Sikap Terhadap Perilaku Seksual Antara Remaja Yang Tinggal di Kota Dengan Di Desa”, penelitian yang dilakukan oleh Ursulani Bonatiur Nainggolan yang berjudul "Pendapat Siswa Kelas VI SD Kanisius Baciro Joannes Bosco Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 Mengenai Hal-Hal Yang Menyangkut Seksualitas Yang Perlu Dijelaskan Oleh Guru Dan Implikasinya Terhadap Usulan Program Pendidikan Seksualitas Di Sekolah Dasar”, dan penelitian dari Maria Nike Prasetyo Wido Saputri (2016) yang berjudul "Pengembangan Prototipe Buku Cerita Bergambar Tentang Tradisi Nglarung Dalam Konteks Pendidikan Karakter Kebangsaan" dapat di bagankan sebagai berikut : Pendidikan seks. Bonaventura Sri W. A. C. (2015) Perbedaan Sikap Terhadap Perilaku Seksual Antara Remaja Yang Tinggal di Kota Dengan Di Desa. Pengembangan buku cerita. Ursulani Bonaventura N. (2012) Pendapat Siswa Kelas VI SD Kanisius Baciro Joannes Bosco Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 Mengenai Hal-Hal Yang Menyangkut Seksualitas Yang Perlu Dijelaskan Oleh Guru Dan Implikasinya Terhadap Usulan Program Pendidikan Seksualitas Di Sekolah Dasar. Maria Nike P. W. S. (2016) Pengembangan Prototipe Buku Cerita Bergambar Tentang Tradisi Nglarung Dalam Konteks Pendidikan Karakter Kebangsaan. Penelitian yang dilakukan Pengembangan Buku Cerita Anak Berbasis Pendidikan Seks Untuk Anak SD Kelas Atas.. Gambar 2.1 Hasil Penelitian yang Relevan..

(51) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34. Gambar di atas menunjukkan bahwa sudah ada penelitian mengenai pendidikan seks di desa pendidikan seks perlu. untuk anak SD. Ada juga. penelitian untuk pengembangan buku cerita. Berdasarkan hasil penelitian yang relevan. tersebut,. peneliti. melihat. bahwa. belum. ada. penelitian. yang. mengembangkan buku cerita tentang pengetahuan seks untuk anak SD khususnya kelas atas. Maka dari itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengembangan buku cerita anak berbasis pendidikan seks untuk anak SD kelas Atas SD N Banaran III. 2.3. Kerangka Berpikir Upaya peningkatan kualitas pendidikan menjadi tugas dan tanggung jawab. seorang guru, karena guru yang berhadapan langsung untuk membina para siswa di sekolah dalam proses kegiatan belajar mengajar. Jika siswa terbina dengan baik maka akan timbul generasi-generasi penerus bangsa yang berkualitas. Banyak kasus yang merusak masa depan anak bangsa contoh salah satunya yaitu pelecehan seksual dan kasus kehamilan di usia dini. Dengan tidak mengertinya anak tentang seks, maka itu akan mudah sekali anak masuk ke dalam pergaulan yang salah dan akhirnya terjerumus ke dalam hal-hal yang tidak diinginkan karena sifat kemudaan remaja yang kurang mengendalikan diri. Pendidikan seks sangat diperlukan untuk anak-anak mengingat kasus-kasus yang sering muncul di usia anak dibawah umur. Pendidikan seks dapat terjadi dalam berbagai situasi, mulai dari membaca buku-buku yang ditulis oleh para professional sampai ke bisik-bisik anak-anak umur sebelas tahun di belakang pintu (Wuryani, 2008: xiii). Pemberian.

(52) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35. pendidikan seks penting supaya anak memiliki pengetahuan yang cukup tentang seks sehingga anak tidak terjerumus kedalam hal-hal negatif. Mengingat yang menjadi kekhawatiran guru SD Banaran III mengenai banyaknya kasus pelecehan seksual remaja putri dan belum ada media yang dapat digunakan sekolah untuk memberikan pelayanan dan dukungan terhadap kasus tersebut maka pada penelitian ini akan dibuat pengembangan media buku cerita anak mengenai pendidikan seks untuk anak SD kelas 6. Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan sebelumnya, kemudian mengidentifikasi masalah sehingga ide untuk mengembangkan media buku cerita anak muncul. Buku cerita anak yang dikembangkan harus melewati tahap validasi dan revisi, kemudian tahap uji lapangan. Jika kedua tahap telah dilakukan, akan didapat media buku cerita anak berbasis pendidikan seks yang layak dan dapat dipergunakan sebagai media baca anak. Buku dapat dipergunakan guru untuk mengajarkan pendidikan seks dalam mendukung praktik pendidikan melalui gerakan literasi sekolah yaitu gerakan 15 menit membaca buku non pelajaran sebelum waktu belajar dimulai. Tujuan ini yaitu supaya menumbuhkan minat baca anak serta menambah wawasan agar pengetahuan tentang seks dapat dikuasai secara lebih baik..

(53) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36. 2.4. Pertanyaan Penelitian Pada penelitian ini, terdapat empat pertanyaan peneliti yaitu sebagai berikut :. 2.4.1. Bagaimana mengembangkan buku cerita anak berbasis pendidikan seks untuk anak SD kelas atas ?. 2.4.2. Bagaimana kualitas buku cerita anak berbasis pendidikan seks untuk anak SD kelas atas menurut ahli media ?. 2.4.3. Bagaimana kualitas buku cerita anak berbasis pendidikan seks untuk anak SD kelas atas menurut guru SD kelas VI ?. 2.4.4. Bagaimana kualitas buku cerita anak berbasis pendidikan seks untuk anak SD kelas menurut siswa kelas VI SD N Banaran III ?.

(54) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB III METODE PENELITIAN. 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah R&D. (Research and Development). Research and Development adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Langkah-langkah penelitian R&D terdapat 10 (sepuluh) tahapan yaitu (1) tahap potensi dan masalah, (2) tahap pengumpulan data, (3) tahap desain produk, (4) tahap validasi desain, (5) tahap revisi desain, (6) tahap uji coba produk, (7) tahap revisi produk, (8) tahap uji coba pemakaian, (9) tahap revisi produk dan (10) tahap produksi masal (Sugiyono, 2012: 297-298). Langkah-langkah penelitian dan pengembangan yang dikembangkan oleh Sugiyono ditunjukkan pada bagan berikut : Potensi dan Masalah. Pengumpulan Data. Desain Produk. Validasi Desain. Uji Coba Pemakaian. Revisi Produk. Uji Coba Produk. Revisi Desain. Revisi Produk. Produksi Masal. Gambar 3.1 : Langkah-langkah Metode Research and Development. 37.

Gambar

Gambar 2.1 Hasil Penelitian yang Relevan.
Gambar 3.1 : Langkah-langkah Metode Research and Development Potensi dan
Gambar 3.2: Prosedur Produk Pengembangan Buku Cerita Anak Berbasis  Pendidikan Seks Untuk Anak SD Kelas Atas
Tabel 3.1 Daftar Pertanyaan Wawancara
+7

Referensi

Dokumen terkait

lujut teniln8 el6m kcksingrn tqhldlD krhild padi t ms nemn tokal SumeteE Bo6t Dcnge dikebhuinya iolemsi kckdingan l.6ebul dih@pkon peneljti sela4jsfiryl

The color reaction, thin layer chromatography, and Fourier transform − infrared spectrophotometry confirmed the existence of solasodine in the extract of the plant’s

penyebab – penyebab cacat yang terjadi dan berdasarkan hasil tanya jawab yaitu terdapat pada faktor mesin antara lain valve tidak pada posisi yang benar, ini

Tipe tanah areal penanaman teh di Indonesia, khususnya diareal kebun teh milik PTPN didomisili oleh jenis tanah Andosol dan Latosol dan Regosol, tekstur tanah untuk tanaman teh

PERBEDAAN KUAT TEKAN, BERAT JENIS DAN DAYA SERAP AIR DARI BATA BETON RINGAN FOAM DENGAN KANDUNGAN VOLUME BUSA LERAK 30% DAN 40% SEBAGAI SUPLEMEN BAHAN AJAR MATA

Di dalam modul yang sebelumnya, telah dipelajari konsep sebuah aplikasi web, selanjutnya dalam modul pelatihan ini akan dijelaskan cara membuat suatu aplikasi web kemudian

Perlu diketahui penelitian yang di gunakan secara kuantitatif itu sangat berbeda dengan penelitian yang penulis lakukan saat ini, penelitian saat ini penulis menggunakan

Dimaksudkan untuk membantu para karyawan agar lebih mengerti tentang diri sendiri, menciptakan pengertian yang lebih mendalam diantara karyawan dan mengembangkan