• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

2. Pendidikan Lingkungan Hidup

lingkungan serta permasalahan lingkungan sehingga dapat berperan aktif dalam upaya pelestarian lingkungan.

3. Pembelajaran Membaca adalah suatu kegiatan atau aktivitas yang dilakukan siswa untuk mengetahui dan memahami isi bacaan serta untuk memperoleh keterampilan membaca di bawah arahan dan bimbingan guru. F. Spesifikasi Produk

Produk yang dihasilkan dari penelitian dan pengembangan ini berupa buku cerita bergambar. Spesifikasi produk yang dihasilkan adalah:

1. Buku cerita berukuran A5.

2. Judul buku cerita bergambar “Tiga Sekawan Penyelamat Desa”.

3. Cover buku cerita bergambar menggunakan kertas Ivory 260 yang dilaminasi glossy.

4. Isi buku cerita bergambar menggunakan kertas Art Papper 120.

5. Jenis huruf yang digunakan dalam buku cerita bergambar menarik bagi pembaca, yaitu (a) Arial dengan ukuran 16 untuk kata pengantar, panduan penggunaan buku, pengenalan tokoh, dan refleksi; (b) International Playboy dengan ukuran 36 untuk nama penulis di halaman cover dan ukuran 16 untuk dialog antar tokoh; (c) SF Plastic Comic dengan ukuran 62 untuk judul buku serta ukuran 16 untuk untuk narasi.

6. Terdapat kata pengantar, panduan penggunaan buku, dan pengenalan tokoh di awal buku cerita bergambar.

8. Buku cerita bergambar menggunakan bahasa sederhana yang mudah dipahami.

9. Ilustrasi yang digunakan pada buku cerita bergambar memperjelas latar, rangkaian cerita, dan karakter.

10. Buku cerita bergambar dibuat dengan warna-warna yang terang dan cerah untuk menarik perhatian siswa.

11. Isi buku cerita bergambar dibuat imajinatif, menarik, serta memiliki nilai moral di dalamnya.

11 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Karakteristik Siswa SD

Yusuf (2009: 178) membagi fase anak sekolah (usia sekolah dasar) menjadi 7, yaitu:

a. Perkembangan Intelektual

Pada usia sekolah dasar (6-12 tahun) anak sudah mampu untuk mereaksi rangsangan intelektual atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif, misalnya membaca, menulis, dan menghitung. Pada usia SD daya pikir anak sudah berkembang kearah berpikir konkret dan rasional. Anak mampu mengklasifikasikan (mengelompokkan), menyusun, atau mengasosiasikan (menghubungkan atau menghitung) angka-angka atau bilangan, serta mampu untuk melakukan perhitungan (menambah, mengurangi, mengalikan, dan membagikan).

b. Perkembangan Bahasa

Usia SD merupakan masa berkembang pesatnya kemampuan mengenal dan menguasai perbendaharaan kata. Anak sudah menguasai sekitar 2.500 kata dan pada akhir usia 12 tahun, anak sudah menguasai 50.000 kata. Melalui keterampilan membaca dan berkomunikasi dengan orang lain, anak sudah gemar membaca atau mendengarkan cerita yang

bersifat kritis. Pada usia ini, tingkat berpikir anak sudah lebih maju, dia banyak menanyakan soal waktu dan sebab-akibat.

c. Perkembangan Sosial

Perkembangan sosial pada anak-anak sekolah dasar ditandai dengan adanya perluasan hubungan, di samping dengan keluarga juga dia mulai membentuk ikatan baru dengan teman sebaya (peer group) atau teman sekelas, sehingga ruang lingkup gerak hubungan sosialnya telah bertambah luas. Pada usia ini, anak mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri-sendiri (egosentris) kepada sikap yang kooperatif (bekerja sama) atau sosiosentris (mau memperhatikan kepentingan orang lain). Anak dapat berminat terhadap kegiatan-kegiatan teman sebayanya, dan bertambah kuat keinginannya untuk diterima menjadi anggota kelompok (gang), dia merasa tidak senang apabila tidak diterima dalam kelompoknya.

d. Perkembangan Emosi

Pada usia SD, anak mulai menyadari bahwa penggunaan emosi secara kasar tidaklah diterima di masyarakat. Kemampuan mengontrol emosi diperoleh anak melalui peniruan dan latihan (pembiasaan). Emosi-emosi secara umum yang dialami pada usia SD adalah marah, takut, cemburu, iri hati, kasih sayang, rasa ingin tahu, dan kegembiraan (rasa senang, nikmat, atau bahagia).

e. Perkembangan Moral

Anak mulai mengenal konsep moral (mengenal benar salah atau baik-buruk) pertama kali dari lingkungan keluarga. Pada usia SD, anak sudah dapat mengikuti pertautan atau tuntutan dari orangtua atau lingkungan sosialnya. Pada akhir usia ini, anak sudah dapat mengasosiasikan setiap bentuk perilaku dengan konsep benar-salah atau baik-buruk.

f. Perkembangan Penghayatan Keagamaan

Pada periode usia SD merupakan masa pembentukan nilai-nilai agama sebagai kelanjutan periode sebelumnya. Anak dibiasakan untuk beribadah, melakukan ibadah sosial, yakni menyangkut akhlak terhadap sesama manusia, seperti hormat kepada orangtua, guru, dan orang lain; memberikan bantuan kepada orang yang memerlukan pertolongan; menyayangi fakir miskin; memelihara kebersihan dan kesehatan; bersikap jujur dan bersifat amanah (bertanggung jawab).

g. Perkembangan Motorik

Pada anak usia SD, ditandai dengan kelebihan gerak atau aktivitas motorik yang lincah dan pada usia ini merupakan masa yang ideal untuk belajar keterampilan yang berkaitan dengan melukis, mengetik (komputer), berenang, main bola, dan atletik.

Pratisti (2008: 41) menyebutkan bahwa ada empat tahap perkembangan kognisi menurut Piaget, yaitu: (1) tahap sensorimotor (0-2 tahun), dalam tahap ini bayi mengembangkan pemahaman tentang dunia

melalui koordinasi antara pengalaman sensori dengan gerakan motorik-fisik; (2) tahap praoperasional (2-7 tahun), pada tahap ini anak mulai mampu menerangkan dunia melalui kata-kata dan gambar; (3) tahap operasional konkrit (usia 7-11 tahun), dalam tahap ini anak-anak mulai mampu berpikir logis untuk mengantikan cara berpikir sebelumnya, namun masih membutuhkan contoh-contoh yang konkret; (4) tahap operasional formal (11-15 tahun), pada tahap ini individu melewati dunia nyata dan pengalaman konkret menuju cara berpikir yang lebih abstrak dan logis, sistematis, serta mampu mengembangkan hipotesis tentang penyebab terjadinya suatu peristiwa.

Begitu pula dengan Nurgiyantoro (2005: 52) yang mengatakan bahwa anak berusia 7-11 tahun termasuk dalam tahap operasional konkret dimana anak mulai dapat memahami logika secara stabil. Karakteristik anak pada tahap ini adalah (1) anak dapat membuat klasifikasi sederhana, mengklasifikasikan objek berdasarkan sifat-sifat umum, misalnya klasifikasi warna, klasifikasi karakter tertentu; (2) anak dapat membuat urutan sesuatu secara semestinya, menurutkan abjad, angka, besar-kecil, dll; (3) anak mulai dapat mengembangkan imajinasinya ke masa lalu dan masa depan, adanya perkembangan dari pola pikir yang egosentris menjadi lebih mudah untuk mengidentifikasikan sesuatu dengan sudut pandang yang berbeda; (4) anak mulai dapat berpikir argumentatif dan memecahkan masalah sederhana, ada kecenderungan memperoleh ide-ide sebagaimana yang dilakukan oleh dewasa, namun belum dapat berpikir

tentang sesuatu yang abstrak karena jalan berpikirnya masih terbatas pada situasi yang konkret.

Berdasarkan konsep yang dikemukan di atas, dapat disimpulkan bahwa masa usia SD kelas III mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (a) dapat berpikir secara logis; (b) mengetahui konsep benar-salah atau baik-buruk; (c) daya imajinasinya berkembang; (d) dapat memecahkan masalah sederhana. Siswa kelas III menjadi objek sasaran pembaca buku cerita bergambar berbasis pendidikan lingkungan hidup yang dikembangkan. Siswa kelas III berada pada usia 7-9 tahun yang pada dasarnya seusia tersebut mereka sudah lebih lancar membaca, selain itu anak seusia itu juga mudah untuk diajarkan mengenai pemeliharan lingkungan sekitarnya. 2. Pendidikan Lingkungan Hidup

Lingkungan hidup adalah segala kondisi atau keadaan dan pengaruh lingkungan yang terdapat dalam ruang yang ditempati manusia dan mempengaruhi hal-hal yang hidup termasuk kehidupan manusia (Salim, 1979: 25). Undang-Undang RI No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menyatakan bahwa lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Lingkungan hidup dapat dikonsepkan sebagai semua kondisi, situasi, benda dan makhluk hidup yang ada di sekitar organisme, yang mempengaruhi perikehidupan,

pertumbuhan, dan sifat-sifat atau karakter makhluk hidup tersebut (Sumaatmadja, 1989: 26).

Pendidikan lingkungan hidup menurut konvensi UNESCO di Tbilisi 1997 dalam Hamzah (2013: 39) menyatakan bahwa pendidikan lingkungan adalah suatu proses yang bertujuan untuk menciptakan suatu masyarakat dunia yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan dan masalah-masalah yang terkait di dalamnya serta memiliki pengetahuan, motivasi, komitmen, dan keterampilan untuk bekerja, baik secara perseorangan maupun kolektif dalam mencari alternatif atau memberi solusi terhadap permasalahan lingkungan hidup yang ada sekarang dan untuk menghindari timbulnya masalah-masalah lingkungan hidup baru. Pendidikan lingkungan tidak hanya memberikan pengetahuan tentang lingkungan tetapi juga meningkatkan kesadaran terhadap lingkungan dan kepeduliannya dengan kondisi lingkungan. Melalui pendidikan lingkungan individu akan dapat memahami pentingnya lingkungan dan bagaimana keterkaitan lingkungan dengan masalah ekonomi, sosial, budaya, serta pembangunan (Hamzah, 2013: 35).

Begitu pula dengan Setyowati (2014: 2) mengatakan bahwa pendidikan lingkungan hidup merupakan upaya mengubah perilaku dan sikap yang dilakukan oleh berbagai pihak atau elemen masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kesadaran masyarakat tentang nilai-nilai lingkungan dan isu permasalahan lingkungan yang pada akhirnya dapat menggerakkan masyarakat untuk

berperan aktif dalam upaya pelestarian dan keselamatan lingkungan untuk kepentingan generasi sekarang dan yang akan datang. Pendidikan hidup juga diperlukan untuk mengelola sumber daya yang kita miliki dan menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap kepentingan generasi yang akan datang. Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan lingkungan hidup adalah sebuah upaya untuk mengubah perilaku dan sikap seseorang yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, kesadaran dan kepedulian tentang nilai-nilai lingkungan serta permasalahan lingkungan sehingga dapat berperan aktif dalam upaya pelestarian lingkungan.

Tujuan pendidikan lingkungan hidup menurut konferensi Tbilisi 1977 dalam Hamzah (2013: 40) adalah: (1) untuk membantu menjelaskan masalah kepedulian serta perhatian tentang saling keterkaitan antara ekonomi, sosial, politik, dan ekologi di kota maupun di wilayah pedesaan; (2) untuk memberikan kesempatan kepada setiap orang untuk mengembangkan pengetahuan nilai, sikap, komitmen, dan kemampuan yang dibutuhkan untuk melindungi dan memperbaiki lingkungan; (3) untuk menciptakan pola perilaku yang baru pada individu, kelompok, dan masyarakat sebagai suatu keseluruhan terhadap lingkungan. Sedangkan, tujuan yang ingin dicapai tersebut meliputi aspek: (a) pengetahuan, untuk membentuk peserta didik memperoleh pemahaman dasar tentang lingkungan hidup secara menyeluruh dan permasalahannya; (b) sikap, untuk membantu peserta didik memperoleh seperangkat nilai dan sikap

peduli terhadap lingkungan hidup serta motivasi untuk berpartisipasi secara aktif dalam memperbaiki dan melindungi lingkungan hidup; (c) kepedulian, untuk membantu peserta didik mengembangkan kepedulian dan sensitivitas terhadap lingkungan hidup secara keseluruhan dan masalah-masalah di dalamnya; (d) keterampilan, untuk membantu peserta didik memperoleh keterampilan mengidentifikasi, menyelidiki, dan memecahkan masalah-masalah lingkungan hidup; (e) partisipasi, untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik secara aktif memasuki semua jenjang pekerjaan pada masa datang yang berkenaan dengan masalah-masalah lingkungan hidup (Hamzah, 2013: 48-49).

Berdasarkan konsep di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan lingkungan hidup merupakan sebuah upaya untuk membentuk lingkungan yang baik dengan memberikan pemahaman dasar tentang lingkungan hidup secara menyeluruh dan mengubah perilaku atau sikap seseorang agar dapat mengembangkan kesadaran serta kepedulian terhadap lingkungan dan permasalahan yang ada di dalamnya.

Dokumen terkait