• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN BUKU CERITA BERGAMBAR BERBASIS PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP UNTUK PEMBELAJARAN MEMBACA SISWA KELAS 1 SD SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN BUKU CERITA BERGAMBAR BERBASIS PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP UNTUK PEMBELAJARAN MEMBACA SISWA KELAS 1 SD SKRIPSI"

Copied!
170
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGEMBANGAN BUKU CERITA BERGAMBAR BERBASIS

PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP UNTUK

PEMBELAJARAN MEMBACA SISWA KELAS 1 SD

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Chatarina Wulandari NIM: 131134110

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2017

(2)

ii

SKRIPSI

PENGEMBANGAN BUKU CERITA BERGAMBAR BERBASIS

PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP UNTUK

PEMBELAJARAN MEMBACA SISWA KELAS 1 SD

Oleh:

Chatarina Wulandari NIM: 131134110

Telah disetujui oleh:

Pembimbing I

Brigitta Erlita Tri Anggadewi M.Psi. Tanggal 17 Januari 2017

Pembimbing II

(3)

iii

SKRIPSI

PENGEMBANGAN BUKU CERITA BERGAMBAR BERBASIS

PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP UNTUK

PEMBELAJARAN MEMBACA SISWA KELAS 1 SD

Dipersiapkan dan ditulis oleh: Chatarina Wulandari

NIM: 131134110

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Pada tanggal 25 Januari 2017

dan dinyatakan memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji:

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua : Christiyanti Aprinastuti, S.So., M.Pd. ………. Sekretaris : Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. ………. Anggota 1 : Brigitta Erlita Tri Anggadewi, S.Psi., M.Psi ………. Anggota 2 : Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. ……….

Anggota 3 : Irine Kurniastuti, M. Psi. ……….

Yogyakarta, 25 Januari 2017

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sandata Dharma

Dekan,

(4)

iv

PERSEMBAHAN

Karya ini penulis persembahkan kepada:

Tuhan Yesus Kristus yang selalu menjadi andalan penulis, senantiasa memberkati, menemani, dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Bapak Johanes Poniran dan Ibu Anastasia Jumirah yang selalu memberikan doa, cinta, dan dukungan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan baik.

Dionisius Priyadi Ariwibowo yang sudah mau meluangkan waktu untuk menemani, memberi motivasi dan cinta, serta bersabar terhadap penulis selama penulis

menyelesaikan skripsi.

Andre Thomson, Fatimah Sukmawati, Albertin, Agnes Andriyani, “Hang-Out” Group, “The Gengs”, Basecamp, dan teman-teman kuliah yang selalu menemani dan

(5)

v

MOTTO

“Hendaklah Saudara berharap kepada Tuhan dengan gembira, sabarlah di dalam kesusahan, dan tekunlah berdoa.”

(Roma 12:12)

“I work hard, like I'm sure everyone else does, and I'm very honest with the work I do.”

(Shah Rukh Khan)

”Live is like riding a bicycle. To keep you balance, you must keep going.” (Albert Einstein)

“Kunci dari manajemen diri adalah ketekunan.” -Anonymous-

“I find that the harder I work, the more luck I seem to have.” -Amonymous-

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya orang lain, kecuali yang telah saya sebutkan dalam kutipan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 25 Januari 2017 Penulis

(7)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Unversitas Sanata Dharma: Nama : Chatarina Wulandari

Nomor Mahasiswa : 131134110

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PENGEMBANGAN BUKU CERITA BERGAMBAR BERBASIS PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP UNTUK PEMBELAJARAN

MEMBACA SISWA KELAS 1 SD

Berserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Unversitas Sanata Dharma untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk apa saja, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau mendia lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 25 Januari 2017 Yang menyatakan

(8)

viii

ABSTRAK

PENGEMBANGAN BUKU CERITA BERGAMBAR BERBASIS

PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP UNTUK

PEMBELAJARAN MEMBACA SISWA KELAS I SD

Chatarina Wulandari

Universitas Sanata Dharma 2017

Pendidikan Lingkungan Hidup merupakan program pendidikan untuk mengajarkan kepada peserta didik mengenai kesadaran, sikap, perilaku, serta tanggung jawab pada kearifan alam dan lingkungan sekitarnya dengan berdasarkan kebutuhan perkembangan perserta didik sera kondisi lingkungan dimana siswa berada. Saat ini dibutuhkan inovasi baru untuk mengajarkan pendidikan lingkungan hidup. Penelitian ini difokuskan pada pembuatan buku cerita bergambar berbasis pendidikan lingkungan hidup untuk pembelajaran membaca siswa kelas I SD.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan modifikasi dari Sugiyono dan Borg & Gall. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan produk dan mengetahui kualitas produk. Langkah-langkah pengembangan penelitian ini adalah (1) Potensi dan masalah, (2) Pengumpulan Data, (3) Desain Produk, (4) Validasi Produk, (5) Revisi Desain, (6) Uji Coba Produk. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan wawancara, observasi dan lembar kuisioner untuk validasi. Wawancara digunakan untuk analisis kebutuhan kepada guru kelas I SDN Babarsari, observasi digunakan untuk analisis kegiatan siswa kelas I SDN Babarsari, sedangkan kuesioner digunakan untuk validasi kualitas buku cerita bergambar oleh dosen ahli, guru kelas I SD, dan siswa kelas I SD.

Buku cerita bergambar berbasis pendidikan lingkungan hidup untuk siswa kelas I SD dikembangkan dengan kualitas sangat baik dan layak digunakan berdasarkan validasi oleh dosen ahli dengan skor 3,88 kategori “baik”, guru kelas I SD dengan skor 4,06 kategori “baik”, dan siswa kelas I SD dengan skor 4,82 kategori “sangat baik” serta 6 siswa kelas I SDN Babarsari dengan skor 4,83 kategori “sangat baik”. Penilaian kualitas buku cerita bergambar ditinjau dari tiga topik, yaitu (1) cover buku,yang memiliki judul buku menarik dan mewakili isi serta warna yang menarik (2) isi buku yang memberikan nilai-nilai pendidikan lingkungan hidup, menggunakan bahasa yang sederhana dan cocok untuk siswa kelas rendah serta ilustrasi yang memperjelas isi cerita, dan (3) anatomi buku yang menarik perhatian siswa serta tat letak penulisan yang proposional.

Kata Kunci: buku cerita bergambar, pendidikan lingkungan hidup, membaca, kelas I SD.

(9)

ix

ABSTRACT

DEVELOPMENT BOOK STORY BY ILLUSTRATED BASED

ENVIRONMENT EDUCATION FOR READ LEARNING IN

FIRST GRADE ELEMENTARY SCHOOL

Chatarina Wulandari

Sanata Dharma University 2017

Environment education are education program for teach students about awareness, attitude, behavior, and responsible wisdom of nature and environment around students with based students developmental need as well as the environment in which the student resides. Currently it takes a new innovation for teach about environment education. This observation is focusing on manufacture of book story by illustrated based environment education for learning read in first grade elementary school.

This observation using a research and modification development from Sugiyono and Borg & Gall. The purposes from using this method are to development the product and understand the quality of product. There are some steps in developing this research; (1) potentials and problems, (2) data gathering, (3) design product, (4) validation, (5) design revision, (6) design trial. The instrument that used in this research are question list for interview, observation, and questionnaire for validation. Interview used for needs analysis of the first grade teacher in Babarsari Elementary School, observation used for needs about activity of first grade in Babarsari Elementary School, and questionnaire used to validation quality of product with expert lectures, first grade teacher, and first grade student.

Book story by illustrated based environment education for learning read in first grade elementary school is developing with very good quality and worthy to use based on validation expert lectures with score 3,88 category “good”, first grade elementary school teacher with score 4,06 category “good”, first grade elementary school with score 4,82 category “very good”, and six students first grade of Babarsari elementary school with score 4,83 category “very good”. The quality scoring of product reviewed from three topics, are (1) book cover which has the interesting title and reprensentative of content as well as attractive color, (2) content of book are on the values of environmental education, using simple language and is suitable for students low grade and illustrations that clarify the content of the story, and (3) anatomy of book that attracted the attention of students.

Key Words: book story by illustrated, environment education, reading, fisrt grade elementary school.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan yang telah memberikan kasih dan pencurahan Roh Kudus-Nya sehingga skripsi berjudul Pengembangan Buku Cerita Bergambar Berbasis Pendidikan Lingkungan Hidup untuk Pembelajaran Membaca Siswa Kelas 1 SD ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penulis penyadari bahwa skripsi ini telah selesai karena bimbingan dan dukungan dari berbagai phak. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati dan penuh cinta perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan, dukungan, dan motivasi baik secara langsung maupun tdak langsung dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi.

Ucapan terimakasih ini penulis sampaikan kepada:

1. Rohandi, Ph. D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd., selaku Kaprodi PGSD

3. Apri Damai Sagita Krisandi, S.S., M.Pd., selaku Wakaprodi PGSD.

4. Brigitta Erlita Tri Anggadewi, S.Psi., M.Psi., selaku dosen pembimbing skripsi I yang telah membimbing dan memotivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

(11)

xi

5. Apri Damai Sagita Krisandi, S.S., M.Pd., selaku dosen pembimbing skripsi II yang telah membimbing dan memotivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

6. Salah satu dosen selaku validator yang telah membantu memaksimalkan hasil penelitian.

7. Ratiyem, S.Pd., selaku validator guru kelas I SD dari SDN Babarsari, Yogyakarta.

8. Gilang, selaku validator siswa kelas I SD dari SDN Babarsari, Yogyakarta.

9. Para dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ilmunya dalam mendidik penulis selama kuliah.

10. Para guru, karyawan dan siswa SDN Babarsari, yang telah saling berbagi pengalaman dan memberikan dukungan serta semangat.

11. Bapak dan ibu penulis, bapak Yohanes Poniran dan ibu Anastasia Djumirah, yang selalu memberikan doa, cinta, dan semangat dalam menjalani penelitian hingga selesainnya skripsi ini.

12. Dionisius Priyadi Ariwibowo yang selalu sabar menemani penulis, memberikan cinta, semangat, dan dukungan, serta perhatian agar penulis segera menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih atas kasih sayangnya.

(12)

xii

13. Andre Thomson, Fatimah Sukmawati, Albertin, Agnes Andriyani, “Hang-Out” Group, “The Gengs”, Basecamp, dan teman-teman kuliah yang selalu menemani dan memberikan dukungan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

14. Seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, yang telah memberikan semangat dan dukungan kepada penulis, sehingga penulis memiliki motivasi yang baik dalam menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih untuk semuanya, semoga kita selalu bahagia.

Semoga karya penelitian skripsi ini dapat memberikan manfaat dan berguna bagi banyak pihak. Penulis menyadari bahwa karya ini masih memerlukan banyak saran untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan dari penelitian ini. Oleh karena itu, peneliti sangat mengharapkan kritik saran yang membangun.

(13)

xiii

DAFTAR ISI

PENGEMBANGAN ... i SKRIPSI ... ii SKRIPSI ... iii PERSEMBAHAN ... iv MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Definisi Operasional ... 9

(14)

BAB II ... 11

A. Kajian Pustaka ... 11

1. Pendidikan Lingkungan Hidup ... 11

1.1. Pengertian Pendidikan Lingkungan Hidup ... 11

1.2. Tujuan Pendidikan Lingkungan Hidup ... 13

1.3. Program Adiwiyata ... 15

2. Buku Cerita Bergambar ... 16

2.1. Definisi Buku Cerita Bergambar ... 16

2.2. Jenis dan Karakter Buku Cerita Bergambar ... 18

2.3. Fungsi Buku Cerita Bergambar ... 20

2.4. Komponen Buku Cerita Bergambar ... 23

3. Kriteria Buku Cerita yang Baik Bagi Anak ... 26

4. Karakteristik Perkembangan Anak SD Kelas Rendah ... 30

4.1. Tahap Perkembangan Anak ... 30

4.2. Perkembangan Anak SD Kelas Rendah ... 33

5. Membaca ... 34

5.1. Definisi Membaca ... 34

5.2. Tujuan Membaca ... 34

5.3. Membaca Permulaan ... 36

5.4. Gerakan Literasi Sekolah ... 37

(15)

C. Kerangka Berpikir ... 43

D. Pertanyaan Penelitian ... 44

BAB III ... 46

A. Jenis Penelitian ... 46

B. Prosedur Pengembangan ... 52

1. Potensi dan Masalah ... 52

2. Pengumpulan Data ... 53

3. Desain Produk ... 53

4. Validasi Desain ... 54

5. Revisi Desain ... 54

6. Uji Coba Produk ... 54

C. Setting Penelitian ... 56

D. Teknik Pengumpulan Data ... 56

1. Wawancara ... 56

2. Observasi ... 57

3. Kuesioner ... 57

E. Instrumen Pengumpulan Data ... 57

1. Wawancara ... 58

2. Observasi ... 59

3. Kuesioner ... 60

(16)

1. Analisa Data Kualitatif ... 67

2. Analisa Data Kuantitatif ... 67

BAB IV ... 71

A. Hasil Penelitian ... 71

1.2. Hasil dan Pembahasan Wawancara Survei Kebutuhan ... 72

1.3. Hasil dan Pembahasan Observasi Survei Kebutuhan ... 75

1.4. Deskripsi Produk Awal ... 76

1.5. Data Validasi desain dan Revisi Produk ... 84

a. Data Validasi Dosen Ahli Buku Cerita Bergambar dan Revisi Produk ... 85

b. Data Validasi Guru Kelas I SD dan Revisi Produk ... 90

c. Data Validasi Siswa kelas 1 SD dan Revisi Produk ... 93

1.6. Data Uji Coba Produk ... 96

2. Kualitas Buku Cerita Bergambar ... 98

B. Pembahasan ... 99 BAB V ... 113 A. Kesimpulan ... 113 B. Keterbatasan Penelitian ... 114 C. Saran ... 115 DAFTAR PUSTAKA ... 116 LAMPIRAN ... 121

(17)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Wawancara ... 59

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Uji Validasi Produk untuk Pakar dan Guru ... 61

Tabel 3.3 Contoh Instrumen Kuesioner Uji Validasi untuk Pakar dan Guru ... 62

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Uji Validasi Produk untuk Siswa ... 64

Tabel 3.5 Contoh Instrumen Kuesioner Uji Validasi Produk untuk Siswa ... 65

Tabel 3.6 Konversi Data Kuantitatif Menjadi Data Kualitatif Skala Lima ... 68

Tabel 3.7 Kriteria Skala Lima (Sukardjo, 2008: 101)... 70

Tabel 4.1 Rangkuman Hasil Wawancara di SDN Babarsari ... 73

Tabel 4.2 Hasil Observasi di SDN Babarsari ... 75

Tabel 4.3 Penjabaran Karakter dan Peran ... 78

Tabel 4.4 Hasil Validasi Dosen Ahli ... 85

Tabel 4.5 Sebelum dan Sesudah Revisi Produk Berdasarkan Validasi Dosen Ahli ... 88

Tabel 4.6 Hasil Validasi buku Cerita oleh Guru Kelas I SD ... 90

Tabel 4.7 Sebelum dan Sesudah Revisi Berdasarkan Validasi Guru Kelas I SD ... 93

Tabel 4.8 Hasil Validasi buku Cerita oleh Siswa Kelas I ... 94

Tabel 4.9 Sebelum dan Sesudah Revisi Berdasarkan Validasi Siswa Kelas I SD ... 96

Tabel 4.10 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Siswa ... 97

(18)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Penelitian yang Relevan ... 42

Gambar 3.1 Bagan Rancangan Penelitian ... 55

Gambar 4.1 Judul Buku ... 81

Gambar 4.2 Gambar Sketsa Tangan ... 81

Gambar 4.3 Gambar sketsa tangan sebelum diwarnai ... 82

Gambar 4.4 Setelah diwarnai menggunakan program Photoshop C3 ... 82

Gambar 4.5 Font untuk Cover Buku ... 83

Gambar 4.6 Font untuk Isi Cerita ... 84

Gambar 4.6 Tampilan Gambar dan Teks yang Berkaitan ... 106

Gambar 4.7 ilustrasi cerita ... 107

(19)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Wawancara ... 122

Lampiran 2 Data Hasil Validasi Dosen Ahli ... 124

Lampiran 3 Data Hasil Validasi Guru Kelas I SD ... 127

Lampiran 4 Data Hasil Validasi Siswa Kelas I SD ... 130

Lampiran 5 Data Hasil Uji Coba Produk Siswa Kelas I SD ... 132

Lampiran 6 Rekapitulasi Data Validasi ... 144

Lampiran 7 Rekapitulasi Data Hasil Uji Coba Siswa ... 145

Lampiran 8 Dokumentasi ... 146

Lampiran 9 Surat Ijin Penelitian ... 147

Lampiran 10 Surat Keterangan Melakukan Kegiatan ... 148

(20)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tugas utama seorang pengajar adalah menyelenggarakan kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran tersebut sebaiknya berjalan dengan efektif. Oleh karena itu seorang pengajar harus mengetahui hakikat kegiatan belajar, mengajar dan strategi pembelajaran. Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku melalu interaksi antar individu dan lingkungan dimana dia hidup. Pada hal ini, proses merupakan rangkaian kegiatan yang berkelanjutan, terencana, gradual, bergilir, berkesinambungan dan terpadu, yang secara keseluruhan mewarnai dan memberikan karakteristik terhadap proses pembelajaran. Makna belajar adalah sebagai seperangkat kegiatan mental intelektual, yang hakikatnya sebagai usaha untuk mengubah tingkah laku (Iskandarwassid dan Sunendar, 2008: 1). Seorang guru perlu wawasan yang luas untuk merencanakan dan melaksanakan proses belajar mengajar dalam melaksanakan tugas yang profesional.

Seorang guru harus paham dan memiliki gambaran secara menyeluruh mengenai bagaimana proses belajar mengajar itu terjadi serta langkah-langkah apa yang diperlukan, sehingga bisa dilaksanakan dengan baik dan tujuan tercapai. Pada kegiatan belajar mengajar terjadi komunikasi antara guru dan peserta didik. Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan dalam bentuk lambang

(21)

bermakna sebagai panduan pikiran, dan perasaan berupa ide, informasi, kepercayaan, harapan, himbauan dan sebagainya, yang dilakukan seseorang kepada orang lain, baik langsung secara tatap muka maupun tak langsung melalui media, dengan tujuan mengubah sikap, pandangan, atau perilaku, Effendi sebagaimana dikutip Wartitin (2006). Dalam pembelajaran berlangsung hubungan komunikasi yang berupa interaksi pendidikan antara guru dengan siswa agar dapat berjalan dengan baik diperlukan adanya sarana dan prasarana. Hubungan komunikasi tersebut akan berjalan lancar dan mendapatkan hasil yang maksimal, apabila di dalam komunikasi tersebut menggunakan alat bantu yang disebut media pembelajaran. Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikan rupa sehingga proses belajar terjadi (Sadiman dkk, 1990: 7). Para pengembang pendidikan menyadari bahwa pembelajaran akan lebih efektif jika memanfaatkan media pembelajaran. Oleh karena itu pengembangan media pembelajaran pun semakin luas cangkupannya, mulai dari pemanfaatan alam sekitar hingga peralatan yang bersifat elektronik.

Salah satu yang mampu menjadi media pembelajaran adalah buku cerita bergambar. Menurut Lynch-Brown, Carl M. dan Tomlison (1999: 68) buku bergambar adalah buku-buku bergambar banyak mengandung ilustrasi, untuk berbagai derajat dan penting untuk dinikmati dalam cerita. Untuk alasan ini,

(22)

ilustrasi gambar dalam buku dikatakan integral cerita. Ilustrasi dalam buku-buku bergambar menyediakan plot aktual atau informasi konsep serta petunjuk untuk jalan tokoh, setting, dan suasana hati. Selama periode waktu, evolution dan seleksi buku gambar menjadi kenikmatan membaca bagi anak. Menurut Nurgiyantoro (2010: 154) gambar dalam buku mengandung cerita. Gambar digunakan untuk memperkaya teks, mengkonkretkan karakter dan alur secara naratif serta digunakan sebagai daya tangkap dan imajinasi anak terhadap narasi teks yang masih terbatas. Dengan buku bergambar mampu merangsang imajinasi anak dan membantu anak dalam memperkaya imajinasi. Selain itu, kegiatan membaca buku bergambar akan membantu anak lebih memahami hubungan cerita dan gambar, juga menanamkan kesadaran pada diri anak akan pentingnya aktivitas membaca untuk dapat memperoleh informasi dan pembentukan karakter. Pembentukan karakter dapat dibentuk melalui pendidikan karakter. Menurut kemendiknas, pendidikan karakter adalah pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai karakter bangsa pada diri peserta didik, sehingga mereka memiliki nilai-nilai dan karakter sebagai karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai anggota masyarakat, dan warga Negara yang religious, nasionalis, produktif, dan kreatif. Sistem pendidikan di negara Indonesia kurang menekankan pembentukan karakter, melainkan lebih menekankan pada pengembangan intelektual (Hidayatullah, 2010: 17). Misalnya siswa evaluasi pendidikan menekankan aspek kognitif/akademik, seperti Ujian Nasional.

(23)

Padahal pendidikan tidak cukup hanya membuat anak pandai, tetapi harus menciptakan nilai-nilai luhur atau karakter. Jika seseorang hanya pandai saja tetapi tidak baik, maka akan menjadi orang yang tidak seimbang dan bisa saja menyalah gunakan kepandaiannya. Fungsi dari pendidikan karakter adalah sebagai pengembangan, yang dimaksud dengan pengembangan yaitu mengembangkan potensi peserta didik untuk menjadi pribadi yang berperilaku baik. Selanjutnya sebagai perbaikan, yaitu memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk bertanggung jawab dalam pengembangan potensi perserta didik yang lebih bermartabat. Terakhir adalah sebagai penyaring, yaitu untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang bermartabat (Kementrian Pendidikan Nasional, 2010). Tujuan pendidikan budaya dan karakter bangsa menurut Kementrian Pendidikan Nasional (2010: 7) adalah mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif perserta didik sebagai manusia dan warga Negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa; mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religious; menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa; mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan; dan mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai

(24)

lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity).

Permulaan agar siswa kelas rendah mampu untuk mengembangkan potensi mereka adalah dengan mampu membaca. Kegiatan membaca merupakan kegiatan yang unik dan rumit, sehingga seseorang tidak dapat melakukan hal tersebut tanpa mempelajarinnya, terutama anak usia sekolah dasar yang baru mengenal huruf atau kata-kata. Kemampuan membaca merupakan dasar bagi anak untuk menguasai berbagai bidang studi. Oleh karena itu, anak harus belajar membaca agar ia dapat membaca untuk belajar. Keterampilan membaca membantu seseorang untuk mampu mengerti berbagai macam informasi yang terkandung dalam tulisan secara benar. Namun demikian, berdasarkan hasil wawancara di SD Negeri Babarsari, menunjukan bahwa minat dan kemampuan membaca siswa masih kurang. Ketersediaan buku cerita bergambar juga masih kurang dan sangat diperlukan agar siswa mampu berimajinasi dan belajar membaca dengan bantuan gambar. Dalam hal ini, guru kelas I mengatakan bahwa ketersediaan buku cerita bergambar yang sesuai dengan kelas I masih kurang. Buku cerita bergambar yang tersedia di sekolah kebanyakan terlalu banyak teks ceritanya, sehingga terkadang siswa kelas I hanya ingin melihat gambarnya tanpa memahami ceritanya. Selain berdasarkan hasil wawancara guru kelas, berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti bahwa siswa kelas I masih kurang kesadarannya terhadap kebersihan lingkungan sekitarnya.

(25)

Berdasarkan masalah tersebut, maka peneliti akan mencoba mengembangkan buku cerita bergambar berbasis pendidikan lingkungan hidup untuk pembelajaran membaca siswa kelas I. buku cerita bergambar ini dikhususkan pada keterampilan membaca dan untuk menanamkan pendidikan lingkungan hidup. Buku cerita bergambar ini diharapkan dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan keterampilan dan minat membaca, karena isi ceirta dan gambar buku ini disesuaikan dengan karakteristik dan usia siswa kelas I SD serta membangun kesadaran siswa kelas I akan kebersihan lingkungan sekitarnya. Melalui isi cerita yang konkret dan dekat dengan lingkungan siswa, diharapkan juga siswa mampu meningkatkan imajinasi dan kekreativitasannya. Siswa juga mampu memahami betapa pentingnya unutk menjaga lingkungan sekitar, karena cerita pada buku ini menunjukan sebab dan akibat perilaku.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana proses pengembangan buku cerita bergambar berbasis pendidikan lingkungan hidup untuk pembelajaran membaca siswa kelas 1 SD Negeri Babarsari?

2. Bagaimana kualitas buku cerita bergambar berbasis pendidikan lingkungan hidup untuk pembelajaran membaca siswa kelas 1 SD Negeri Babarsari?

(26)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian pengembangan ini yaitu:

1. Mendeskripsikan proses pengembangan buku cerita bergambar berbasis pendidikan lingkungan hidup untuk pembelajaran membaca siswa kelas 1 SD Negeri Babarsari.

2. Mendeskripsikan kualitas buku cerita bergambar berbasis pendidikan lingkungan hidup untuk pembelajaran membaca siswa kelas 1 SD Negeri Babarsari.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut: 1. Bagi siswa

Produk akhir penelitian ini berupa buku cerita bergambar berbasis pendidikan lingkungan hidup muatan pelajaran Bahasa Indonesia untuk siswa kelas I. Dengan membaca buku cerita bergambar ini, diharapkan siswa dapat meningkatkan kemampuan membaca secara mandiri serta kesadaran akan lingkungan sekitar, sehingga tidak perlu bantuan guru.

(27)

2. Bagi guru

Guru biasanya menggunakan media pembelajaran untuk menyampaikan materi pembelajaran. Buku cerita bergambar ini dapat menambah pengetahuan guru untuk memvariasi media pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan membaca serta kesadaran para siswa kelas 1 mengenai lingkungan sekitarnya.

3. Bagi mahasiswa

Menambah wawasan mahasiswa dalam mengembangkan media pembelajaran khususnya untuk mengembangkan pembelajaran membaca permulaan. Sebagai seorang calon guru, peneliti ini diharapkan dapat membantu mahasiswa untuk dapat lebih mengerti pentingnya manfaat media belajar dalam kegiatan pembelajaran, khususnya untuk mengajarkan membaca berbasis pendidikan lingkungan hidup.

4. Bagi sekolah

Sekolah dapat menggunakan buku cerita bergambar sebagai salah satu media pembelajaran untuk mengajarkan membaca dan pendidikan lingkungan hidup. 5. Bagi prodi PGSD

Penelitian pengembangan ini dapat menambah pustaka prodi PGSD Universitas Sanata Dharma terkait dengan pengembangan buku cerita bergambar berbasis pendidikan lingkungan hidup muatan pelajaran membaca

(28)

dalam pelajaran Bahasa Indonesia serta pendidikan lingkungan hidup untuk siswa kelas I.

E. Definisi Operasional

Beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Membaca adalah kegiatan uang dilakukan untuk memahami maksud apa yang disampaikan melalui tulisan yang dibacanya.

2. Buku cerita bergambar adalah salah satu media pembelajaran untuk menyampaikan materi pembelajaran.

3. Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) adalah program pendidikan untuk mengajarkan peserta didik agar sadar serta bertanggung jawab terhadap lingkungan hidupnya.

4. Siswa kelas I SD adalah anak usia 6-7 tahun yang duduk di tingkat pertama Sekolah Dasar.

F. Spesifikasi Produk yang Dihasilkan Spesifikasi produk yang dihasilkan adalah: 1. Buku cerita bergambar berukuran A5.

2. Cover buku cerita bergambar menggunakan kertas ivory 230. 3. Isi buku cerita bergambar menggunakan kertas Art Papper 120.

(29)

4. Buku cerita bergambar dibuat dengan bermacam-macam warna untuk menarik minat siswa.

5. Buku cerita bergambar memberikan pembelajaran nilai-nilai pendidikan lingkungan hidup yang berkaitan dengan kegiatan sehari-hari.

6. Buku cerita bergambar menggunakan bahasa yang mudah dipahami. 7. Buku cerita bergambar bersifat ringkas dan langsung.

8. Judul buku cerita bergambar mewakili keseluruhan isi cerita.

9. Buku cerita bergambar memiliki gambar dan teks yang saling berkaitan. 10. Ilustrasi yang terdapat pada buku cerita bergambar memperjelas latar,

rangkaian cerita, dan karakter.

(30)

11 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Pendidikan Lingkungan Hidup

1.1. Pengertian Pendidikan Lingkungan Hidup

Menurut Budianto (2013) pendidikan adalah mempersiapkan dan menumbuhkan anak didik atau individu manusia yang prosesnya berlangsung secara terus-menerus sejak ia lahir sampai ia meninggal dunia. Kurniawan (2013: 26) berpendapat bahwa pendidikan mempunyai definisi yang luas, yang mencangkup semua perbuatan atau semua usaha dari generasi tua untuk mengalihkan nilai-nilai serta melimpahkan pengetahuan, pengalaman, kecakapan, serta keterampilan pada generasi selanjutnya sebagai usaha untuk menyiapkan mereka agar dapat memenuhi fungsi hidup mereka, baik jasmani begitu pula rohani. Koesoema (2007: 53) menyatakan pendidikan merupakan sebuah proses yang membantu menumbuhkan, mengembangkan, mendewasakan, membuat yang tidak tertata atau liar menjadi semakin tertata, semacam proses penciptaan sebuat kultur dan tata keteraturan dalam diri maupun dalam diri orang lain.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan pendidikan merupakan proses pemindahan pengetahuan, pengalaman, dan kecakapan oleh pendidik kepada peserta didik, yang dilakukan secara terus menerus agar

(31)

peserta didik menjadi manusia yang berguna baik dirinya sendiri maupun orang lain, jasmani maupun rohani.

Menurut Supardi (2009: 11) Lingkungan hidup dapat didefinisikan sebagai: 1) daerah tempat suatu mahluk hidup berada; 2) keadaan atau kondisi yang melingkupi suatu mahluk hidup; 3) keseluruhan keadaan yang meliputi suatu mahluk hidup atau sekumpulan mahluk hidup. Sedangkan menurut Neolaka (2008: 27) menyatakan bahwa lingkungan hidup adalah segala benda, daya, kondisi, keadaan dan pengaruh yang terdapat dalam ruang yang kita tempati dan mempunyai hal-hal yang hidup termasuk kehidupan manusia. Lingkungan hidup menurut Otto Soemarno, seorang pakar lingkungan dalam Huasein (1993) mendefinisikan lingkungan hidup adalah jumlah sebuah benda dan kondisi yang ada dalam ruang yang kita tempati yang mempengaruhi kehidupan kita.

Berdasarkan beberapa teori diatas, dapat disimpulkan lingkungan hidup adalah suatu tempat, keadaan atau kondisi, benda, dan daya yang mempengaruhi kehidupan mahluk hidup atau sekumpulan mahluk hidup. Sejumlah benda dan kondisi yang ada dalam ruang yang mempengaruhi sekitar kita.

Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) adalah suatu program pendidikan untuk membina anak atau peserta didik agar memiliki pengertian, kesadaran, sikap, dan perilaku yang rasional serta bertanggung jawab tentang pengaruh

(32)

timbal balik antara penduduk dengan lingkungan hidup dalam berbagai aspek kehidupan manusia (Pratomo, 2009: 8). Sedangkan menurut Widaningsih (2008: 8) pendidikan lingkungan hidup merupakan pendidikan yang membelajarkan siswa didik pada kearifan alam dan lingkungan, kreativitas, strategi dan metode pembelajarannya harus senantiasa dikembangkan berdasarkan kebutuhan perkembangan siswa didik serta kondisi alam dan lingkungan dimana siswa berada.

Dari pendapat Pratomo (2009: 8) dan Widaningsih (2008:8) dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Lingkungan Hidup merupakan program pendidikan untuk mengajarkan kepada peserta didik mengenai kesadaran, sikap, perilaku, serta tanggung jawab pada kearifan alam dan lingkungan sekitarnya dengan berdasarkan kebutuhan perkembangan perserta didik sera kondisi lingkungan dimana siswa berada.

1.2. Tujuan Pendidikan Lingkungan Hidup

Menurut Barlia (2008: 7) secara khusus tujuan pendidikan lingkungan hidup adalah (1) kesadaran (awareness) yaitu membantu anak didik mendapatkan kesadaran dan peka terhadap lingkungan hidup dan permasalahannya secara menyeluruh; (2) pengetahuan (knowledge) yaiut membantu anak didik memperoleh dasar-dasar pemahaman tentang fungsi lingkungan hidup, interaksi manusia dengan lingkungannya; (3) sikap (attitudes) yaitu membantu anak didik mendapatkan seperangkat nilai-nilai dan

(33)

perasaan tanggung jawab terhadap lingkungan alam, serta motivasi dan komitmen untuk berpartisipasi dalam mempertahankan dan mengembangkan lingkungan hidup; (4) keterampilan (skills) yaitu membantu anak didik mendapatkan keterampilan mengidentifikasi, investigasi dan kontribusi terhadap pemecahan dan penanggulangan isu-isu dan masalah lingkungan; dan (5) partisipasi (participation) yaitu membantu anak didik mendapatkan pengalaman, serta menggunakan pengetahuan dan keterampilan berpikirnya, untuk memecahkan dan menanggulangi isu-isu dan masalah lingkungan. Selaras dengan pendapat Adisendjaja (1988) tujuan pendidikan lingkungan hidup dapat dijabarkan menjadi enam kelompok, yaitu (1) kesadaran, yaitu memberi dorongan kepada setiap individu untuk memperoleh kesadaran dan kepekaan terhadap lingkungan dan masalahnya; (2) pengetahuan yaitu membantu setiap individu untuk memperoleh berbagai pengalaman dan pemahaman dasar tentang lingkungan dan masalahnya; (3) sikap yaitu membantu setiap individu untuk memperoleh seperangkat nilai dan kemampuan mendapatkan pilihan yang tepat, serta mengembangkan perasaan yang peka terhadap lingkungan dan memberikan motivasi untuk berperan serta secara aktif di dalam peringkatan dan perlindungan lingkungan; (4) keterampilan yaitu memberikan motivasi kepada setiap individu untuk berperan serta secara aktif dalam pemecahan masalah lingkungan; (5) partisipasi yaitu memberikan motivasi kepada setiap individu untuk berperan serta secara aktif dalam pemecahan masalah

(34)

lingkungan; (6) evaluasi yaitu mendorong setiap individu agar memiliki kemampuan mengevaluasi pengetahuan lingkungan ditinjau dari segi ekologi, sosial, ekonomi, politik, dan faktor-faktor pendidikan.

Berdasarkan tujuan di atas, tersirat bahwa masalah lingkungan hidup terutama berkaitan dengan manusia, bukan hanya lingkungan. Oleh karena itu dalam pengembangan buku cerita bergambar berbasis PLH harus ditunjukan pada aspek tingkah laku manusia, terutama interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya dan kemampuan memecahkan masalah lingkungan.

1.3. Program Adiwiyata

Menciptakan kesadaran lingkungan dikalangan masyarakat terutama siswa merupakan cara terbaik karena mereka adalah pemimpin masa depan, perencana, pembuat kebijakan dan pendidik lingkungan (Thapa, 1999). Salah satu media untuk melakukan pendidikan lingkungan hidup kepada siswa dan cara agar siswa sadar akan lingkungannya adalah dengan diadakannya program adiwiyata. Program Adiwiyata adalah salah satu program Kementrian Negara Lingkungan Hidup dalam rangka mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga sekolah dalam upaya pelestarian lingkungan hidup (Anonim, 2010: 5). Tujuan Program Adiwiyata adalah menciptakan kondisi yang baik bagi sekolah untuk menjadi tempat pembelajaran dan penyadaran warga sekolah, sehingga dikemudian hari warga sekolah tersebut dapat turut

(35)

bertanggung jawab dalam upaya-upaya penyelamatan lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan (Anonim, 2010: 4).

Indikator Program Adiwiyata (Anonim, 2010: 5-6) dijabarkan dalam beberapa kriteria yaitu (1) Pengembangan Kebijakan Sekolah, untuk mewujudkan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan maka diperlukan beberapa kebijakan sekolah yang mendukung pelaksanaan kegiatan pendidikan lingkungan hidup oleh semua warga sekolah sesuai dengan prinsip-prinsip dasar Program Adiwiyata yaitu partisipasif dan berkelanjutan; (2) pengembangan kurikulum berbasis lingkungan, penyampaian materi lingkungan hidup kepada para siswa dapat dilakukan melalui kurikulum secara terintegrasi atau monolitik; (3) Pengembangan Kegaitan Berbasis Partisipatif, untuk mewujudkan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan, warga sekolah perlu dilibatkan dalam berbagai aktivitas pembelajaran lingkungan hidup; (4) Pengelolaan dan atau pengembangan sarana pendukung sekolah, dalam mewujudkan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan perlu didukung sarana prasarana yang mencerminkan upaya pengelolaan lingkungan hidup.

2. Buku Cerita Bergambar

2.1. Definisi Buku Cerita Bergambar

Media pengajaran menurut Ibrahim dan Syaodih (2003: 112) diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan atau isi

(36)

pelajaran, merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan, siswa sehingga mendorong proses belajar mengajar. Salah satu yang mampu menjadi media pembelajaran adalah buku cerita bergambar. Menurut Lynch-Brown, Carl M. dan Tomlison (1999: 68) buku bergambar adalah buku-buku bergambar banyak mengandung ilustrasi, untuk berbagai derajat dan penting untuk dinikmati dalam cerita. Untuk alasan ini, ilustrasi gambar dalam buku-buku dikatakan integral cerita. Ilustrasi dalam buku-buku bergambar menyediakan plot aktual atau informasi konsep serta petunjuk untuk jalan tokoh, setting, dan suasana hati. Selama periode waktu, evolution dan seleksi buku gambar menjadi kenikmatan membaca bagi anak.

Senada dengan pendapat dari Franz (1994: 26), mula-mula pengertian buku bergambar itu adalah setiap buku yang didalamnya terdapat gambar-gambar. Buku bergambar yang fungsi gambarnya hanya membantu dan sekedar untuk menjelaskan teks. Buku bergambar artistik, bahasa yang baik, penampilan fisik buku yang bagus dapat menggugah imajinasi dan motivasi untuk membaca buku. Ilustrasi gambar dan bahasa yang asal-asalan, maka anak akan mendapatkan pengalaman bahwa membaca itu membosankan.

Sedangkan menurut Nurgiyantoro (2005: 154) gambar dalam buku mengandung cerita. Gambar digunakan untuk memperkaya teks, mengkonkretkan karakter dan alur secara naratif serta digunakan sebagai daya tangkap dan imajinasi anak terhadap narasi teks yang masih terbatas. Dengan

(37)

buku bergambar mampu merangsang imajinasi anak dan membantu anak dalam memperkaya imajinasi. Selain itu, kegiatan membaca buku cerita bergambar akan membantu anak lebih memahami hubungan cerita dan gambar, juga menanamkan kesadaran pada diri anak akan pentingnya aktifitas membaca untuk dapat memperoleh informasi dan pembentukan karakter.

2.2. Jenis dan Karakter Buku Cerita Bergambar

Buku cerita bergambar mempunyai beberapa jenis dan karakteristik. McElmeel (2002) jenis-jenis buku cerita bergambar adalah sebagai berikut: 1) Fiksi

Buku fiksi adalah buku yang menceritakan khayalan, rekaan, atau sesuatu yang tidak ada dan terjadi sungguh-sungguh. Kategori yang termasuk dalam fiksi adalah cerita hewan, misteri, humor, dan cerita fantasi yang dibuat penulis sesuai imajinasinya.

2) Historis

Buku historis adalah buku yang mendasarkan diri pada suatu fakta atau kenyataan di masa lalu. Buku ini meliputi kejadian sebenarnya, tempat, atau karakter yang merupakan bagian dari sejarah.

3) Informasi

Buku informasi adalah buku-buku yang memberikan informasi faktual. Buku informasi menyampaikan fakta dan data apa adanya, yang berguna

(38)

untuk menambah ketrampilan, wawasan, dan juga bekal teoritis dalam batas tertentu bagi anak.

4) Biografi

Biografi adalah kisah atau keterangan tentang kehidupan seseorang mulai kelahirannya hingga kematiannya jika sudah meninggal.

5) Cerita Rakyat

Cerita rakyat merupakan cerita atau kisah yang asal muasalnya bersumber dari masyarakat serta tumbuh dan berkembang dalam masyarakat di masa lampau.

6) Kisah Nyata

Kisah nyata berfokus pada peristiwa yang sebenarnya dari sebuah situasi atau peristiwa.

Beberapa karakteristik buku cerita bergambar menurut Sutherland (dalam Faizah, 2009: 252) antara lain adalah:

1) Buku cerita bergambar bersifat ringkas dan langsung. 2) Buku cerita bergambar berisi konsep-konsep yang berseri. 3) Konsep yang ditulis dapat dipahami oleh anak-anak. 4) Gaya penulisannya sederhana.

(39)

2.3. Fungsi Buku Cerita Bergambar

Mitchell (dalam Nurgiyantoro, 2005) menunjukan beberapa hal tentang fungsi dan pentingnya buku cerita bergambar bagi anak sebagai berikut:

1) Buku cerita bergambar dapat membantu anak terhadap pengembangan dan perkembangan emosi. Anak akan merasa terfasilitasi dan terbantu untuk memahami dan menerima dirinya sendiri dan orang lain, serta untuk mengekspresikan berbagai emosinya, seperti rasa takut dan senang, sedih dan bahagia, yang merupakan bagian dari kehidupan. Berbagai sikap dan reaksi emosi anak perlu mendapat rangsangan untuk penyaluran agar perkembangan emosi bejalan secara wajar dan terkontrol. Pemahaman dan penerimaan terhadap keadaan diri sendiri dan orang lain perlu dikembangkan lewat pembelajaran, dan salah satunya adalah lewat buku cerita bergambar.

2) Buku cerita bergambar dapat membantu anak untuk belajar tentang dunia, menyadarkan anak tentang keberadaan di dunia di tengah masyarakat dan alam. Lewat buku cerita bergambar anak dapat belajar tentang kehidupan masyarakat, baik dalam perspektif sejarah masa lalu maupun masa kini, belajar tentang keadaan geografi dan kehidupan alam, flora, dan fauna. Hal itu semua anak akan menyadarkan anak tentang kehidupan yang lebih luas yang menjadi lingkungan dan bagian kehidupannya yang semuanya akan menambah pengalaman hidup yang penting dalam perkembangan dirinya.

(40)

3) Buku cerita bergambar dapat membantu anak belajar tentang orang lain, hubungan yang ada terjadi, dan pengembangan perasaan. Lewat buku cerita bergambar yang menampilkan kehidupan keluarga, para tetangga, kawan sebaya, pergaulan di sekolah, dan lain-lain yang mengisahkan relasi kehidupan antar manusia dapat membelajarkan anak utnuk bersikap dan bertingkah laku, verbal dan nonverbal, yang benar sesuai dengan tuntutan kehidupan social-budaya masyarakat. Demikian pula halnya perasaan anak yang juga dapat terbangun lewat hubungan antar sesama. Jadi, pada hakikatnya lewat buku bergambar anak belajar tentang kehidupan yang disajikan secara lebih konkret lewat kata-kata dan gambar ilustrasi.

4) Buku cerita bergambar dapat membantu anak untuk memperoleh kesenangan. Ini merupakan salah satu hal terpenting dalam pemberian buku bacaan jenis ini, yaitu untuk memberikan kesenangan dan kenikmatan batiniah. Kenikmatan batiniah merupakan salah satu hal yang juga harus terpenuhi dalam kehidupan manusia, dan tidak hanya pemenuhan kebutuhan fisik saja, agar perkembangan kejiwaan dapat berlangsung secara seimbang dan harmonis. Hal itu dapat diperoleh lewat cerita dan gambar-gambar yang menarik, bagus dan cenderung realistik, dan hal-hal lucu yan merangsang anak untuk tertawa senang.

5) Buku cerita bergambar dapat membantu anak mengapresiasi keindahan. Baik cerita secara verbal maupun gmabar-gambar ilustrasi yang mendukungnya

(41)

masing-masing menawarkan keindahan. Keindahan cerita verbal dapat diperoleh antara lain lewat kemenarikan plot dan karakter tokoh, sedang gambar-gambar ilustrasi lewat ketepatan pelukisan objek, komposisi warna, dan berbagai aksi yang menarik. Objek yang menawarkan keindahan perlu diapresiasi, dihargai, dan dinikmati, dan kegiatan tersebut juga dapat diperoleh lewat pembelajaran dalam diri anak sudah terdapat bakat keindahan, namun ia tidak akan berkembang secara maksimal jika tidak secara sengaja dirangsang dan dipacu untuk berkembang. Sikap menghargai keindahan itu sendiri pada giliran selanjutnya dapat menunjang pengembangan sikap dan perilaku halus pada diri anak.

6) Buku cerita bergambar dapat membantu anak untuk menstimulusi imajinasi. Buku cerita dan gambar-gambar memiliki fungsi untuk mendorong tumbuh dan berkembangnya imajinasi anak. Lewat cerita verbal imajinasi sudah terkembangkan, tetapi dengan ditambah gambar-gambar ilustrasi yang mendukung cerita akan semakin dikonkretkan dan diperkuat. Hal itu tidak saja diperkuat pemahaman terhadap cerita, tetapi juga daya imajinasi.

Berdasarkan penjelasan mengenai buku cerita bergambar, jenis dan karakteristik buku cerita bergambar, dan fungsi buku cerita bergambar di atas, dapat disimpulkan bahwa buku cerita bergambar adalah buku yang di dalamnya terdapat tulisan dan gambar yang keduanya saling menjalin dan berhubungan untuk membentuk suatu cerita. Jenis buku cerita bergambar adalah (1) fiksi, (2)

(42)

historis, (3) informasi, (4) biografi, (5) cerita rakyat, dan (6) kisah nyata. Karakteristik buku cerita bergambar adalah (1) buku cerita bergambar bersifat ringkas dan langsung, (2) buku cerita bergambar berisi konsep-konsep yang berseri, (3) konsep yang ditulis dapat dipahami oleh anak-anak, (4) gaya penulisannya sederhana, dan (5) terdapat ilustrasi yang melengkapi teks. Fungsi buku cerita bergambar adalah (1) dapat membantu anak terhadap pengembangan dan perkembangan emosi, (2) dapat membantu anak untuk belajar tentang dunia, (3) dapat membantu anak belajar tentang orang lain, hubungan yang ada terhadi, dan pengembangan perasaan, (4) dapat membantu anak untuk memperoleh kesenangan, (5) dapat membantu anak untuk mengapresiasi keindahan, (6) serta dapat membantu anak untuk menstimulus imajinasi.

2.4. Komponen Buku Cerita Bergambar

Dalam buku bergambar yang dikembangkan pada penelitian ini terdapat dua komponen yang utama yaitu gambar dan teks. Kedua komponen tersebut tentu memiliki unsur-unsur yang harus diperhatikan dalam membuat, mengembangkan dan menggunakannya sebagai media pembelajaran.

1) Gambar

Menurut Hamalik (1994: 43) gambar merupakan segala sesuatu yang diwujudkan secara visual dalam bentuk dua dimensi sebagai curahan perasaan atau pikiran. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 329) gambar adalah tiruan barang, binatang, tumbuhan dan sebagainya. Menurut

(43)

Sadiman (2012: 31) dalam membuat gambar yang baik harus memperhatikan beberapa syarat yaitu sebagai berikut:

a) Autentik, gambar tersebut harus secara jujur melukiskan situasi seperti orang melihat benda sebenarnya.

b) Sederhana, komposisi gambar hendaknya cukup jelas, menunjukkan poin-poin pada gambar.

c) Ukuran relatif, gambar dapat memperbesar atau memperkecil benda sebenarnya. Apabila gambar tersebut tentang benda yang belum dikenal atau belum pernah dilihat anak maka anak akan sulit membayangkan besar benda tersebut. Untuk menghindari hal itu hendaknya dalam gambar tersebut terdapat sesuatu yang dikenal anak sehingga membantu anak membayangkan gambar.

d) Gambar sebaiknya mengandung gerak atau perbuatan. Gambar yang baik tidak menunjukkan objek/benda dalam keadaan diam tetapi memperlihatkan aktivitas tertentu.

e) Gambar yang bagus belum tentu baik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Walaupun dari segi mutu kurang, gambar anak sendiri seringkali lebih baik.

f) Tidak setiap gambar yang bagus merupakan media yang bagus. Sebagai media yang baik, gambar hendaklah bagus dari sudut seni dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

(44)

2) Teks

Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (dalam Ain, 2011: 16) terdapat empat unsur kelayakan media teks (termasuk didalamnya buku bergambar) antara lain:

a) Komponen isi, mencangkup kesesuaian dengan kurikulum, keakuratan materi, materi pendukung pembelajaran.

b) Komponen kebahasaan, meliputi eksesuaian pemakaian bahasa dengan tingkat perkembangan anak, pemakaian bahasa yang komunikatif, pemakaian bahasa memenuhi syarat dan keruntutan dan keterpaduan alur pikir.

c) Komponen penyajian, meliputi teknik penyajian, penyajian pembelajaran, dan kelengkapan informasi.

d) Komponen kegrafisan mencakup ukuran buku, desain kulit buku dan desain isi buku.

Berdasarkan penjelasan mengenai buku cerita bergambar, jenis dan karakteristik buku cerita bergambar, dan fungsi buku cerita bergambar diatas, dapat disimpulkan bahwa buku cerita bergambar adalah suatu media yang dilengkapi gambar-gambar mengandung pesan yang dapat merefleksikan/menggambar isi dari suatu cerita. Jenis buku cerita bergambar adalah (1) fiksi, (2) historis, (3) informasi, (4) biografi, (5) cerita rakyat, dan (6) kisah nyata. Karakteristik buku cerita bergambar adalah (1) buku cerita

(45)

bergambar bersifat ringkas dan langsung, (2) buku cerita bergambar berisi konsep-konsep yang berseri, (3) konsep yang ditulis dapat dipahami oleh anak-anak, (4) gaya penulisan sedderhana, dan (5) terdapat ilustrasi yang melengkapi teks. Fungsi buku cerita bergambar adalah (1) dapat membantu anak terhadap pengembangan dan perkembangan emosi, (2) dapat membantu anak untuk belajar tentang dunia, (3) dapat membantu anak belajar tentang orang lain, hubungan yang ada terjadi, dan pengembangan perasaan, (4) dapat membantu anak untuk memperoleh kesenangan, (5) dapat membantu anak untuk mengapresiasikan keindahan, (6) serta dapat membantu anak untuk menstimulus imajinasi.

3. Kriteria Buku Cerita yang Baik Bagi Anak

Guru maupun orang tua perlu membimbing anak-anak untuk memilih bacaan yang sesuai dengan tingkat kematangan berpikir dan kebutuhannya. Oleh sebab itu, guru maupun orang tua perlu memperhatikan kebutuhan bacaan yang baik bagi anak-anak. Buku bacaan yang baik untuk anak-anak adalah buku bacaan yang: (a) dapat memberikan nilai tambah positif pada pembacanya. (b) disampaikan dalam bahasa yang sederhana, enak dibaca dan penulisnya seakan ingin berbagi dengan pembaca, bukan menggurui, (c) gaya penulisannya tidak meledak-ledak, (d) menggunakan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku, tidak

(46)

banyak menggunakan istilah asing yang sebenarnya ada padanannya dalam bahasa Indonesia (Christantowati, 1994).

Effendi, Bangsa, dan Yudani (2013) mengatakan bahwa kriteria buku cerita yang baik meliputi: (a) tampilan visual buku dirancang menggunakan tampilan full color, (b) tampilan visual buku lebih dominan gambar dibandingkan teks, (c) jenis huruf pada buku cerita memiliki tingkat keterbacaan yang baik bagi anak-anak, (d) judul buku cerita mewakili keseluruhan isi cerita dan menarik minat anak untuk membaca lebih lanjut, dan (e) tampilan warna mampu memberikan kesan dan mudah ditangkap oleh indera penglihatan anak. Senada dengan pendapat Anggara, Waluyanto, dan Zacky (2014) mengatakan bahwa kriteria buku cerita yang baik meliputi: (a) isi dan tema cerita memberikan pembelajaran nilai-nilai moral yang berkaitan dengan kegiatan sehari-hari, (b) buku cerita menyajikan gambar dan warna yang menarik dan tulisan yang sedikit, (c) buku cerita mampu mengembangkan imajinasi dan kreativitas anak, (d) buku cerita memberikan pesan moral yang jelas, dan (e) penyampaian cerita memancing rasa ingin tahu anak.

Nurgiyantoro (2005: 210) juga menyatakan bahwa buku cerita yang baik untuk anak seharusnya memenuhi persyaratan berikut: (a) materi dapat dipahami anak, (b) menggunakan bahasa yang sederhana sehingga dapat dibaca dan dipahami anak, (c) mempertimbangkan kesederhanaan (kompleksitas) kosakata

(47)

dan struktur, dan (d) berfungsi meningkatkan kekayaan bahasa dna kemampuan berbahasa anak.

Menurut Mansoor (1994) buku yang baik memenuhi persyaratan sebagai berikut: (1) isinya mudah dipahami pembaca, (2) mengajak pembacanya yang masih mudah itu mengenal kehidupan nyata, (3) pilihan kata yang tepat, (4) buku berhasil memikat pembaca untuk terus mengikuti jalan pikirannya puncak atau klimaks cerita hingga akhir cerita, (5) pengarang menguasai teknik bercerita sehingga tulisannya tidak terkesan bertele-tele dan membosankan, (6) rancangan halamannya tertata baik, artinya pemilihan jenis huruf, jarak antar baris, tata letak halaman, luas cetak, luas margin dan sebagainya sangat menentukan kenyamanan membaca. Bila pengarang terlalu banyak menggunakan huruf miring atau tebal untuk menarik perhatian pembaca, wajah halaman buku menjadi tidak mulus. Kenyamanan membaca pun menjadi terganggu. Luas cetak yang terlalu besar dengan margin yang sempit membuat halaman tampak sesak. Penempatan gambar yang tidak tepat pun menurunkan nilai sebuah buku, (7) sampul buku yang artistik dan representatif, dimana judul, gambar dan warna memegang peranan penting. Judul yang tidak secara langsung menonjolkan kata kunci adalah judul yang mubazir. Gambar (bila ada) harus mencerminkan isi. Warna tidak boleh sembarangan dipilih, karena warna tertentu membaca pesan tertentu pula. Misalnya, tanda dilarang masuk adalah lingkaran merah dengan

(48)

balok putih melintang di tengahnya. Bila warna merah dan putih diganti, misalnya menjadi hitam dan kuning, tentu pesan yang disampaikan keliru.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kriteria buku cerita anak yang baik yaitu (1) judul sampul buku mewakili keseluruhan isi cerita dan menarik minat anak untuk membaca lebih lanjut, (2) warna sampul buku membawa pesan yang akan disampaikan, (3) isi cerita mudah dipahami oleh anak, (4) isi buku cerita memberikan pembelajaran nilai-nilai moral yang berkaitan dengan kegiatan sehari-hari, (5) buku cerita menggunakan bahasa yang sederhana sehingga mudah dibaca dan dipahami anak, (6) buku cerita mampu mengembangkan imajinasi dan kreativitas anak, (7) tampilan visual buku lebih dominan gambar dibandingkan teks, (8) gambar buku cerita jelas dan mudah dibedakan, (9) ilustrasi buku cerita memperjelas latar, rangkaian cerita, penjiwaan dan karakter (10) gaya dan ketepatan bahasa cocok untuk anak-anak, (11) isi buku berhasil memikat pembaca untuk terus mengikuti jalan cerita, (12) rancangan halaman buku tertata dengan baik, (13) pemilihan jenis huruf menarik perhatian anak, (14) jenis huruf pada buku cerita memiliki tingkat keterbacaan yang baik bagi anak, dan (15) tata letak/sistematika penulisan tidak terlalu sempit memudahkan anak untuk membaca.

(49)

4. Karakteristik Perkembangan Anak SD Kelas Rendah 4.1. Tahap Perkembangan Anak

Pada hakikatnya, manusia lahir dan akan bertumbuh diiringi perkembangan-perkembangannya baik dari segi kognitif, emosi, sosial, maupun bahasa. Perkembangan manusia tersebut dapat dicapai secara maksimal apabila lingkungannya juga mendukung dalam setiap tahap perkembangannya. Perkembangan berkaitan dengan perubahan kualitatif dan kuantitatif, yaitu perubahan yang teratur dan saling berhubungan (Hurlock, 1878: 23). Oleh sebab itu, sangatlah penting perkembangan anak diperhatikan agar perkembangannya secara maksimal.

Jean Piaget membagi perkembangan anak menjadi empat tahap, yaitu (1) tahap sensorimotor yang berlangsung sejak lahir sampai usia dua tahun, (2) tahap praoperasional yang berlangsung dari usia tujuh tahun sampai dengan 12 tahun, (3) tahap operasional konkret yang berlangsung dari usia tujuh tahun sampai dengan 12 tahun, (4) tahap operasional formal yang berlangsung pada usia 12 tahun sampai dengan dewasa (Salkind, 2009: 328).

Tahap perkembangan yang pertama disebut tahap sensorimotor, terjadi pada usia 0-2 tahun. Tahap ini ditandai dengan adanya refleks-refleks sederhana pada bayi yang baru lahir dan pada usia dua tahun anak memulai pikiran simbolisyang menggambarkan bahasa anak usia dini (Salkind, 2009: 327). Piaget mengatakan, pada tahap ini terdapat enam subtahap yaitu, penggunaan

(50)

refleks-refleks awal, reaksi siklus orimer, reaksi siklus sekunder, koordinasi schemata sekunder, reaksi siklus tersier, dan representasi simbolik. Intelegensi pada tahap ini berdasarkan pada pada pengalaman perceptual (Salkind, 2009: 328).

Tahap kedua adalah tahap praoperasional, berlangsung pada usia 2-7 tahun. Seorang anak pada tahap praoperasional dapat merekayasa simbol-simbol yang merepresentasikan objek-objek dalam dunia nyata seperti bahasa. Permulaan dan perkembangan bahasa merupakan perkembangan yang sangat penting pada tahap ini (Salkind, 2009: 336). Karakteristik dari tahap ini adalah munculnya system bahasa yang canggih, penalaran egosentris, dan pemikiran yang terbatas pada persepsi indra (Salkind, 2009: 328).

Tahap ketiga adalah tahap operasional konkret dengan usia anak 7-12 tahun. Tahap ini merupakan tahap awal anak untuk berpikir rasional. Hal ini berarti anak dapat melakukan operasi-operasi logis untuk menyelesaikan masalah-masalah konkret. Anak sudah dapat menghadapi masalah yang bertentangan dengan pikiran persepsi. Pada tahap ini anak mampu melaksanakan konservasi, menjalankan operasi, dan menguasi berbagai macam tugas kognitif. Struktur kognitif anak jauh lebih berkembang, anak masih sering berasa pada batas-batas persepsinya (Salkind, 2009: 342). Tahap ini memungkinkan perkembangan pemikiran yang dijalankan secara terbalik,

(51)

operasi-operasi logis, konservasi, kemampuan untuk memecahkan masalah konkret, dan pemikiran berbasis pengalaman (Salkind, 2009: 328).

Tahap yang keempat adalah tahap operasional formal dengan usia 12-18 tahun. Karakteristik dari tahap ini adalah kemampuan untuk merumuskan dan menguji hipotesis, pemikiran abstrak, penalaran hipotesis-deduktif, dan pemikiran yang tidak lagi terikat dengan persepsi indra (Salkind, 2009: 328). Tahap ini ditandai dengan kepekaan anak terhadap orang lain, kemampuan untuk menghadapai pertentangan, dan kemampuan untuk menangani logika dan permutasi. Kemampuan ini diperlukan mereka untuk proses penyesuaian sosioemosional pada masa dewasanya (Salkind, 2009: 350).

Pada penelitian ini, yang menjadi subjek adalah kelas 1 SD Negeri Babarsari. Dimana mereka termasuk dalam tahap perkembangan operasional konkret. Pada tahap operasional konkret dijelaskan anak mulai berpikir rasional dan logis. Hal tersebut berarti anak dapat melakukan operasi-operasi logis untuk menyelesaikan suatu masalah yang konkret. Tahap ini merupakan tahap awal anak untuk berpikir rasional. Hal ini berarti anak dapat melakukan operasi-operasi logis untuk menyelesaikan masalah-masalah konkret. Oleh sebab itu, peneliti membuat produk yang tidak jauh dari permasalahan sehari-hari yang tidak jarang ditemui oleh anak.

(52)

4.2. Perkembangan Anak SD Kelas Rendah

Tingkatan kelas di sekolah dasar dapat dibagi dua menjadi kelas rendah dan kelas atas. Kelas rendah terdiri dari kelas satu, dua, dan tiga, sedangkan kelas-kelas tinggi sekolah dasar yang terdiri dari kelas empat, lima dan enam (Supandi, 1992: 44). Di Indonesia rentang usia siswa SD, yaitu antara 6 atau 7 tahun sampai 12 tahun. Usia siswa pada kelas rendah yaitu 6 atau 7 tahun sampai 8 atau 9 tahun. siswa yang berada pada kelompok ini termasuk dalam rentangan anak usia dini. Masa usia dini ini merupakan masa yang pendek tetapi sangat penting bagi kehidupan seseorang. Oleh karena itu, pada masa ini seluruh potensi yang dimiliki anak perlu didorong sehingga akan berkembang secara optimal.

Karakteristik anak di masa kelas rendah adalah (1) memiliki hubungan yang kuat antara keadaan jasmani dengan prestasi sekolah; (2) cenderung suka memuji diri sendiri; (3) kalau tidak dapat menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan, maka tugas atau pekerjaan tersebut dianggap tidak penting; (4) suka membandingkan dirinya dengan anak lain jika itu menguntungkan dirinya; (5) suka meremehkan orang lain (Purwanti, 2015: 2).

(53)

5. Membaca

5.1. Definisi Membaca

Membaca adalah satu aktivitas yang rumit atau kompleks, karena bergantung pada keterampilan berbahasa yang dimiliki pembaca dan tingkat penalarannya (Nababan, 1993: 164). Membaca merupakan proses yang digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang akan disampaikan penulis melalui tulisan (Hodgson dalam Tarigan, 2008: 7). Membaca juga dapat diartikan sebagai metode yang digunakan untuk berkomunikasi dengan diri sendiri dan orang lain, yaitu dengan mengkomunikasikan isi yang terkandung dalam tulisan (Tarigan, 2008: 7).

Berdasarkan pengertian-pengertian membaca di atas, maka dapat disimpulkan bahwa membaca adalah sebuah kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh pemahaman tentang isi suatu tulisan. Membaca juga digunakan sebagai alat berkomunikasi dengan diri sendiri dan orang lain, bergantung pada keterampilan berbahasa yang dimiliki pembaca dan tingkat penalarannya. 5.2. Tujuan Membaca

Tujuan pokok membaca untuk mencari dan memperoleh informasi, mencangkup isi, dan memahami makna bacaan (Tarigan, 2008: 9). Membaca dibedakan menjadi membaca nyaring, membaca ekstensif, dan membaca intensif (Ngalimun, 2011: 63). Membaca nyaring adalah suatu kegiatan sebagai alat bagi guru, siswa ataupun pembaca dengan pendengar untuk memperoleh

(54)

dan memahami informasi, pikiran, dan perasaan pengarang/penulis (Tarigan, 2008: 23). Membaca intensif dan membaca ekstensif termasuk ke dalam membaca dalam hati. Membaca ekstensif adalah membaca secara luas, membaca berbagai teks dalam waktu yang cepat dan singkat (Tarigan, 2008: 32). Tujuan membaca ekstensif adalah untuk memahami isi penting bacaan dengan waktu yang singkat dan cepat (Ngalimun, 2011, 63). Membaca ekstensif dibagi menjadi tiga (Ngalimun, 2011: 63-64), yaitu (1) membaca survey, untuk melihat gambaran umum isi bacaan. Membaca survey ini biasanya dilakukan dengan melihat judul, pengarang, daftar isi, pengantar, dsb. (2) membaca sekilas (skimming), membaca yang membuat mata kita bergerak dengan cepat melihat, memperhatikan bacaan untuk mencari serta memperoleh informasi dengan cepat. (3) membaca dangkal, adalah kegiatan membaca untuk memahami secara dangkal sebuah bacaan.

Ada beberapa tahapan (fase) dalam membaca (Ngalimun, 2011: 36-37), tahap pertama ketika anak berusia 6-7 tahun (± kelas 1 SD), anak memusatkan pada kata-kata lepas dalam kalimat sederhana atau cerita sederhana. Pada tahap ini, anak harus bisa mengintegrasikan bunyi dalam system tulisan untuk dapat lancer membaca dan terhindar dari kesalahan membaca. Pada usia berikutnya (7-8 tahun) anak telah memperoleh pengetahuan tentang huruf, suku kata, dan kata yang diperlukan untuk membaca. Tahap kedua, ketika anak berada di

(55)

bangku kelas tiga dan empat SD. Mereka dapat menganalisis kata-kata yang diketahuinya menggunakan pola tulisan dan kesimpulan berdasarkan konteks.

Tahap ketiga, sekitar anak kelas lima sampai kelas tujuh SMP, terlihat perkembangan pesat membaca, yaitu tekanan membaca tidak lagi pada pengenalan tulisan, tetapi pemahaman bacaan. Tahap keempat adalah akhir SMP hingga SMA/SMK. Pada tahap ini, penggunaan keterampilan tingkat tinggi dalam bahasa sudah telihat, misalnya penyimpulan dan pengenalan pandangan penulis untuk meningkatkan pemahaman. Tahap kelima adalah ketika seseorang memasuki perguruan tinggi dan seterusnya. Pada tahap ini, orang sudah dapat mengintegrasikan hal-hal yang dibaca dengan pengetahuan yang dimilikinya dan menanggapi bacaan secara kritis (Owens dalam Ngalimun, 2011: 36-37).

5.3. Membaca Permulaan

Kemampuan awal dalam membaca dapat diperoleh melalui interaksi sosial, lewat hubungan antar sesama, bukan lewat pembelajarna formal (Ngalimun, 2011: 35). Membaca permulaan adalah tahapan proses belajar membaca bagi siswa SD kelas awal. Siswa belajar memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik membaca dan menangkap isi bacaan dengan baik. Tujuan membaca permulaan adalah agar siswa dapat membaca kata-kata dan kalimat sederhana dengan lancer dan tepat (Depdikbud, 1994/1995: 4). Membaca permulaan merupakan tingkat proses pembelajaran membaca untuk

(56)

menguasai system tulisan sebagai representasi visual bahasa. Tingkatan ini sering disebut belajar membaca (learning to read). Sedangkan membaca lanjut merupakan tingkat proses penguasaan membaca untuk memperoleh isi pesan yang terkandung dalam tulisan. Tingkatan ini disebut membaca untuk belajar (reading to learn).

5.4. Gerakan Literasi Sekolah

Pada Buku Saku Gerakan Literasi Sekolah (2015) dijelaskan pendidikan perlu menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran agar semua warganya tumbuh sebagai pembelajar sepanjang hayat. Oleh sebab itu, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan mengembangkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS). GLS memperkuat gerakan penumbuhan budi pekerti sebagaimana dituangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 23 Tahun 2015. Kegiatan dalam GLS tersebut adalah kegiatan 15 menit membaca buku nonpelajaran sebelum waktu belajar dimulai. Kegiatan ini dilaksanakan untuk menumbuhkan minat baca peserta didik serta meningkatkan keterampilan membaca agar pengetahuan dapat dikuasai secara lebih baik. Materi baca berisi nilai-nilai budi pekerti, berupa kearifan local, nasional, dan global yang disampaikan sesuai tahap perkembangan peserta didik (Buku Saku Gerakan Literasi Sekolah: 2015).

Gerakan Literasi Sekolah ini diperlukan agar anak mulai terbiasa membaca baik di keluarga, masyarakat maupun di sekolah. Selain itu,

Gambar

ilustrasi gambar dalam buku-buku dikatakan integral cerita. Ilustrasi dalam buku- buku-buku  bergambar  menyediakan  plot  aktual  atau  informasi  konsep  serta  petunjuk  untuk jalan tokoh, setting, dan suasana hati
Gambar 2.1 Bagan Penelitian yang Relevan  Nurin Hanifati Amalia (2015)  Upaya Pelestarian Lingkungan Hidup Sebagai Sumber Belajar Bagi Peserta Didik Melalui Program AdiwiyataWigianto (2015) Pengembangan Buku Cerita Bergambar Pendidikan Karakter Tanggung Ja
Gambar  pada  buku  cerita  bergambar  ini  bertujuan  untuk  memberikan  imajinasi  atau  gambaran  visual  kepada  anak
Gambar 3.2 Bagan Langkah Pengembangan Penelitian Sugiyono (2011)  Berdasarkan  langkah  pengembangan  Borg  &  Gall  dan  langkah  pengembangan Sugiyono, peneliti mengambil beberapa langkah-langkah dari dua  prosedur  pengembangan  tersebut  menjadi  e
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kualitas tersebut dapat ditunjukkan dari berbagai muatan dari buku cerita bergambar teresebut antara lain buku cerita bergambar ini menggunakan bahasa dan gaya tulisan

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang telah memberikan kasih dan penyertaan-Nya sehingga skripsi berjudul Pengembangan Buku Cerita Bergambar Berbasis Pendidikan

Buku cerita bergambar yang dikembangkan adalah buku cerita bergambar yang mencakup kebutuhan siswa dan guru dengan judul “Pengembangan Buku Cerita Bergambar Berbasis

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang telah memberikan kasih dan penyertaan-Nya sehingga skripsi berjudul Pengembangan Buku Cerita Bergambar Berbasis Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat memotivasi dan mendorong siswa terutama kelas III untuk lebih tertarik dan berminat pada kegiatan belajar membaca dengan menggunakan buku cerita

Dengan buku bergambar yang baik, anak-anak akan terbantu dalam proses memahami dan memperkaya pengalaman dari cerita.. Rothlein dan Meinbach dalam buku “The Literature

Untuk memecahkan masalah; 2 cerita bergambar menarik imajinasi anak dan rasa ingin tahu tentang masalah supranatural; 3 cerita bergambar memberi anak pelarian sementara hiruk

Pengembangan buku cerita bergambar berbasis lingkungan hidup pada pembelajaran tematik kelas II SD/MI pada tema merawat hewan dan tumbuhan menggunakan Research and