• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN BUKU CERITA BERGAMBAR BERBASIS PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP UNTUK PEMBELAJARAN MEMBACA SISWA KELAS III B SD KANISIUS WIROBRAJAN 1 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN BUKU CERITA BERGAMBAR BERBASIS PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP UNTUK PEMBELAJARAN MEMBACA SISWA KELAS III B SD KANISIUS WIROBRAJAN 1 SKRIPSI"

Copied!
157
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGEMBANGAN BUKU CERITA BERGAMBAR BERBASIS PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP UNTUK PEMBELAJARAN

MEMBACA SISWA KELAS III B SD KANISIUS WIROBRAJAN 1

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh: Agnes Andriyani

131134113

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017

(2)

ii SKRIPSI

PENGEMBANGAN BUKU CERITA BERGAMBAR BERBASIS PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP UNTUK PEMBELAJARAN

MEMBACA SISWA KELAS III B SD KANISIUS WIROBRAJAN 1

Oleh: Agnes Andriyani NIM: 131134113

Telah disetujui oleh: Pembimbing I

Brigitta Erlita Tri Anggadewi M.Psi Tanggal 16 Januari 2017

Pembimbing II

(3)

iii SKRIPSI

PENGEMBANGAN BUKU CERITA BERGAMBAR BERBASIS PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP UNTUK PEMBELAJARAN

MEMBACA SISWA KELAS III B SD KANISIUS WIROBRAJAN 1

Dipersiapkan dan disusun oleh: Agnes Andriyani

NIM: 131134113

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji pada tanggal 24 Januari 2017

dan dinyatakan memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua : Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. ……… Sekretaris : Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. ……… Anggota 1 : Brigitta Erlita Tri Anggadewi, S.Psi., M.Psi. ……… Anggota 2 : Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. ……… Anggota 3 : Theresia Yunia Setyawan, S.Pd., M.Hum. ………

Yogyakarta, 24 Januari 2017

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

Dekan,

(4)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini peneliti persembahkan untuk:

1. Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu menjadi andalan penulis yang senantiasa menyertai, membimbing, dan memberikan kekuatan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Kedua orang tua tercinta, Bapak Petrus Clever Marsono dan Ibu Maria Magdalena Sulastri yang selalu memberikan doa, semangat, serta dukungannya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 3. Kakak serta Adik penulis.

4. Para sahabat yang telah memberikan dukungan dan semangat. 5. Almamater Universitas Sanata Dharma.

(5)

v MOTTO

“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat;

ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta,

menerima, dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang

mengetok pintu dibukakan.”

(Matius 7: 7-8)

“Sebab jalanku bukan jalanMu dan rencanaku bukan rencanaMu.”

(Yesaya 55: 5)

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah

Yogyakarta, 24 Januari 2017

Peneliti

(7)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Agnes Andriyani

Nomor Mahasiswa : 131134113

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PENGEMBANGAN BUKU CERITA BERGAMBAR BERBASIS PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP UNTUK PEMBELAJARAN

MEMBACA SISWA KELAS III B SD KANISIUS WIROBRAJAN 1 Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk keperluan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 24 Januari 2017 Yang menyatakan

(8)

viii ABSTRAK

PENGEMBANGAN BUKU CERITA BERGAMBAR BERBASIS PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP UNTUK PEMBELAJARAN

MEMBACA SISWA KELAS III B SD KANISIUS WIROBRAJAN 1 Agnes Andriyani

Universitas Sanata Dharma 2017

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang berawal dari adanya potensi dan masalah terkait dengan pendidikan lingkungan hidup dan pembelajaran membaca. Potensi yang ada adalah pendidikan lingkungan hidup dan minat baca siswa. Masalah yang dihadapi guru adalah penyediaan media untuk menumbuhkan kesadaran dan kepedulian siswa akan lingkungan serta menumbuhkan minat siswa dalam membaca. Oleh karena itu, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian pengembangan buku cerita bergambar yang berbasis pendidikan lingkungan hidup. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan produk berupa buku cerita bergambar dengan judul “Tiga Sekawan Penyelamat Desa” dan mengetahui kualitas buku cerita bergambar yang dihasilkan.

Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (Research and Development atau R&D). Proses pengembangan buku cerita bergambar tersebut mengikuti enam langkah dari modifikasi langkah Sugiyono dan langkah Borg & Gall yaitu (1) potensi dan masalah; (2) mengumpulkan informasi; (3) desain produk; (4) validasi desain; (5) perbaikan produk; dan (6) uji coba produk. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan wawancara dan lembar kuesioner. Wawancara digunakan untuk analisis kebutuhan kepada guru kelas III SD Kanisius Wirobrajan 1, sedangkan kuesioner digunakan untuk validasi buku cerita bergambar.

Validasi dilakukan oleh satu dosen ahli, satu guru kelas III, dan satu siswa kelas III. Skor rata-rata yang diperoleh dari hasil validasi sebesar 4,3 dengan kategori “sangat baik”, sehingga layak digunakan pada tahap uji coba. Uji coba dilakukan kepada 6 orang siswa untuk mengetahui pendapat siswa mengenai kualitas buku cerita. Dari hasil uji coba yang dilakukan peneliti, didapatkan bahwa kualitas buku cerita bergambar yang telah dihasilkan tergolong dalam kategori “sangat baik” dengan skor rata-rata 4,58.

Kata kunci: penelitian pengembangan, buku cerita bergambar, pendidikan lingkungan hidup, pembelajaran membaca.

(9)

ix ABSTRACT

THE DEVELOPMENT OF ILLUSTRATED STORY BOOK BASED ON ENVIRONMENTAL EDUCATION IN LEARNING READING OF GRADE

III B STUDENTS SD KANISIUS WIROBRAJAN 1 Agnes Andriyani

Universitas Sanata Dharma 2017

The research are development research that begin from potency and problem related to the environmental education and learning reading. The potency are environmental education and students’ reading interest. The problem that encountered by the teachers are the provision of media to enhance students’ awareness and concern towards environment and improve students’ reading interest. Therefore, the researcher encouraged to conduct development research of illustrated story book based on environmental education. The aim of the research are to develop a product in the form of illustrated story book entitled Tiga Sekawan Penyelamat Desa and knowing the quality of the book.

This research was research and development (Research and Development or RD). The process of development of this illustrated story book followed six steps of Sugiyono step modification and Borg & Gall steps which are (1) potency and problem; (2) collect information; (3) design product; (4) design validation; (5) product maintenance; and (6) product trials. The instruments in this research were interview questions and questionnaire sheet. Interview was conducted to find out need analysis for grade III teacher of SD Kanisius Wirobrajan, while questionnaire was conducted for illustrated story book validation.

Validation was done by one expert lecturer, one grade III teacher, and one grade III student. The average score which was obtained from validation result was 4,3 with very good category, so this is suitable to use in trial stage. Trial was done to 6 students to find out students’ opinion towards story book quality. From the trial that was done by the researcher, found that the quality of illustrated story book classified to the very good category with average score 4,58.

Key words: development research, illustrated story book, environmental education, learning reading.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PENGEMBANGAN BUKU CERITA BERGAMBAR BERBASIS PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP UNTUK PEMBELAJARAN MEMBACA SISWA KELAS III B SD KANISIUS WIROBRAJAN 1. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini:

1. Rohandi, Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. kaprodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

3. Brigitta Erlita Tri Anggadewi M.Psi dosen pembimbing I yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd dosen pembimbing II yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Seluruh dosen dan staf karyawan PGSD Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan pelayanan prima selama perkuliahan.

(11)

xi

6. Kepala sekolah, guru, dan siswa-siswi SD Kanisius Wirobrajan 1 yang sudah memberikan izin penulis untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut. 7. Para validator yang telah berkenan membantu proses validasi produk.

8. Kedua orang tua tercinta, Bapak Petrus Clever Marsono dan Ibu Maria Magdalena Sulastri yang selalu memberikan doa, semangat, serta dukungannya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Keluarga tercinta (kakak dan adik) yang selalu mendoakan, memberikan dukungan, dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 10. Sahabat-sahabat peneliti yang bersedia memberikan dukungan dan semangat

kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan, dukungan, dan semangat hingga skripsi ini selesai dengan baik.

Penulis juga menyadari bahwa penelitian ini masih banyak kekurangan. Penulis berharap semoga karya hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……….…… i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……… ii

HALAMAN PENGESAHAN ……….……….. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ……….... iv

HALAMAN MOTTO ……… v

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………. vi

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ………... vii

ABSTRAK ………... viii

ABSTRACT ………. ix

KATA PENGANTAR ……….. x

DAFTAR ISI ………. xii

DAFTAR TABEL ………. xv

DAFTAR GAMBAR ……….... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ……….... xvii

BAB I PENDAHULUAN ………... 1 A. Latar Belakang ……… 1 B. Rumusan Masalah ………... 7 C. Tujuan Penelitian ……… 7 D. Manfaat Penelitian ………... 7 E. Definisi Operasional ……….…. 8 F. Spesifikasi Produk ………...….. 9

BAB II LANDASAN TEORI ………... 11

A. Kajian Pustaka ……… 11

(13)

xiii

2. Pendidikan Lingkungan Hidup ………. 15

3. Buku Cerita Bergambar ………. 18

a. Pengertian Buku Cerita Bergambar ……….. 18

b. Fungsi Buku Cerita Bergambar ……… 19

c. Kriteria Buku yang Baik bagi Anak ………..…….. 22

4. Membaca ……….. 25

a. Pengertian Membaca ……… 25

b. Pembelajaran Membaca ………... 26

c. Tujuan Membaca ……….. 26

d. Aspek-aspek dan Keterampilan Dasar dalam Membaca ... 28

e. Tahapan Membaca ……… 25

f. Jenis-jenis Membaca ………. 26

1) Membaca Nyaring ………. .. 26

2) Membaca Dalam Hati ………... 27

5. Gerakan Literasi Sekolah (GLS) ………... 28

B. Penelitian yang Relevan ………... 35

C. Kerangka Berpikir ……….. 38

D. Pertanyaan Penelitian ……….. 39

BAB III METODE PENELITIAN ………. 41

A. Jenis Penelitian ……….... 41

B. Setting Penelitian ……….………... 46

C. Prosedur Pengembangan ………. 47

D. Teknik Pengumpulan Data ……… 50

E. Instrumen Penelitian ……… 51

(14)

xiv

2. Kuesioner ……… 52

F. Teknik Analisis Data ……… 58

1. Teknik Analisa Data Kualitatif ……… 58

2. Teknik Analisa Data Kuantitatif ………. 58

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………... 63

A. Hasil Penelitian Pengembangan ………... 63

1. Proses Pengembangan Buku Cerita Bergambar ..…………... 63

a. Potensi dan Masalah ……… 63

b. Mengumpulkan Informasi ………... 65

c. Desain Produk ………... 68

d. Validasi Desain ……… 74

e. Perbaikan Desain ………... 85

f. Uji Coba Produk ………... 90

2. Kualitas Buku Cerita Bergambar ………... 92

B. Pembahasan ………... 93 BAB V PENUTUP ………..…… 105 A. Kesimpulan ……… 105 B. Keterbatasan Penelitian ………. 106 C. Saran ………... 106 DAFTAR PUSTAKA ……….. 107 LAMPIRAN ………. 110 RIWAYAT PENELITI ……… 140

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Wawancara ………….……….…... 52

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Kuesioner Uji Validitas untuk Pakar dan Guru ….. 53

Tabel 3.3 Instrumen Kuesioner Uji Validitas untuk Pakar dan Guru …. 54 Tabel 3.4 Kisi-Kisi Kuesioner Uji Validitas untuk Siswa ……….. 56

Tabel 3.5 Instrumen Kuesioner Uji Validitas untuk Siswa ……… 57

Tabel 3.6 Pedoman Pemberian Skor ……….……. 59

Tabel 3.7 Konversi Skala Lima ……….……. 60

Tabel 4.1 Rangkuman Hasil Wawancara ……….……….……. 66

Tabel 4.2 Penjabaran Karakter Tokoh dalam Cerita ……….……. 69

Tabel 4.3 Hasil Validasi Buku Cerita Bergambar oleh Dosen Ahli …… 75

Tabel 4.4 Hasil Validasi Buku Cerita Bergambar oleh Guru Kelas III … 79 Tabel 4.5 Hasil Validasi Buku Cerita Bergambar oleh Siswa Kelas III ... 83

Tabel 4.6 Komentar Dosen Ahli dan Revisi Produk ……….. 85

Tabel 4.7 Komentar Guru Kelas III dan Revisi Produk …………...….. 87

Tabel 4.8 Komentar Siswa Kelas III dan Revisi Produk …………..….. 89

Tabel 4.9 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Siswa ……….. 91

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Penelitian yang Relevan……….…… 38

Gambar 3.1 Bagan Rancangan Penelitian ……….…… 49

Gambar 4.1 Judul Buku ………..……….…… 71

Gambar 4.2 Gambar Sketsa Tangan ……….………... 72

Gambar 4.3 Gambar Sketsa Sebelum Diwarnai ……...………... 72

Gambar 4.4 Gambar Sketsa Setelah Diwarnai ….…...………... 73

Gambar 4.5 Sebelum Revisi Dosen Ahli ….…...………... 86

Gambar 4.6 Sesudah Revisi Dosen Ahli ……… 86

Gambar 4.7 Sebelum Revisi Guru Kelas III ……… 88

Gambar 4.8 Sesudah Revisi Guru Kelas III ……… 88

Gambar 4.9 Sebelum Revisi Siswa Kelas III ……….. 89

Gambar 4.10 Sesudah Revisi Siswa Kelas III ……….. 90

Gambar 4.11 Diagram Batang Rekapitulasi Hasil Validasi ……….. 93

Gambar 4.12 Bahasa yang Digunakan dalam Buku Cerita ………... 98

Gambar 4.13 Ilustrasi Cerita ……… 99

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Wawancara dengan Guru Kelas III SD Kanisius

Wirobrajan 1 ………..…….…… 111

Lampiran 2 Data Hasil Validasi Dosen Ahli ………. 114

Lampiran 3 Data Hasil Validasi Guru Kelas III ……… 117

Lampiran 4 Data Hasil Validasi Siswa Kelas III ……….. 120

Lampiran 5 Data Kuesioner Hasil Uji Coba Produk pada Siswa Kelas III ……… 122

Lampiran 6 Rekapitulasi Data Hasil Validasi ……….. 134

Lampiran 7 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Uji Coba Siswa …………. 135

Lampiran 8 Surat Ijin Penelitian ………. 136

Lampiran 9 Surat Keterangan Melakukan Penelitian ……….. 137

Lampiran 10 Dokumentasi ………... 138

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu tolok ukur kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga memiliki peran yang sangat penting dalam menjamin kelangsungan hidup suatu negara, karena pendidikan merupakan suatu sarana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Adanya pendidikan yang memadai diharapkan dapat mengubah pola pikir seseorang. Salah satunya adalah pendidikan mengenai lingkungan hidup. Pendidikan lingkungan hidup sangatlah perlu diterapkan di dunia yang modern seperti sekarang ini. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian peserta didik akan lingkungan sekitarnya.

Lingkungan merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Lingkungan bukan saja menjadi tempat hidup manusia melainkan juga berperan dalam mendukung berbagai aktivitas yang dilakukan oleh manusia. Kondisi lingkungan sangat dipengaruhi oleh perilaku manusia. Sikap dan perilaku manusia akan menentukan baik buruknya kondisi suatu lingkungan (Hamzah, 2013: 1). Perubahan lingkungan yang terjadi pada akhir-akhir ini menjadi sebuah kejadian yang menyita perhatian. Salah satunya adalah perubahan iklim global yang telah menjadi isu hangat di dunia. Berbagai dampak negatif lingkungan yang berkaitan dengan perubahan iklim secara perlahan terus menyentuh kehidupan manusia dan tampak

(19)

semakin nyata. Seperti, musim yang tidak teratur, suhu yang cukup tinggi serta naiknya permukaan air laut. Salah satu penyebabnya adalah efek gas rumah kaca, saat ini suhu bumi telah meningkat 20 dari kondisi yang normal (Hamzah, 2013: 19). Kekeringan (kelangkaan air) melanda sebagian besar belahan bumi akibat kemarau panjang yang terjadi karena perubahan iklim global yang semakin memprihatinkan. Kondisi ini menunjukkan bahwa di alam ini telah terjadi perubahan iklim yang ekstrim dan pemanasan global yang mengubah musim akibat efek rumah kaca. Tanpa disadari kondisi tersebut telah menurunkan kualitas lingkungan.

Pendidikan lingkungan hidup tidak hanya memberikan pengetahuan tentang lingkungan tetapi juga meningkatkan kesadaran terhadap lingkungan dan kepeduliannya dengan kondisi lingkungan. Melalui pendidikan lingkungan, individu akan dapat memahami pentingnya lingkungan dan bagaimana keterkaitan lingkungan dengan masalah ekonomi, sosial, budaya, serta pembangunan (Hamzah, 2013: 35). Pendidikan lingkungan hidup diarahkan untuk mengembangkan pemahaman dan motivasi serta keterampilan yang diwarnai dengan kepedulian terhadap penggunaan dan konservasi sumber daya alam secara wajar.

Seperti yang ada pada sekolah-sekolah sekarang ini, pendidikan lingkungan hidup sudah mulai diterapkan. Bahkan di SD Kanisius Wirobrajan 1 pendidikan lingkungan hidup sedang gencar-gencarnya dilakukan. Mulai dari kebiasaan untuk membuang sampah pada tempatnya, membuat jadwal piket, bahkan setiap hari jumat diadakan gerakan membersihkan lingkungan

(20)

sekolah dengan cara mengambil atau memunguti sampah atau daun kering yang berceceran di halaman sekolah kemudian membuangnya di tempat sampah. Hal itu selalu rutin dilaksanakan pada hari Jumat. Tujuannya adalah untuk menumbuhkan rasa kepedulian siswa akan lingkungan yang bersih dan sehat di sekolah tersebut.

Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menumbuhkan kepedulian siswa terhadap lingkungan, salah satunya melalui buku. Di dalam dunia pendidikan, buku merupakan jendela dunia yang memuat berbagai informasi terkait dengan pembelajaran. Pembelajaran adalah proses yang secara kreatif menuntut siswa melakukan sejumlah kegiatan sehingga siswa benar-benar membangun pengetahuan secara mandiri dan berkembang pula kreatifitasnya (Abidin, 2012: 3). Pembelajaran dapat dikatakan sebagai kegiatan membangun pengetahuan pada diri siswa. Di sekolah, pembelajaran membaca tidak hanya berperan dalam meningkatkan kemampuan berbahasa anak, namun lebih memberikan manfaat bagi peningkatan kemampuan siswa pada mata pelajaran lainnya.

Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/ bahasa tulis (Tarigan, 2008: 7). Selain itu, membaca merupakan salah satu kegiatan untuk memperoleh informasi dan dalam kegiatan membaca diperlukan sebuah keterampilan khusus agar pembaca dengan cepat memperoleh informasi yang diinginkan. Membaca merupakan

(21)

sebuah kebiasaan sederhana, namun sulit untuk ditanamkan sebagai suatu kebiasaan.

Dalam dunia pendidikan, pembelajaran membaca bukan semata-mata dilakukan agar siswa mampu membaca, melainkan sebuah proses yang melibatkan seluruh aktivitas mental dan kemampuan berpikir siswa dalam memahami, mengkritisi, dan mereproduksi sebuah wacana tertulis (Abidin, 2012: 4). Pembelajaran membaca dapat diartikan sebagai serangkaian aktivitas yang dilakukan siswa untuk mencapai keterampilan membaca. Aktivitas yang dapat dilakukan siswa sangat beragam tergantung pada strategi membaca yang diterapkan oleh guru dalam proses pembelajaran.

Di Indonesia, minat membaca masyarakat saat ini masih sangat memprihatinkan. Hal tersebut terlihat dari hasil sensus Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006 yang menunjukkan sebesar 85,9% masyarakat Indonesia memilih menonton televisi, 40,3% mendengarkan radio, dan 23,5% membaca koran. Hasil ini diperkuat oleh data statistik UNESCO yang dilansir pada tahun 2012 indeks minat baca di Indonesia baru mencapai 0,001. Artinya, setiap 1.000 penduduk, hanya ada 1 orang yang memiliki minat baca. Data tersebut mengambarkan betapa rendanya minat baca masyarakat Indonesia, khususnya anak-anak sekolah dasar.

Hal tersebut diperkuat lagi dengan bukti nyata yang ada di SD Kanisius Wirobrajan 1 khususnya siswa-siswi kelas III B. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas III B pada hari Kamis, 29 September 2016 di SD Kanisius Wirobrajan 1, diperoleh bahwa masih ada siswa yang kesulitan

(22)

dalam membaca. Dari 40 siswa di kelas III B terdapat 2 siswa yang belum lancar membaca, 1 siswa masih membaca dengan mengeja dan 1 siswa bisa membaca namun selalu memberikan jeda yang cukup lama baru siswa tersebut akan mengutarakan atau mengucapkan kata-kata yang dibacanya. Selain itu, kurangnya konsentrasi dari siswa membuat pembelajaran membaca di kelas kurang efektif dan kurangnya minat dari masing-masing siswa untuk membaca. Di kelas III B hanya 40% dari 40 siswa atau lebih tepatnya 16 dari 40 siswa yang memiliki minat baca yang baik. Sisanya masih kurang memiliki minat baca, mereka juga belum memiliki kesadaran akan pentingnya membaca, bahkan untuk membaca saja mereka perlu untuk diingatkan.

Minat siswa dalam membaca perlu diperbaiki. Pemerintah juga ikut ambil bagian dalam hal tersebut. Salah satunya adalah upaya untuk melakukan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang diwujudkan melalui kegiatan wajib membaca 15 menit sebelum waktu pembelajaran dimulai. Selain itu, pengunaan buku cerita bergambar juga dapat menimbulkan rasa ketertarikan tersendiri bagi siswa untuk membacanya. Buku cerita bergambar (cergam) merupakan media yang unik dengan menggabungkan teks dan gambar dalam bentuk yang kreatif. Cerita bergambar juga mampu menarik perhatian semua orang dari segala usia karena mudah dipahami. Buku cerita bergambar (cergam) dirancang untuk menarik perhatian agar siswa mau untuk membacanya. Menurut Nurgiyanto (2005:152) buku bergambar merupakan salah satu strategi dalam menarik perhatian anak dan pembaca pada

(23)

umumnya. Buku bergambar menjadi daya tarik untuk semangat membaca buku. Ilustrasi yang disiratkan dalam bacaan memperjelas makna kata karena ilustrasi merupakan teks visual dengan maksud agar buku tampil menarik dan anak tertarik untuk membaca buku.

Permasalahan yang ada tersebut perlu diatasi agar minat baca siswa dapat meningkat dan kesadaran siswa akan lingkungan sekitar juga muncul maka diperlukan sebuah inovasi baru. Salah satunya dengan pengembangan buku cerita bergambar yang membuat siswa tertarik untuk membaca. Buku cerita bergambar juga sangat cocok diterapkan pada siswa kelas III karena dengan penggunaan buku cerita bergambar membuat siswa tertarik untuk membacanya. Selain itu, sisipan pendidikan lingkungan hidup juga sangat cocok untuk menumbuhkan kesadaran siswa akan pentingnya merawat dan menjaga lingkungan sekitarnya.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian agar dapat memberikan solusi yang baik untuk mengatasi permasalahan rendahnya minat baca siswa serta kurangnya kepedulian siswa terhadap lingkungan sekitarnya melalui pembelajaran membaca. Maka dari itu, peneliti melakukan penelitian dan pengembangan dengan judul “Pengembangan Buku Cerita Bergambar Berbasis Pendidikan Lingkungan Hidup untuk Pembelajaran Membaca Siswa Kelas III SD Kanisius Wirobrajan 1”.

(24)

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana proses pengembangan buku cerita bergambar berbasis pendidikan lingkungan hidup untuk pembelajaran membaca siswa kelas III B SD Kanisius Wirobrajan 1?

2. Bagaimana kualitas buku cerita bergambar berbasis pendidikan lingkungan hidup untuk pembelajaran membaca siswa kelas III B SD Kanisius Wirobrajan 1?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mendeskripsikan proses pengembangan buku cerita bergambar berbasis pendidikan lingkungan hidup untuk pembelajaran membaca siswa kelas III B SD Kanisius Wirobrajan 1.

2. Mendeskripsikan kualitas buku cerita bergambar berbasis pendidikan lingkungan hidup untuk pembelajaran membaca siswa kelas III SD Kanisius Wirobrajan 1.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Siswa

Menimbulkan rasa senang membaca pada diri siswa untuk memperoleh informasi lebih banyak lagi khususnya pada pengetahuan tentang lingkungan sekitarnya serta mampu menimbulkan rasa kesadaran dan kepedulian siswa akan lingkungan sekitarnya.

(25)

2. Bagi Guru

Memberikan alternatif baru kepada guru dengan menggunakan media pembelajaran berupa buku cerita bergambar untuk mengajarkan membaca dan pendidikan lingkungan hidup kepada siswa.

3. Bagi Sekolah

Melalui pengembangan buku cerita bergambar dapat menambah koleksi buku bacaan bagi siswa di perpustakaan sekolah.

4. Bagi Prodi PGSD

Penelitian pengembangan ini dapat menambah pustaka bagi perpustakaan Universitas Sanata Dharma mengenai pengembangan buku cerita bergambar berbasis pendidikan lingkungan hidup yang memuat tentang pembelajaran membaca dalam Bahasa Indonesia dan pendidikan lingkungan hidup.

5. Bagi Peneliti

Memberikan pengalaman sendiri dalam pengembangan suatu buku cerita bergambar yang berbasis lingkungan hidup untuk pembelajaran membaca. E. Definisi Operasional

1. Buku Cerita Bergambar adalah suatu cerita dalam bentuk teks yang disajikan dengan adanya ilustrasi gambar.

2. Pendidikan Lingkungan Hidup adalah sebuah upaya untuk mengubah perilaku dan sikap seseorang yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, kesadaran dan kepedulian tentang nilai-nilai

(26)

lingkungan serta permasalahan lingkungan sehingga dapat berperan aktif dalam upaya pelestarian lingkungan.

3. Pembelajaran Membaca adalah suatu kegiatan atau aktivitas yang dilakukan siswa untuk mengetahui dan memahami isi bacaan serta untuk memperoleh keterampilan membaca di bawah arahan dan bimbingan guru. F. Spesifikasi Produk

Produk yang dihasilkan dari penelitian dan pengembangan ini berupa buku cerita bergambar. Spesifikasi produk yang dihasilkan adalah:

1. Buku cerita berukuran A5.

2. Judul buku cerita bergambar “Tiga Sekawan Penyelamat Desa”.

3. Cover buku cerita bergambar menggunakan kertas Ivory 260 yang dilaminasi glossy.

4. Isi buku cerita bergambar menggunakan kertas Art Papper 120.

5. Jenis huruf yang digunakan dalam buku cerita bergambar menarik bagi pembaca, yaitu (a) Arial dengan ukuran 16 untuk kata pengantar, panduan penggunaan buku, pengenalan tokoh, dan refleksi; (b) International Playboy dengan ukuran 36 untuk nama penulis di halaman cover dan ukuran 16 untuk dialog antar tokoh; (c) SF Plastic Comic dengan ukuran 62 untuk judul buku serta ukuran 16 untuk untuk narasi.

6. Terdapat kata pengantar, panduan penggunaan buku, dan pengenalan tokoh di awal buku cerita bergambar.

(27)

8. Buku cerita bergambar menggunakan bahasa sederhana yang mudah dipahami.

9. Ilustrasi yang digunakan pada buku cerita bergambar memperjelas latar, rangkaian cerita, dan karakter.

10. Buku cerita bergambar dibuat dengan warna-warna yang terang dan cerah untuk menarik perhatian siswa.

11. Isi buku cerita bergambar dibuat imajinatif, menarik, serta memiliki nilai moral di dalamnya.

(28)

11 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Karakteristik Siswa SD

Yusuf (2009: 178) membagi fase anak sekolah (usia sekolah dasar) menjadi 7, yaitu:

a. Perkembangan Intelektual

Pada usia sekolah dasar (6-12 tahun) anak sudah mampu untuk mereaksi rangsangan intelektual atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif, misalnya membaca, menulis, dan menghitung. Pada usia SD daya pikir anak sudah berkembang kearah berpikir konkret dan rasional. Anak mampu mengklasifikasikan (mengelompokkan), menyusun, atau mengasosiasikan (menghubungkan atau menghitung) angka-angka atau bilangan, serta mampu untuk melakukan perhitungan (menambah, mengurangi, mengalikan, dan membagikan).

b. Perkembangan Bahasa

Usia SD merupakan masa berkembang pesatnya kemampuan mengenal dan menguasai perbendaharaan kata. Anak sudah menguasai sekitar 2.500 kata dan pada akhir usia 12 tahun, anak sudah menguasai 50.000 kata. Melalui keterampilan membaca dan berkomunikasi dengan orang lain, anak sudah gemar membaca atau mendengarkan cerita yang

(29)

bersifat kritis. Pada usia ini, tingkat berpikir anak sudah lebih maju, dia banyak menanyakan soal waktu dan sebab-akibat.

c. Perkembangan Sosial

Perkembangan sosial pada anak-anak sekolah dasar ditandai dengan adanya perluasan hubungan, di samping dengan keluarga juga dia mulai membentuk ikatan baru dengan teman sebaya (peer group) atau teman sekelas, sehingga ruang lingkup gerak hubungan sosialnya telah bertambah luas. Pada usia ini, anak mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri-sendiri (egosentris) kepada sikap yang kooperatif (bekerja sama) atau sosiosentris (mau memperhatikan kepentingan orang lain). Anak dapat berminat terhadap kegiatan-kegiatan teman sebayanya, dan bertambah kuat keinginannya untuk diterima menjadi anggota kelompok (gang), dia merasa tidak senang apabila tidak diterima dalam kelompoknya.

d. Perkembangan Emosi

Pada usia SD, anak mulai menyadari bahwa penggunaan emosi secara kasar tidaklah diterima di masyarakat. Kemampuan mengontrol emosi diperoleh anak melalui peniruan dan latihan (pembiasaan). Emosi-emosi secara umum yang dialami pada usia SD adalah marah, takut, cemburu, iri hati, kasih sayang, rasa ingin tahu, dan kegembiraan (rasa senang, nikmat, atau bahagia).

(30)

e. Perkembangan Moral

Anak mulai mengenal konsep moral (mengenal benar salah atau baik-buruk) pertama kali dari lingkungan keluarga. Pada usia SD, anak sudah dapat mengikuti pertautan atau tuntutan dari orangtua atau lingkungan sosialnya. Pada akhir usia ini, anak sudah dapat mengasosiasikan setiap bentuk perilaku dengan konsep benar-salah atau baik-buruk.

f. Perkembangan Penghayatan Keagamaan

Pada periode usia SD merupakan masa pembentukan nilai-nilai agama sebagai kelanjutan periode sebelumnya. Anak dibiasakan untuk beribadah, melakukan ibadah sosial, yakni menyangkut akhlak terhadap sesama manusia, seperti hormat kepada orangtua, guru, dan orang lain; memberikan bantuan kepada orang yang memerlukan pertolongan; menyayangi fakir miskin; memelihara kebersihan dan kesehatan; bersikap jujur dan bersifat amanah (bertanggung jawab).

g. Perkembangan Motorik

Pada anak usia SD, ditandai dengan kelebihan gerak atau aktivitas motorik yang lincah dan pada usia ini merupakan masa yang ideal untuk belajar keterampilan yang berkaitan dengan melukis, mengetik (komputer), berenang, main bola, dan atletik.

Pratisti (2008: 41) menyebutkan bahwa ada empat tahap perkembangan kognisi menurut Piaget, yaitu: (1) tahap sensorimotor (0-2 tahun), dalam tahap ini bayi mengembangkan pemahaman tentang dunia

(31)

melalui koordinasi antara pengalaman sensori dengan gerakan motorik-fisik; (2) tahap praoperasional (2-7 tahun), pada tahap ini anak mulai mampu menerangkan dunia melalui kata-kata dan gambar; (3) tahap operasional konkrit (usia 7-11 tahun), dalam tahap ini anak-anak mulai mampu berpikir logis untuk mengantikan cara berpikir sebelumnya, namun masih membutuhkan contoh-contoh yang konkret; (4) tahap operasional formal (11-15 tahun), pada tahap ini individu melewati dunia nyata dan pengalaman konkret menuju cara berpikir yang lebih abstrak dan logis, sistematis, serta mampu mengembangkan hipotesis tentang penyebab terjadinya suatu peristiwa.

Begitu pula dengan Nurgiyantoro (2005: 52) yang mengatakan bahwa anak berusia 7-11 tahun termasuk dalam tahap operasional konkret dimana anak mulai dapat memahami logika secara stabil. Karakteristik anak pada tahap ini adalah (1) anak dapat membuat klasifikasi sederhana, mengklasifikasikan objek berdasarkan sifat-sifat umum, misalnya klasifikasi warna, klasifikasi karakter tertentu; (2) anak dapat membuat urutan sesuatu secara semestinya, menurutkan abjad, angka, besar-kecil, dll; (3) anak mulai dapat mengembangkan imajinasinya ke masa lalu dan masa depan, adanya perkembangan dari pola pikir yang egosentris menjadi lebih mudah untuk mengidentifikasikan sesuatu dengan sudut pandang yang berbeda; (4) anak mulai dapat berpikir argumentatif dan memecahkan masalah sederhana, ada kecenderungan memperoleh ide-ide sebagaimana yang dilakukan oleh dewasa, namun belum dapat berpikir

(32)

tentang sesuatu yang abstrak karena jalan berpikirnya masih terbatas pada situasi yang konkret.

Berdasarkan konsep yang dikemukan di atas, dapat disimpulkan bahwa masa usia SD kelas III mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (a) dapat berpikir secara logis; (b) mengetahui konsep benar-salah atau baik-buruk; (c) daya imajinasinya berkembang; (d) dapat memecahkan masalah sederhana. Siswa kelas III menjadi objek sasaran pembaca buku cerita bergambar berbasis pendidikan lingkungan hidup yang dikembangkan. Siswa kelas III berada pada usia 7-9 tahun yang pada dasarnya seusia tersebut mereka sudah lebih lancar membaca, selain itu anak seusia itu juga mudah untuk diajarkan mengenai pemeliharan lingkungan sekitarnya. 2. Pendidikan Lingkungan Hidup

Lingkungan hidup adalah segala kondisi atau keadaan dan pengaruh lingkungan yang terdapat dalam ruang yang ditempati manusia dan mempengaruhi hal-hal yang hidup termasuk kehidupan manusia (Salim, 1979: 25). Undang-Undang RI No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menyatakan bahwa lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Lingkungan hidup dapat dikonsepkan sebagai semua kondisi, situasi, benda dan makhluk hidup yang ada di sekitar organisme, yang mempengaruhi perikehidupan,

(33)

pertumbuhan, dan sifat-sifat atau karakter makhluk hidup tersebut (Sumaatmadja, 1989: 26).

Pendidikan lingkungan hidup menurut konvensi UNESCO di Tbilisi 1997 dalam Hamzah (2013: 39) menyatakan bahwa pendidikan lingkungan adalah suatu proses yang bertujuan untuk menciptakan suatu masyarakat dunia yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan dan masalah-masalah yang terkait di dalamnya serta memiliki pengetahuan, motivasi, komitmen, dan keterampilan untuk bekerja, baik secara perseorangan maupun kolektif dalam mencari alternatif atau memberi solusi terhadap permasalahan lingkungan hidup yang ada sekarang dan untuk menghindari timbulnya masalah-masalah lingkungan hidup baru. Pendidikan lingkungan tidak hanya memberikan pengetahuan tentang lingkungan tetapi juga meningkatkan kesadaran terhadap lingkungan dan kepeduliannya dengan kondisi lingkungan. Melalui pendidikan lingkungan individu akan dapat memahami pentingnya lingkungan dan bagaimana keterkaitan lingkungan dengan masalah ekonomi, sosial, budaya, serta pembangunan (Hamzah, 2013: 35).

Begitu pula dengan Setyowati (2014: 2) mengatakan bahwa pendidikan lingkungan hidup merupakan upaya mengubah perilaku dan sikap yang dilakukan oleh berbagai pihak atau elemen masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kesadaran masyarakat tentang nilai-nilai lingkungan dan isu permasalahan lingkungan yang pada akhirnya dapat menggerakkan masyarakat untuk

(34)

berperan aktif dalam upaya pelestarian dan keselamatan lingkungan untuk kepentingan generasi sekarang dan yang akan datang. Pendidikan hidup juga diperlukan untuk mengelola sumber daya yang kita miliki dan menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap kepentingan generasi yang akan datang. Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan lingkungan hidup adalah sebuah upaya untuk mengubah perilaku dan sikap seseorang yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, kesadaran dan kepedulian tentang nilai-nilai lingkungan serta permasalahan lingkungan sehingga dapat berperan aktif dalam upaya pelestarian lingkungan.

Tujuan pendidikan lingkungan hidup menurut konferensi Tbilisi 1977 dalam Hamzah (2013: 40) adalah: (1) untuk membantu menjelaskan masalah kepedulian serta perhatian tentang saling keterkaitan antara ekonomi, sosial, politik, dan ekologi di kota maupun di wilayah pedesaan; (2) untuk memberikan kesempatan kepada setiap orang untuk mengembangkan pengetahuan nilai, sikap, komitmen, dan kemampuan yang dibutuhkan untuk melindungi dan memperbaiki lingkungan; (3) untuk menciptakan pola perilaku yang baru pada individu, kelompok, dan masyarakat sebagai suatu keseluruhan terhadap lingkungan. Sedangkan, tujuan yang ingin dicapai tersebut meliputi aspek: (a) pengetahuan, untuk membentuk peserta didik memperoleh pemahaman dasar tentang lingkungan hidup secara menyeluruh dan permasalahannya; (b) sikap, untuk membantu peserta didik memperoleh seperangkat nilai dan sikap

(35)

peduli terhadap lingkungan hidup serta motivasi untuk berpartisipasi secara aktif dalam memperbaiki dan melindungi lingkungan hidup; (c) kepedulian, untuk membantu peserta didik mengembangkan kepedulian dan sensitivitas terhadap lingkungan hidup secara keseluruhan dan masalah-masalah di dalamnya; (d) keterampilan, untuk membantu peserta didik memperoleh keterampilan mengidentifikasi, menyelidiki, dan memecahkan masalah-masalah lingkungan hidup; (e) partisipasi, untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik secara aktif memasuki semua jenjang pekerjaan pada masa datang yang berkenaan dengan masalah-masalah lingkungan hidup (Hamzah, 2013: 48-49).

Berdasarkan konsep di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan lingkungan hidup merupakan sebuah upaya untuk membentuk lingkungan yang baik dengan memberikan pemahaman dasar tentang lingkungan hidup secara menyeluruh dan mengubah perilaku atau sikap seseorang agar dapat mengembangkan kesadaran serta kepedulian terhadap lingkungan dan permasalahan yang ada di dalamnya.

3. Buku Cerita Bergambar

a. Pengertian Buku Cerita Bergambar

Cerita dalam Hasanuddin (2015: 9) merupakan sesuatu yang direka melalui imajinasi dan dapat terlepas dari realita. Cerita merupakan salah satu alat kognisi paling ampuh yang dimiliki oleh para siswa, yang tersedia untuk keterlibatan imajinatif dengan ilmu pengetahuan (Egan, 2009: 3).

(36)

Buku cerita bergambar adalah buku bacaan cerita yang menampilkan teks narasi secara verbal dan disertai gambar-gambar ilustrasi (Nurgiyantoro, 2005: 152). Buku cerita bergambar biasanya digunakan untuk bacaan anak di usia awal sampai usia yang lebih besar, bahkan tidak jarang pula untuk orang dewasa. Buku cerita bergambar adalah buku yang menyuguhkan cerita dengan menggunakan gambar (Toha, 2010: 18). Di dalam buku cerita bergambar terdapat cerita maupun gambar yang berfungsi untuk menyampaikan kisah sehingga kedua aspek itu hadir sama kuat saling mengisi dan saling menjelaskan. Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa buku cerita bergambar adalah suatu cerita dalam bentuk teks yang disajikan dengan adanya ilustrasi gambar.

b. Fungsi Buku Cerita Bergambar

Mitchell (dalam Nurgiyantoro, 2005: 159-161) menyebutkan bahwa ada beberapa hal tentang fungsi dan pentingnya buku cerita bergambar bagi anak sebagai berikut:

1) Buku cerita bergambar dapat membantu pengembangan dan perkembangan emosi anak. Anak anak merasa terfasilitasi dan terbantu untuk memahami dan menerima dirinya sendiri dan orang lain, serta mengekspresikan berbagai emosinya, seperti rasa takut dan senang, sedih dan bahagia, yang merupakan bagian dari kehidupan. Pemahaman dan penerimaan terhadap keadaan diri

(37)

sendiri dan orang lain perlu dikembangkan lewat pembelajaran, dan salah satunya adalah lewat buku cerita bergambar.

2) Buku cerita bergambar dapat membantu anak untuk belajar tentang dunia, menyadarkan anak tentang keberadaan dunia di tengah masyarakat dan alam. Lewat buku cerita bergambar, anak dapat belajar tentang kehidupan masyarakat, baik dalam perspektif sejarah masa lalu maupun masa kini, belajar tentang keadaan geografi, dan kehidupan alam, flora, dan fauna. Hal tersebut akan menyadarkan anak tentang kehidupan yang lebih luas yang menjadi lingkungan dan bagian kehidupannya yang semaunya akan menambah pengalaman hidup yang penting dalam perkembangan dirinya. 3) Buku cerita bergambar dapat membantu anak belajar tentang orang

lain, hubungan yang akan terjadi, dan pengembangan perasaan. Lewat buku cerita bergambar yang menampilkan kehidupan keluarga, para tetangga, kawan sebaya, pergaulan di sekolah, dan lain-lain yang mengisahkan relasi kehidupan antarmanusia dapat membelajarkan anak untuk bersikap dan bertingkah laku verbal dan nonverbal, yang benar sesuai dengan tuntutan kehidupan sosial-budaya masyarakat.

4) Buku cerita bergambar dapat membantu anak memperoleh kesenangan. Ini merupakan salah satu hal terpenting dalam pemberian buku bacaan jenis ini, yaitu untuk memberikan kesenangan dan kenikmatan batiniah. Hal tersebut diperoleh lewat

(38)

cerita dan gambar-gambar yang menarik, bagus, dan cenderung realistik, dan hal-hal lucu yang merangsang anak untuk tertawa senang.

5) Buku cerita bergambar dapat membantu anak untuk mengapresiasi keindahan. Baik cerita secara verbal maupun gambar-gambar ilustrasi yang mendukungnya masing-masing menawarkan keindahan. Keindahan cerita verbal dapat diperoleh antara lain lewat kemenarikan plot dan karakter tokoh, sedangkan gambar-gambar ilustrasi lewat ketepatan pelukisan objek, komposisi warna, dan berbagai aksi menarik.

6) Buku cerita bergambar dapat membantu anak untuk menstimulasi imajinasi. Buku cerita dan gambar-gambar memiliki fungsi untuk mendorong tumbuh dan berkembangnya imajinasi anak. Lewat cerita verbal imajinasi sudah terkembangkan, tetapi dengan ditambah gambar-gambar ilustrasi yang mendukung cerita akan semakin dikonkretkan dan diperkuat. Hal itu tidak saja memperkuat pemahaman terhadap cerita, tetapi juga daya imajinasi.

Berdasarkan penjelasan mengenai buku cerita bergambar dan fungsi buku cerita bergambar dapat disimpulkan bahwa buku cerita bergambar adalah suatu cerita dalam bentuk teks yang disajikan dengan adanya ilustrasi gambar yang menarik sehingga membuat anak dapat berimajinasi, serta mengandung sebuah pesan yang menggambarkan isi cerita.

(39)

c. Kriteria Buku Cerita yang Baik bagi Anak

Guru maupun orang tua perlu membimbing dan memperhatikan kebutuhan bacaan yang baik bagi anak-anaknya dengan menuntun anak agar memilih bacaan yang sesuai dengan tingkat kematangan berpikir dan kebutuhannya. Perlu diketahui bahwa buku bacaan yang baik adalah buku bacaan yang: (1) dapat memberikan nilai tambah positif pada pembacanya; (2) disampaikan dalam bahasa yang sederhana, enak dibaca dan penulisnya seakan ingin berbagai dengan pembaca, bukan menggurui; (3) gaya penulisannya tidak meledak-ledak; (4) menggunakan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku, tidak menggunakan istilah asing yang sebenarnya ada padanannya dalam bahasa Indonesia (Christantiowati, dalam Santosa, 2008: 9).

Senada dengan pendapat di atas, Anggara, Waluyanto,dan Zacky (2014) mengatakan bahwa kriteria buku cerita yang baik meliputi: (a) isi dan tema cerita memberikan pembelajaran nilai-nilai moral yang berkaitan dengan kegiatan sehari-hari; (b) buku cerita menyajikan gambar dan warna yang menarik dan tulisan yang sedikit; (c) buku cerita mampu mengembangkan imajinasi dan kreativitas anak; (d) buku cerita memberikan pesan moral yang jelas; dan (e) penyampaian cerita memancing rasa ingin tahu anak.

Begitu pula dengan Effendi, Bangsa, dan Yudani (2013) mengatakan bahwa buku cerita yang baik meliputi: (1) tampilan visual buku dirancang menggunakan tampilan full color; (2) tampilan visual

(40)

buku lebih dominan gambar dibandingkan teks; (3) jenis huruf pada buku cerita memiliki tingkat keterbacaan yang baik bagi anak-anak; (4) judul buku cerita mewakili keseluruhan isi cerita dan menarik minat anak untuk membaca lebih lanjut; dan (5) tampilan warna mampu memberikan kesan dan mudah ditangkap oleh indera penglihatan anak.

Dalam pandangan Mansoor (dalam Santosa, 2008: 9) buku yang baik memenuhi persyaratan sebagai berikut: (a) isinya mudah dipahami pembaca; (b) mengajak pembacanya masih mudah mengenal kehidupan nyata; (c) pilihan kata yang tepat; (d) untuk buku fiksi, buku dikatakan menarik bila pengarang berhasil memikat pembaca untuk terus mengikuti jalan pikirannya, puncak atau klimaks cerita harus berada di akhir cerita, sementara berbagai konflik harus terjalin di sepanjang buku; (e) pengarang menguasai teknik bercerita sehingga tulisannya tidak terkesan bertele-tele dan membosankan; (f) rancangan halamannya tertata baik, artinya pemilihan jenis huruf, jarak antar baris, tata letak halaman, luas cetak, luas margin dan sebagainya menentukan kenyamanan membaca; (g) sampul buku yang artistik dan representatif, dimana judul, gambar, dan warna memegang peranan penting.

Menurut Rothlein (dalam Santosa, 2008: 11) ada beberapa kriteria dalam memilih buku bergambar, yaitu: (a) apakah gambar mendukung teks; (b) apakah gambar jelas dan mudah dibedakan; (c) apakah ilustrasi memperjelas latar, rangkaian cerita, penjiwan dan karakter; (d) apakah anak mampu mengidentifikasi karakter dan

(41)

tindakan; (e) apakah gaya bahasa dan ketepatan bahasa cocok untuk anak-anak; (f) apakah ilustrasi menghindari klise; (g) apakah temanya mempunyai kegunaan; (h) apakah ada ketepatan konsep untuk anak-anak; (i) apakah variasi buku yang telah dipilih merefleksikan keragaman budaya; dan (j) apakah buku yang dipilih merefleksikan berbagai gaya.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kriteria buku cerita anak yang baik yaitu: (1) judul buku yang mewakili keseluruhan isi cerita dan menarik minat anak untuk membaca lebih lanjut; (2) warna sampul buku membawa pesan yang akan disampaikan; (3) isi cerita mudah dipahami oleh anak; (4) isi buku cerita memberikan pembelajaran nilai-nilai moral yang berkaitan dengan kegiatan sehari-hari; (5) buku cerita menggunakan bahasa yang sederhana sehingga mudah dibaca dan dipahami anak; (6) buku cerita mampu mengembangkan imajinasi dan kreativitas anak; (7) tampilan visual buku lebih dominan gambar dibandingkan teks; (8) gambar buku cerita jelas dan mudah dibedakan; (9) ilustrasi buku cerita memperjelas latar, rangkaian cerita, penjiwaan, dan karakter; (10) gaya dan ketepatan bahasa cocok untuk anak-anak; (11) isi buku berhasil memikat pembaca untuk terus mengikuti jalan cerita; (l2) rancangan halaman buku tertata dengan baik; (m) pemilihan jenis huruf menarik perhatian anak; (13) jenis huruf pada buku cerita memiliki tingkat keterbacaan yang baik

(42)

bagi anak, dan; (14) tata letak/ sistematika penulisan tidak terlalu sempit memudahkan anak untuk membaca.

4. Membaca

a. Pengertian Membaca

Menurut Tampubolon (2008: 5) membaca adalah salah satu dari empat kemampuan bahasa pokok dan merupakan satu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan. Komunikasi tulisan merupakan lambang-lambang bunyi bahasa yang diubah menjadi lambang-lambang tulisan atau huruf-huruf menurut alphabet latin. Menurut Tarigan (2008: 7) mendefinisikan pengertian membaca adalah sebagai suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Rahim (2007: 2) mengatakan bahwa membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya menghafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif.

Jadi, membaca merupakan suatu proses penerjemahan lambang-lambang atau simbol yang dilafalkan dalam bentuk suara untuk memperoleh sebuah pesan yang akan disampaikan. Sedangkan ketrampilan membaca dapat diartikan sebagai suatu ketrampilan siswa dalam mengenal dan memahami huruf-huruf dan lambang-lambang tulisan yang kemudian diucapkan dengan menitikberatkan pada aspek

(43)

ketepatan menyuarakan tulisan, keberanian, kelancaran, kenyaringan suara, lafal dan intonasi dalam mengucapkan tulisan.

b. Pembelajaran Membaca

Pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik, di mana antara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya (Trianto, 2009: 17). Pembelajaran membaca merupakan kemampuan yang diajarkan secara seimbang dan terpadu. Maksudnya kegiatan membaca disampaikan secara seimbang dengan keterampilan berbahasa lain dan dipadukan dengan keterampilan lainnya, yaitu mendengarkan, berbicara, dan menulis (Pandawa, 2009: 16). Pembelajaran membaca mengandung arti, karena kegiatan membaca dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan membaca dan memperoleh nilai-nilai yang baru. Wacana yang ada dalam pembelajaran membaca bisa berupa wacana sastra maupun non sastra. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran membaca adalah suatu kegiatan atau aktivitas yang dilakukan siswa untuk mengetahui dan memahami isi bacaan serta untuk memperoleh keterampilan membaca di bawah arahan dan bimbingan guru.

c. Tujuan Membaca

Menurut Tarigan (2008: 9-10) tujuan utama membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Makna (meaning) berhubungan dengan maksud tujuan

(44)

atau intensif kita dalam membaca. Berikut ini, beberapa hal yang penting dari membaca:

1) reading for details or fact

Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang telah dilakukan oleh tokoh; apa yang telah dibuat oleh tokoh; apa yang telah terjadi pada tokoh khusus atau untuk memecahkan masalah-masalah yang dibuat oleh tokoh.

2) reading for main idea

Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik dan menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa yang dipelajari atau yang dialami tokoh, merangkum hal-hal yang dilakukan oleh tokoh untuk mencapai tujuannya.

3) reading for sequence or organization

Membaca untuk menemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada setiap bagian cerita, apa yang terjadi mula-mula pertama, kedua, dan ketiga atau serterusnya, setiap tahap dibuat untuk memecahkan masalah, setiap adegan dan kejadian dibuat dramatis.

4) reading for inference

Membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh merasakan seperti cara mereka itu, apa yang hendak diperlihatkan oleh pengarang kepada para pembaca, mengapa para tokoh berubah, kualitas-kualitas yang dimiliki para tokoh yang membuat mereka berhasil atau gagal.

(45)

5) reading to classify

Membaca untuk menemukan serta mengetahui apa yang tidak biasa, tidak wajar mengenai seorang tokoh, apa yang lucu dalam cerita, atau apakah cerita itu benar atau tidak benar.

6) reading to evaluate

Membaca untuk menemukan apakah tokoh berhasil atau hidup dengan ukuran tertentu, apakah kita ingin berbuat seperti yang diperbuat oleh tokoh, atau bekerja seperti cara tokoh bekerja dalam cerita itu.

7) reading to compare or contrast

Membaca untuk menemukan bagaimana caranya tokoh berubah, bagaimana hidupnya berbeda dari kehidupan yang kita kenal, bagaimana dua cerita mempunyai persamaan, dan bagaimana tokoh menyerupai pembaca.

d. Aspek-aspek dan Keterampilan Dasar dalam Membaca

Membaca merupakan suatu keterampilan yang kompleks yang melibatkan serangkaian keterampilan yang lebih kecil lainnya. Secara garis besar aspek membaca menurut Tarigan (2008:12) dibagi menjadi dua yaitu, keterampilan yang bersifat mekanis dan keterampilan yang bersifat pemahaman.

Keterampilan yang bersifat mekanis (mechanical skills) yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih rendah (lower order). Aspek ini mencakup :

(46)

1. pengenalan bentuk huruf;

2. pengenalan unsur-unsur linguistik (fonem/ grafem, kata, klausa, pola klausa, kalimat, dll);

3. pengenalan hubungan/ korespondensi pola ejaan dan bunyi (kemampuan menyuarakan bahan tertulis atau “to bark at print”); 4. kecepatan membaca ke taraf lambat.

Keterampilan yang bersifat pemahaman (comprehension skills) yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih tinggi (higher order). Aspek ini mencakup:

1. memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, retorikal); 2. memahami signifikasi atau makna (maksud dan tujuan pengarang,

relevansi/ keadaan kebudayaan, dan reaksi pembaca); 3. evaluasi atau penilaian (isi, bentuk);

4. kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan.

Menurut Rahim (2007: 2) kegiatan membaca meliputi 3 keterampilan dasar yaitu recording, decoding, dan meaning. Recording merujuk pada kata-kata dan kalimat, kemudian mengasosiakannya dengan bunyi-bunyinya sesuai dengan sistem tulisan yang digunakan. Proses decoding merujuk pada proses penerjemahan rangkaian grafis ke dalam kata-kata. Sedangkan meaning merupakan proses memahami makna yang berlangsung dari tingkat pemahaman, pemahaman interpretatif, kreatif, dan evaluatif. Proses recording dan decoding

(47)

berlangsung pada siswa kelas awal, sedangkan meaning lebih ditekankan pada kelas tinggi.

e. Tahapan Membaca

Ada beberapa tahapan (fase) perkembangan membaca. Menurut Owens (dalam Ngalimun, 2014: 36-37) tahap perkembangan membaca dibedakan menjadi lima. Tahap pertama terjadi pada anak usia 6-7 tahun, anak akan memusatkan pada kata-kata lepas dalam kalimat sederhana atau cerita sederhana. Agar mereka dapat membaca, mereka perlu mengetahui sistem tulisan, cara mencapai kelancaran membaca, terbebas dari kesalahan membaca. Pada tahap ini, mereka harus dapat mengintegrasikan bunyi dan sistem tulisan. Pada usia selanjutnya yaitu 7-8 tahun, anak telah memperoleh pengetahuan tentang huruf, suku kata, dan kata yang diperlukan untuk membaca.

Tahap kedua, terjadi ketika berada di bangku kelas III dan IV. Mereka dapat menganalisis kata-kata yang diketahuinya menggunakan pola tulisan, dan kesimpulan yang didasarkan pada konteksnya.

Tahap ketiga, yakni pada usia anak ketika duduk di kelas V hingga kelas VIII SMP. Pada tahap ini, terlihat perkembangan yang pesat dalam membaca yaitu tekanan membaca tidak lagi pada pengenalan tulisan tetapi pada pemahaman.

Tahap keempat, sekitar akhir SMP hinggan SMA/ SMK. Mereka menggunakan keterampilan tingkat tinggi, misalnya

(48)

penyimpulan dan pengenalan pandangan penulis untuk meningkatkan pemahaman.

Tahap kelima, yaitu pada tingkat perguruan tinggi dan seterusnya. Pada tahap terakhir ini, biasanya orang dapat mengintegrasikan dan menanggapi secara kritis bahan bacaan.

f. Jenis-jenis membaca 1) Membaca Nyaring

Menurut Tarigan (2008: 23) membaca nyaring adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang merupakan alat bagi guru, murid, ataupun pembaca bersama-sama dengan orang lain atau pendengar untuk menangkap serta memahami informasi, pikiran dan perasaan seorang pengarang. Sedangkan menurut Ngalimun (2014: 63) membaca nyaring sering disebut membaca bersuara atau membaca teknik. Dengan demikian pembaca mengeluarkan suara secara nyaring pada saat membaca.

Pembelajaran membaca nyaring ini mencakup dua hal, yaitu (1) pembelajaran membaca, yang dimaksudkan adalah kegiatan tersebut untuk kepentingan siswa itu sendiri dan untuk pihak lain; (2) pembelajaran membacakan, maksudnya pembaca melakukan aktivitas tersebut lebih banyak ditujukan untuk orang lain. (Ngalimun, 2014: 63).

(49)

2) Membaca Dalam Hati

Tujuan utama membaca dalam hati (silent reading) adalah untuk memperoleh informasi (Tarigan, 2008 : 30). Membaca dalam hati dibagi menjadi dua yaitu membaca ekstensif dan membaca intensif. Membaca ekstensif merupakan proses membaca yang dilakukan secara luas, membaca bahan bacaan beraneka ragam dengan waktu yang cepat dan singkat (Ngalimun, 2014: 63). Tujuan membaca ekstensif adalah memahami isi bacaan yang penting dengan cepat sehingga membaca dapat terlaksana secara efisien (Tarigan, 2008: 32). Menurut Ngalimun (2014: 63-4) membaca ekstensif meliputi: (1) membaca survei, bertujuan untuk mengetahui gambaran umum isi dan ruang lingkup bacaan, seperti melihat judul, pengarang, daftar isi, pengantar, dll; (2) membaca sekilas (skimming), membaca yang membuat mata bergerak cepat melihat dan memperhatikan bahan tertulis untuk mencari dan mendapatkan informasi secara cepat atau membaca secara cepat dan selektif serta bertujuan; (3) membaca dangkal, membaca untuk memperoleh pemahaman yang dangkal dari bacaan yang dibaca. Membaca dangkal hanyalah untuk mencari kesenangan atau sekedar mengisi waktu luang.

Membaca Intensif adalah kegiatan membaca yang dilakukan secara seksama untuk menumbuhkan dan mengasah kemampuan membaca secara kritis (Ngalimun, 2014: 64). Membaca intesif dapat

(50)

dibagi menjadi dua, yaitu membaca telaah isi dan membaca telaah bahasa. Membaca telaah isi meliputi: (1) membaca pemahaman, membaca yang bertujuan untuk memahami bacaan secara tepat dan cepat; (2) membaca kritis, kegiatan membaca yang dilakukan dengan bijaksana, penuh tenggang rasa, mendalam, evaluatif, serta analitis, dan bukan ingin mencari kesalahan penulis; (3) membaca cepat, kegiatan membaca yang dilakukan secara cepat disertai dengan pemahaman isi bacaan (Ngalimun, 2014: 64-65). Sedangkan membaca telaah bahasa meliputi: (1) membaca bahasa, kegiatan membaca untuk memperbesar daya kata dan mengembangkan kosa kata (Tarigan, 2008: 123); (2) membaca sastra, membaca suatu keserasian, keharmonisan antara keindahan bentuk dan keindahan isi suatu karya sastra (Tarigan, 2008: 141).

Berdasarkan penjelasan mengenai tujuan membaca, aspek-aspek dan keterampilan dasar dalam membaca, tahapan membaca, serta jenis-jenis membaca dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh informasi yang hendak disampaikan oleh penulis melalui keterampilan yang dimiliki sesuai dengan tahap perkembangannya dengan baik.

(51)

5. Gerakan Literasi Sekolah (GLS)

Menurut Wiedarti (2016: 7) gerakan literasi sekolah merupakan suatu usaha atau kegiatan yang bersifat partisipatif dengan melibatkan warga sekolah (peserta didik, guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan, pengawas sekolah, komite sekolah, orang tua/ wali murid peserta didik), akademisi, penerbit, media massa, masyarakat (tokoh masyarakat yang dapat merepresentasikan keteladanan, dunia usaha, dll). Upaya yang ditempuh untuk mewujudkannya berupa pembiasaan membaca peserta didik. Pembiasaan ini dilakukan dengan kegiatan 15 menit membaca (guru membacakan buku dan warga sekolah membaca dalam hati, yang disesuaikan dengan konteks atau target sekolah). Gerakan Literasi Sekolah juga dapat diartikan sebagai sebuah upaya yang dilakukan secara menyeluruh untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang warganya literat sepanjang hayat melalui pelibatan publik (Faizah, 2016: 2). Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Gerakan Literasi Sekolah merupakan usaha atau kegiatan yang bersifat pastisipatif dengan melibatkan warga sekolah untuk membiasakan peserta didik membaca. Pembiasaan tersebut dilakukan dengan kegiatan membaca selama 15 menit.

Adanya Gerakan Literasi Sekolah memiliki tujuan, baik tujuan umum maupun tujuan khusus. Tujuan umum dari GLS adalah untuk menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan ekosistem literasi sekolah yang diwujudkan dalam gerakan literasi sekolah

(52)

agar mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat. Sedangkan tujuan khusus dari GLS ada empat, yaitu (1) menumbuhkembangkan budaya literasi di sekolah; (2) meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan sekolah agar literat; (3) menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan dan ramah anak agar warga sekolah mampu mengelola pengetahuan; (4) menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan menghadirkan beragam buku bacaan dan mewadahi berbagai strategi membaca (Faizah, 2016: 2).

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Gerakan Literasi Sekolah (GLS) merupakan salah satu program pemerintah yang mengajak siswa untuk melakukan kegiatan membaca selama 15 menit sebelum pembelajaran dengan tujuan agar mereka menjadi warga yang literat.

B. Penelitian yang Relevan

Berdasarkan beberapa penelitian yang dilakukan oleh peneliti terlebih dahulu mengenai pengembangan pembelajaran, peneliti mengambil beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian pengembangan ini. Penelitian tersebuat adalah sebagai berikut:

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Riyani (2015) yang berjudul “Pengembangan Media Buku Bergambar Tema”Tanah Airku” untuk Menstimulasi Aspek Bahasa Anak Taman Kanak-Kanak Kelompok B”. Penelitian ini termasuk penelitian pengembangan (research & development) dengan mengacu pada model yang dikembangkan oleh Borg and Gall.

(53)

Pengembangan produk ini dilakukan melalui beberapa tahap yaitu (1) penelitian pendahuluan dan pengumpulan informasi, (2) perencanaan, (3) pengembangan produk awal, (4) uji coba lapangan awal (5) revisi produk utama (6) uji coba lapangan utama (7) revisi produk operasional (8) uji coba lapangan operasional (9) revisi produk akhir (10) produk akhir. Produk yang dihasilkan layak digunakan untuk pembelajaran tema tanah airku berdasarkan validasi dari ahli media (layak dengan persentase 80,43%) dan ahli materi (layak dengan persentase 89,58%), uji coba lapangan awal (layak dengan persentase 81,53%), uji coba lapangan utama (layak dengan persentase 85,49%) dan uji coba lapangan operasional (layak dengan persentase 89,29%).

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti (2013) yang berjudul “Perancangan Buku Cerita Bergambar Legenda Gunung Arjuna Untuk Anak Sekolah Dasar”. Model yang digunakan dalam perancangan buku cerita bergambar berjudul “Legenda Gunung Arjuna” untuk anak-anak Sekolah Dasar ini adalah model perancangan prosedural dimana menggunakan langkah-langkah yang sistematis, terstruktur, berurutan dan logis untuk menghasilkan produk. Hasil perancangan yang dihasilkan berupa buku cerita bergambar Legenda Gunung Arjuna yang ditampilkan berupa gambar ilustrasi berwarna-warni serta narasi yang menceritakan Legenda Gunung Arjuna tersebut.

Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Agustiningsih (2015) dengan judul “Pengembangan Desain E-Komik Tematik Berbasis Pada Pendidikan

(54)

Lingkungan Hidup dengan Aplikasi Macromedia-Flash untuk Kelas Permulaan Sekolah Dasar”. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan dan mendeskripsikan hasil pengembangan yang berupa desain e-komik tematik berbasis pada pendidikan lingkungan hidup dengan aplikasi macromedia-flash untuk kelas permulaan sekolah dasar. Penelitian ini termasuk penelitian pengembangan. Rancangan penelitian yang digunakan pada saat pengembangan penerapan perangkat pembelajaran adalah mengacu pada tahapan pengembangan four-D models yang meliputi empat tahapan yaitu define, design, develope dan diseminate. Hasil pengembangan perangkat pembelajaran menunjukkan bahwa kualitas desain e-komik tematik berbasis pada pendidikan lingkungan hidup dengan aplikasi macromedia-flash untuk kelas permulaan sekolah dasar yang dikembangkan adalah baik dan telah memenuhi kelayakan sebagai perangkat pembelajaran di kelas permulaan sekolah dasar serta efektif menunjang pembelajaran.

Berdasarkan ketiga penelitian tersebut, pengembangan buku cerita bergambar berbasis pendidikan lingkungan hidup masih relevan untuk diteliti karena pada pengembangan yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya belum memuat mengenai pendidikan lingkungan hidup. Pada penelitian ini, pengembangan buku cerita bergambar difokuskan pada pendidikan lingkungan hidup serta pembelajaran membaca, khususnya bagi siswa kelas III. Peneliti berharap bahwa buku cerita bergambar yang dikembangkan dapat membantu anak untuk memahami pentingnya menjaga lingkungan sekitar dan menimbulkan kesadaran serta kepedulian terhadap lingkungan sekitar. Selain

Gambar

Gambar 2.1 Bagan Penelitian yang Relevan
Gambar 3.1 Bagan Rancangan Penelitian  TAHAP II
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Wawancara
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Kuesioner Uji Validasi untuk Pakar dan Guru
+7

Referensi

Dokumen terkait

lujut teniln8 el6m kcksingrn tqhldlD krhild padi t ms nemn tokal SumeteE Bo6t Dcnge dikebhuinya iolemsi kckdingan l.6ebul dih@pkon peneljti sela4jsfiryl

Skripsi dengan judul “ Metode Pemahaman Hadis Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) ” yang ditulis oleh Alfi Nuril Hidayah ini telah dipertahankan di depan Dewan

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka dalam Tugas Akhir ini dilakukan penelitian pendahuluan dengan mengukur kualitas website dari sisi kepuasan pengguna akhir dan

Form Menu utama pada Aplikasi Pengolahan data statistika dengan metode korelasi Pearson Product Moment terdiri dari proses isi tabel yang akan menghasilkan

Oleh karena begitu kompleksnya fungsi seni pertunjukkan dalam kehidupan masyarakat serta antara masyarakat yang satu menempatkan salah satu bentuk seni

Fenomena dan data yang telah dipaparkan menunjukkan bahwa adanya permasalahan yang dihadapi oleh Disperindagkopnaker Kota Sawahlunto untuk melaksanakan pengawasan K3 pada

244.000.000,- (dua ratus empat puluh empat juta rupiah) dengan agunan Sertifikat tersebut sejak bulan April 2014 dan menunggak pembayaran sebanyak 5 (lima) bulan

1) Proses, yakni dalam suatu organisasi adalah suatu sistem terbuka yang dinamis yang menciptkan dan saling menukar pesan diantara anggotanya, yang terjadi terus-menerus