• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BUKU CERITA BERGAMBAR BERBASIS MULTIKULTURALISME TENTANG BATIK DI JAWA TENGAH UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BUKU CERITA BERGAMBAR BERBASIS MULTIKULTURALISME TENTANG BATIK DI JAWA TENGAH UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR SKRIPSI"

Copied!
163
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BUKU CERITA BERGAMBAR BERBASIS MULTIKULTURALISME TENTANG BATIK DI JAWA

TENGAH UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Dean Subekti NIM: 161134101

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2020

(2)

i

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BUKU CERITA BERGAMBAR BERBASIS MULTIKULTURALISME TENTANG BATIK DI JAWA

TENGAH UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Dean Subekti NIM: 161134101

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2020

(3)

iv

PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan untuk TUHAN YANG MAHA ESA

“Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku ke jalan yang benar oleh karena nama- Nya. Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, kau tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.”

(Mazmur 23 : 3-4)

Bapak dan Ibuku tercinta

Bapak Antonius Tugi dan Ibu Bernadheta Sumartini yang selalu mendukung, mendoakan, dan mempercayaiku.

Kakakku tercinta Fransiska Dhean Mei Lani yang selalu memberi keceriaan dan semangat

Simbah Topawiro tercinta

yang selalu memberi semangat untuk belajar Keluarga besar Mentoikromo

Mbokde Tempe, Mbokde Duwur, Mbokde Ndek, Pakde Tokol, Pakde Sir, Mbak Ning, Mbak Eli, Mas Sampurna, Mas Samsul.

Keluarga Besar Padepokan Tari Giyan Lakshita

Bapak Agus Santoso, Ibu Waryanti, Mbak Agiyan, Mas Bondan Sahabat UKM Grisadha

Sahabat kelas C PGSD USD angkatan 2016 yang selalu memberikan semangat untuk belajar bersama

terima kasih atas semangat, perhatian, bantuan, dan kasih sayang yang kalian berikan.

Almamaterku: Universitas Sanata Dharma

(4)

v MOTTO

“Hiduplah kamu seperti akan mati besok dan Berbahagialah seperti kamu akan hidup selamanya”

B.J. Habibie

Bahagia itu Sederhana

Kembangkan Kreativitas Lestarikan Budaya Bangsa

(5)

viii ABSTRAK

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BUKU CERITA BERGAMBAR BERBASIS MULTIKULTURALISME TENTANG BATIK DI JAWA

TENGAH UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR Dean Subekti

Universitas Sanata Dharma 2020

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya kebutuhan guru akan ketersediaan bahan ajar cerita bergambar berbasis multikulturalisme. Penelitian ini bertujuan: (1) untuk mendeskripsikan prosedur pengembangan bahan ajar buku cerita bergambar berbasis multikulturalisme tentang batik di Jawa Tengah untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar, (2) untuk mendeskripsikan kualitas produk bahan ajar buku cerita bergambar berbasis multikulturalisme tentang batik di Jawa Tengah untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.

Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan. Penelitian ini menggunakan 7 langkah dari 10 langkah prosedur pengembangan menurut Borg and Gall, yaitu: (1) potensi masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi produk, (5) perbaikan desain, (6) uji coba produk, (7) perbaikan desain.

Validasi produk dilakukan oleh ahli dan guru kelas untuk mengetahui kualitas produk. Uji coba produk dilakukan pada 7 siswa kelas IV SD N Sawangan 01 pada bulan Juni 2020. Instrumen yang digunakan adalah pedoman wawancara dan kuesioner. Wawancara digunakan untuk mengetahui kebutuhan guru akan bahan ajar buku cerita bergambar, sedangkan kuesioner digunakan untuk validasi kualitas bahan ajar buku cerita bergambar oleh ahli, guru kelas IV SD dan 7 siswa kelas IV Sekolah Dasar.

Hasil penelitian menunjukan: 1) prosedur pengembangan penelitian ini menggunakan 7 dari 10 langkah menurut Borg and Gall, yaitu sebagai berikut: (1) potensi masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi produk, (5) perbaikan desain, (6) uji coba produk, (7) perbaikan desain, 2) Hasil validasi produk dari ahli menghasilkan skor 4,59 (sangat baik), hasil validasi dari guru kelas IV mendapat skor 4,88 (sangat baik), dan Uji coba produk pada 7 siswa kelas IV SD adalah 4,31. Rata- rata keseluruhan adalah 4,52 (sangat baik). Penilaian buku cerita bergambar ini ditinjau dari tiga aspek, yaitu (1) sampul buku, (2) isi buku cerita, dan (3) anatomi buku.

Kata Kunci: penelitian dan pengembangan, bahan ajar, buku cerita bergambar, multikulturalisme, batik di Jawa Tengah

(6)

ix ABSTRACT

THE DEVELOPMENT OF MULTICULTURALM BASED PICTURE BOOK TEACHING MATERIAL ABOUT BATIK IN CENTRAL JAWA FOR

THE FOURTH GRADE STUDENT Dean Subekti

Sanata Dharma University 2020

This research is motivated by the teacher's need for the availability of multiculturalism-based pictorial story teaching materials. This study aims: (1) to describe the procedures for developing multiculturalism-based picture book teaching materials about batik in Central Java for fourth grade students in elementary schools, (2) to describe the quality of multiculturalism-based illustrated story book teaching materials for batik in Central Java. Grade IV students of Primary School.

This type of research is research and development. This study uses 7 steps from 10 steps of development procedures according to Borg and Gall, namely: (1) potential problems, (2) data collection, (3) product design, (4) product validation, (5) design improvement, (6) product trials, (7) design improvements. Product validation is done by experts and class teachers to find out the quality of the product. The product trial was conducted on 7 grade IV students of SD N Sawangan 01 in June 2020. The instruments used were interview and questionnaire guidelines.

Interviews were used to determine the teacher's need for picture story book teaching materials, while the questionnaire was used to validate the quality of picture story book teaching materials by experts, grade IV elementary school teachers and 7 grade IV elementary school students.

The results showed: 1) the procedure of developing this study used 7 out of 10 steps according to Borg and Gall, namely as follows: (1) potential problems, (2) data collection, (3) product design, (4) product validation, (5) ) design improvements, (6) product trials, (7) design improvements, 2) Product validation results from experts produce a score of 4.59 (very good), the results of the validation of the fourth grade teacher get a score of 4,88 (very good), and Product trials on 7 grade IV elementary school students is 4,31. The overall average is 4,52 (very good). The evaluation of the picture book is reviewed from three aspects, namely (1) the cover of the book, (2) the contents of the story book, and (3) the anatomy of the book.

Keywords: research and development, picture story books, multiculturalism, batik in Central Java

(7)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Definisi Operasional ... 8

F. Spesifikasi Produk yang dihasilkan ... 9

(8)

xiv

BAB 2 LANDASAN TEORI ... 11

A. Kajian Pustaka ... 11

1. Bahan Ajar ... 11

a. Pengertian Bahan Ajar ... 11

b. Tujuan Bahan Ajar ... 12

c. Fungsi Bahan Ajar ... 13

d. Karakteristik Bahan Ajar ... 15

2. Cerita Bergambar ... 16

a. Pengertian Cerita Bergambar ... 16

b. Fungsi Cerita Bergambar ... 17

c. Karakteristik Buku Cerita Bergambar ... 19

d. Jenis Buku Cerita Bergambar ... 21

3. Multikulturalisme ... 22

a. Pengertian Multikulturalisme ... 22

b. Pengertian Pendidikan Multikultural ... 22

c. Karakteristik Pendidikan Multikultural ... 24

4. Batik ... 27

a. Pengertian Batik ... 27

b. Jenis Batik ... 28

5. Karakteristik Siswa Kelas IV SD ... 29

6. Subtema 1 Keberagaman Budaya Bangsaku ... 31

(9)

xv

B. Penelitian yang Relevan ... 33

C. Kerangka Berpikir ... 37

D. Pertanyaan Penelitian ... 39

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 42

A. Jenis Penelitian ... 42

B. Setting Penelitian ... 46

1. Waktu Penelitian ... 46

2. Tempat Penelitian ... 46

3. Subjek Penelitian ... 46

4. Objek Penelitian ... 46

C. Prosedur Pengembangan ... 47

D. Teknik Pengumpulan Data ... 49

1. Observasi ... 50

2. Wawancara ... 50

3. Kuesioner ... 51

E. Instrumen Penelitian ... 51

1. Pedoman Observasi ... 52

2. Pedoman Wawancara ... 53

3. Pedoman Kuesioner ... 54

F. Jadwal Penelitian ... 59

G. Teknik Analisis Data ... 59

(10)

xvi

1. Data Kualitatif ... 60

2. Data Kuantitatif ... 60

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 66

A. Hasil Penelitian ... 66

1. Proses Pengembangan Buku Cerita Bergambar ... 66

a. Potensi dan Masalah ... 66

b. Pengumpulan Data ... 69

c. Desain Produk ... 72

d. Validasi Desain ... 79

e. Perbaikan Desain ... 85

f. Uji Coba Produk ... 88

g. Revisi Produk ... 89

2. Kualitas Buku Cerita Bergambar yang Dikembangkan ... 90

B. Pembahasan ... 92

BAB 5 PENUTUP ... 99

A. Kesimpulan ... 99

B. Keterbatasan Penelitian ... 100

C. Saran ... 101

DAFTAR PUSTAKA ... 102

LAMPIRAN ... 105

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 151

(11)

xvii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Kisi-kisi Observasi ... 52

Tabel 3.2 Pedoman Observasi ... 52

Tabel 3.3 Kisi-kisi Wawancara Guru Kelas IV ... 53

Tabel 3.4 Pedoman Wawancara Analisis Kebutuhan ... 54

Tabel 3.5 Kisi-kisi Kuesioner Uji Validasi Produk untuk Ahli dan Guru ... 55

Tabel 3.6 Instrumen Validasi Produk untuk Ahli dan Guru ... 55

Tabel 3.7 Kisi-kisi Kuesioner Uji Validasi Produk untuk Siswa ... 57

Tabel 3.8 Instrumen Validasi Produk untuk Siswa ... 57

Tabel 3.10 Konversi Nilai Skala Lima ... 61

Tabel 3.11 Konversi Kategori Skor ... 64

Tabel 4.1 Hasil Observasi Analisis Kebutuhan... 67

Tabel 4.2 Hasil Wawancara dengan Guru Kelas IV ... 70

Tabel 4.3 Penjelasan Tokoh dalam Buku Cerita ... 73

Tabel 4.4 Validasi Ahli ... 79

Tabel 4.5 Validasi Guru Kelas IV ... 82

Tabel 4.6 Revisi dari Ahli ... 86

Tabel 4.7 Produk Sebelum dan Sesudah Revisi sesuai Saran ... 86

Tabel 4.8 Revisi dari Guru Kelas IV ... 87

Tabel 4.9 Produk Sebelum dan Sesudah Revisi sesuai Saran ... 87

Tabel 4.10 Rangkuman Hasil Uji Coba Produk ... 89

Tabel 4.11 Hasil Rekap Validator ... 90

(12)

xviii

Tabel 4.12 Rekapitulasi Nilai Uji Coba Produk ... 90 Tabel 4.13 Komentar yang Diberikan Siswa sebagai Validator Uji Coba ... 91 Tabel 4.14 Kualitas Buku Cerita Bergambar ... 91

(13)

xix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Bagan 2.1 Penelitian yang Relevan ... 36

Bagan 3.1 Langkah-langkah Penelitian R&D Borg and Gall ... 43

Bagan 3.2 Pengembangan Digunakan Peneliti ... 47

Gambar 4.1 Gambar Judul Buku Cerita ... 76

Gambar 4.2 Desain Gambar menggunakan CorelDraw X6 ... 77

Gambar 4.3 Font yang Digunakan pada Isi Buku Cerita ... 78

Gambar 4.4 Font yang Digunakan pada Sampul Buku Cerita ... 78

(14)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Hasil Wawancara dengan Guru Kelas ... 106

Lampiran 2 Hasil Observasi dari Analisis Kebutuhan ... 109

Lampiran 3 Surat Permohonan Validasi Penelitian ... 111

Lampiran 4 Surat Ijin Penelitian SD N Sawangan 01 ... 113

Lampiran 5 Data Hasil Validasi Ahli ... 114

Lampiran 6 Data Hasil Validasi Guru Kelas ... 122

Lampiran 7 Data Hasil Uji Coba Produk dari Tujuh Siswa kelas IV ... 126

Lampiran 8 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 146

Lampiran 9 Rekapitulasi Data Hasil Validasi ... 147

Lampiran 10 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Terbatas Produk ... 148

Lampiran 11 Dokumentasi ... 149

Lampiran 12 Buku Cerita Bergambar (Dicetak Terpisah) ... 150

(15)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

Pada bab ini, peneliti membahas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian batasan istilah dan spesifikasi produk yang dibuat.

A. Latar Belakang Masalah

Keberagaman masyarakat di Indonesia merupakan fenomena unik yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya. Indonesia merupakan masyarakat yang plural dan multikultural. Keragaman tersebut tidak terlepas dari gelombang migrasi masyarakat manusia dari zaman ke zaman yang turut mempengaruhi sejarah multikulturalisme di Indonesia. Kebudayaan di Indonesia telah ada sejak manusia mengenal peradaban. Budaya mengandung unsur nilai budaya yang terdiri dari pengetahuan dan teknologi, sistem mata pencaharian dan peralatan hidup. Kebudayaan masyarakat Indonesia yang beraneka ragam terwujud dengan bermacam-macam suku bangsa, ras, agama, bahasa, adat istiadat, dan sebagainya. Keanekaragaman budaya ini menyebabkan masyarakat di Indonesia menjadi unik dan berbeda dengan masyarakat lainnya di dunia karena memiliki ciri-ciri tersendiri satu dengan lainnya.

Kenyataan di lapangan menunjukan bahwa perbedaan budaya atau tradisi dalam suatu komunitas masyarakat tidak selamanya dapat berada dalam damai. Seperti konflik Sampit, Kalimantan Tengah yang terjadi tahun 2001.

Konflik antar etnis tersebut berawal dari bentrokan antara warga Suku Dayak

(16)

dan Suku Madura pada 18 Februari 2001 (Kompas.com, 6 Februari 2020).

Dengan adanya keberagaman kultur atau budaya di harapkan masyarakat dapat saling menghargai perbedaan, sehingga mengurangi munculnya konflik sosial.

Seharusnya keragaman ini mendorong ke arah harmonisasi hubungan kebersamaan antar sesama.

Permasalahan di atas mengingat pentingnya pemahaman mengenai keberagaman dalam membangun kehidupan berbangsa dan bernegara terutama bagi negara-negara yang mempunyai banyak budaya seperti Indonesia, maka pemahaman tentang multikulturalisme dapat dikembangkan melalui pendidikan formal. Pendidikan mempunyai peran penting dalam membantu kehidupan publik, selain itu juga diyakini mampu memainkan peranan yang signifikan dalam membentuk politik kultural. Dengan demikian pendidikan sebagai media untuk menyiapkan dan membentuk kehidupan sosial yang sarat akan nilai-nilai idealisme.

Pembelajaran berbasis multikultural berusaha memberdayakan siswa untuk mengembangkan rasa hormat kepada orang atau siswa yang berbeda budaya, memberi kesempatan untuk bekerjasama dengan orang atau kelompok orang yang berbeda etnis atau rasnya maupun agamanya secara langsung.

Pembelajaran berbasis multikultural juga dapat terintegrasi pada mata pelajaran lainnya. Hanya saja diperlukan pedoman bagi guru untuk menerapkannya. Terutama kepada para siswa perlu diajari mengenai toleransi, kebersamaan, HAM, demokratisasi, cinta damai, dan saling menghargai dan nilai kultural lain.

(17)

Sekolah memegang peranan penting dalam menanamkan nilai multikultural pada siswa sejak dini. Bila sejak awal siswa telah memiliki nilai- nilai multikultural, maka nilai-nilai tersebut akan tercermin pada tingkah-laku siswa sehari-hari karena terbentuk pada kepribadiannya. Bila hal tersebut berhasil dimiliki para generasi muda, maka kehidupan mendatang dapat diprediksi akan relatif damai dan penuh penghargaan antara sesama dapat terwujud. Di sekolah, siswa perlu mendapat pembelajaran berbasis multikultural.

Melalui pendidikan multikultural siswa di sekolah, guru memiliki posisi yang strategis sebagai pelaku utama. Guru merupakan sosok yang bisa dianut ataupun menjadi idola bagi siswanya. Guru bisa menjadi sumber inspirasi dan motivasi siswanya. Hal terpenting yang perlu dicatat dalam pendidikan multikultural adalah, seorang guru tidak hanya dituntut untuk menguasai dan mampu secara profesional mengerjakan mata pelajaran yang diajarkannya. Lebih dari itu seorang guru juga harus mampu menanamkan nilai-nilai inti dari pendidikan multikultural seperti demokrasi, toleransi, cinta damai, dan lain-lain.

Sebab itu, pemahaman yang baik tentang perlunya sekolah membangun model multikultural menjadi sangat penting untuk memberikan alternatif pendidikan berbasis keragaman etnis dan budaya. Multikulturalisme mempunyai peran yang besar dalam pembangunan bangsa. Keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia akan menjadi inspirasi dan potensi bagi pembangunan bangsa sehingga cita-cita untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil, makmur, dan sejahtera.

(18)

Kondisi di sekolah yang terjadi yaitu kurang memaksimalkan penggunaan bahan ajar yang ada dan kurang pahamnya siswa terhadap pembelajaran, sehingga menyebabkan tujuan pembelajaran tidak dapat tercapai secara maksimal. Penggunaan media dan ketersediaan buku di sekolah juga kurang lengkap dan maksimal. Anak bisa diberi pengertian dengan menggunakan buku cerita sebagai bahan ajar pembelajaran yang nantinya akan menunjang pemahaman anak. Dalam proses membaca buku cerita bergambar, anak akan lebih mudah untuk memahami maksud dari sebuah bacaan. Selain anak lebih mudah dalam memahami maksud bacaan, anak juga akan bebas untuk mengembangkan daya imajinasi yang ada dalam dirinya dari informasi yang diperoleh dalam buku.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas IV SD Negeri Sawangan 01 pada Rabu, 29 Januari 2020, diperoleh informasi bahwa anak- anak masih kurang dalam hal pada membaca dan menulis. Perpustakaan SD Negeri Sawangan 01 juga belum memiliki banyak buku cerita bergambar yang berbasis keberagaman budaya. Koleksi buku cerita bergambar yang dimiliki perpustakaan SD Negeri Sawangan 01 pun masih banyak terdapat buku yang gambarnya membuat siswa kurang berminat untuk membaca buku bacaan yang ada di perpustakaan. Hal ini sangat berpengaruh pada proses belajar di kelas.

Siswa yang kurang berminat membaca karena buku yang tersedia kurang.

Peneliti juga melakukan observasi yang dilakukan pada saat jam istirahat siswa. Maka dari itu, guru menginginkan adanya buku yang memiliki daya tarik untuk siswa dan membuat anak lebih menghargai keberagaman di

(19)

Indonesia. Guru SD Negeri Sawangan 01 lebih memanfaatkan media internet untuk melengkapi materi-materi yang ada dalam bahan ajar.

Berdasarkan wawancara, dibutuhkan pengembangan bahan ajar buku cerita bergambar yang dapat digunakan untuk menanamkan nilai-nilai moral siswa kelas atas dengan mengadaptasi tema-tema pembelajaran yang ada di buku tematik. Pengembangan bahan ajar buku cerita bergambar ini diharapkan mampu meningkatkan pemahaman siswa terhadap musik tradisional yang diajarkan pada mata pelajaran tersebut karena dikemas dengan lebih menarik dan orangtua ataupun guru lebih mudah dalam menyampaikan materi dengan baik.

Berdasarkan masalah tersebut maka peneliti akan mengembangkan bahan ajar buku cerita bergambar yang berjudul “Bertamasya ke Pasar Batik”.

Dengan adanya buku cerita bergambar ini nantinya diharapkan mampu untuk menunjang kesadaran siswa terhadap dirinya tentang kepedulian terhadap kebudayaan di Indonesia khususnya tentang batik dan menjadi minat membaca meningkat. Bahan ajar buku cerita bergambar yang peneliti kembangkan mendukung pembelajaran pada Subtema 1 (Keberagaman Budaya Bangsaku) untuk kelas IV SD dan membantu mata pelajaran matematika tentang sifat-sifat segibanyak. Buku cerita bergambar ini juga diharapkan dapat membantu siswa untuk berimajinasi secara bebas sesuai dengan kreatifitasnya dengan minat mereka, misalnya tentang keluarga, berteman, cerita misteri, petualangan, fantasi, cerita lucu, tentang binatang, cerita kepahlawanan, dan sebagainya (Resmini, 2007:21).

(20)

Oleh karena itu, peneliti akan melakukan penelitian dan pengembangan bahan ajar yang berjudul ”Pengembangan Bahan Ajar Buku Cerita Bergambar Berbasis Multikulturalisme Tentang Batik Di Jawa Tengah Untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Sawangan 01 ”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah :

1. Bagaimana prosedur pengembangan bahan ajar buku cerita bergambar berbasis multikulturalisme tentang batik di Jawa Tengah untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Sawangan 01?

2. Bagaimana kualitas produk bahan ajar buku cerita bergambar berbasis multikulturalisme tentang batik di Jawa Tengah untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Sawangan 01?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mendeskripsikan prosedur pengembangan bahan ajar buku cerita bergambar berbasis multikulturalisme tentang batik di Jawa Tengah untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Sawangan 01.

2. Untuk mendeskripsikan kualitas produk bahan ajar buku cerita bergambar berbasis multikulturalisme tentang batik di Jawa Tengah untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Sawangan 01.

(21)

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti

Peneliti memperoleh pengalaman dalam melakukan penelitian jenis Research and Development (R&D) khususnya dengan menggunakan pendekatan saintifik dalam upaya untuk mengembangkan media dalam bentuk buku cerita bergambar berbasis pendidikan multikultural untuk meningkatkan literasi siswa.

2. Bagi guru

Guru memperoleh inspirasi terkait dengan penelitian Research and Development (R&D). Guru juga memperoleh contoh perangkat pembelajaran khususnya media dalam bentuk buku cerita bergambar pendidikan multikultural untuk meningkatkan literasi siswa kelas IV SD.

3. Bagi siswa

Siswa dapat memahami pembelajaran dengan lebih baik dan bermakna sehingga dapat memperoleh pretasi belajar yang memuaskan khususnya dengan menggunakan bahan ajar dalam bentuk buku cerita bergambar pendidikan multikultural untuk meningkatkan minat baca siswa kelas IV SD.

4. Bagi sekolah

Sekolah memperoleh contoh bahan ajar dalam bentuk buku cerita bergambar pendidikan multikultural untuk meningkatkan minat baca siswa kelas IV SD dan bahan bacaan tambahan perpustakaan terkait jenis penelitian Research and Development (R&D).

(22)

5. Bagi prodi PGSD

Prodi PGSD memperoleh bahan bacaan di perpustakaan terkait jenis penelitian Research and Development (R&D) dan contoh bahan ajar dalam bentuk buku cerita bergambar pendidikan multikultural untuk meningkatkan minat bacas siswa kelas IV SD.

E. Definisi Operasional

1. Bahan ajar dapat juga diartikan sebagai segala bentuk bahan yang disusun secara sistematis yang memungkinkan siswa dapat belajar secara mandiri dan dirancang sesuai kurikulum yang berlaku. Peran seorang guru dalam merancang ataupun menyusun bahan ajar sangatlah menentukan keberhasilan proses belajar dan pembelajaran melalui sebuah bahan ajar. Dengan adanya bahan ajar, guru akan lebih runtut dalam mengajarkan materi kepada siswa dan tercapai semua kompetensi yang telah ditentukan sebelumnya.

2. Cerita bergambar adalah sebuah buku yang menjajarkan cerita dengan gambar serta cerita ditulis dengan gaya bahasa ringan, cenderung dengan gaya obrolan, dilengkapi dengan gambar menarik dan berdasarkan suatu aktivitas atau kejadian tertentu sesuai dengan sudut pandang anak sehingga dapat menarik minat baca anak yang tersusun atas teks dan gambar.

3. Multikulturalisme adalah suatu pandangan budaya yang memiliki aliran tertentu dan saling membangun toleransi atas keberagaman dan membangun kesetaraan di antara budaya.

(23)

4. Batik merupakan karya seni atau kebudayaan yang dikerjakan dengan cara menulis atau melukis pada media apapun sehingga terbentuk sebuah desain atau corak tertentu yang indah

5. Siswa sekolah dasar kelas IV termasuk dalam anak usia 7-12 tahun. Dalam perkembangannya, terdapat tiga karakteristik yang menonjol pada siswa usia tersebut diantaranya yaitu kongkret, maksudnya proses belajar siswa beranjak dari hal-hal yang kongkret (nyata).

F. Spesifikasi Produk yang dihasilkan

Spesifikasi produk yang dihasilkan adalah sebagai berikut:

1. Produk berupa buku cerita bergambar berjudul “Bertamasya ke Pasar Batik”

2. Produk ini terdiri dari cover, kata pengantar, kuis dan gambar dan narasi singkat.

3. Produk buku cerita bergambar ini disusun sesuai dengan ketentuan EYD.

4. Kata pengantar dalam produk berisi penjelasan singkat tentang isi buku.

5. Produk buku cerita bergambar ini berisikan tentang keberagaman batik di Jawa Tengah yang bermotif segibanyak.

6. Produk buku cerita bergambar ini dapat membantu anak untuk belajar bangun segibanyak dan menghargai keberagaman disekitar mereka.

7. Buku menggunakan kertas Ivory 260 gram dengan laminasi doft pada bagian sampul dan isi menggunakan kertas MP 150 gram.

8. Ukuran yang digunakan pada buku cerita bergambar ini adalah 18 cm x 18 cm dengan ketebalan buku 1 cm.

(24)

9. Warna dalam buku cerita bergambar menggunakan warna yang cerah dan pemilihan warna yang menarik.

(25)

11 BAB 2

LANDASAN TEORI

Pada bab ini peneliti membahas tetang kajian pustaka, teori yang mendukung, hasil penelitian yang relevan, dan kerangka berpikir.

A. Kajian Pustaka 1. Bahan Ajar

a. Pengertian Bahan Ajar

Bahan ajar adalah seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang berisikan materi pembelajaran, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang didesain secara sistematis dan menarik dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu mencapai kompetensi atau subkompetensi dengan segala kompleksitasnya (Lestari, 2013:1).

Bahan ajar haruslah dirancang dan ditulis dengan kaidah intruksional karena akan digunakan oleh guru untuk membantu dan menunjang proses pembelajaran. Bahan atau materi pembelajaran pada dasarnya adalah

“isi” dari kurikulum, yakni berupa mata pelajaran atau bidang studi dengan topik/subtopik dan rinciannya (Ruhimat, 2011:152).

Sudjana dan Rivai (dalam Prastowo, 2014:123), mengungkapkan bahwa bahan ajar adalah segalase suatu yang digunakan guru untuk memberi kemudahan kepada seseorang dalam proses belajar. Menurut Anitah (dalam Prastowo 2014:123), menjelaskan bahwa bahan ajar adalah segala sesuatu yang digunakan untuk memfasilitasi kegiatan belajar.

(26)

Penjelasan di atas mengemukakan bahwa bahan ajar dapat juga diartikan sebagai segala bentuk bahan yang disusun secara sistematis yang memungkinkan siswa dapat belajar secara mandiri dan dirancang sesuai kurikulum yang berlaku. Peran seorang guru dalam merancang ataupun menyusun bahan ajar sangatlah menentukan keberhasilan proses belajar dan pembelajaran melalui sebuah bahan ajar.

Dengan adanya bahan ajar, guru akan lebih runtut dalam mengajarkan materi kepada siswa dan tercapai semua kompetensi yang telah ditentukan sebelumnya.

b. Tujuan Bahan Ajar

Bahan ajar disusun dengan melihat berbagai macam tujuan yang ingin dicapai didalam kurikulum yang sedang digunakan yang selanjutnyaterealisasikan melalui pembelajaran didalam kelas.

Menurut Majid (2005:15), bahan ajar disusun dengan memiliki beberapa tujuan. Adapun tujuan-tujuan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Membantu siswa dalam mempelajari sesuatu.

2. Menyediakan berbagai jenis pilihan bahan ajar.

3. Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran.

4. Agar kegiatan pembelajaran menjadi menarik.

Menurut Kurniasih (2014:85), penulisan buku ajar adalah dalam rangka memenuhi kebutuhan siswa bertujuan untuk:

1. Menyediakan buku sesuai dengan kebutuhan siswa, serta tuntunan sebagai perkembangan teknologi atau kurikulum

(27)

2. Mendorong penulis atau guru untuk berkreasi dan kreatif mambagikan ilmunya kepada siswa dan masyarakat.

3. Mendorong panulis atau guru untuk meng-update ilmu dan pengetahuannya sesuai dengan kriteria tuntutannuku sesuai kurikulum yang berlaku dan layak terbit mencakup substansi, bahasa dan potensi pasar.

4. Mendukung penulis atau guru untuk menerbitkan buku sebagai pemenuhan angka kredit yang telah ditentukan pemerintah.

Berdasarkan pengertian diatas bahwa tujuan bahan ajar adalah membantu siswa untuk memperoleh kebutuhan dengan pembelajaran yang lebih berkreasi dan kreatif sekaligus memudahkan guru untuk proses pembelajaran.

c. Fungsi Bahan Ajar

Menurut Prastowo (dalam Lestari, 2013: 204), bahan ajar juga berfungsi sebagai alat evaluasi pencapaiana hasil pembelajaran. Bahan ajar yang baik sekurang-kurangnya mencakup petunjuk belajar, kompetensiyang akan dicapai, isi pelajaran, informasi pendukung, latihan- latihan, petunjuk kerja,evaluasi dan respon terhadap hasil evaluasi.

Menurut Prastowo (dalam Lestari, 2013: 25-26), berdasarkan strategi pembelajaran yang digunakan, fungsi bahan ajar dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu fungsi dalam pembelajaran klasikal, pembelajaran individual, dan pembelajaran kelompok.

1). Fungsi bahan ajar dalam pembelajaran klasikal, antara lain:

(28)

a). Sebagai satu-satunya sumber informasi serta pengawas dan pengendali proses pembelajaran (dalam hal ini, siswa bersifat pasif dan belajar sesuai kecepatan siswa dalam belajar).

b). Sebagai bahan pendukung proses pembelajaran yang diselenggarakan.

2). Fungsi bahan ajar dalam pembelajaran individual, antara lain:

a) Sebagai media utama dalam proses pembelajaran.

b) Sebagai alat yang digunakan untuk menyusun dan mengawasi proses pesertadidik dalam memperoleh informasi.

c) Sebagai penunjang media pembelajaran individual lainnya.

3). Fungsi bahan ajar dalam pembelajaran kelompok, antara lain:

a) Sebagai bahan yang terintegrasi dengan proses belajar kelompok, dengan caramemberikan informasi tentang latar belakan materi, onformasi tentang peranorang-orang yang terlibat dalam pembelajaran kelompok, serta petunjuktentang proses pembelajaran kelompoknya sendiri.

b) Sebagai bahan pendukung bahan belajar utama, dan apabila dirancang sedemikian rupa, maka dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

Dapat disimpulkan bahwa fungsi bahan ajar bagi guru adalah mengarahkan semua aktivitas dalam proses pembelajaran sekaligus merupakan subtansi kompetensi yang seharusnya diajarkan kepada siswa.

Fungsi bahan ajar bagi siswa untuk menjadi pedoman dalam proses

(29)

pembelajaran dan merupakan subtansi kompetensi yang seharusnya dipelajari.

d. Karakteristik Bahan Ajar

Menurut Widodo dan Jasmadi (dalam Lestari, 2013:2), bahan ajar memiliki beberapa karakteristik, yaitu self instructional, self contained, stand alone, adaptive, dan user friendly.

Pertama, self instructional yaitu bahan ajar dapat membuat siswa mampu membelajarkan diri sendiri dengan bahan ajar yang dikembangkan. Untuk memenuhi karakterself instructional, maka di dalam bahan ajar harus terdapat tujuan yang dirum uskan dengan jelas, baik tujuan akhir maupun tujuan antara. Selain itu, dengan bahan ajar akan memudahkan siswa belajar secara tuntas dengan memberikan materi pembelajaran yang dikemas ke dalam unit-unit atau kegiatan yang lebih spesifik.

Kedua, self contained yaitu seluruh materi pelajaran dari satu unit kompetensi atau subkompetensi yang dipelajari terdapat di dalam satu bahan ajar secara utuh. Jadi sebuah bahan ajar haruslah memuat seluruh bagian-bagiannya dalam satu buku secara utuh untuk memudahkan pembaca mempelajari bahan ajar tersebut.

Ketiga, stand alone (berdiri sendiri) yaitu bahan ajar yang dikembangkan tidak tergantung pada bahan ajar lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan bahan ajar lain. Artinya sebuah bahan ajar dapat digunakan sendiri tanpa bergantung dengan bahan ajar lain.

(30)

Keempat, adaptive yaitu bahan ajar hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi. Bahan ajar harus memuat materi-materi yang sekiranya dapat menambah pengetahuan pembaca terkait perkembangan zaman atau lebih khususnya perkembangan ilmu dan teknologi.

Kelima, userfriendly yaitu setiap intruksi dan paparan informasi yang tampil bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk kemudahan pemakai dalam merespon dan mengakses sesuai dengan keinginan. Jadi bahan ajar selayaknya hadir untuk memudahkan pembaca untuk mendapat informasi dengan sejelas-jelasnya.

2. Cerita Bergambar

a. Pengertian Cerita Bergambar

Menurut Mitchel (dalam Nurgiyantoro, 2005:153), buku cerita bergambar yaitu buku yang menampilkan gambar dan teks dan keduanya saling menjalin. Baik gambar maupun teks keduanya saling membutuhkan untuk saling mengisi dan melengkapi.

Menurut Stewing (dalam Dhanumurti, 2009), buku cerita bergambar adalah sebuah buku yang menjajarkan cerita dengan gambar. Kedua elemen ini bekerjasama untuk menghasilkan cerita dengan ilustrasi gambar.

Biasanya buku-buku bergambar dimaksudkan untuk mendorong ke arah apresiasi dan kecintaan terhadap buku. Selain ceritanya secara verbal harus menarik, buku harus mengandung gambar sehingga mempengaruhi minat siswa untuk membaca.

(31)

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa cerita bergambar adalah sebuah buku yang menyatukan cerita dengan gambar serta cerita ditulis dengan gaya bahasa sehari-hari, dilengkapi dengan gambar menarik dan berdasarkan suatu kejadian disekitar sesuai dengan sudut pandang anak sehingga dapat menarik minat baca anak.

b. Fungsi Cerita Bergambar

Fungsi cerita bergambar menurut Mitchell (dalam Nurgiyantoro 2005:159-161), dipaparkan sebagai berikut:

1) Buku cerita bergambar dapat membantu pengembangan dan perkembangan emosi anak. Anak dapat terbantu untuk mengekspresikan berbagai emosinya, seperti rasa takut dan senang, rasa sedih dan bahagia yang merupakan bagian dari kehidupan. Buku cerita bergambar juga dapat memberikan pemahaman dan penerimaan bagi anak terhadap keadaan diri sendiri dan orang lain sehingga perkembangan emosi anak dapat berjalan secara wajar dan terkontrol.

2) Buku cerita bergambar dapat membantu anak untuk belajar tentang dunia, menyadarkan anak tentang keberadaan di tengah masyarakat dan alam. Melalui buku cerita bergambar, anak dapat belajar tentang kehidupan di masyarakat. Selain itu, anak juga dapat belajar tentang keadaan geografi dan kehidupan alam, flora, dan fauna. Hal tersebut dapat menambah pengalaman hidup dan membantu dalam perkembangan dirinya.

(32)

3) Buku cerita bergambar dapat membantu anak belajar tentang orang lain dan pengembangan perasaan. Buku cerita bergambar dapat menampilkan kehidupan keluarga, para tetangga, kawan sebaya, pergaulan di sekolah yang mengisahkan relasi kehidupan antarmanusia sehingga anak dapat belajar untuk bersikap dan bertingkahlaku yang benar dan sesuai dengan tuntutan kehidupan sosial-budaya masyarakat.

Perasaan anak juga dapat terbangun dengan melalui adanya hubungan antarsesama. Oleh karena itu, pada hakikatnya buku cerita bergambar dapat menjadi salah satu media bagi anak untuk belajar tentang kehidupan yang disajikan secara lebih konkret melalui kata-kata dan gambar ilustrasi.

4) Buku cerita bergambar dapat membantu anak untuk memperoleh kesenangan. Kesenangan merupakan salah satu hal yang harus terpenuhi dalam kehidupan manusia agar perkembangan kejiawaan dapat berlangsung secara seimbang dan harmonis. Hal tersebut dapat diperoleh melalui buku cerita bergambar yang berisi cerita dan gambar- gambar yang menarik, bagus, dan hal-hal lucu sehingga dapat merangsang anak untuk tertawa senang.

5) Buku cerita bergambar dapat membantu anak untuk mengapresiasi keindahan baik cerita secara verbal maupun gambar-gambar ilustrasi yang mendukung keindahan. Keindahan cerita secara verbal dapat diperoleh melalui karakter tokoh, gambar-gambar ilustrasi lewat ketepatan pelukisan objek, komposisi warna, dan berbagai aksi yang menarik. Objek yang menawarkan keindahan perlu diapresiasi,

(33)

dihargai, dan dinikmati sehingga melalui sikap menghargai keindahan itu sendiri dapat menunjang pengembangan sikap dan perilaku halus pada diri anak.

6) Buku cerita bergambar dapat membantu anak untuk menstimulasi imajinasi. Buku cerita dan gambar-gambar dapat mendorong tumbuh dan berkembangnya imanjinasi anak. Melalui cerita verbal, imajinasi anak sudah berkembang, tetapi dengan ditambah gambar-gambar ilustrasi yang mendukung cerita maka imajinasi anak semakin dikonkretkan dan diperkuat.

Dapat disimpulkan bahwa fungsi dari buku cerita bergambar dapat membantu pengembangan dan perkembangan emosi anak, membantu anak untuk belajar tentang lingkungan sekitar, mengenalkan anak tentang kondisi di tengah masyarakat dan alam, membantu anak belajar tentang orang lain dan pengembangan perasaan, membantu anak untuk memperoleh kesenangan, membantu anak untuk mengapresiasi keindahan buku yang di baca, dan membantu anak untuk menstimulasi imajinasi.

c. Karakteristik Buku Cerita Bergambar

Untuk menarik minat anak pada buku cerita bergambar, ada beberapa karakteristik buku cerita bergambar yang sesuai bagi anak.

Menurut Aprianti (2013:89), karakteristik buku bagi anak adalah:

1) Bacaannya disukai

2) Topik menarik perhatian anak

(34)

3) Disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak. Untuk usia prasekolah buku sebaiknya mempunyai banyak irama dan pengulangan; sedangkan untuk usia prasekolah lanjut cerita mempunyai kepastian alur cerita, dialog dan pesan tokoh

4) Menghubungkan pengalaman dan keterkaitan anak

5) Penulisan cerita sangat bersahabat dan menjadi kesukaan anak

6) Illustrasi cerita sangat relevan pada latar belakang keluarga dan budaya anak. Yakni, illustrasi cerita memperkenalkan pada anak tentang latar belakang kebudayaan dan kekeluargaan serta pengalaman baru.

7) Ini secrita merupakan kesukaan anak yang selalu ingin didengar.

8) Bahasa dan gambar mampu memberikan informasi serta ide baru bagi anak.

Menurur Resmini (2007:18), bentuk buku yang diperuntukkan untuk anak-anak sebaiknya dupilihkan bentuk persegi panjang yang horizontal dengan ukuran yang disesuaikan. Ukuran dan bentuk huruf hendaknya tidak terlalu kecil, tetapi tidak terlalu besar, sehingga tidak meyulitkan anak untuk membacanya serta, tema bacaan anak disesuaikan dengan minat mereka, misalnya tentang keluarga, berteman, cerita misteri, petualangan, fantasi, cerita lucu, tentang binatang, cerita kepahlawanan, dan sebagainya (Resmini, 2007:21).

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa buku cerita bergambar yang diminati oleh anak-anak adalah buku cerita bergambar yanag memiliki karakter yang menceritakan cerita dan ilustrasi gambar yang relevan dengan kesukaan anak-anak.

(35)

d. Jenis Buku Cerita Bergambar

Menurut McElmeel (2002), buku cerita bergambar dibedakan menjadi 6 jenis, yaitu sebagai berikut:

1) Fiksi

Buku yang menceritakan cerita khayal, rekaan, atau sesuatu yang tidak terjadi sesungguhnya. Kategori yan termasuk dalam fiksi adalah cerita hewan, misteri, humor, cerita fantasi yang membuat sesuai imajinasi penulis.

2) Historis

Buku yang mendasarkan diri pada suatu fakta atau kenyataan di masa lalu. Buku ini meliputi kejadian sebenarnya, tempat, atau kerakter yang merupakan bagian dari sejarah.

3) Informasi

Buku-buku yang memberikan informasi faktual. Buku informasi menyampaikan fakta dan data apa adanya, yang berguna untuk menambahkan keterampilan, wawasan, dan juga bekal teoritis dalam batas tertentu bagi anak

4) Biografi

Kisah atau keterangan tentang kehidupan seseorang mulai kelahian hingga kemaian jika sudah meninggal.

5) Cerita rakyat

Cerita atau kisah yang asal mulanya bersumber dari masyarakat serta tumbuh dan berkembang dalam masyarakat di masa lampau.

(36)

6) Kisah nyata

Kisah nyata berfokus pada peristiwa yang sebenarnya dari sebuah situasi atau peristiwa.

3. Multikulturalisme

a. Pengertian Multikulturalisme

Menurut Mahfud (2006:75), akar kata multikultural adalah kebudayaan. Secara etimologis, multikulturalisme dibentuk dari kata multi (banyak), kultur (budaya), dan isme (aliran/paham). Secara hakiki, dalam kata itu terkadang pengakuan akan mertabat manusia yang hidup dalam komunitasnya dengan kebudayaan masing-masing yang unik.

Menurut Irwan (dalam Mahfud, 2006:90), multikulturalme adalah sebuah paham yang menekankan pada kesederajatan dan kesetaraan budaya-budaya lokal dengan tanpa mengabaikan hak-hak dan eksistensi budaya yang ada. Dengan kata lain, pendekatan utama multikulturalisme adalah kesetaraan budaya.

Dari definisi diatas disimpulkan bahwa multikulturalisme adalah pandangan suatu budaya yang memiliki aliran tertentu dan saling membangun toleransi atas keberagaman dan membangun kesetaraan di antara budaya.

b. Pengertian Pendidikan Multikultural

Menurut Ma’hady (dalam Mahfud, 2014:175), pendidikan multikultural adalah sebuah bentuk pendidikan yang menerapkan strategi

(37)

dan konsep pendidikan yang berbasis pada pemanfaatan keragaman yang ada di masyarakat, khususnya yang ada pada siswa seperti keragaman agama, budaya, bahasa, ras, etnis, gender, status sosial, umur, dan kemampuan. Dengan adanya penerapan pendidikan multikultural diharapkan siswa dapat memiliki sikap yang menerapkan nilai-nilai kultural dan mampu merespon perkembangan keragaman masyarakat dan populasi sekolah, sebagaimana tuntutan persamaan hak bagi setiap kelompok sosial.

Pendidikan multikultural merupakan respons terhadap perkembangan keregaman populasi sekolah, sebagimana tuntutan persamaan hak bagi setiap kelompok. Sedangkan secara luas, pendidikan multikultural itu mencakup seluruh siswa tanpa membeda-bedakan kelompok-kelompoknya seperti gender, etnis, ras, budaya, strata sosial dan agama (Mahfud, 2006:169).

Pendidikan multikultural erat kaitannya dengan perkembangan karakter warga negara Indonesia sebagai anggota masyarakat dan multikultural dalam tatanan yang demokratis dan bertanggung jawab.

Dengan demikian dalam diri siswa akan ditanamkan hal-hal seperti 1) hubungan yang akrab dengan sesama yang memiliki latar belakang sosial budaya yang beraneka ragam, 2) sikap berempati siswa dengan cara mengamati sikap, pandangan, perasaan, dan persepsi siswa lain yang berbeda latar belakang sosial budaya, 3) rasa menghormati, menghargai nilai budaya, dan kepentingan yang beragam sebagai kekayaan bangsa yang harus dijaga.

(38)

c. Karakteristik Pendidikan Multikultural

Menurut Aly (2011:109), pendidikan multikultural terdapat tiga karakteristik, yaitu:

1). Berprinsip pada Demokrasi, Kesetaraan, dan Keadilan.

Negara Maerika, Kanada, dan Jerman tidak memperbolehkan anak-anak dari keluarga kulit hitam dan imigran untuk sekolah, sedangkan negara Afika, Banglades, Brazil, china, Mesir, India, Indonesia, Mexico, Nigeria, dan pakistan terbatasnya untuk sekolah. Ini bertentangan dengan nilai demokrasi, kesetaraan dan keadilan sebagai prinsip pendidikan multikultural (Aly, 2011:112-113).

Demokrasi diperbolehkan membuat ruang publik untuk berkumpulnya semua kelompok masyarakat. Semua kelompok masyarakat mengekspresikan keberadaan di ruang publik. Kelompok masyarakat memberikan sumbangsih dalam proses pembangunan negara dengan berdialog, bersimbiosis dan berintarksi secara harmonis.

Dengan begitu eksistensi masing-masing kelompok tidak hilang (Maksum, 2011:178-179).

Sedangkan Nilai kesetaraan dalam demokrasi mengacu pada keyakinan bahwa manusia diciptakan setara. Semua manusia diperlakukan kesetaraan memperoleh pendidikan, kesetaraan dimuka hukum dan kesetaraan. Setara dalam mengembangkan potensi yang dimaki setiap manusia. tidak adanya hak-hak superior pada setiap manusia (Rumadi, 2006: 6).

(39)

Keadilan terpenuhi sesudah terbentuk keadilan secara umum, yaitu semua orang mendapatkan haknya dan semua orang mendapatkan sama dari bagian aset yang dimiliki bersama. Ada dua macam keadilan, yaitu keadilan khusus adalah keadilan berdasarkan keselamatan. Dan keadilan umum adalah keadilan yang ada dalam undang-undang yang wajib dilaksanakan untuk umum (Windati, 2005: 7). Menurut Notohamidjoyo (dalam Windati, 2005: 7) keadilan dibedakan menjadi dua yaitu keadilan kreatif adalah keadilan semua orang bebas membuat sesuatu sesuai dengan minatnya yang dibatasi oleh ideologi negara. Dan keadilan protektif adalah keadilan semua orang memperoleh penjagaan yang dibutuhkan oleh masyarakat. Dalam kehidupan manusia harus memperoleh perlindungan kemerdekaan untuk berkarya, tapi juga keselamatan untuk hidup, sehingga tidak ada manusia yang melakukan ketidakadilan (Windati, 2005: 7).

2). Berorientasi kepada kemanusiaan, kebersamaan dan kedamaian.

Nilai kemanusiaan seorang manusia itu secara alamiah dan sosial juga didasarkan pada kemampuannya menghargai kode etik dan sopan santun sebagai makhluk berbudaya yang tidak liar. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia dihargai bukan karena bangunan tubuhnya yang indah, akan tetapi karena kualitas perbuatannya yang didasarkan pada kematangan pemikiran dan kesadaran yang membentuk sikap hidup yang bijak. Kapasitas akal manusia itulah yang menjadi ciri utama kemanusiaan dan aktualitasnya dalam kehidupan konkret (Rahman, 2011:56).

(40)

Pertalian orang satu dengan yang orang lain yang dilandasi oleh nilai kebersamaan (Aly, 2011:116). Kebersamaan adalah kesatuan perasaan dan sikap dalam hubungan manusia satu dengan yang lain, meskipun mempunyai perbedaan suku, budaya, agama, ras, etnik dan strata sosial (Aly, 2011:116).

Manusia mengharapkan kedamaian dalam berhubungan dengan manusia lain. Kedamaian dalam berhubungan dengan masyarakat yang beragam. Kedamaian itu terbentuk dengan tidak adanya sikap-sikap dan perilaku yang menyakitkan dan merugikan manusia yang lain (Aly, 2011:117). Dan kedamaian itu juga terbentuk di dalam masyarakat yang beragam, dimana manusia berinteraksi dengan damai (Aly, 2011:72).

Materi ajar diberi pembahasan tentang kemanusiaan, kebersamaan dan kedamaian. Materi ajar kemanusiaan, kebersamaan dan kedamaian bisa dimuncul dalam cerita-cerita yang mengandung ketiga nilai multikultural. Tokoh yang berperan baik akan menjadi teladan bagi siswa.

3). Mengembangkan sikap mengakui, menerima, dan menghargai keberagaman.

Sikap menerima, mengakui dan menghargai keragaman penting dalam hubungan sosial di masyarakat yang beranekaragam. Dalam masyarakat beragam ada bagian masyarakat yang dominan dan minoritas. Dengan sikap menerima, mengakui dan menghargai keragaman memunculkan hubungan harmonis (Aly, 2011:119).

(41)

Hubungan antar kelompok berlandaskan atas saling percaya dan menghargai menjadikan terjaganya kelompok masing-masing. Dalam hubungan antara kelompok semacam ini tidak akan hilangnya identitas kelompok. Hubungan ini tidak ada kendali kelompok mayoritas terhadap kelompok minoritas. Setiap individu mampu menerima, menghormati dan membentuk kerjasama dengan kelompok yang berlainan ini dinamakan kompetensi kultural. Kemampuan berbudaya berasal dari pengetahuan dan bias kultural yang menjadikan perbedaan kultural. Proses penambahan kompetensi kultural membutuhkan penambahan pengetahuan, kreatifitas, sifat dan perbuatan yang memahamkan orang dan berhubungan secara efektif dengan orang yang mempunyai perbedaan kultural (Zamroni, 2011: 34-35).

4. Batik

a. Pengertian Batik

Batik merupakan hal yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia saat ini. Batik merupakan salah satu warisan nusantara yang unik.

Keunikannya ditunjukkan dengan barbagai macam motif yang memiliki makna tersendiri.

Batik merupakan bentuk seni tupa terapan (kriya) yang telah tumbuh dan berkembang di hampir sebagian besar wilayah Indonesia sejak dulu kala. Secara etimologi, kata batik berasal dari bahasa jawa yang mempunyai arti beragam. Batik terdiri dari kata “amba” dan “tik” atau “nitik”. “Amba”

berarti menulis, lebar, atau luas, dan “tik” atau “nitik” berarti titik atau

(42)

membuat titik. Jadi, batik berarti menulis dan membuat titik pada kain yang lebar. Gabungan beberapa titik yang berhimpitan inilah yang akan membentuk garis (Supriono, 2016:3-4)

Menurut Asti dan Arini (2011:1), kesenian batik adalah kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluarga raja-raja Indonesia. Memang pada awalnya batik dikerjakanhanya terbatas dalam keraton,untuk pakaian raja dan keluarga, serta para pengikutnya. Batikyang masuk kalangan istana diklaim sebagai milik dalam benteng, orang lain tidak boleh mempergunakannya.

Hal inilah yang menyebabkan kekuasaan raja serta pola tata laku masyarakat dipakai sebagai landasan penciptaan batik. Akhirnya, didapat konsepsi pengertian adanya batik klasik dan tradisional. Penentuan tingkatanklasik adalah hak prerogatif raja.

Dapat disimpulkan bahwa batik merupakan karya seni atau kebudayaan yang dikerjakan dengan cara menulis atau melukis pada media apapun sehingga terbentuk sebuah desain atau corak tertentu yang indah.

b. Jenis Batik

Menurut Lisbijanto (2013:10-12), ada 3 jenis batik menurut teknik pembuatannya, yaitu:

1) Batik Tulis

Batik tulis dibuat secara manual menggunakan tangan dengan alat bantu canting untuk menerakan malam pada corak batik. Pembuatan batik tulis membutuhkan kesabaran dan ketelatenan

(43)

yang tinggi karena setiap titik dalam motif berpengaruh pada hasil akhirnya. Motif yang dihasilkan dengan cara initidak akan sama persis.

Kerumitan ini yang menyebabkan harga batik tulis sangatmahal. Jenis batik ini dipakai raja, pembesar keraton, dan bangsawan sebagai simbol kemewahan.

2) Batik Cap

Batik cap dibuat dengan menggunakan cap atau semacam stempel motif batik yang terbuat dari tembaga. Cap digunakan untuk menggantikan fungsi canting sehingga dapat mempersingkat waktu pembuatan. Motif batik cap dianggap kurang memiliki nilai seni karena semua motifnya sama persis. Harga batik cap cukup murah karena dapat dibuat secara masal.

3) Batik Lukis

Batik lukis dibuat dengan melukiskan motif menggunakan malam pada kain putih. Pembuatan motif batik lukis tidak terpaku padapakem motif batik yang ada. Motifnya dibuat sesuai dengan keinginan pelukis tersebut. Batik lukis ini mempunyai hargayang mahalkarena tergolong batik yang eksklusif dan jumlahnya terbatas.

5. Karakteristik Siswa Kelas IV SD

Menurut Rusman (2010 : 251), siswa sekolah dasar kelas IV termasuk dalam anak usia 7-12 tahun. Dalam perkembangannya, terdapat tiga karakteristik yang menonjol pada siswa usia tersebut diantaranya yaitu kongkret, maksudnya proses belajar siswa beranjak dari hal-hal yang

(44)

kongkret (nyata). Siswa pada usia tersebut akan lebih menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih bermakna dan bernilai karena siswa dihadapkan terhadap peristiwa dan keadaan yang nyata. Karakteristik kedua yaitu integratif, maksudnya siswa mempelajari sesuatu sebagai satu kesatuan yang utuh. Perpaduan konsep tidak dipilah-pilah dalam berbagai disiplin ilmu melainkan dikaitkan menjadi pengalaman belajar yang bermakna.

Karakteristik yang terakhir adalah hierarkis maksudnya siswa mulai belajar dari hal yang sederhana menuju ke hal-hal yang lebih kompleks. Oleh karena itu dalam hal ini pembelajaran harus disusun secara sistematis, antar materi memiliki keterkaitan sehingga siswa lebih mudah memahami dalam proses pembelajaran.

Menurut Adams (2009:10), juga mengemukakan bahwa anak sekolah dasar pada usia 7-11 tahun mempelajari sesuatu sesuai dengan apa yang dilihat. Belajar akan lebih bermakna apabila pengalaman baru yang diberikan guru sejalan dengan apa yang terdapat dalam memori siswa. Namun, kemampuan siswa dalam menangkap pembelajaran sangat beragam.

Beberapa siswa memiliki daya tangkap rendah sehingga sering kesulitan dalam proses pembelajaran, sebaliknya anak dengan daya tangkap tinggi akan lebih mudah menangkap atau meresapi pembelajaran yang diberikan guru.

Beberapa pendapat para ahli diatas, maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa siswa kelas IV SD termasuk dalam usia 7-12 tahun.

Karakteristik belajar siswa pada usia tersebut yaitu mempelajari sesuatu yang bersifat nyata (kongkret). Siswa akan lebih mudah memahami pembelajaran apabila permasalahan-permasalahan yang diambil sebagai bahan

(45)

pembelajaran dekat dengan siswa atau sesuai dengan lingkungannya. Oleh karena itu, seorang guru dalam tahap ini harus mampu menyajikan materi yang kontekstual dan sesuai dengan kehidupan keseharian siswa serta sesuai minat dan kebetuhannya sehingga pembelajaran akan lebih mudah dipahami siswa serta menarik untuk diikuti.

6. Subtema 1 Keberagaman Budaya Bangsaku

Pada tema 1 terdapat beberapa subtema salah satunya adalah subtema 1 (Keberagaman Budaya Bangsaku). Berikut penjelasan mengenai standar kompetensi lulusan, kompetensi inti kelas IV dan pemetaan kompetensi dasar:

a. Standar kompetensi lulusan kelas IV SD 1) Sikap

a) Menerima, menjalankan, menghargai dan mengamalkan

b) Pribadi yang beriman, berakhlak mulia, percaya diri dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektid dengan lingkungan sosial, alam sekitar serta dunia dan peradabannya.

2) Keterampilan

a) Menerima, menanya, mencoba, mengolah, menyaji, menalar dan mencipta.

b) Pribadi yang berkemampaun pikir dan tindak efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret.

(46)

3) Pengetahuan

a) Mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisi dan mengevaluasi.

b) Pribadi yang menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, seni budaya dan berwawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan dan peradaban.

b. Kompetensi Inti Kelas IV

1) Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.

2) Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangga.

3) Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat, membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, serta benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di sekolah.

4) Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

(47)

c. Kompetensi Dasar Bahasa Indonesia

1) Mencermati gagasan pokok dan gagasan pendukung yang diperoleh dari teks lisan, tulis, atau visual.

2) Menata informasi yang didapat dari teks berdasarkan keterhubungan antar gagasan ke dalam kerangka tulisan.

Matematika

1) Menganalisis sifat-sifat segibanyak beraturan dan segibanyak tidak beraturan.

2) Mengidentifikasi segibanyak beraturan.

B. Penelitian yang Relevan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terlebih dahulu mengenai perkembangan pembelajaran, maka penelitian mengambil beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian pengembangan ini. Adapun penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

Pertama, penelitian yang dilakukan Saefudin (2017) berjudul Pengembangan Buku Cerita Bergambar Berbasis Lingkungan Hidup Untuk Pembelajaran Membaca Siswa SD kelas Atas, bertujuan untuk mengembangkan buku cerita bergambar berbasis pendidikan lingkungan hidup untuk siswa SD kelas atas. Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (Reseach and Development design) dilakukan dega tujuh tahap. Subyek penelitian ini adalah guru kelas V SDN Deresan Depok Yokyakarta dan 10 siswa SDN Deresan Depok Yogyakarta. Hasil dalam penelitian tersebut berdasarkan uji kevalidan, ahli media memberikan skor rata-rata 4,18. Dengan rincian guru

(48)

SD kelas V dengan skor rata-rata 4,68 dan 10 siswa kelas atas dengan skor rata- rata 4,66. Dari keseluruhan skor yang didapat, skor rata-rata yang diperoleh berjumlah 4,50 dengan kategori “Sangat Baik”.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Wigianto (2015) dengan judul Pengembangan Buku cerita Bergambar pendidikan Karakter Tanggung Jawab Untuk Peserta Didik Sekolah Dasar. Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif dengan model pengembangan dari teori Borg and Gall. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kebutuhan pengembangan, proses pembuatan media buku cerita bergambar, dan menghasilkan media buku cerita bergambar, dan menghasilkan buku cerita bergambar pendidikan karakter tanggung jawab untuk peserta didik yang layak.

Peneliti menggunakan 3 langkah yaitu: Analisis potensi masalah, perancangan produk, uji coba produk. Hasil dari penelitian ini berupa buku cerita bergambar yang berisi materi pendidikan karakter tanggung jawab yang disusun menggunakan Adobe Photoshop CS 5 dan telah divalidasi oleh ahli media, ahli materi, ahli bahasa, reviewer dan dinyatakan layak. Buku karakter tanggung jawab telah diuji cobakan kepada peserta didik sekolah dasar dan peserta didik mampu memahami materi pendidikan karakter dengan baik.

Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Wardhani (2011) dengan judul Pengembangan Buku Cerita Bergambar Berbasis Konservasi Lingkungan untuk Pembelajaran Membaca Siswa SD. Penelitian yang dilakukan peneliti tersebut berjenis penelitian berjenis penelitian Reseach and Development (R & D).

Subyek dalam penelitian ini dipilih siswa kelas rendah, penelitian memilih kelas rendah kelas III sebagai subyeknya. Teknik pengumpulan data dalam penelitian

(49)

ini menggunakan angket yang dengan beberapa daftar pertanyaan. Dilihat dari hasil penelitian terdapat data analisis kebutuhan dari siswa dan guru. Siswa dan guru membutuhkan buku cerita bergambar yang menarik, bergambar, sampul tebal, mengandung 8 cerita dengan halaman kurang lebih 100 halaman, guru dan siswa juga membutuhkan cerita yang bervariasi. Penilaian dalam penelitian tersebut adalah dengan nilai rata-rata (1) sampul 77,9 kategori baik, (2) halaman pendahuluan 80,2 kategori baik, (3) halaman teks 88,4 kategori baik, (4) halaman penyudah 67,5 kategori baik, (5) fisik buku 77,9 kategori baik. Dalam penelitian ini juga ada analisis tanggapan siswa denga hasil, (1) siswa setuju bahwa materi pengantar mudh dupahami, (2) siswa setju bahwa gamar dan pewarnaan menarik, (3) siswa setuju bahwa pemaparan alur mudah dicerna, (4) penggunaan bahasa mudah dipahami, (5) judul buku sesuai isi cerita, (6) cover menarik minat baca, (7) jenis dan ukuran huruf mudah dibaca, (8) ketebalan buku sesuai kebutuhan, (9) ukuran buku sesuai kebutuhan, (10) dapat membangkitkan minat baca dan juga rasa peduli terhadap lngkungan.

Berikut adalah literatur map dari penelitian-penelitian yang relevan dengan penelitian ini.

(50)

Bagan 2.1 Penelitian yang Relevan

Berdasarkan ketiga penelitian yang dipaparkan tersebut diketahui bahwa relevansi dengan penelitian yang peneliti kembangkan adalah sama-sama meneliti pengembangan buku cerita bergambar. Dalam penelitian ini produk yang akan dihasilkan berupa bahan ajar buku cerita bergambar berbasis multikulturalisme tentang batik di Jawa Tengah untuk siswa kelas IV sekolah dasar. Hal yang baru dalam penelitian ini adalah pengembangan berbasis pendidikan multikultural dan menggunakan materi tentang batik.

Buku Cerita Bergambar

Wardhani (2011) Pengembangan

Buku Cerita Bergambar

Berbasis Konservasi Lingkungan untuk

Pembelajaran Membaca Siswa

SD Saefudin (2017)

Pengembangan Buku Cerita Bergambar Berbasis

Lingkungan Hidup Untuk Pembelajaran Membaca Siswa SD

kelas Atas

Penelitian ini:

Pengembangan Bahan Ajar Buku Cerita Bergambar Berbasis Multikulturalisme tentang Batik di Jawa

Tengah untuk siswa kelas IV sekolah dasar Wigianto

(2015) Pengembangan

Buku Cerita Bergambar Pendidikan Karakter

Tanggung Jawab Untuk Peserta Didik

Sekolah Dasar

(51)

C. Kerangka Berpikir

Dalam pendidikan di sekolah dasar selain guru mengajarkan pengetahuan akademik, guru juga perlu menanamkan pembelajaran mengenai keberagaman budaya bangsa. Keberagaman budaya bangsa ini sangat penting diterapkan sejak dini kepada peserta didik. Peneliti memilih materi tentang Batik di Jawa Tengah dalam penelitian ini. Penelitian mendapat data di SD N Sawangan 01 bahwa fasilitas mengenai bahan ajar di sekolah masih kurang terlebih pada buku cerita bergambar di sekolah yang masih sangat kurang. Buku mengenai multikulturalisme di perpustakaan sekolah masih sedikit. Di sekolahan juga belum terdapat bahan ajar tentang batik di Jawa Tengah yang membantu siswa dalam belajar.

Kurangnya bahan ajar dan buku di sekolahan membuat proses belajar mengajar terhambat. Pengetahuan dan informasi tentang batik di Jawa Tengah yang di dapat siswa masih kurang. Dari mendengarkan guru saja siswa tidak dapat belajar secara konkret apabila tidak di dukung dengan adanya bahan ajar dan buku yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Bahan ajar seharusnya menjadi pendukung bagi belajar siswa yang sesuai dengan tahap perkembangannya yaitu tahap perkembangan operasional konkret di mana siswa senang belajar dengan hal-hal yang konkret sesuai dengan kehidupan sehari-hari dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Siwa juga akan merasa bosan jika tidak didukung dengan bahan ajar yang menarik. Siswa kurang dapat bereksplorasi dan semangat dalam belajar mereka menurun yang membuat suasana kelas kurang kondusif. Kurang kondusifnya kelas membuat tujuan pembelajaran tidak tercapai dengan maksimal.

(52)

Berdasarkan permasalahan dan dampak akhibat kurangnya bahan ajar dan buku di sekolahan, maka perlu solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Bahan ajar yang tepat adalah menggunakan buku cerita bergambar.

Buku cerita bergambar dapat menarik minat anak-anak untuk mempelajari materi yang akan diajarkan. Dengan belajar menggunakan buku cerita bergambar akan timbul imajinasi dari dalam diri anak yang bertujuan untuk lebih memudahkan anak dalam belajar. Siswa juga dapat belajar mengenai batik di Jawa Tengah dengan baik. Siswa lebih dapat bereksplorasi melalui membaca buku cerita bergambar dan belajar secara nyata dengan mengamati gambar dan tulisan yang disajikan. Siswa pun senang dalam mengikuti pembelajaran Selain mempermudah siswa dalam belajar, hal ini jga akan mempermudah guru untuk memberikan penjelasan kepada siswa secara nyata sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Buku cerita bergambar tentang batik di Jawa Tengah dapat menjadi solusi rasa bosan siswa dalam mengikuti pembelajaran di kelas. Pesan yang ingin guru berikan pun dapat tersampaikan dengan baik melalui buku cerita bergambar dibandingkan hanya menggunakan metode ceramah. Menggunakan buku cerita bergambar siswa akan aktif dan pengetahuan mereka pun bertambah dengan banyak membaca.

(53)

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir D. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa pertanyaan peneliti sebagai berikut:

1. Bagaimana prosedur pengembangan bahan ajar buku cerita bergambar berbasis multikulturalisme tentang batik di Jawa Tengah untuk siswa kelas IV SD N Sawangan 01?

2. Bagaimana kualitas produk bahan ajar buku cerita bergambar berbasis Multikulturalisme tentang batik di Jawa Tengah untuk siswa kelas IV SD N Sawangan 01?

a. Bagimana kualitas desain produk bahan ajar buku cerita bergambar berbasis multikulturalisme tentang batik di Jawa Tengah untuk siswa kelas IV SD N Sawangan 01 menurut ahli?

b. Bagaimana kualitas bahan ajar buku cerita bergambar berbasis multikulturalisme tentang batik di Jawa Tengah untuk siswa kelas IV SD N Sawangan 01 menurut guru kelas?

Potensi dan analisis kebutuhan mengenai pembelajaran

multikulturalisme tentang batik di Jawa

Kurangnya penggunaan bahan ajar buku cerita bergambar dalam proses pembelajaran multikulturalisme di kelas.

Data yang diperoleh mengenai pembelajaran multikulturalisme tentang batik di Jawa Tengah kurang.

Pengembangan bahan ajar buku cerita bergambar tentang batik di Jawa Tengah

(54)

c. Bagaimana kualitas produk bahan ajar buku cerita bergambar berbasis multikulturalisme tentang batik di Jawa Tengah untuk siswa kelas IV SD N Sawangan 01 menurut siswa?

Referensi

Dokumen terkait

Struktur lirik yang penulis maksud adalah struktur teks yang digunakan dalam lagu- lagu yang dinyanyikan oleh penyanyi di dalam kelompok musik Padang Pasir Nurul Hasanah.. Struktur

Berdasarkan pendapat Tohirin (2007) bahwa layanan konseling kelompok merupakan upaya pembimbing atau konselor dalam membantu memecahkan masalah-masalah pribadi

Dari hasil pengujian hipotesis didapat nilai F hitung sebesar 36,147 > 2,503, dengan probabilitas 0,000 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa secara

Kondisi ini dapat ditarik dalam konteks yang lebih besar bahwa ketergantungan yang ada tidak semata-mata berada pada aras mikro, namun juga memiliki andil dalam

後項動詞 だす こむ あう あげる つける かける いれる つく あがる たてる きる なおす たつ あわせる でる かかる ぬく こめる いる とおす

7=強くそう思う 6=そう思う 5=少しそう思う 4=どちらとも言えない Strongly agree Agree Slightly Agree Neutral 3=あまりそう思わない

Pada sistem yang berjalan untuk melakukan controlling data penjualan terdapat beberapa kendala mulai dari proses pelayanan customer masih dilakukan dengan manual

Fenomena dan data yang telah dipaparkan menunjukkan bahwa adanya permasalahan yang dihadapi oleh Disperindagkopnaker Kota Sawahlunto untuk melaksanakan pengawasan K3 pada