• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan buku cerita bergambar berbasis pendidikan anti korupsi untuk pembelajaran membaca siswa kelas IV SD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan buku cerita bergambar berbasis pendidikan anti korupsi untuk pembelajaran membaca siswa kelas IV SD"

Copied!
156
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGEMBANGAN BUKU CERITA BERGAMBAR BERBASIS

PENDIDIKAN ANTI KORUPSI UNTUK PEMBELAJARAN

MEMBACA SISWA KELAS IV SD

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

Daniel Dicky Laksitama NIM: 131134050

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

PERSEMBAHAN

Karya ini penulis persembahkan kepada: TUHAN

Bapak Fortinatus Hanang Eko S dan Ibu Rosalia Awit N yang selalu memberi dukungan dalam bentuk apapaun setiap hari dalam menyelesaikan skripsi ini. Mas Gabriel Danar A yang selalu menyadarkan untuk segera skripsi dan rival penulis

untuk segera skripsi.

Simbah putri, simbah kakung, pakde, bude, om, tante, mas, mbak, adik, yang selalu memberikan semangat, mengingatkan, dan memberikan doa selama penulis

menyelesaikan skripsi.

Theodora Prahereni Novi A yang selalu memberikan semangat setiap waktu, mengingatkan, mendoakan, dan kasih terhadap penulis selama penulis menyelesaikan

skripsi.

“SHMILY CREATIVE CREW” Putri, Rendi, Lito, Ferdian, Yohan, Anton Jr, Dani serta pasangan mereka yang selalu mengajak main, menggangu, berisik, memberikan

dukungan, doa, dan segalanya kepada penulis dalam menulis skripsi. “Light Off” yang selalu memberi hiburan dan pengertiannya selama penulis

menyelesaikan skripsi.

Pak Damai dan Bu Erlita selaku dosen pembimbing yang selalu membimbing penulis dengan sabar sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan lancar. Teman-teman PPL, teman-teman kuliah, teman-teman TSD dan Senthong, kost keluarga, semua angkatan PGSD 2013 yang memberikan pengaruh selama penulis

menyelesaikan skripsi.

IG:@RAIMU_YK yang selalu memberikan kecanduan untuk mengerjakan sketsa wajah digital selama penulis menyelesaikan skripsi.

(5)

v MOTTO

Buatlah semuanya berarti

(6)
(7)
(8)

viii ABSTRAK

PENGEMBANGAN BUKU CERITA BERGAMBAR BERBASIS PENDIDIKAN ANTI KORUPSI UNTUK PEMBELAJARAN MEMBACA

SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

Daniel Dicky Laksitama Universitas Sanata Dharma

2017

Pendidikan anti korupsi merupakan pendidikan non formal yang sangat cocok diberikan sejak pendidikan dasar atau siswa sekolah dasar. Pendidikan anti korupsi memiliki peran penting untuk menanamkan sikap-sikap jujur, tanggung awab, kesederhanaan, dan lain-lain. Pendidikan anti korupsi dapat diajarkan melalui pembelajaran dengan memberikan buku cerita bergambar yang menarik bagi siswa. Tujuan penelitian ini adalah membuat produk buku cerita bergambar berbasisi pendidikan anti korupsi untuk pembelajaran membaca siswa kelas IV SD.

Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan. (Research and development). Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan modifikasi dari Sugiyono dan Borg & Gall yaitu menggunakan enam langkah sebagai berikut 1) potensi dan masalah, 2) pengumpulan informasi, 3) desain produk, 4) validasi desain, 5) revisi desain, 6) uji coba produk. Penelitian ini menggunakan tiga instrumen observasi, wawancara, dan kuisioner. Observasi dan wawancara digunakan peneliti untuk analisis kebutuhan sedangkan kuisoner digunkan peneliti untuk validasi dan uji coba produk.

Berdasarkan validasi dosen ahli, guru kelas IV B dan siswa kelas IV mendapatkan rata-rata skor 4,42 dengan kategori “Sangat Baik”, sehingga dapat produk dapat dapat diuji cobakan. Uji coba produk dilakukan kepada 7 siswa kelas IVB SD Karitas Nandan dan mendapatkan rata-rata skor sebesar 4.6 pada kategori Sangat Baik”. Hasil uji coba menunnjukn bahwa siswa tertarik dan memahami inti atau pesan yang disampaikan buku cerita bergambar berbasis pendidikan anti korupsi yang berjudul “COKO : Cerita Cokelat Kelas Noko”.

(9)

ix

ABTRACT

DEVELOPMENT PICTURE STORY BOOK BASED OF ANTI

CORRUPTION EDUCATION F OR READ LEARNING IN IV GRADE

ELEMENTARY SCHOOL

Daniel Dicky Laksitama Universitas Sanata Dharma

2017

Anti-corruption eduaction is important delivered to student included in primary school. Implementing of anti-corruption education can give the student to be honest, responbility, unpretentious, etc. Teaching anti -corruption education can be done with give a picture story book for student. The purpose of this thesis is make a picture story book based of anti corruption education for student in grade IV.

The kind of this thesis is a research and development. This research use a method modification by Sugiyono and Borg & Gall. Research and development have a six step there are 1) the potential aand the problem, (2) collecting the information, (3) design the product, (4) validation the design, (5) revision the design, and (6) trials the product. This reserach use 3 instrument there are observation, interviewand questionnaire. Observation and interview used to analysis, while questionnaire used to validation and trials the product.

Based on validation by lecturer, theacer of grade IVB and the student get the score average 4.42 with the category “Very Good”, so this product can be tested. Trial of this pruduct for 7 studentt grade IV B SD Karitas Nanda can get the score average 4.6 with the category “Very Good”. The result refer that student interested and understand the message from this picture story book based on anti corruuption education. The title of this picture story book is “COKO : Cerita Cokelat Kelas Noko”.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang telah memberikan kasih dan penyertaan-Nya sehingga skripsi berjudul Pengembangan Buku Cerita Bergambar Berbasis Pendidikan Anti Korupsi untuk Pembelajaran Membaca Siswa Kelas 1V SD ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa keberhasilan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati dan penuh cinta, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan, dukungan, dan motivasi baik secara langsung maupun tidak langsung dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi.

Ucapan terimakasih ini penulis sampaikan kepada:

1. Rohandi, Ph. D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd., selaku Kaprodi PGSD

3. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd., selaku Wakaprodi PGSD.

4. Brigitta Erlita Tri Anggadewi, S.Psi., M.Psi., selaku dosen pembimbing skripsi I yang telah membimbing dan memotivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini

5. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd., selaku dosen pembimbing skripsi II yang telah membimbing dan memotivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

6. Validator yang telah membantu memaksimalkan hasil penelitian.

(11)

xi 8. Guru kelas IVB SD dari SD Karitas Nandan.

9. Para dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ilmunya dalam mendidik penulis selama kuliah.

10. Para guru, karyawan dan siswa SD Karitas Nandan, yang telah saling berbagi pengalaman dan memberikan dukungan serta semangat.

11. Bapak Fortinatus Hanang Eko S dan Ibu Rosalia Awit N yang selalu memberi dukungan dalam bentuk apapaun setiap hari dalam menyelesaikan skripsi ini.

12. Mas Gabriel Danar A yang selalu menyadarkan untuk segera skripsi dan rival penulis untuk segera skripsi.

13. Simbah putri, simbah kakung, pakde, bude, om, tante, mas, mbak, adik, yang selalu memberikan semangat, mengingatkan, dan memberikan doa selama penulis menyelesaikan skripsi.

14. Theodora Prahereni Novi A yang selalu memberikan semangat setiap waktu, mengingatkan, mendoakan, dan kasih terhadap penulis selama penulis menyelesaikan skripsi.

15. “SHMILY CREATIVE CREW” Putri, Rendi, Lito, Ferdian, Yohan, Anton Jr, Dani serta pasangan mereka yang selalu mengajak main, menggangu, berisik, memberikan dukungan, doa, dan segalanya kepada penulis dalam menulis skripsi. 16.“Light Off” yang selalu memberi hiburan dan pengertiannya selama penulis menyelesaikan skripsi.

(12)

xii

18. IG:@RAIMU_YK yang selalu memberikan kecanduan untuk mengerjakan sketsa wajah digital selama penulis menyelesaikan skripsi.

(13)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

(14)

xiv

2.1.1.1 Pengertian Korupsi ... 8

2.1.1.2 Bentuk Korupsi ... 9

2.1.1.3 Penyebab Korupsi ... 12

2.1.2 Pendidikan ... 13

2.1.2.1 Pengertian Pendidikan ... 13

2.1.2.2 Tujuan Pendidikan ... 14

2.1.2.3 Fungsi Pendidikan ... 14

2.1.2.4 Pendidikan formal, informal, dan nonformal ... 15

2.1.2.4.1 Pendidikan Formal (Sekolah) ... 15

2.1.2.4.2 Pendidikan Informal ... 15

2.1.2.4.3 Pendidikan Nonformal ... 15

2.1.3 Pendidikan Anti Korupsi ... 16

2.1.3.1 Pengertian Pendidikan Anti Korupsi ... 16

2.1.3.2 Tujuan Pendidikan Anti Korupsi ... 17

2.1.3.3 Integrasi Pendidikan Anti Korupsi ... 18

2.1.4 Buku Cerita Bergambar ... 19

2.1.4.1 Pengertian Buku Cerita Bergambar ... 19

2.1.4.2 Fungsi Buku Cerita Bergambar ... 20

2.1.4.3 Jenis Buku Cerita Bergambar ... 22

2.1.4.4 Komponen Buku Cerita Bergama ... 25

2.1.4.5 Kriteria Buku Cerita Bergambar Bagi Anak ... 27

2.1.5 Membaca ... 28

2.1.5.1 Pengertin Membaca ... 28

2.1.5.2 Tujuan Membaca ... 30

2.1.5.3 Aspek Membaca ... 30

2.2. Penelitian yang Relevan ... 31

2.3 Kerangka Berpikir ... 35

(15)

xv

BAB III METODE PENEITIAN... 38

3.1 Jenis Penelitian ... 38

3.2 Seting Penelitian ... 41

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 41

3.2.2 Subjek Penelitian ... 41

3.2.3 Waktu Penelitian ... 41

3.3. Prosedur Pengembangan ... 41

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 44

3.4.1 Wawancara ... 45

3.4.2 Observasi ... 45

3.4.3 Kuisoner ... 45

3.5 Instrumen Penelitian ... 46

3.5.1 Wawancara ... 46

3.5.2 Observasi ... 47

3.5.3 Kuisoner ... 48

3.6 Teknik Analisi Data ... 57

3.6.1 Teknik Analisis Data Kualitatif ... 57

3.6.2 Teknik Analisis Data Kuantitatif ... 58

BAB IV HASIL PENELITIAN PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASA .. 62

4.1 Hasil Penelitian ... 62

4.1.1 Proses Pengembangan Buku Cerita Bergambar ... 62

4.1.1.1 Analisa Kebutuhan ... 62

4.1.1.2 Hasil Wawancara Survei Kebutuhan ... 63

4.1.1.3 Hasil dan Pembahasan Observasi Survei Kebutuhan ... 66

4.1.1.4 Deskripsi Produk Awal ... 67

4.1.1.4.1 Kata Pengantar ... 67

4.1.1.4.2 Panduan Pengunaan buku ... 68

(16)

xvi

4.1.1.4.9 Teknik Pengerjaan ... 73

4.1.1.4.10 Warna ... 74

4.1.1.4.11 Tipografi ... 74

4.1.1.4.12 Teknik Cetak ... 76

4.1.1.5 Data Validasi dan Revisi Produk ... 76

4.1.1.5.1 Data Validasi Dosen Ahli Buku Cerita Bergambar dan Revisi Produk……….. 77

4.1.1.5.2 Data Validasi Guru Kelas IV dan Revisi Produk ... 81

4.1.1.6 Data Uji Coba Produk ... 85

4.1.2 Kualitas Buku Cerita Bergambar ... 87

4.2 Pembahasan ... 89

BAB V PENUTUP……… ... 93

5.1 Kesimpulan ... 93

5.2 Keterbatasan Pengembangan ... 94

5.3 Saran ... 94

DAFTAR PUSTAKA ... 95

LAMPIRAN ... 98

(17)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Wawancara……… 46

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Uji Validasi Produk untuk Pakar dan Guru………... 48

Tabel 3.3 Contoh Instrumen Kuisoner Uji Validitas untuk Dosen Ahli dan Guru……….. 50

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Uji Validasi Produk untuk Siswa ………. 53

Tabel 3.5 Contoh Instrumen Kuisoner Uji Validitas untuk Siswa……… 55

Tabel 3.6 Konversi Data Kuantitatif Menjadi Data Kualitatif Skala Lima Menurut Sukardjo (2008 :101) (2005 :53)……… 58

Tabel 3.7 Kriteria Skala Lima (Sukardjo, 2018:101)……… 60

Tabel 4.1 Rangkuman Hasil Wawancara Guru Kelas IV B di SD Karitas Nandan……….. 63

Tabel 4.2 Hasil Observasi Survei Kebutuhan……… 66

Tabel 4.3 Penjabaran Karakter dan Peran……… 69

Tabel 4.4 Tipografi dalam Produk Buku Cerita Bergambar………. 75

Tabel 4.5 Sebelum dan Sesudah Revisi Berdasarkan Validasi oleh Dosen Ahli……… 79

Tabel 4.6 Sebelum dan Sesudah Revisi Produk Berdasarkan Validasi Guru Kelas IVB SD……… 83

Tabel 4.7 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Siswa………... 87

(18)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Penelitian yang Relevan……… 35

Gambar 3.1 Bagan Langkah Penelitian Sugiyono………... 40

Gambar 3.2 Bagan Rencana Penelitian………..……….. 42

Gambar 4.1 Judul Buku……… 72

Gambar 4.2 Gambar Sketsa Tangan……… 72

Gambar 4.3 Gambar Sketsa Tangan Sebelum Diwarnai……….. 73

Gambar 4.4 Gambar setelah diwarnai menggunakan Photosop Cs3…..………. 74

(19)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Wawancara ... 99

Lampiran 2 Data Hasil Validasi Dosen Ahli ... 101

Lampiran 3 Data Hasil Validasi Guru Kelas IV SD ... 104

Lampiran 4 Data Hasil Uji Coba Produk Siswa Kelas IV SD ... 107

Lampiran 5 Rekapitulasi Data Validasi ... 131

Lampiran 6 Rekapitulasi Data Hasil Uji Coba Siswa ... 132

Lampiran 7 Dokumentasi ... 133

Lampiran 8 Surat Ijin Penelitian ... 134

Lampiran 9 Surat Keterangan Melakukan Kegiatan ... 135

(20)

1 BAB I

PENDAHULUAN

Bab I ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, spesifikasi produk dan definisi operasional.

1.1 Latar Belakang Masalah

(21)

terjerat kasus korupsi. Oleh sebab itu maka korupsi sebaiknya dicegah dengan cara yang tepat. Menurut Wijaya (2014:23) cara yang paling efektif adalah melalui media pendidikan sehingga diperlukan sistem pendidikan anti korupsi yang berisi sosialisasi bentuk korupsi, cara pencegahan dan pelaporan, serta pengawasan terhadap tindak pidana korupsi. Menurut Wijaya (2014:24) upaya pemberantasan korupsi melalui jalur pendidikan harus dilaksanakan karena pendidikan merupakan sarana yang strategis untuk membina generasi muda agar menanamkan nilai-nilai kehidupan termasuk antikorupsi. Pendidikan anti korupsi adalah usaha sadar untuk memberikan pemahaman dan pencegahan terjadinya perbuatan korupsi yang dilakukan melalui pendidikan formal di sekolah, pendidikan informal di lingkungan keluarga, serta pendidikan nonformal di masyarakat.

(22)

bermutu atau tidak baik maka manusia akan menjadi orang yang kurang bermutu.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menanamkan perilaku anti korupsi adalah melalui pendidikan. Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti pada siswa kelas IV B di SD Karitas Nandan pada bulan September hingga Oktober didapatkan bahwa minat baca siswa kelas IV B masih sangat rendah terbukti dengan sedikitnya siswa yang membaca di perpustakaan, kejujuran siswa juga belum baik dikarenakan masih banyak siswa yang berbuat curang saat ulangan harian. Menurut wawancara dengan guru kelas IV B juga didapatkan minat baca yang rendah dari siswa kelas IV B.

Berdasarkan temuan data di atas, peneliti mengembangkan media pembelajaran berupa cerita bergambar. Jenis penelitian ini merupakan Research and Development (R&D), peneliti menggambil judul: “Pengembangan Buku Cerita Bergambar Berbasis Pendidikan Anti Korupsi

untuk Pembelajaran Membaca Siswa pada Kelas IV Sekolah Dasar”. Pengembangan buku cerita bergambar berbasis pendidikan anti korupsi ini diharapakan menanankan anti korupsi kepada anak sejak dini agar memiliki landasan karakter yang jujur serta menambah minat baca anak.

1.2Rumusan Masalah

(23)

1.2.1 Bagaimana pengembangan produk buku cerita bergambar tentang pendidikan anti korupsi untuk pembelajaran membaca siswa pada kelas IV di SD Karitas Nandan?

1.2.2 Bagaimana kualitas produk buku cerita bergambar tentang pendidikan anti korupsi untuk pembelajaran membaca siswa pada kelas IV di SD Karitas Nandan?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah : 1.3.1 Mendeskripsikan pengembangan produk buku cerita bergambar

tentang pendidikan anti korupsi untuk pembelajaran membaca siswa pada kelas IV di SD Karitas Nandan.

1.3.2 Mendeskripsikan kualitas produk buku cerita bergambar tentang pendidikan anti korupsi untuk pembelajaran membaca siswa pada kelas IV di SD Karitas Nandan.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.4.1 Bagi anak

(24)

demi kebaikan semua orang yang dapat diterapkan pada kehidupan anak.

1.4.2 Bagi Peneliti

Penelitian ini bermanfaat bagi peniliti untuk mengembangkan buku cerita bergambar tentang pendidikan anti korupsi yang berguna untuk mengembangkan pembelajaran membaca serta meningkatkan minat baca, menumbuhkan sikap jujur, bertanggung jawab, giat, dan menambah pengalaman.

1.4.3Bagi Guru

Buku cerita bergambar berbasis pendidikan anti korupsi dapat bermanfaat bagi guru sebagai buku untuk menanamkan karakter anti korupsi bagi siswa serta menambah bahan ajar untuk guru yang bermanfaat.

1.4.4Bagi sekolah

Buku cerita bergambar berbasis pendidikan anti korupsi dapat bermanfaat bagi sekolah untuk menambah sumber bacaan sekolah. 1.4.5Bagi Progam Studi PGSD

(25)

1.5 Batasan Istilah

1.5.1Buku cerita bergambar

Buku cerita bergambar adalah buku cerita yang berisi tentang cerita yang memiliki ilustrasi berupa gambar yang menarik bagi anak serta menambah daya imajinasi yang membuat siswa meresapi cerita yang ada dalam buku.

1.5.2Korupsi

Korupsi berarti perbuatan busuk yang dilakukan oleh seseorang untuk menguntungkan diri sendiri maupun golongan serta merugikan orang lain.

1.5.2 Pendidikan anti korupsi

Pendidikan anti korupsi adalah usaha untuk mencegah terjadinya korupsi sejak dini. Serta mengenalkan dampak buruk dalam tindakan korupsi.

1.5.3Membaca

Membaca adalah kegiatan aktif yang dilakukan seseorang untuk memperoleh informasi yang terkandung dalam buku yang hendak disampaikan oleh penulis.

1.6Spesifikasi Produk

Spesifikasi produk yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut :

(26)

1.6.2 Produk berupa buku cerita bergambar dibuat berwarna-warni dengan warna yang kontras agar menarik anak-anak.

1.6.3 Produk menceritakan tentang pendidikan anti korupsi dalam salah satu kasus korupsi yang sering terjadi karena adanya kesempatan yang dilakukan oleh anak dan penjelasan korupsi serta anti korupsi.

(27)

8

Kajian pustaka ini berisi teori-teori yang dijadikan landasan guna mendukung penelitian ini. Adapun beberapa hal yang menjadi pembahasan peneliti adalah korupsi, pendidikan, pendidikan anti korupsi, buku cerita bergambar, dan membaca.

2.1.1 Korupsi

2.1.1.1Pengertian Korupsi

(28)

sebuah jabatan negara karena keuntungan status atau uang yang menyangkut pribadi (perorangan, keluarga dekat, kelompok sendiri) atau melanggar aturan-aturan. Setiap tindakan yang menyimpang dari prosedur dengan tujuan untuk mencari keuntungan pribadi maka dapat dikatakan melakukan korupsi. Menurut Evi, (2007:1) korupsi merupakan masalah serius, tindak pidana ini dapat membahayakan stabilitas dan keamanan masyarakat, membahayakan pembangunan sosial ekonomi, dan juga politik serta dapat merusak nilai-nilai demokrasi dan moralitas karena lambat laun perubahan tersebut menjadi sebuah budaya yang menjadikan ancaman terhadap cita-cita menuju masyarakat adil dan makmur.

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa korupsi adalah sebuah tindakan yang keliru dan menyebabkan banyak kerugian yang berdampak bagi orang lain yang disebabkan oleh kepentingan yang menguntungkan diri sendiri maupun golongan dan biasanya karena mendapatkan kesempatan atau terdapat pembiaran. 2.1.1.2 Bentuk Korupsi

Menurut Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) (dalam Mukodi dan Afid 2014:51-53) bentuk-bentuk yang tergolong sebagai korupsi adalah sebagai beikut:

1. Kerugian uang Negara

(29)

dengan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada.

2.Suap menyuap

Maksudnya memberikan atau menjanjikan sesuatu kepada penyelenggara Negara dengan maksud supaya berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu dalam kewenangannya. Bagi penyelengara Negara, menerima sesuatu atau janji dari pihak lain merupakan bagian dari suap.

3. Pengelapan dalam jabatan

Maksudnya seseorang yang ditugaskan untuk menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau sementara waktu, dengan sengaja menggelapkan uang atau surat berharga yang disimpan karena jabatannya oleh diri sendiri atau dibantu pihak lain.

4.Pemerasan

Maksudnya seseorang yang ditugaskan untuk menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau semetara waktu, meminta atau menerima sesuatu, seolah-olah merupakan utang terhadap dirinya, padahal diketahui bahwa hal tersebut bukan merupakan utang piutang.

(30)

5.Perbuatan Curang

Maksudnya, seseorang yang ditugaskan untuk menjalankan suatu jabatan, sengaja melakukan perbuatan curang atau membiarkan adanya perbuatan curang terjadi di lingkungan jabatannya Misalnya, markup angaran, penggunaan anggaran yang tidak sesuai dengan alokasi anggarannya.

6.Benturan kepentingan dalam pengadaan

Maksudnya, seseorang yang ditugaskan untuk menjalankan suatu jabatan baik langsung maupun tidak langsung dengan sengaja turut serta dalam pemborongan, pengadaan atau persewaan yang pada saat dilakukan perbuatan, untuk seluruh atau sebagian ditugaskan untuk mengurus atau mengawasinya.

7.Gratifikasi

(31)

pemberian suap apabila berhubungan dengan jabatannya dan yang berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya.

2.1.1.3 Penyebab Korupsi

(32)

2.1.2 Pendidikan

2.1.2.1 Pengertian Pendidikan

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi-potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sedangkan Marimba (dalam Mukodi dan Afid 2014:112) mengartikan pendidikan sebagai bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terdapat perkembangan jasmani dan rohani terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Menurut Barnadib (dalam Mukodi dan Afid 2014:112) pendidikan sebagai usaha sadar dan sistematis untuk mencapai taraf hidup atau kemajuan yang lebih baik. Menurut Priatna (dalam Tatang S 2012:15) pendidikan merupakan usaha pengembangan kualitas diri manusia dalam segala aspeknya. Pendidikan sebagai aktivitas yang disengaja untuk mencapai tujuan tertentu dan melibatkan berbagai faktor yang saling berkaitan antara satu dan lainnya, sehingga membentuk satu sistem yang saling mempengaruhi.

(33)

jasmani dan rohani yang dilakukan oleh pendidik kepada peserta didik di dalam proses belajar.

2.1.2.2 Tujuan Pendidikan

Menurut Al-Abrasyi (dalam Tatang S 2012:66) tujuan umum pendidikan bukan hanya meningkatan intelektualitas anak didik dengan berbagai ilmu pengetahuan, melainkan juga meningkatkan sikap mental atau akhlak anak didik, yaitu akhlak yang mulia. Mendidik akhlak dan jiwa siswa, menanamkan rasa keutamaan, membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi, mempersiapkan mereka untuk kehidupan yang suci seluruhnya ikhlas dan jujur. Oleh karena itu, tujuan pokok dan terutama dari pendidikan ialah mendidik budi pekerti dan pendidikan jiwa. Menurut Tatang S (2012:67) pendidikan bertujuan mewujudkan manusia yang beriman, bertakwa, cerdas, sehat jasmani dan rohani, memiliki keterampilan memadai, berakhlak mulia, memiliki kesadaran yang tinggi dan selalu intropeksi diri, tanggap terhadap persoalan, mampu memecahkan masalah dengan baik dan rasional, dan memiliki masa depan yang cerah, baik di dunia maupun di akhirat.

2.1.2.3 Fungsi Pendidikan

(34)

2.1.2.4 Pendidikn formal, informal, dan non formal 2.1.2.4.1 Pendidikan Formal (Sekolah)

Menurut Ahmadi (2014:81), pendidikan formal adalah pendidikan yang memiliki aturan resmi yang sangat ketat dalam segala aspeknya, jauh lebih ketat dari pendidikan informal dan nonformal. Dalam UU RI Nomor 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan dasar mencakup SD/MI, Pendidikan menengah mencakup SMP/M.Ts., Pendidikan menengah mencakup SMA/SMK/MA, Perguruan tinggi mencakup sekolah tinggi, akademi, dan universitas.

2.1.2.4.2 Pendidikan Informal

Menurut Ahmadi (2014:83), pendidikan informal adalah pendidikan yang tidak terstruktur yang berkenaan dengan pengalaman sehari-hari yang tidak terencana dan terorganisasi (belajar incidental). Menurut UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang dimaksud pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.

2.1.2.4.3 Pendidikan Nonformal

(35)

kebutuhan-kebutuhan peserta didik yang spesifik (atau situasi yang spesifik) untuk memaksimalkan belajar dan meminimalkan unsur-unsur lain yang sering dilakukan oleh para guru sekolah formal.. Menurut Tight (dalam Ahmadi (2014:84), pendidikan nonformal merupakan usaha pendidikan yang disengaja yang dilaksanakan di luar sistem persekolahan. Menurut UU RI No 20 Tahun 2003, pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.

2.1.3 Pendidikan Anti Korupsi

2.1.3.1 Pengertian pendidikan anti korupsi

(36)

terhadap segala potensi tindak koruptif yang terjadi, tidak melakukan tindak korupsi sekecil apapun, dan berani menentang tindak korupsi yang terjadi. Tujuan praktis ini, bila dilakukan bersama-sama semua pihak, akan menjadi gerakan masal yang akan mampu melahirkan bangsa baru yang bersih dari ancaman dan dampak korupsi. Menurut Wijaya (2014:85), Pendidikan anti korupsi adalah usaha sadar untuk memberikan pemahaman dan pencegahan terjadinya perbuatan korupsi yang dilakukan melalui pendidikan formal di sekolah, pendidikan informal di lingkungan keluarga, serta pendidikan nonformal di masyarakat.

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan anti korupsi adalah usaha sadar dalam menanamkan anti korupsi dan mencegah korupsi sejak dini kepada generasi mendatang agar memiliki pikiran malu untuk melakukan tindakan korupsi secara tegas.

2.1.3.2Tujuan Pendidikan Anti Korupsi

Menurut Mukodi dan Afid (2014:118-119) tujuan pengembangan pendidikan anti korupsi di sekolah/madrasah adalah:

1. Anak didik mempunyai pemahaman sejak dini tentang tindakan korupsi.

(37)

3. Anak didik mampu mencegah orang lain agar tidak cara memberikan pengertian kepada orang melakukan tindakan korupsi dengan cara memberikan peringatan kepada orang tersebut.

4. Anak didik mampu mendeteksi adanya tindak korupsi (dan melaporkannya kepada pihak terkait).

2.1.3.3Integrasi Pendidikan Anti Korupsi

Menurut Wijaya (2014:85), jika pendidikan anti korupsi diintegrasikan ke dalam kurikulum, maka menjadi salah satu materi yang disusun ke dalam Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD). Selanjutnya, dijabarkan ke dalam substansi kajian atau pokok bahasan dalam mata pelajaran tertentu. Mata pelajaran yang dekat dijadikan pijakan dalam pendidikan anti korupsi adalah Pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, dan Bahasa Indonesia.

Menurut Mukodi dan Afid (2014:131-132), dalam mengajarkan pendidikan anti korupsi di sekolah, guru juga dapat menggunakan sebuah masalah. Misalnya, guru membuat cerita sederhana tentang korupsi. Lalu dengan cerita itu, peserta didik menganalisis dan mencari penyelesaiannya. Proses ini dapat dilakukan dengan individu maupun kelompok.

(38)

prinsip dalam peserta didik. Semua input dan proses yang dikerahkan oleh sekolah/madrasah harus bertujuan untuk kepentingan pesera didik.

Menurut Syarbini dan Arbain (2014:74-75), pada prinsipnya pengintegrasian nilai-nilai dan perilaku anti korupsi bisa dilakukan ke semua mata pelajaran. Integrasi melalui pengembangan materi terutama dilakukan terhadap mata pelajaran Pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarganeraan yang sebagian besar materinya mengandung muatan nilai dan perilaku anti korupsi. Pengintegrasian pada mata pelajaran Bahasa Indonesia lebih diutamakan melalui pengembangan metode, media, dan sumber belajar. Beberapa media dan sumber belajar tersebut diantaranya adalah gambar, foto, video, berita media masa, puisi, sajak, cerpen, prosa, pantun dan sejenisnya yang berkaitan dengan korupsi.

2.1.4 Buku Cerita Bergambar

2.1.4.1Pengertian Buku Cerita Bergambar

(39)

narasi secara verbal dan disertai gambar-gambar ilustrasi itu disebut sebagai buku bergambar atau buku cerita bergambar.

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa buku cerita bergambar adalah buku yang menampilkan teks narasi dan ilustrasi yang saling terkait serta saling melengkapi untuk menyampaikan pesan agar lebih jelas dan mudah untuk diterima.

2.1.4.2Fungsi Buku Cerita Bergambar

Menurut Nurgiyantoro (2005:152), dengan gambar-gambar cerita menarik yang dihadirkan, siswa akan membaca dengan penuh kesungguhan mengikuti dan mencoba memahami alur gambar aksi yang dilihatnya, dan itu mungkin sekali dilakukan berkali-kali. Gambar-gambar cerita itu menjadi salah satu daya gerak mengembangkan fantasi lewat imajinasi dan logika.

Mitchell (dalam Nurgiyantoro 2005:159-161) menunjukkan beberapa hal tentang fungsi dan pentingnya buku cerita bergambar sebagai berikut:

(40)

2. Buku cerita bergambar dapat membantu anak untuk belajar tentang dunia, menyadarkan anak tentang keberadaan di dunia di tengah masyarakat dan alam. Lewat buku cerita bergambar anak dapat belajar tentang kehidupan masyarakat, baik dalam perspektif sejarah masa lalu maupun masa kini, belajar tentang keadaan geografi dan kehidupan alam, flora, dan fauna.

3. Buku cerita bergambar dapat membantu anak belajar tentang orang lain, hubungan yang terjadi, dan pengembangan perasaan. Lewat buku cerita-bergambar yang menampilkan kehidupan keluarga, para tetangga, kawan sebaya, pergaulan di sekolah, dan lain-lain yang mengisahkan relasi kehidupan antar manusia dapat membelajarkan anak untuk bersikap dan bertingkah laku, verbal dan nonverbal, yang benar sesuai dengan tuntutan kehidupan sosial-budaya masyarakat.

4. Cerita bergambar dapat membantu anak untuk memperoleh kesenangan. Ini merupakan salah satu hal terpenting dalam pemberian buku bacaan jenis ini, yaitu untuk memberikan kesenangan dan kenikmatan batiniah.

(41)

6. Buku cerita bergambar dapat membantu anak untuk menstimulasi imajinasi. Buku cerita dan gambar-gambar memiliki fungsi untuk mendorong tumbuh dan berkembangnya imajinasi anak.

2.1.4.3Jenis Buku Cerita Bergambar

Menurut Rothkei dan Mainbach (dalam Aprianti, 2013:90-92) buku bergambar (picture book) dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis. Jenis buku bergambar dibedakan menjadi lima macam yaitu:

1. Buku abjad (alphabet book)

Dalam buku alphabet, setiap huruf alphabet dikaitkan dengan ilustrasi objek yang diawali dengan huruf. Ilustrasi harus jelas berkaitan dengan huruf-huruf kunci dan gambar objek serta mudah teridentifikasi. Beberapa buku alphabet diorganisasi pada sekitar tema khusus, seperti peternakan, dan transportasi. Buku alphabet berfungsi untuk membantu anak, menstimulasi, dan membantu pengembangan kosakata.

2. Buku mainan (toys book)

(42)

anak-anak mengembangkan keterampilan kognitif meningkatkan kemampuan bahasa dan sosialnya, serta mencintai buku.

3. Buku konsep (concept book)

Buku konsep adalah buku yang menyajikan konsep dengan menggunakan satu atau lebih contoh untuk membantu pemahaman konsep yang sedang dikembangkan. Konsep ditekankan pengajarannya melalui alur cerita atau dijelaskan secara repetisi dan perbandingan

4. Buku bergambar tanpa kata (wordless picture books)

Buku bergambar tanpa kata adalah buku untuk menampilkan cerita melalui ilustrasi saja. Buku bergambar tanpa kata menjadi berkembang dan populer pada masyarakat generasi muda, yakni terdapat di televisi, komik, dan bentuk visual komunikasi lainnya. Alur cerita disajikan dengan gambar yang diurutkan dan tindakan juga digambarkan dengan jelas.

(43)

ilustrasi. Anak-anak menganalisis maksud pengarang dengan mengidentifikasi ide pokok dan memahami ceritanya.

5. Buku cerita bergambar

Buku cerita bergambar memuat pesan melalui ilustrasi dan teks tertulis. Kedua elemen ini merupakan elemen penting pada cerita. Buku-buku ini memuat berbagai tema yang sering didasarkan pada pengalaman kehidupan sehari-hari anak. Karakter dalam buku ini dapat berupa manusia atau binatang. Disini ditampilkan kualitas karakter dan kebutuhan manusia, sehingga anak-anak dapat memahami dan menghubungkannya dengan pengalaman pribadinya.

Buku cerita yang diilustrasikan dan ditulis dengan baik akan memberikan kontribusi pada perkembangan anak. Buku bergambar yang baik memuat elemen intrinsik sastra, seperti alur, struktur yang baik, karakter yang baik, perubahan gaya, latar dan tema yang menarik.

(44)

2.1.4.4 Komponen Buku Cerita Bergambar

Dalam buku bergambar yang dikembangkan pada penelitian ini terdapat dua komponen yang utama yaitu gambar dan teks. Kedua komponen tersebut tentu memiliki unsur-unsur yang harus diperhatikan dalam membuat, mengembangkan dan menggunakannya sebagai media pembelajaran.

1. Gambar

Menurut Hamalik (1994: 43) gambar merupakan segala sesuatu yang diwujudkan secara visual dalam bentuk dua dimensi sebagai curahan perasaan atau pikiran. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 329) gambar adalah tiruan barang, binatang, tumbuhan dan sebagainya. Menurut Sadiman (2012: 31) dalam membuat gambar yang baik harus memperhatikan beberapa syarat yaitu sebagai berikut:

a. Autentik, gambar tersebut harus secara jujur melukiskan situasi seperti orang melihat benda sebenarnya.

b. Sederhana, komposisi gambar hendaknya cukup jelas, menunjukkan poin-poin pada gambar.

(45)

akan sulit membayangkan besar benda tersebut. Untuk menghindari hal itu hendaknya dalam gambar tersebut terdapat sesuatu yang dikenal anak sehingga membantu anak membayangkan gambar.

d. Gambar sebaiknya mengandung gerak atau perbuatan. Gambar yang baik tidak menunjukkan objek/benda dalam keadaan diam tetapi memperlihatkan aktivitas tertentu.

e. Gambar yang bagus belum tentu baik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Walaupun dari segi mutu kurang, gambar anak sendiri seringkali lebih baik.

f. Tidak setiap gambar yang bagus merupakan media yang bagus. Sebagai media yang baik, gambar hendaklah bagus dari sudut seni dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

2. Teks

Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (dalam Ain, 2011: 16) terdapat empat unsur kelayakan media teks (termasuk didalamnya buku bergambar) antara lain:

a.Komponen isi, mencangkup kesesuaian dengan kurikulum, keakuratan materi, materi pendukung pembelajaran.

(46)

yang komunikatif, pemakaian bahasa memenuhi syarat dan keruntutan dan keterpaduan alur pikir.

c. Komponen penyajian, meliputi teknik penyajian, penyajian pembelajaran, dan kelengkapan informasi.

d.Komponen kegrafisan mencakup ukuran buku, desain kulit buku dan desain isi buku.

2.1.4.5 Kriteria Buku Cerita yang Baik Bagi Anak

Menurut Christantowat (1994), guru maupun orang tua perlu membimbing anak-anak untuk memilih bacaan yang sesuai dengan tingkat kematangan berpikir dan kebutuhannya. Oleh sebab itu, guru maupun orang tua perlu memperhatikan kebutuhan bacaan yang baik bagi anak-anak. Buku bacaan yang baik untuk anak-anak adalah buku bacaan yang: dapat memberikan nilai tambah positif pada pembacanya. disampaikan dalam bahasa yang sederhana, enak dibaca dan penulisnya seakan ingin berbagi dengan pembaca, bukan menggurui, gaya penulisannya tidak meledak-ledak, menggunakan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku, tidak banyak menggunakan istilah asing yang sebenarnya ada padanannya dalam bahasa Indonesia.

(47)

gambar dibandingkan teks, jenis huruf pada buku cerita memiliki tingkat keterbacaan yang baik bagi anak-anak, judul buku cerita mewakili keseluruhan isi cerita dan menarik minat anak untuk membaca lebih lanjut, dan tampilan warna mampu memberikan kesan dan mudah ditangkap oleh indera penglihatan anak. Senada dengan pendapat Anggara, Waluyanto, dan Zacky (2014) bahwa kriteria buku cerita yang baik meliputi: isi dan tema cerita memberikan pembelajaran nilai-nilai moral yang berkaitan dengan kegiatan sehari-hari, buku cerita menyajikan gambar dan warna yang menarik dan tulisan yang sedikit, buku cerita mampu mengembangkan imajinasi dan kreativitas anak, buku cerita memberikan pesan moral yang jelas, dan penyampaian cerita memancing rasa ingin tahu anak.

Nurgiyantoro (2005: 210) juga menyatakan bahwa buku cerita yang baik untuk anak seharusnya memenuhi persyaratan berikut: materi dapat dipahami anak, menggunakan bahasa yang sederhana sehingga dapat dibaca dan dipahami anak, mempertimbangkan kesederhanaan (kompleksitas) kosakata.

2.1.5Membaca

2.1.5.1 Pengertian Membaca

(48)

kata-kata atau bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas dan makna kata-kata secara individual akan akan dapat diketahui .Kalau hal ini tidak terpenuhi, pesan yang tersurat dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik. Menurut Anderson (dalam Tarigan 2008:7) dari segi linguistik, membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan membaca sandi (a recording and decoding prosess), berlainan dengan bicara dan menulis yang justru melibatkan penyandian (encoding). Sebuah aspek pembacan sandi (decoding) adalah menghubungkan kata-kata tulis (written word) dengan makna bahasa lisan (oral language meaning) yang mencakup perubahan tulisan/cetakan menjadi bunyi yang bermakna. Menurut Finochiaro dan Banomo (dalam Tarigan 2008:9) secara singkat dapat dikatakan bahwa reading adalah bringing meaning to abd getting meaning from printed or written

material, memetik serta memahami arti makna yang terkandung di dalam bahasa tertulis. Menurut Mayer (2008); Christoper, dkk (2000) (dalam Kumara, dkk 2014;1) membaca didefinisikan sebagai “proses untuk

menerjemahkan kode-kode visual ke dalam bahasa pengucapan yang bermakna”. Menurut Sattler membaca adalah suatu proses yang

(49)

informasi yang diperoleh melalui modalitas, kemampuan melakukan decoding secara cepat, pemahaman verbal dan, inteligensi umum.

Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa membaca adalah proses menerjemahkan kode visual ke dalam bahasa yang dapat dipahami serta proses untuk mendapatkan pesan dari seorang penulis dengan fungsi kognitif yaitu memperhatikan dan konsentrasi. 2.1.5.2Tujuan Membaca

Menurut Tarigan (2008:9) tujuan utama membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Makna, arti (meaning) erat sekali berhubungan dengan maksud tujuan, atau intesif kita dalam membaca. Menurut Tarigan (2008:10) membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik dan menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipeajari atau dialami tokoh, merangkumkan hal-hal yang dialami oleh tokoh untuk mencapai tujuannya. Membaca seperti ini disebut memebaca untuk memperoleh ide-ide utama (reading for sequence or organization).

2.1.5.3Aspek Membaca

Menurut Broughton (et al) (dalam Tarigan 2008:12-13) Sebagai garis besarnya, terdapat dua aspek penting dalam membaca, yaitu:

(50)

Aspek ini mencakup:

a. Pengenalan bentuk huruf;

b. Pengenalan unsur-unsur linguistik (fonem/grafem, kata, frase, pola klausa, kalimat dan lain-lain);

c. Pengenalan hubungan/korespondensi pola ejaan dan bunyi (kemampuan menyuarakan bahan tertulis atau “to

bark at print”);

d. Kecepatan membaca ke taraf lambat.

2. Keterampilan yang bersifat pemahaman (comprehension skills) dianggap berada pada urutan yang lebih tinggi (higher order). Aspek ini mencakup:

a. Memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, retorikal);

b. Memahammi signifikasi atau makna (a.l. maksud dan tujuan pengarang relevansi/keadaan kebudayaan, dan reaksi membaca);

c. Evaluasi atau penilauian (isi, bentuk);

d. Kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan.

2.2Penelitian yang Relevan

(51)

Penelitian yang pertama, adalah penelitian yang dilakukan oleh Mira Dewi Lestari (2016) yang berjudul “Pengembangan Buku Cerita untuk

Menanamkan Karakter Peduli Sosial, Jujur dan Tanggung Jawab Siswa Sekolah Dasar Kelas Rendah”. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian penelitian dan

pengembangan atau Research and Development (R&D) dengan menggunakan enam tahap dari modifikasi langkah Sugiyono dan langkah Borg dan Gall. Penelitian ini menghasilkan sebuah produk buku cerita bergambar. Produk buku cerita bergambar divalidasi oleh dua validator dan memperoleh hasil validasi sebesar 4,33 dengan kategori “Sangat Baik” sehingga layak digunakan pada

tahap uji coba. Uji coba dilakukan kepada lima orang siswa mengenai buku cerita. Dari hasil uji coba yang dilakukan peneliti didapatkan data bahwa semua siswa menyukai buku cerita yang dibaca, buku cerita yang dihasilkan peneliti mudah dipahami, dan semua siswa dapat memahami karakter dalam buku cerita, serta siswa akan melakukan sikap peduli sosial setelah membaca buku cerita.

(52)

Analisis potensi masalah yang mencakup karakteristik peserta didik Sekolah Dasar dan kebutuhan produk berupa materi. Kedua, Perancangan produk melalui tahap pembuatan tema, pembuatan story board, desain karakter, ilustrasi, penyusunan buku cerita bergambar, validasi desain, revisi desain. Ketiga, uji coba produk terhadap peserta didik kelas 2. Hasil penelitian berupa buku cerita bergambar yang berisi materi pendidikan karakter tanggung jawab ini telah divalidasi oleh ahli media, ahli materi, ahli bahasa, dan reviewer (Guru SD kelas 2) dan dinyatakan layak. Buku pendidikan karakter tanggung jawab telah diuji cobakan kepada peserta didik Sekolah Dasar kelas 2 dan peserta didik mampu memahami materi pendidikan karakter dengan baik.

(53)

korupsi melalui kantin kejujuran di SMP Se-Kabupaten Sleman, yang keempat adalah kendala yang dihadapi dalam implementasi pendidikan anti korupsi melalui kantin kejujuran di SMP Se-Kabupaten Sleman.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mira Dewi Lestari (2016) yang berjudul “Pengembangan Buku Cerita untuk Menanamkan Karakter Peduli Sosial, Jujur dan Tanggung Jawab Siswa Sekolah Dasar Kelas Rendah”,

Wigianto (2015) yang berjudul “Pengembangan Buku Cerita Bergambar

Pendidikan Karakter Tanggung jawab Untuk Peserta Didik Sekolah Dasar”, Eka Sutriana Hidayati (2013) yang berjudul “Implementasi Pendidikan Anti Korupsi

Dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMP Se-Kabupaten Sleman”. Berdasarkan ketiga penelitian tersebut maka pengembangan buku cerita

bergambar berbasis pendidikan anti korupsi masih relevan untuk diteliti. Peneliti berharap dengan adanya buku cerita bergambar berbasis pendidikan anti korupsi ini akan menarik minat baca siswa dan menanamkan pendidikan anti korupsi kepada siswa. Kelebihan dari penelitian ini adalah menanamkan tradisi membaca sekaligus menanamkan pendidikan anti korupsi dengan cara yang menyenangkan dan tidak membosankan. Persamaan dari dua penelian tersebut adalah melakukan penelitian tentang buku cerita bergambar, sedangkan persamaan dari penelitian yang ketiga adalah penelitian tentang pendidikan anti korupsi.

(54)

untuk memberikan gambarn mengenai penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti.

Gambar 2.1 Bagan Penelitian yang Relevan 2.3 Kerangka Berpikir

Korupsi di Negara Indonesia ini seperti sebuah penyakit yang sulit untuk disembuhkan dengan satu obat saja, padahal pada masa sekarang pemerintah hanya mengobati atau mengilangkan korupsi itu dengan hukum yang hanya menghilangkan sedikit kasus saja. Akankah lebih baik jika penghilangan korupsi ini dimulai dari dini jadi sebelum terjadinya korupsi sudah dicegah. Pencegahan ini akan lebih efektif dari pada sudah terjadinya kasus. Selain obat hukum juga diberikan vitamin untuk mencegah penyakit korupsi menyebar luas. Menurut Tim Penulis Buku Pendidikan Anti Korupsi (2011:4) pendidikan ditujukan untuk Mira Dewi Lestari (2016)

Pengembangan Buku Cerita Bergambar Berbasis Pendidikan Anti Korupsi untuk Pelajaran Membaca Siswa Sekolah Dasar Kelas Tinggi

(55)

membangun kembali pemahaman yang benar dari masyarakat mengenai korupsi, meningkatkan kesadaran (awareness) terhadap segala potensi tindak koruptif yang terjadi, tidak melakukan tindak korupsi sekecil apapun, dan berani menentang tindak korupsi yang terjadi. Tujuan praktis ini, bila dilakukan bersama-sama semua pihak, akan menjadi gerakan masal yang akan mampu melahirkan bangsa baru yang bersih dari ancaman dan dampak korupsi.

Salah satu pencegahan yang efektif adalah dengan pendidikan anti korupsi sejak dini melalui buku cerita bergambar yang menarik anak. Menurut Nurgiyantoro (2005:152), dengan gambar-gambar cerita menarik yang dihadirkan, siswa akan membaca dengan penuh kesungguhan mengikuti dan mencoba memahami alur gambar aksi yang dilihatnya, dan itu mungkin sekali dilakukan berkali-kali. Gambar-gambar cerita itu menjadi salah satu daya gerak mengembangkan fantasi lewat imajinasi dan logika. Buku cerita bergambar berbasis pendidikan anti korupsi ini menarik bagi anak karena dengan bahasa cerita yang sederhana ditambah dengan ilustrasi gambar yang berwarna serta lucu dapat menambah daya imajinasi anak. Buku cerita bergambar juga sangat praktis karena selain pencegahan korupsi melalui cerita tentang pendidikan anti korupsi, buku ini juga mampu menambahkan minat baca anak.

(56)

sehari-hari siswa hingga dewasa nanti selain menanamkan anti korupsi buku cerita bergambar ini juga diharapkan dapat menambah serta menjadikan minat baca anak menjadi kebiasaan yang selalu dilakukan anak.

2.4Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian teori di atas, maka dapat dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana mengembangkan buku cerita bergambar berbasis pendidikan anti korupsi untuk pembelajaran membaca siswa sekolah dasar kelas IV? 2. Bagaimana kualitas buku cerita bergambar berbasis pendidikan anti

korupsi untuk pembelajaran membaca siswa sekolah dasar kelas IV menurut dosen ahli, guru kelas IV, dan siswa kelas IV sekolah dasar? 3. Bagaimana kualitas Buku Cerita Bergambar Berbasis Pendidikan Anti

(57)

38 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Jenis Penelitian

Jenis Penilitian yang digunakan dalam penelitian adalah research and development (R&D). Menurut Putra (2011:67) secara sederhana R&D bisa didefinisikan sebagai metode penelitian yang secara sengaja, sistematis, bertujuan/diarahkan untuk mencaritemuan, merumuskan, memperbaiki, mengembangkan, menghasilkan, menguji keefektifan produk, model, metode/strategi/cara, jasa, prosedur tertentu yang lebih unggul, baru, efektif, efisien, produktif, dan bermakna. R&D ini diarahkan untuk mencaritemukan kebaruan dan keunggulan dalam rangka efektivitas, efisiensi, dan produktivitas. Menurut Sugiyono (2010:407) metode penelitian dan pengembangan atau dalam Bahasa Inggrisnya Research and Development (R&D) adalah suatu metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Prosedur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pengembangan prosedur dari Borg & Gall (dalam Putra, 2011:119-121) dan prosedur pengembangan menurut Sugiyono (2010:409). Prosedur pengembangan Borg & Gall diuraikan menjadi sepuluh bagian yang dipaparkan sebagai berikut:

(58)

permasalahan yang dijumpai dalam pembelajaran, dan merangkum permasalahan.

2. Melakukan perencanaan (identifikasi dan definisi keterampilan, perumusan tujuan, penentuan urutan pembelajaran), dan uji ahli atau uji coba pada skala kecil, atau expert judgement.

3. Mengembangkan jenis/bentuk produk awal meliputi: penyiapan materi pembelajaran, penyusunan buku pegangan, dan perangkat evaluasi. 4. Melakukan uji coba lapangan tahap awal, dilakukan terhadap 2-3

sekolah menggunakan 6-10 subjek. Pengumpulan informasi/data dengan menggunakan observasi, wawancara, dan kuesioner, dan dilanjutkan analisis data.

5. Melakukan revisi terhadap produk utama, berdasarkan masukan dan saran-saran dari hasil uji lapangan awal.

6. Melakukan uji coba lapangan utama, dilakukan terhadap 3-5 sekolah, dengan 30-80 subjek. Tes/penilaian tentang prestasi belajar siswa dilakukan sebelum dan sesudah proses pembelajaran.

7. Melakukan revisi terhadap produk operasional, berdasarkan masukan dan saran-saran hasil uji lapangan utama.

(59)

9. Melakukan revisi terhadap produk akhir, berdasarkan saran dalam uji coba lapangan.

10.Mendesiminasikan dan mengimplementasikan produk, melaporkan dan menyebarluaskan produk melalui pertemuan dan jurnal ilmiah, bekerjasama dengan penerbit untuk sosialisasi produk untuk komersial, dan memantau distribusi dan control kualitas.

Sedangkan langkah-langkah penelitian pengembangan R&D menurut Sugiyono (2010:408-427) memaparkan menjadi sepuluh bagian yaitu 1) Potensi dan Masalah, 2) Pengumpulan Informasi, 3) Desain Produk, 4) Validasi Desain, 5) Revisi Desain, 6) Uji Coba Produk, 7) Revisi Produk, 8) Uji Coba Pemakaian, 9) Revisi Produk, 10) Produksi Masal. Langkah-langkah tersebut tersusun ke dalam sebuah bagan sebagai berikut:

(60)

3.2Seting Penelitian 3.2.1Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian dilaksanakan di SD Karitas Nandan, Sariharjo, Ngaglik, Sleman, DI. Yogyakarta

3.2.2Subjek Penelitian

Subyek Penelitian adalah siswa kelas IV B di SD Karitas Nandan. 3.2.3Waktu Penelitian

Waktu Penilitian dilakukan dari bulan September 2016 samapai 1 oktober 2016, selanjutnya uji coba produk buku cerita bergambar dilakukan pada tanggal 5 April 2017.

3.3Prosedur Pengembangan

Berdasarkan prosedur pengembangan Borg & Gall dan Sugiyono, peneliti mengambil enam langkah penelitian dan pengembangan yang akan dilakukan peneliti. Peneliti hanya mengambil enam langkah dikarenakan untuk melakukan revisi desain memerlukan waktu yang cukup lama dan biasanya dilakukan oleh orang yang professional dan selain itu untuk mencapai produksi masal memerluan biaya yang tidak sedikit. Enam Langkah yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1. Potensi dan Masalah

(61)

masalah penelitian ini bersumber dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan di SD Karitas Nandan pada bulan September 2016 sampai 1 Oktober 2016. Wawancara guru bertujuan untuk mengetahui masalah dalam pembelajaran membaca serta minat baca siswa kelas IV dan juga sikap anti korupsi, observasi dilakukan oleh peneliti secara langsung pada siswa kelas IV.

2. Pengumpulan Informasi

Pengupulan Informasi dilakukan dengan teknik wawancara dan observasi di SD Karitas Nandan. Wawancara dan observasi ini bertujuan untuk mengetahui dan menhidentifikasi potensi dan masalah yang terjadi di sekolah terkait pembelajaran membaca serta minat baca anak kelas IV. Hasil wawancara dan observasi akan digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk membuat buku cerita bergambar berbasis anti pendidikan anti korupsi.

3. Desain Produk

(62)

4. Validasi Desain

Validasi desain ini dilakukan untuk mengetahui keefektifan dari buku, namun dalam validasi desain ini baru sebatas pendapat para ahli belum sampai pada tahap fakta lapangan atau uji coba produk. Validasi buku cerita bergambar ini dilakukan oleh 3 ahli yang meliputi guru sekolah dasar kelas IV B, dosen ahli dari PGSD Universitas Sanata Dharma, dan 1 siswa kelas IV B SD.

5. Revisi Desain

Revis desain dilakukan setelah validasi desain. Revisi desain ini bertujuan untuk memeperbaiki aspek-aspek desain yang belum sesuai oleh para ahli, sehingga buku cerita bergambar menjadi lebih baik.

6. Uji Coba Produk

(63)

Gambar 3.2 Bagan Rencana Penelitian

3.4Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2016:224) teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama adalah mendapatkan data. Menurut Sugiyono (2016:137) cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan interview (wawancara),

Tahap 1 Potensi dan Masalah

Melakukan observasi dan wawancara untuk mengetahui masalah yang ada disekolah yang berkaitan dengan buku cerita bergambar berbasisi pendidikan anti korupsi untuk pembelajaran membaca.

Tahap 2 Pengumpulan Data

Peneliti melakukan pengumpulan data dari hasil melakukan pengalian potens dan masalah untuk merencanakan pengembangan produk buku cerita bergambar.

Tahap 3 Desain Produk

Setelah pengumpulan data peneliti melakukan desai produk berupa buku cerita bergambar berbasis pendidikan anti korupsi untuk pembelajaran membaca siswa kelas IV.

Tahap 4 Validasi Desain

Validasi dilakukan kepada para ahli untuk menilai kualitas produk agar dapat diuji cobakan kepada siswa kelas IV.

Tahap 5 Revisi Desain

Melakukan perbaikan produk dari saran para ahli agar menjadi produk yang sudah baik dan sesuai unntuk di uji cobakan.

Tahap 6 Uji Coba Produk

(64)

kuisoner (angket), Observasi (pengamatan), dan gabungan ke tiganya. Peneliti mengumpulkan data menggunakan wawancara, observasi dan angket.

3.4.1Wawancara

Wawancara yang digunakan peneliti dengan narasumber bersifat wawancara tidak terstruktur. Peneliti hanya membuat garis besar pertanyaan dari narasumber yang dapat berkembang saat wawancara. Wawancara ini bertujuan menemukan masalah pemeblajaran membaca serta minat baca siswa kelas IV dan menanyakan manfaat buku cerita bergambar dengan pendidikan anti korupsi kepada siswa. Peneliti melakukan wawancara pada guru kelas IV B.

3.4.2Observasi

Observasi dilakukan pada saat pembelajaran juga saat jam istirahat serta minat anak ke perpustakaan untuk membaca atau sekedar mengganggu teman atau melihat gambar pada buku. Selain mengobservasi minat baca anak peneliti juga mengobservasi tentang ketidak jujuran anak atau kecurangan anak.

3.4.3 Kuisioner

(65)

3.5Insrtumen Penelitian

Menurut Trianto (2010), instrument penelitian merupakan alat bantu yang dipilih dan digunakan peneliti untuk mengumpulkan data.

3.5.1Wawancara

Menurut Sugiyono (2016:137) wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil

Wawancara yang digunakan peneliti dengan narasumber bersifat wawancara semi terstruktur. Peneliti hanya membuat garis besar pertanyaan dari narasumber yang dapat berkembang saat wawancara. Wawancara ini bertujuan menemukan masalah dalam pembelajaran membaca dan minat baca siswa kelas IV dan menanyakan manfaat buku cerita bergambar dengan pendidikan anti korupsi kepada siswa. Peneliti melakukan wawancara pada guru kelas IVB.

Tabel 3.1 Garis Besar Wawancara

Garis Besar Wawancara Nomor

Aitem Bahan ajar yang sudah digunakan untuk pembelajaran

membaca?

(66)

Apakah pernah menggunakan buku cerita bergambar dalam pembelajaran membaca?

2

Bagaimanakah minat baca siswa kelas IV? 3 Apakah ada kegiatan khusus untuk membaca? 4 Apakah buku cerita bergambar bermanfaat bagi siswa? 5 Apakah pendidikan anti korupsi sejak dini penting bagi

siswa?

6

Apakah disekolah ini mengajarkan pendidikan anti korupsi? 7 Apakah sekolah ini membutuhkan buku cerita bergambar

atau tidak? Terutama dalam bidang pendidikan anti korupsi?

8

3.5.2Observasi

Menurut Sugiyono (2016:145) Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuisoner. Kalau wawancara dan kuisoner selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas berkomunikasi dengan orang, tetapi juga obyek-obyek alam yang lain.

(67)

IV yang termasuk sifat anti korupsi melalui pengamatan saat ulangan harian berlangsung maupun saat ujian tengah semester, semua berkaitan tentang produk yang dibuat yaitu buku cerita bergambar berbasisi pendidikan anti korupsi untuk pembelajaran membaca siswa kelas IV.

3.5.3Kuisioner

Menurut Sugiyono (2016:142) kuisoner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.

Pada Penelitian ini, peneliti menggunakan kuisoner tertutup yang dilakukan pada saat validasi terhadap produk buku cerita bergambar. Kuisoner ini dibuat untuk mengetahui dan mengevaluasi kualitas produk buku cerita bergambar yang dikembangkan oleh peneliti. Kuisoner diberikan kepada satu dosen ahli, satu guru kelas IV, dan satu siswa kelas IV. Kuisoner yang dibuat peneliti sebelumnya memiliki kisi-kisi sebagai berikut:

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Uji Validasi Produk untuk Pakar dan Guru

No. Topik Nomor Pertanyaan

1. Cover buku

a. Judul buku b. Warna

(68)

2. Isi buku a. Isi cerita

b. Pesan untuk pendidikan lingkungan hidup

c. Bahasa yang digunakan

d. Tampilan gambar dan tulisan e. Ketertarikan isi buku

5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13

3. Anatomi buku

a. Rancangan halaman b. Tata letak

c. Jenis huruf

14, 15, 16, 17

(69)

Tabel 3.3 Contoh Instrumen Kuisoner Uji Validitas untuk Dosen Ahli dan Guru

No. Aspek yang Dinilai Skor Komentar

1 2 3 4 5

A.Cover Buku

1. Judul buku cerita mewakili keseluruhan isi cerita. 2. Judul buku cerita menarik

minat siswa untuk membaca lebih lanjut. 3. Judul cover buku

membawa pesan yang akan disampaikan.

4. Warna dan gambar cover

buku cerita menarik minat siswa untuk membaca lebih lanjut.

B. Isi buku cerita

(70)

6. Isi buku cerita memberikan pembelajaran nilai-nilai pendidikan anti korupsi berkaitan dengan kegiatan sehari-hari.

7. Isi buku cerita menggunakan bahasa yang sederhana sehingga mudah dibaca dan dipahami siswa kelas atas.

8. Isi buku cerita memiliki gambar dan teks yang saling berhubungan. 9. Tampilan buku lebih

dominan gambar dibandingkan teks.

10. Gambar buku cerita jelas dan mudah dibedakan. 11. Gambar buku cerita

(71)

penjiwaan, perasaan dan karakter tokoh dalam buku cerita.

12. Gaya dan ketepatan bahasa cocok untuk siswa kelas atas.

13. Isi buku memikat siswa untuk terus mengikuti jalan cerita.

C. Anatomi buku

14. Rancangan halaman buku tertata dengan baik. 15. Pemilihan jenis huruf

menarik perhatian siswa 16. Jenis huruf pada buku

(72)

17. Tata letak/sistematika penulisan tidak terlalu sempit memudahkan siswa untuk membaca.

Total Skor Rata-rata skor

Kisi-kisi kuisoner uji validitas untuk dosen ahli dan guru berbeda dengan kisi-kisi kuisoner uji validitas untuk siswa kelas IV, maka dari itu peneliti juga membuat kisi uji validitas untu siswa. Berikut adalah kisi-kisi kuisoner uji validitas untuk siswa.

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Uji Validasi Produk untuk Siswa

No. Topik Nomor Pertanyaan

1. Cover buku

a. Judul buku b. Warna

1, 2

2. Isi buku a. Isi cerita

(73)

b. Pesan untuk pendidikan lingkungan hidup c. Bahasa yang digunakan

d. Tampilan gambar dan tulisan

e. Ketertarikan isi buku

3. Anatomi buku

a. Rancangan halaman b. Tata letak

c. Jenis huruf

9,10,11,12

(74)

Tabel 3.5 Contoh Instrumen Kuisoner Uji Validitas untuk Siswa

No. Aspek yang Dinilai Skor Komentar

1 2 3 4 5

C.Cover Buku

1. Judul buku cerita mewakili keseluruhan isi cerita. 2. Warna dan gambar cover

buku cerita menarik minat siswa untuk membaca lebih lanjut.

B. Isi buku cerita

3. Isi cerita mudah dipahami oleh siswa kelas atas. 4. Isi buku cerita memberikan

pembelajaran nilai-nilai pendidikan anti korupsi berkaitan dengan kegiatan sehari-hari.

(75)

sederhana sehingga mudah dibaca dan dipahami siswa kelas atas.

6. Gambar buku cerita memperjelas latar, rangkaian cerita, penjiwaan, perasaan dan karakter tokoh dalam buku cerita.

7. Gaya dan ketepatan bahasa cocok untuk siswa kelas atas.

8. Isi buku memikat siswa untuk terus mengikuti jalan cerita.

C. Anatomi buku

9. Rancangan halaman buku tertata dengan baik. 10. Pemilihan jenis huruf

(76)

11. Jenis huruf pada buku cerita memiliki tingkat mudah dibaca yang baik bagi siswa.

12. Tata letak/sistematika penulisan tidak terlalu sempit memudahkan siswa untuk membaca.

Total Skor Rata-rata skor

3.6Teknik Analisis Data

Menurut Sugiyono (2016:147) Analisi data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Peneliti menganalisis menggunakan teknik analisis data kualitatif dan kuantitatif.

3.6.1Teknik Analisis Data Kualitatif

(77)

3.6.2Teknik Analisis Data Kuantitatif

Data Kuantitatif berasal dari penilaian dosen ahli, guru kelas IV dan siwa kelas IV SD Karitas Nandan dalam proses validasi yang berupa angka. Dari tersebut diperoleh dari lembar kuisoner yang telah dibuat oleh peneliti dan dianalisis secara deskriptif, dengan langkah-langkah sebagai berikut; a) Pengumpulan data kasar.

b) Pemberian skor untuk analisis kuantitatif.

c) Skor yang telah diperoleh dikonversi pada pendekatan Penilaian Acuan Patokan (PAP) yaitu sebagai berikut :

Tabel 3.6 Konversi Data Kuantitatif Menjadi Data Kualitatif Skala Lima Menurut Sukardjo (2008:101) (2005:53)

Sangat baik X > Xi + SB i

Baik Xi + 0,60 Sbi < x ≤ Xi + 1,80 Sbi Cukup baik Xi - 0,60 Sbi < x ≤ Xi + 0,60 Sbi Kurang baik Xi - 1,80 Sbi < x ≤ Xi + 0,60 Sbi Sangat kurang baik x ≤ Xi – 1,80 Sbi

Keterangan:

Xi = Rerata ideal = 1/2 (skor maksimal ideal + skor minimal ideal)

(78)

X = Skor aktual

Berdasarkan rumus konversi di atas perhitungan data-data kuantitatif dilakukan untuk memperoleh data kualitatif dengan menerapkan rumus konversi tersebut.

Penentuan rumus kualitatif pengembangan ini diterapkan dengan konversi sebagai berikut.

Diketahui:

Skor maksimal ideal: 5 Skor minimal ideal: 1

Rerata ideal (Xi) : 1/2 (5+1) = 3

Simpangan baku ideal (SBi): 1/6 (5-1) = 0,67

Ditanyakan: Interval skor kategori sangat baik, baik, cukup baik, kurang baik, dan sangat kurang baik.

Jawaban:

Kategori sangat baik = X >X i + 1,80 SBi = X > 3 + (1,80 . 0,67)

= X > 3 + (1,21) = X > 4,21

Kategori baik = Xi + 0,60SBi < X ≤ Xi + 1,80SBi

= 3 + (0,60 . 0,67) < X ≤ 3 + (1,80 . 0,67)

= 3 + (0,40) < X ≤ 3 + (1,21)

Gambar

Gambar 2.1 Bagan Penelitian yang Relevan……………………………………
gambar cerita itu menjadi salah satu daya gerak mengembangkan fantasi
gambar dibandingkan teks, jenis huruf pada buku cerita memiliki
Gambar 2.1 Bagan Penelitian yang Relevan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini difokuskan pada pengembangan buku cerita berbasis pendidikan anti korupsi untuk pembelajaran membaca siswa kelas IV A SD Negeri Dayuharjo tahun

PENGEMBANGAN BUKU CERITA BERGAMBAR BERBASIS PENDIDIKAN ANTI KORUPSI UNTUK PEMBELAJARAN MEMBACA SISWA SEKOLAH DASAR KELAS III SD N 2.. TRAJI TAHUN AJARAN 2016

PENGEMBANGAN BUKU CERITA BERGAMBAR BERBASIS PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP UNTUK PEMBELAJARAN.. MEMBACA SISWA SD KELAS I SD NEGERI TLACAP Lendy

Dari hasil uji coba yang telah dilakukan peneliti bahwa semua siswa tertarik dengan buku cerita bergambar yang telah dibacanya, karena produk yang dihasilkan

Dari hasil uji coba yang telah dilakukan peneliti bahwa semua siswa tertarik dengan buku cerita bergambar yang telah dibacanya, karena produk yang dihasilkan peneliti mudah

Untuk memecahkan masalah; 2 cerita bergambar menarik imajinasi anak dan rasa ingin tahu tentang masalah supranatural; 3 cerita bergambar memberi anak pelarian sementara hiruk

Arif Saefudin.. Pengembangan buku cerita bergambar berbasis pendidikan lingkungan hidup untuk pembelajaran membaca siswa SD kelas atas. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan

1) Buku cerita bergambar dapat membantu anak terhadap pengembangan dan perkembangan emosi. Anak akan merasa terfasilitasi dan terbantu untuk memahami dan menerima