• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan buku cerita bergambar berbasis pendidikan anti korupsi untuk pembelajaran membaca siswa kelas IV A SD Negeri Dayuharjo tahun ajaran 2016 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan buku cerita bergambar berbasis pendidikan anti korupsi untuk pembelajaran membaca siswa kelas IV A SD Negeri Dayuharjo tahun ajaran 2016 2017"

Copied!
154
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN BUKU CERITA BERGAMBAR BERBASIS

PENDIDIKAN ANTI KORUPSI UNTUK PEMBELAJARAN

MEMBACA SISWA KELAS IV A SD NEGERI DAYUHARJO

TAHUN AJARAN 2016/2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Sirilus Prasetya Nugraha

NIM: 131134052

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

i

PENGEMBANGAN BUKU CERITA BERGAMBAR BERBASIS

PENDIDIKAN ANTI KORUPSI UNTUK PEMBELAJARAN

MEMBACA SISWA KELAS IV A SD NEGERI DAYUHARJO

TAHUN AJARAN 2016/2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Sirilus Prasetya Nugraha

NIM: 131134052

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv PERSEMBAHAN

Karya ini penulis persembahkan kepada:

TUHAN YANG MAHA ESA

Orang tua penulis, Bapak Stefanus Singgih Nugraha dan Ibu Elizabeth Tri Ganef

Astuti yang selalu memberi kasih sayang, semangat, doa, dan dukungan serta

uang saku.

Kakak sekeluarga, Laurentius Eliffe Satya Nugraha, Valentina Heni Puspita, dan

keponakan penulis Giacinta Ayu Natasha yang tidak pernah lelah memberikan

hiburan dan canda tawa selama penulisan skripsi ini.

Guru kehidupan penulis, Yuniardi Arfiyanto yang tidak pernah lelah mengajak

penulis untuk belajar arti kehidupan selama kurang lebih 10 tahun terakhir.

Seseorang yang spesial, Ristiana Putri yang selalu direpotkan penulis dalam

bentuk perasaan, pikiran, tenaga, ataupun materi.

Teman-teman BadBoyz Racing yang telah memberikan hiburan dalam bentuk

apapun termasuk ngetrail bersama selama penyusunan skripsi ini.

Saudara-saudara, teman-teman, sahabat-sahabat penulis yang selalu memberikan

bantuan dalam bentuk apapun kepada penulis.

Semua teman-teman PGSD angkatan 2013 yang telah berdinamika bersama.

Almamater Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan seluruh pendidik dalam

(6)

v MOTTO

“Veni, Vidi, Vici”

(7)

vi PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 28 April 2017

Penulis

(8)

vii LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Sirilus Prasetya Nugraha

Nomor Mahasiswa : 131134052

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PENGEMBANGAN BUKU CERITA BERGAMBAR BERBASIS PENDIDIKAN ANTI KORUPSI UNTUK PEMBELAJARAN MEMBACA

SISWA KELAS IV A SD NEGERI DAYUHARJO TAHUN AJARAN 2016/2017

beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada

Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan

dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,

mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media

lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun

memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 28 April 2017

Yang menyatakan

(9)

viii ABSTRAK

PENGEMBANGAN BUKU CERITA BERGAMBAR BERBASIS PENDIDIKAN ANTI KORUPSI UNTUK PEMBELAJARAN MEMBACA

SISWA KELAS IV A SD NEGERI DAYUHARJO TAHUN AJARAN 2016/2017

Sirilus Prasetya Nugraha Universitas Sanata Dharma

2017

Membaca merupakan salah satu keterampilan dalam bidang bahasa. Keterampilan membaca perlu diajarkan dengan benar kepada siswa di sekolah. Agar minat membaca siswa meningkat perlu adanya media bacaan yang menarik. Penelitian ini difokuskan pada pengembangan buku cerita berbasis pendidikan anti korupsi untuk pembelajaran membaca siswa kelas IV A SD Negeri Dayuharjo tahun ajaran 2016/2017.

Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan produk dan mendeskripsikan kualitas produk. Penelitian ini merupakan jenis penelitian dan pengembangan. Produk berupa buku cerita bergambar ini menggunakan prosedur pengembangan modifikasi Borg and Gall dan Sugiyono. Modifikasi produk terdiri dari 6 langkah, yaitu (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, dan (6) uji coba produk. Instrumen dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan wawancara dan lembar kuesioner. Wawancara digunakan sebagai analisis kebutuhan kepada guru kelas IV A SD Negeri Dayuharjo. Kuesioner digunakan untuk validasi desain kepada satu ahli bahasa Indonesia, satu guru kelas IV A SD Negeri Dayuharjo, dan siswa kelas IV A SD Negeri Dayuharjo serta uji coba produk kepada enam siswa kelas IV A SD Negeri Dayuharjo.

Berdasarkan hasil validasi, didapat skor oleh ahli bahasa Indonesia sejumlah 4,94, guru kelas IV A memperoleh skor 4,58, dan siswa kelas IV A memperoleh skor 4,45. Rerata skor validasi yaitu 4,65 dengan kategori “sangat baik”. Sedangkan uji coba produk kepada enam siswa kelas IV A memperoleh hasil rerata sejumlah 4,72 dengan kategori “sangat baik”. Penilaian buku cerita bergambar ini ditinjau dari tiga aspek, yaitu (1) sampul buku, (2) isi buku cerita, dan (3) anatomi buku.

(10)

ix ABSTRACT

THE DEVELOPMENT OF ANTI-CORRUPTION EDUCATION BASED PICTURE STORY BOOKS FOR READING LESSON FOR IV A STUDENTS IN SD NEGERI DAYUHARJO ACADEMIC YEAR 2016/2017

Sirilus Prasetya Nugraha Sanata Dharma University

2017

Reading is one of language skills. Reading skill should be taught properly to students in schools. Attractive reading media are needed to increase students’ interest in reading. This study focuses on the development of anti-corruption education based picture story books for reading lesson for IV A students in SD Negeri Dayuharjo academic year 2016/2017.

The study aims to develop a product and describe the quality of the product. This study is research and development study which employs modified developmental procedure by Borg and Gall and Sugiyono to produce a picture story books. Product modifications consist of 6 steps which include (1) potential and problem (2) data gathering (3) product design (4) design validation (5) design revision and (6) test product. The instruments used in this study were interview and questionnaire. The interview served as needs analysis of home teachers in Class IV A SD Negeri Dayuharjo. The questionnaire was used as design validation for one Indonesian language expert, one home teacher in Class IV A SD Negeri Dayuharjo, and students of Class IV A SD Negeri Dayuharjo.

Based on the validation result, score 4.94 was obtained from Indonesian language expert, home teacher of Class IV A obtained score of 4.58, and students of Class IV A obtained score of 4.45. The mean of validation score was 4.65 with the category of “excellent”, while the test product to students of Class IV A earned the mean of 4.72 with the category of “excellent”. The evaluation was based on three aspects; (1) book cover, (2) story book content, and (3) book anatomy.

(11)

x KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

berkah dan rahmatNya, sehingga skripsi yang berjudul Pengembangan buku

cerita bergambar berbasis pendidikan anti korupsi untuk pembelajaran

membaca siswa kelas IV A SD Negeri Dayuharjo tahun ajaran 2016/2017 dapat

terselesaikan. Maksud dan tujuan skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan

memperoleh gelar sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Menyadari penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak,

maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1) Rohandi, Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

2) Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd., Kaprodi PGSD.

3) Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd., Wakaprodi PGSD dan

dosen pembimbing II yang telah memberikan arahan dan masukan

dalam penyelesaian skripsi.

4) Brigitta Erlita Tri Anggadewi, M.Psi., dosen pembimbing I yang telah

membimbing dan memotivasi penulis dalam penyelesaian skripsi.

5) Ahli bahasa Indonesia selaku validator yang telah membantu

memaksimalkan produk penelitian.

6) Guru kelas IV A SD Negeri Dayuharjo selaku narasumber dan

validator.

7) Siswa-siswi kelas IV A SD Negeri Dayuharjo selaku validator dan

subjek uji coba produk.

8) Para dosen PGSD Universitas Sanata Dharma yang telah mendidik dan

memberikan ilmunya kepada penulis selama kuliah.

9) Kepala sekolah dan para guru SD Negeri Dayuharjo yang telah

mengizinkan dan membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.

10)Orang tua penulis, Bapak Stefanus Singgih Nugraha dan Ibu Elizabeth

Tri Ganef Astuti yang selalu memberi kasih sayang, semangat, doa,

(12)

xi 11)Kakak sekeluarga, Laurentius Eliffe Satya Nugraha, Valentina Heni

Puspita, dan keponakan penulis Giacinta Ayu Natasha yang tidak

pernah lelah memberikan hiburan dan canda tawa selama penulisan

skripsi ini.

12)Guru kehidupan penulis, Yuniardi Arfiyanto yang tidak pernah lelah

mengajak penulis untuk belajar arti kehidupan selama kurang lebih 10

tahun terakhir.

13)Seseorang yang spesial, Ristiana Putri yang selalu direpotkan penulis

dalam bentuk perasaan, pikiran, tenaga, ataupun materi.

14)Teman-teman BadBoyz Racing yang telah memberikan hiburan dalam

bentuk apapun termasuk ngetrail bersama selama penyusunan skripsi

ini

15)Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu dan turut

membantu dalam penyelesaian skripsi.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkah dan rahmatNya

serta membalas segala amal budi serta kebaikan pihak-pihak yang telah membantu

penulis dalam penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan

manfaat dan berguna bagi banyak pihak.

Penulis

(13)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

1.6 Spesifikasi Produk yang Dikembangkan ... 7

1.7 Analisis Kebutuhan ... 7

BAB II LANDASAN TEORI ... 9

(14)

xiii

2.1.1 Karakteristik Perkembangan Anak ... 9

2.1.1.1 Tahap Perkembangan Anak ... 9

2.1.1.2 Perkembangan Anak SD Kelas Tinggi ... 12

2.1.2 Pengertian Membaca ... 14

2.1.2.1 Tujuan Membaca ... 15

2.1.2.2 Jenis-jenis Membaca ... 17

2.1.3 Media Buku Cerita Bergambar ... 20

2.1.3.1 Pengertian Media ... 20

2.1.3.2 Jenis Media Pembelajaran ... 21

2.1.3.3 Buku Cerita Bergambar ... 25

2.1.3.4 Kriteria Buku Cerita yang Baik ... 26

2.1.3.5 Unsur-unsur Cerita ... 28

2.1.4 Pendidikan Anti Korupsi ... 29

2.1.4.1 Tujuan Pendidikan Anti Korupsi ... 32

2.1.4.2 Nilai-nilai dalam Pendidikan Anti Korupsi ... 33

2.1.5 Gerakan Literasi Sekolah ... 39

2.2 Penelitian yang Relevan ... 40

2.3 Kerangka Berpikir ... 44

2.4 Pertanyaan Penelitian ... 45

BAB III METODE PENELITIAN ... 47

3.1 Jenis Penelitian ... 47

3.2 Prosedur Pengembangan ... 53

(15)

xiv

3.4.2 Subjek Uji Coba Terbatas ... 57

3.4.3 Teknik Pengumpulan Data ... 58

3.4.3.1 Wawancara ... 58

3.4.3.2 Kuesioner ... 60

3.4.4 Instrumen Penelitian ... 60

3.4.4.1 Kuesioner ... 61

3.4.5 Teknik Analisis Data ... 65

3.4.5.1 Teknik Analisis Data Kualitatif ... 65

3.4.5.2 Teknik Analisis Data Kuantitatif ... 66

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 70

4.1 Hasil Penelitian Pengembangan ... 70

4.1.1 Proses Pengembangan Buku Cerita Bergambar ... 70

4.1.1.1 Potensi dan Masalah ... 70

4.1.1.4.1 Data Hasil Validasi Ahli Bahasa Indonesia ... 80

(16)

xv

4.1.1.4.3 Data Hasil Validasi Satu Siswa Kelas IV A ... 81

4.1.1.5 Revisi Desain ... 81

4.1.1.6 Uji Coba Produk ... 84

4.1.2 Kualitas Buku Cerita Bergambar ... 85

4.2 Pembahasan ... 86

4.2.1 Buku Cerita Mudah Dipahami Anak ... 87

4.2.2 Buku Cerita Menggunakan Ilustrasi yang Menarik ... 88

4.2.3 Judul buku Cerita dan Sampul Buku Menarik Minat Siswa untuk Membaca ... 89

4.2.4 Buku Cerita Dirancang dengan Anatomi yang Sesuai untuk Anak ... 90

BAB V PENUTUP ... 92

5.1 Kesimpulan ... 92

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 93

5.3 Saran ... 93

DAFTAR PUSTAKA ... 94

LAMPIRAN ... 97

(17)

xvi DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Pedoman pertanyaan wawancara guru kelas IV ... 59

Tabel 3.2 Acuan skor kuesioner validasi produk dan uji coba produk ... 61

Tabel 3.3 Kisi-kisi uji validasi produk untuk ahli dan guru ... 62

Tabel 3.4 Instrumen kuesioner uji validasi produk untuk ahli dan guru ... 62

Tabel 3.5 Kisi-kisi uji validasi produk untuk siswa ... 64

Tabel 3.6 Instrumen kuesioner validasi dan uji coba produk untuk siswa.. 64

Tabel 3.7 Rumus presentase kelayakan produk ... 66

Tabel 3.8 Konversi nilai skala lima menurut Sukardjo ... 66

Tabel 3.9 Kriteria skala lima (Sukardjo, 2008: 101) ... 69

Tabel 4.1 Rangkuman hasil wawancara guru SD kelas IV A ... 71

Tabel 4.2 Masukan ahli dan revisi produk ... 81

Tabel 4.3 Data rekapitulasi hasil uji coba produk terbatas siswa ... 85

(18)

xvii DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Literatur map penelitian yang relevan ... 43

Bagan 3.1 Lngkah prosedur pengembangan model Borg and Gall... 52

Bagan 3.2 Langkah prosedur pengembangan model Sugiyono ... 52

Bagan 3.3 Langkah prosedur pengembangan modifikasi model

(19)

xviii DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Judul buku cerita bergambar ... 75

Gambar 4.2 Sketsa digital ... 76

Gambar 4.3 Foto objek yang akan dijadikan sketsa gambar ... 76

Gambar 4.4 Hasil sketsa digital ... 77

Gambar 4.5 Hasil pewarnaan sketsa digital ... 77

Gambar 4.6 Hasil editing menggunakan Cartoonize.net ... 78

Gambar 4.7 Hasil akhir sketsa ... 78

Gambar 4.8 Revisi sampul produk ... 82

(20)

xix DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Wawancara dengan Guru Kelas IV A SD Negeri

Dayuharjo ... 98

Lampiran 2 Data Hasil Validasi Ahli Bahasa Indonesia ... 100

Lampiran 3 Data Hasil Validasi Guru Kelas IV A SD Negeri Dayuharjo .. 103

Lampiran 4 Data Hasil Validasi Siswa Kelas IV A SD Negeri Dayuharjo ... 106

Lampiran 5 Data Hasil Uji Coba Produk Terbatas pada Siswa Kelas IV A SD Negeri Dayuharjo ... 109

Lampiran 6 Rekapitulasi Data Hasil Validasi ... 127

Lampiran 7 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Produk Terbatas ... 128

Lampiran 8 Surat Izin Penelitian ... 129

Lampiran 9 Surat Keterangan Melakukan Penelitian ... 130

Lampiran 10 Dokumentasi ... 131

(21)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Dewasa ini di era globalisasi banyak tuntutan yang harus dipenuhi salah

satunya adalah menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan kreatif.

Salah satu cara untuk mencapai sumber daya manusia yang berkualitas yaitu

dengan pendidikan. Pendidikan sangat berperan dalam mendukung terciptanya

sumber daya manusia yang berkualitas yaitu pendidikan yang dapat

mengembangkan bakat dan potensi siswa. Pendidikan dasar merupakan kunci

membentuk karakter siswa dalam sikap maupun penanaman konsep materi

pelajaran. Sekolah dasar adalah salah satu lembaga formal yang memfasilitasi

siswa dalam membentuk karakter dan menanamkan konsep materi pelajaran.

Proses penanaman konsep materi pelajaran tidak lepas dari buku bacaan. Siswa

juga harus lancar dalam membaca untuk kelangsungan proses pembelajaran.

Menurut Tarigan (dalam Muchlisoh, 1993: 119) menegaskan bahwa membaca

adalah proses pemerolehan pesan yang disampaikan oleh seorang penulis melalui

tulisan. Kegiatan membaca dilakukan untuk memperoleh ilmu atau pandangan

dari penulis mengenai hal/konsep yang bersangkutan.

Minat membaca siswa yang tinggi harus mendapat dukungan dari sekolah.

Fasilitas berupa perpustakaan dengan buku yang lengkap dan beragam serta

kompleks. Perpustakaan yang pengelolaannya benar dan baik mampu mendorong

minat siswa untuk berkunjung serta membaca buku. Sekolah berusaha untuk

(22)

2 menghambat seperti fasilitas, pendidik, maupun siswa itu sendiri. Siswa yang

belum lancar membaca juga menghambat dalam proses pembelajaran.

Ketidaklancaran membaca dalam proses pembelajaran juga mempengaruhi minat

membaca siswa menjadi rendah. Selain itu, fasilitas sekolah seperti perpustakaan

yang pengelolaannya tidak benar dan buku-buku bacaan yang kurang lengkap

juga mempengaruhi minat membaca siswa.

Budaya membaca di Indonesia masih lemah, hal itu dibuktikan dengan

hasil survei sebuah perguruan tinggi di Amerika Serikat yang menempatkan

Indonesia di urutan ke-60 dari 61 negara yang disurvei

(Paud-dikmas.kemdikbud.go.id). Hasil survei tersebut tidak jauh berbeda dengan data

statistic UNESCO yang dilansir pada tahun 2012, data tersebut menyebutkan

bahwa indeks minat baca di Indonesia baru mencapai 0,001. Artinya setiap 1.000

penduduk, hanya satu orang yang memiliki minat baca

(Paud-dikmas.kemdikbud.go.id). Data tersebut diperkuat oleh hasil sensus Badan Pusat

Statistik (BPS) tahun 2006 yang menunjukan sebesar 85,9 persen masyarakat

Indonesia memilih menonton televisi daripada mendengarkan radio (40,3%) dan

membaca koran (23,5%) (Paud-dikmas.kemdikbud.go.id).

Media pembelajaran adalah salah satu cara yang tepat untuk meningkatkan

minat membaca siswa. Media pembelajaran mampu menunjang dalam kegiatan

belajar siswa. Media pembelajaran yang cocok digunakan terkait kegiatan

membaca adalah buku bacaan. Perkembangan intelektual pada usia sekolah dasar

menurut Piaget adalah tahap operasional konkret. Tahap operasional konkret

tersebut, anak sudah menuju ke pemikiran yang lebih logis. Sedangkan

(23)

3 adalah realistis, ingin tahu, ingin belajar, dan memiliki minat terhadap kehidupan

praktis sehari-hari yang konkret. Di dalam perkembangan usia anak tersebut salah

satu media pembelajaran membaca yang tepat digunakan untuk siswa adalah

media buku cerita bergambar. Media buku cerita bergambar dapat menumbuhkan

minat siswa untuk membaca karena didalamnya terdapat cerita yang menarik serta

didukung dengan gambar-gambar yang imajinatif.

Isi buku cerita bergambar yang benar adalah cerita yang memberikan

dampak positif untuk pembaca atau siswa itu sendiri. Cerita-cerita yang dapat

membantu siswa dalam membentuk karakter menjadi lebih baik. Isi cerita dapat

diambil dari isu-isu yang ada saat ini. Salah satunya adalah korupsi. Korupsi

merupakan keburukan, ketidakbaikan, kecurangan bahkan kedzaliman, yang

akibatnya akan merusak dan menghancurkan tata kehidupan keluarga,

masyarakat, bangsa, dan bahkan negara (Syarbini, 2014: 6). Di dalam

perkembangannya, pemerintah berupaya memberantas korupsi salah satunya

melalui bidang dunia pendidikan. Pendidikan anti korupsi adalah penanaman dan

penguatan nilai-nilai dasar yang diharapkan mampu membentuk sikap anti

korupsi dalam diri peserta didik (Wijaya, 2014: 24). Oleh sebab itu, pendidikan

berperan besar dalam membantu pemerintah untuk mengupayakan pemberantasan

korupsi melalui pendidikan anti korupsi.

Analisis kebutuhan yang dilaksanakan berupa wawancara. Wawancara

dilaksanakan pada tanggal 26 Januari 2017 dengan guru kelas IV A SD Negeri

Dayuharjo. Guru tersebut menyatakan bahwa untuk saat ini pendidikan anti

korupsi sudah diberikan pada tema tingkah laku dan penerapannya tentang nilai

(24)

4 kompleks. Guru sudah berusaha menerapkan pendidikan anti korupsi melalui

kegiatan siswa seperti saat ulangan tidak boleh mencontek dan jika melanggar ada

sanksi yang harus didapatkan siswa. Menurut guru kelas ada dua dari 24 siswa

yang mengalami kesulitan membaca. Guru kelas menegaskan bahwa kesulitan

membaca yang dihadapi siswa adalah karena kurangnya kepedulian dan waktu

belajar terbimbing dari orang tua berkaitan dengan perkembangan belajar siswa.

Sedangkan kesulitan guru kelas berkaitan pembelajaran membaca adalah didalam

kurikulum 2013 saat pembelajaran berlangsung siswa tidak dapat terfokus pada

satu materi karena saling berkaitan sementara siswa yang mengalami kesulitan

membaca semangatnya justru semakin melemah. Siswa kelas IV A tertarik

dengan buku cerita bergambar. Sekolah sendiri menyediakan banyak buku cerita

bergambar dan sekolah juga menjadwal setiap kelas untuk meminjam buku di

perpustakaan seminggu dua kali. Di dalam kenyataannya sekolah sangat

membutuhkan buku cerita bergambar berbasis pendidikan anti korupsi karena

sangat membantu pemahaman siswa dan membuat siswa lebih tertarik untuk

membaca.

Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan sebelumnya serta hasil

wawancara tersebut, peneliti melihat pentingnya kegiatan membaca dan

pendidikan anti korupsi untuk siswa kelas IV A SD Negeri Dayuharjo. Oleh

karena itu, peneliti akan melakukan pengembangan buku cerita bergambar. Buku

cerita bergambar yang dikembangkan adalah buku cerita bergambar yang

mencakup kebutuhan siswa dan guru dengan judul “Pengembangan Buku Cerita

(25)

5 1.2Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana mengembangkan buku cerita bergambar berbasis pendidikan

anti korupsi untuk pembelajaran membaca siswa kelas IV A SD Negeri

Dayuharjo?

1.2.2 Bagaimana kualitas buku cerita bergambar berbasis pendidikan anti

korupsi untuk pembelajaran membaca siswa kelas IV A SD Negeri

Dayuharjo?

1.3Tujuan Penelitian

1.3.1 Mengembangkan buku cerita bergambar berbasis pendidikan anti korupsi

untuk pembelajaran membaca siswa kelas IV A SD Negeri Dayuharjo.

1.3.2 Mendeskripsikan kualitas buku cerita bergambar berbasis pendidikan anti

korupsi untuk pembelajaran membaca siswa kelas IV A SD Negeri

Dayuharjo.

1.4Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Siswa

Produk akhir penelitian ini berupa buku cerita bergambar berbasis

pendidikan anti korupsi. Produk ini diharapkan dapat membantu siswa

dalam pembelajaran membaca agar dapat meningkatkan kemampuan

membaca dan khususnya untuk siswa yang belum lancar dalam membaca

karena produk ditunjang dengan gambar-gambar yang dapat menarik

imajinasi dan minat membaca siswa. Dengan membaca buku cerita

bergambar berbasis pendidikan anti korupsi ini, siswa diharapkan dapat

mengenal terkait pendidikan anti korupsi dan mengenal nilai-nilai yang

(26)

6 1.4.2 Bagi Guru

Buku cerita bergambar berbasis pendidikan anti korupsi ini dapat menjadi

salah satu alternatif guru sehubung dengan pembelajaran membaca dan

khususnya tentang pendidikan anti korupsi. Penelitian ini diharapkan dapat

dijadikan guru sebagai salah satu variasi media pembelajaran dalam

kegiatan belajar mengajar.

1.4.3 Bagi Sekolah

Sekolah dapat menggunakan buku cerita bergambar berbasis pendidikan

anti korupsi ini sebagai acuan untuk mengembangkan buku cerita

bergambar dalam pembelajaran membaca kelas tinggi.

1.4.4 Bagi Prodi PGSD

Penelitian ini dapat menambah pustaka prodi PGSD Universitas Sanata

Dharma terkait dengan pengembangan buku cerita bergambar berbasis

pendidikan anti korupsi untuk pelajaran membaca kelas IV SD.

1.4.5 Bagi Peneliti

Memberikan pengalaman dan pengetahuan serta wawasan baru terkait

dengan pengembangan buku cerita bergambar berbasis pendidikan anti

korupsi dan terkait juga pada pembelajaran membaca. Penelitian ini

diharapkan dapat membantu mahasiswa lebih mengerti pentingnya

manfaat buku cerita bergambar, khususnya dalam pembelajaran membaca.

1.5Batasan Istilah

1.5.1 Buku cerita bergambar adalah buku yang didalamnya didesain dengan

menarik dan mengandung ilustrasi yang menghubungkan antara cerita dan

(27)

7 1.5.2 Pendidikan anti korupsi adalah proses usaha dalam mencegah

perbuatan-perbuatan yang berhubungan dengan korupsi.

1.5.3 Membaca adalah kegiatan yang dilakukan oleh pembaca untuk

mendapatkan informasi atau pesan yang hendak disampaikan oleh penulis

melalui media tulisan.

1.6Spesifikasi Produk yang Dikembangkan

1.6.1 Buku cerita bergambar berukuran A4.

1.6.2 Judul buku cerita bergambar “Sehari Bersama Estu”.

1.6.3 Sampul buku cerita bergambar menggunakan kertas Ivory 230 gsm dengan

laminasi kering jenis doff.

1.6.4 Isi buku cerita bergambar menggunakan kertas Art Paper 150 gsm.

1.6.5 Jemis huruf yang digunakan dalam buku cerita bergambar adalah One

Stroke Script LET, Arial, dan Kristen ITC.

1.6.6 Buku cerita bergambar ini dilengkapi dengan desain yang menarik serta

cerita yang menanamkan nilai-nilai luhur mengenai kejujuran, tanggung

jawab, kedisiplinan, dan kepedulian.

1.7Analisis Kebutuhan

Langkah awal penelitian pengembangan buku cerita bergambar berbasis

pendidikan anti korupsi untuk pembelajaran membaca ini adalah dengan

melakukan analisis kebutuhan. Analisis kebutuhan ini dilaksanakan dengan

melakukan wawancara guru. Analisis kebutuhan dilaksanakan di SD Negeri

Dayuharjo yang beralamat di Jl Damai, Prujakan, Sinduharjo, Kec. Ngaglik,

(28)

8 Wawancara ditujukan kepada guru kelas IV A, yaitu Bapak Agus Rahman

pada tanggal 26 Januari 2017. Wawancara dilakukan oleh peneliti dengan tujuan

untuk mengetahui sejauh mana kemampuan membaca kelas IV A dalam

pembelajaran membaca. Wawancara ini juga untuk mengetahui sejauh mana

ketersediaan buku cerita bergambar berbasis pendidikan anti korupsi sebagai

penunjang pembelajaran membaca di SD tersebut. Selain itu, wawancara juga

dilakukan untuk memperoleh saran dalam pengembangan buku cerita bergambar

berbasis pendidikan anti korupsi. Hal ini bertujuan agar buku cerita bergambar

yang dikembangkan oleh peneliti dapat membantu dan memudahkan siswa dalam

(29)

9

Manusia pada hakikatnya mengalami perubahan, baik perubahan dalam

bentuk fisik maupun psikologis. Perkembangan itu terjadi secara terus-menerus

dan bertahap. Menurut Piaget (dalam Salkind, 2009: 311) perkembangan adalah

proses spontan dengan cakupan luas yang berakibat pada gejala pertambahan

secara terus-menerus, modifikasi, dan penyusunan ulang (reorganisasi)

struktur-struktur psikologis.

Jean Piaget membagi perkembangan intelektual menjadi empat tahap,

yaitu (1) tahapan sensorimotor yang berlangsung sejak lahir sampai usia dua

tahun, (2) tahapan praoperasional yang berlangsung dari usia dua sampai usia

tujuh tahun, (3) tahapan operasional konkret yang berlangsung dari usia tujuh

sampai 12 tahun, dan (4) tahapan operasional formal yang berlangsung dari usia

12 tahun sampai masa dewasa (Salkind, 2009: 326).

Tahap perkembangan pertama disebut dengan tahapan sensorimotor,

dimulai sejak lahir sampai berakhir pada usia dua tahun. Tahapan ini ditandai

dengan adanya refleks-refleks sederhana pada bayi yang baru lahir dengan

dimulainya pikiran simbolis pada bayi yang menggambarkan bahasa anak usia

(30)

10 subtahapan yaitu, (1) refleksif pada usia 0-1 bulan, (2) reaksi-reaksi siklus primer

pada usia 1-4 bulan, (3) reaksi-reaksi siklus sekunder pada usia 4-8 bulan, (4)

koordinasi skemata sekunder pada usia 8-12 bulan, (5) reaksi-reaksi siklus tersier

pada usia 12-18 bulan, dan (6) representasi simbolik pada usia 18-24 bulan

(Salkind, 2009: 328). Karakteristik utama dalam tahap ini adalah bahwa anak

belajar lewat koordinasi persepsi indera dan aktivitas motor serta

mengembangkan pemahaman sebab-akibat atau hubungan-hubungan berdasarkan

sesuatu yang dapat diraih atau dapat berkontak langsung (Nurgiyantoro, 2005:

50).

Tahap kedua adalah tahapan praoperasional. Ciri khas dalam tahapan ini

adalah intelegensi simbolik. Pada tahap ini anak belajar merekayasa

simbol-simbol yang merepresentasikan lingkungan termasuk bahasa. Permulaan dan

perkembangan bahasa merupakan kejadian yang paling berarti dalam tahapan ini

(Salkind, 2009: 335). Tahap praoperasional memiliki karakteristik antara lain

adalah bahwa (i) anak mulai balajar mengaktualisasikan dirinya lewat bahasa,

bermain, dan menggambar (corat-coret), (ii) jalan pikiran anak masih bersifat

egosentris, menempatkan dirinya sebagai pusat dunia, yang didasarkan persepsi

segera dan pengalaman langsung karena masih kesulitan menempatkan dirinya

diantara orang lain, (iii) anak mempergunakan simbol dengan cara elementer yang

pada awalnya lewat gerakan tertentu dan kemudian lewat bahasa dalam

pembicaraan, dan (iv) pada masa in anak mengalami proses asimilasi dimana anak

mengasimilasikan sesuatu yang didengar, dilihat, dan dirasakan dengan cara

menerima ide-ide tersebut ke dalam suatu bentuk skema di dalam kognisinya

(31)

11 Tahap ketiga adalah tahapan operasional konkret. Pada tahap ini anak

sudah menuju ke pemikiran yang berbasis logis atau logika. Anak mampu

melaksanakan konservasi, menjalankan operasi, dan menguasai berbagai macam

tugas kognitif (Salkind, 2009: 342). Ada empat karakterisitik pada tahap ini

menurut Nurgiyantoro (2005: 52) antara lain adalah (i) anak dapat membuat

klasifikasi sederhana, mengklasifikasikan objek berdasarkan sifat-sifat umum,

misalnya klasifikasi warna, klasifikasi karakter tertentu, (ii) anak dapat membuat

urutan sesuatu secara semestinya, mengurutkan abjad, angka, besar-kecil, dan

lain-lain, (iii) anak mulai dapat mengembangkan imajinasinya ke masa lalu dan

masa depan, dan (iv) anak mulai dapat berpikir argumentatif dan memecahkan

masalah sederhana, ada kecenderungan memperoleh ide-ide sebagaimana yang

dilakukan orang dewasa, namun belum dapat berpikir tentang sesuatu yang

abstrak karena jalan berpikirnya masih terbatas pada situasi konkret.

Tahap perkembangan keempat adalah tahapan operasional formal. Pada

tahap ini anak mampu menyelesaikan berbagai persoalan mengenai berbagai hal

yang berlawanan dengan kenyataan. Anak pada masa ini mampu menggunakan

pertimbangan pada masa lalu dan masa depan ketika dihadapkan dengan situasi

baru yang belum pernah dialami. Pemikiran pada tahap ini ditandai oleh kepekaan

terhadap orang lain, kemampuan untuk menghadapi pertentangan, dan

kemampuan untuk menangani logika kombinasi dan permutasi (Salkind, 2009:

350). Karakteristik penting dalam tahap ini antara lain adalah sebagai berikut, (i)

anak sudah mampu berpikir “secara ilmiah”, berpikir teoritis, berargumentasi, dan

(32)

12 mampu memecahkan masalah secara logis dengan melibatkan berbagai masalah

yang terkait (Nurgiyantoro, 2005: 53).

Di dalam penelitian ini, peneliti melaksanakan penyusunan buku cerita

bergambar dengan mempertimbangkan perkembangan kognitif operasional

konkret berdasarkan usia anak kelas IV SD yang memiliki kemampuan berpikir

secara logis namun memiliki kecenderungan belum mampu untuk berpikir secara

abstrak. Terkait dengan hal itu, peneliti menyusun buku cerita bergambar anak

yang menampilkan cerita dengan sifat nyata dan mengangkat masalah sederhana

bertemakan pendidikan anti korupsi.

2.1.1.2 Perkembangan Anak SD Kelas Tinggi

Sekolah dasar merupakan jenjang pendidikan formal pertama didalam

tingkatannya. Di sekolah dasar, tingkatan dapat dibagi menjadi dua yaitu kelas

rendah dan kelas tinggi. Kelas rendah meliputi kelas satu, dua, dan tiga sedangkan

untuk kelas tinggi meliputi kelas empat, lima, dan enam. Pada masa ini, anak

menghabiskan sebagian besar waktunya di sekolah. Sugiyanto dan Sudjarwo

(dalam Agustina, 2014: 93) menjelaskan karakteristik anak pada masa kelas-kelas

tinggi sekolah dasar usia 10-12 tahun. Beberapa sifat khas anak-anak pada masa

ini adalah sebagai berikut:

1. Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret;

2. Amat realistis, ingin tahu, ingin belajar;

3. Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal dan mata

(33)

13 4. Sampai kira-kira umur II tahun anak dapat membutuhkan seorang guru

orang-orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugasnya dan memenuhi

keinginannya. Setelah kira-kira umur II tahun pada umumnya anak

menghadapi tugasnya dengan bebas dan berusaha menyelesaikannya

sendiri;

5. Pada masa ini anak memandang (nilai rapot) sebagai ukuran yang tepat

(sebaik-baiknya) mengenai prestasi sekolah;

6. Anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya biasanya

untuk dapat bermain bersama-sama; dan

7. Mengembangkan kata hati, moralitas suatu skala nilai-nilai Somantri

(dalam Agustina, 2014: 95).

Manusia memiliki tugas dalam setiap perkembangannya. Hasil yang

positif didapat dari perkembangan yang baik daripada manusianya sendiri.

Agustina memaparkan beberapa tugas perkembangan manusia dalam usia

sekolah. Tugas perkembangan manusia usia sekolah menurut Agustina (2014:

34-35) yakni:

1. Belajar ketangkasan fisik untuk bermain;

2. Pembentukan sikap yang sehat terhadap diri sendiri sebagai organisme

yang sedang tumbuh;

3. Belajar bergaul dan bersahabat dengan anak-anak sebaya;

4. Belajar peranan jenis kelamin;

5. Mengembangkan dasar-dasar kecakapan membaca, menulis, dan

(34)

14 6. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan guna keperluan

kehidupan sehari-hari;

7. Mengembangkan kata hati, moralitas dan skala nilai-nilai; dan

8. Belajar membebaskan ketergantungan diri.

2.1.2 Pengertian Membaca

Kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari kegiatan membaca. Membaca

merupakan sarana dalam menemukan berbagai informasi yang ingin disampaikan

oleh penulis kepada pembaca. Menurut Subyakto-Nababan (1993: 164) membaca

adalah suatu aktivitas yang rumit atau kompleks karena bergantung pada

keterampilan berbahasa pelajar, dan pada tingkat penalarannya. Hal itu

membuktikan bahwa membaca membutuhkan keterampilan dan penalaran.

Sependapat dengan Rahim (2007: 2) membaca pada hakikatnya adalah suatu yang

rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi

juga melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif.

Sedangkan membaca menurut Soedarso (1988: 4) adalah aktivitas yang kompleks

dengan mengerahkan sejumlah besar tindakan yang terpisah-pisah. Keterampilan

membaca lebih ditentukan oleh tiga hal, yaitu tahap perkembangan kemampuan

membaca, teori yang digunakan untuk mendasari rancangan intervensi, dan

kualitas instruksi serta interaksi antara orang tua siswa dan guru, terapis, atau tutor

(Kumara, 2014: 21).

Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan

suatu kegiatan kompleks yang memerlukan penalaran dan keterampilan diri dalam

(35)

15 membaca dan penalaran lebih dibutuhkan dalam memperoleh informasi berkaitan

dengan kegiatan membaca. Pada penelitian ini, peneliti mengajak siswa kelas IV

SD untuk belajar membaca dengan cara mengenalkan siswa pada bahan bacaan

berupa buku cerita bergambar dengan bertemakan pendidikan anti korupsi. Siswa

dibimbing untuk belajar membaca dan memahami isi cerita serta dilengkapi

dengan gambar atau ilustrasi yang mendukung. Selain belajar membaca, siswa

diharapkan mampu menangkap nilai-nilai luhur berkaitan dengan pendidikan anti

korupsi yang terdapat dalam cerita tersebut.

2.1.2.1 Tujuan Membaca

Tujuan proses membaca adalah menerima atau memahami pesan yang

terkandung dalam teks/tulisan (Kumara, 2014: 1). Kegiatan membaca mampu

memperkaya seseorang dalam memperoleh informasi. Hal ini merupakan salah

satu dari tujuan kegiatan membaca. Menurut Supriyadi (1993: 117) tujuan

membaca dikelompokkan sebagai berikut:

1. Mengisi waktu luang atau mencari hiburan;

2. Kepentingan studi (secara akademik);

3. Mencari informasi, menambah ilmu pengetahuan; dan

4. Memperkaya perbendaharaan kosakata, dan lain-lain.

Tujuan kegiatan membaca juga disampaikan oleh Subyakto-Nababan

(1993: 164-165) sebagai berikut:

1. Untuk mengerti atau memahami isi/pesan yang terkandung dalam satu

(36)

16 2. Morrow (dalam Subyakto-Nababan, 1993: 164-165) mengatakan bahwa

tujuan membaca ialah untuk mencari informasi yang, (1) kognitif dan

intelektual, yakni yang digunakan seseorang untuk menambah

keilmiahannya sendiri, (2) referensial dan faktual, yakni yang digunakan

seseorang untuk mengetahui fakta-fakta nyata di dunia ini, dan (3) afektif

dan emosional, yakni yang digunakan seseorang untuk mencari

kenikmatan dalam membaca.

Rahim menambahkan beberapa tujuan membaca. Tujuan membaca itu

sendiri mencakup (Rahim, 2007: 11-12):

1. Kesenangan;

2. Menyempurnakan membaca nyaring;

3. Menggunakan strategi tertentu;

4. Memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik;

5. Mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya;

6. Memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis;

7. Mengkonfirmasikan atau menolak prediksi; dan

8. Menampilkan sesuatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang

diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari

tentang struktur teks.

Berdasarkan pendapat teori di atas, tujuan membaca dikelompokan

menjadi beberapa bagian yaitu berkaitan dengan intelektual seperti menambah

ilmu pengetahuan, memperkaya perbendaharaan kosakata, dan lain-lain. Faktual

(37)

17 prediksi, dan lain. Emosional seperti mencari hiburan, kesenangan, dan

lain-lain.

2.1.2.2 Jenis-jenis Membaca

Pembelajaran membaca di SD tentu memiliki berbagai macam jenis. Dari

berbagai macam jenis tentu memiliki tujuan untuk keterampilan siswa dalam

pembelajan membaca. Macam-macam jenis membaca menurut Muchlisoh (1993:

121-156) dijabarkan sebagai berikut:

1. Membaca teknik

Membaca teknik ialah jenis membaca yang diberikan di sekolah dasar

dengan tujuan agar para siswa dapat melafalkan kata-kata bahasa

Indonesia, dapat mengintonasikan frase, mengintonasikan kalimat-kalimat

bahasa Indonesia secara benar, serta mengetahui isi bacaannya. Bahan

membaca teknik dapat diambil dari buku paket, buku pelengkap, buku

rujukan, majalah, koran dan sebagainya. Dalam membaca teknik tentu ada

tujuan yang akan dicapai. Tujuan tersebut antara lain, (1) dapat

mengucapkan kata-kata bahasa Indonesia secara tepat, (2) menguasai

tanda baca atau pungtuasi yang banyak dipakai dalam tulisan bahasa

Indonesia, (3) dapat membaca tanpa tertegun-tegun atau terbata-bata, (4)

volume suara ajeg, (5) kecepatan bacaan ajeg, (6) pembaca mengetahui

serta memahami bahan bacaan, dan (7) percaya pada diri sendiri.

2. Membaca dalam hati

Membaca dalam hati merupakan kegiatan membaca untuk orang-orang

(38)

18 belum dapat diberikan secara mutlak dan bersifat pelatihan. Siswa SD

masih diberikan kelonggaran dalam membaca dalam hati seperti membaca

dengan suara lirih seperti orang berbisik-bisik. Dalam menguji siswa, guru

memberikan pertanyaan yang sifatnya ingatan. Tujuan dari membaca

dalam hati untuk siswa SD ini adalah untuk mendapatkan informasi dari

suatu bacaan dengan memahami isi bacaan secara cepat dan cermat.

Keterampilan yang dibentuk dari kegiatan membaca dalam hati adalah, (1)

membaca tidak bersuara, (2) tanpa disertai gerakan-gerakan anggota

badan, (3) tidak perlu merisaukan isinya, meskipun tidak cocok, (4)

berkonsentrasi fisik dan mental, (5) dapat mengungkapkan kembali isi

bacaan.

3. Membaca bahasa

Membaca bahasa memiliki kesamaan dengan membaca dalam hati yaitu

sama dalam hal tidak bersuara sewaktu melaksanakan kegiatan membaca.

Di sekolah dasar membaca bahasa sudah diajarkan sejak kelas III. Tujuan

membaca bahasa yaitu bertambahnya kosakata dan bertambahnya

pengetahuan tata bentukan kata, tata kalimat, tata tulis, dan semantik para

siswa. Secara umum tujuannya ialah memperkaya wawasan bahasa

Indonesia para siswa.

4. Membaca pustaka

Membaca pustaka ini diberikan kepada para siswa di sekolah dasar.

Membaca pustaka ini bermanfaat bagi siswa dalam menambah informasi

beberapa bidang ilmu pengetahuan yang tidak diperoleh di dalam kelas,

(39)

19 yang berat, menikmati keindahan bacaan, dan sebagainya. Sumber utama

dalam membaca pustaka ini adalah sumber-sumber atau buku-buku yang

disediakan oleh perpustakaan. Kegiatan membaca pustaka dapat

membantu dalam mengisi kekosongan kelas karena adanya gangguan saat

kegiatan belajar-mengajar.

5. Membaca cepat

Membaca cepat yaitu jenis membaca yang diberikan di sekolah dasar

dengan tujuan agar para siswa dalam waktu yang singkat dapat membaca

secara lancar, serta dapat memahami isinya. Yang perlu diperhatikan guru

dalam membaca cepat adalah, (1) lingkungan kelas yang tenang, (2)

latihan memperoleh deretan kata secara maksimal harus selalu diusahakan,

(3) tidak ada suara ketika kegiatan berlangsung, dan (4) siswa dilatih

mencari atau menemukan inti paragraf atau bacaan.

6. Membaca indah (Estetika)

Membaca indah adalah membaca emosional. Tujuan dari kegiatan ini

adalah siswa dapat memperoleh keindahan dari suatu bacaan. Perhatian

utama dalam kegiatan ini adalah ketepatan melafalkan kata, ketepatan

jeda, ketepatan mengintonasikan kalimat berita, kalimat tanya, dan

jenis-jenis kalimat lainnya. Bahan ajar kegiatan ini antara lain seperti puisi,

prosa lirik, prosa, drama, komik, dan sebagainya. Di sekolah dasar

membaca indah harus memenuhi ketentuan syarat sebagai berikut, (1)

mengandung nilai-nilai pendidikan, (2) bahasanya lugas, (3) sesuai dengan

tingkat umur dan kematangan jiwa anak, dan (4) bahan diusahakan pendek

(40)

20 Berdasarkan penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis

membaca bermacam-macam. Diantaranya adalah (1) membaca teknik, (2)

membaca dalam hati, (3) membaca bahasa, (4) membaca pustaka, (5) membaca

cepat, dan (6) membaca indah. Setiap jenis kegiatan membaca tersebut memiliki

tujuan dan ketercapaian keterampilan. Macam jenis kegiatan membaca tersebut

diterapkan dan diajarkan di sekolah dasar. Dengan mempelajari jenis-jenis

membaca siswa diharapkan mampu memiliki keterampilan-keterampilan terkait

dengan kegiatan membaca.

2.1.3 Media Buku Cerita Bergambar

2.1.3.1 Pengertian Media

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari

kata medium, yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar. Dengan

demikian, media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur

pesan (Djamarah, 2010: 120). Menurut Sadiman (1986: 7) media adalah

bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya.

Sedangkan Djamarah (2010: 121) mengungkapkan bahwa media adalah alat bantu

apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan

pengajaran. Dengan demikian, media dapat diartikan sebagai alat bantu dalam

bentuk apapun yang dapat dijadikan sebagai penyampai pesan kepada penerima

pesan. Media dapat digunakan untuk alat bantu belajar. Media yang digunakan

untuk mendukung kegiatan belajar merupakan media pembelajaran. Dengan

(41)

21 dan tujuan yang akan dicapai. Beberapa manfaat media pembelajaran yang

diutarakan oleh Sudjana (1990: 2) adalah sebagai berikut:

1. Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga menumbuhkan

motivasi belajar;

2. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih

dipahami oleh para siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan

pengajaran lebih baik;

3. Metode pengajaran akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi

verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan

dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar untuk setiap

jam pelajaran; dan

4. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya

mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati,

melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.

Pengembangan media pembelajaran diharapkan mampu menunjang dalam

kegiatan belajar-mengajar dan memberikan dampak positif serta manfaat bagi

guru maupun siswa.

2.1.3.2 Jenis Media Pembelajaran

Djamarah (2010: 124) membagi media menjadi tiga yaitu, media auditif,

media visual, dan media audiovisual. Pengelompokkan media tersebut di atas

(42)

22 1. Media auditif atau audio

Media auditif adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan suara

saja, seperti radio, cassette recorder, piringan hitam (Djamarah, 2010:

124). Pengertian media audio untuk pengajaran, dimaksudkan sebagai

bahan yang mengandung pesan dalam bentuk auditif (pita suara atau

piringan suara), yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan

kemauan siswa, sehingga terjadi proses belajar-mengajar (Sudjana, 1990:

129). Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam

lambang-lambang auditif, baik verbal (ke dalam kata-kata/bahasa lisan) maupun

non verbal (Sadiman, 1986: 49). Media audio memiliki karakteristik yang

berkaitan dengan keterampilan mendengarkan. Adapun pencapaian

keterampilan atau kecakapan-kecakapan yang diperoleh dari media audio

menurut Sudjana (1990: 130), antara lain:

a. Pemusatan perhatian dan mempertahankan pemusatan perhatian;

b. Mengikuti pengarahan;

c. Digunakan untuk melatih daya analisis siswa dari apa yang mereka

dengar;

d. Perolehan arti dari suatu konteks;

e. Memisahkan kata atau informasi yang relevan dan yang tidak

relevan; dan

f. Mengingat dan mengemukakan kembali ide atau bagian-bagian

dari cerita yang mereka dengar.

Namun dalam kenyataannya media audio memiliki kekurangan. Sudjana

(43)

23 a. Memerlukan suatu pemusatan pengertian pada suatu pengalaman

yang tetap dan tertentu, sehingga pengertiannya harus didapat

dengan cara belajar yang khusus;

b. Media audio yang menampilkan symbol digit dan analog dalam

bentuk auditif adalah abstrak, sehingga pada hal-hal tertentu

memerlukan bantuan pengalaman visual;

c. Karena abstrak, tingkatan pengertiannya hanya bisa dikontrol

melalui tingkatan penguasaan perbendaharaan kata-kata atau

bahasa, serta susunan kalimat;

d. Media ini hanya akan mampu melayani secara baik bagi mereka

yang sudah mempunyai kemampuan dalam berpikir abstrak; dan

e. Penampilan melalui ungkapan perasaan atau simbol analog lainnya

dalam bentuk suara harus disertai dengan perbendaharaan

pengalaman analog tersebut pada si penerima.

Penggunaan media audio bermanfaat bagi siswa yang belum memiliki

kemampuan membaca. Media audio sebagai perantara pengalaman bahasa

permulaan. Dalam penggunaannya media audio memiliki beberapa

kekurangan dan media ini kurang cocok jika digunakan oleh orang yang

memiliki gangguan pendengaran.

2. Media visual

Media visual adalah media yang hanya mengandalkan indera penglihatan

(Djamarah, 2010: 124). Media grafis termasuk media visual, dalam

(44)

24 akan disampaikan dituangkan dalam simbol-simbol komunikasi visual

(Sadiman, 1986: 28). Media visual dapat mempermudah dalam

menyampaikan pesan kepada penerima. Unsur penting dalam media ini

adalah indera penglihatan. Seringkali media visual ini digunakan dalam

kegiatan belajar-mengajar. Media ini sangat membantu guru dalam

menyampaikan pesan atau informasi pembelajaran kepada siswa. Sadiman

(1986: 29-49) mengungkapkan ada banyak jenis media visual. Beberapa

jenis diantaranya adalah, (1) gambar/foto, (2) sketsa, (3) diagram, (4)

bagan/chart, (5) grafik/graphs, (6) kartun, (7) poster, (8) peta dan globe,

(9) papan flannel/flannel board, dan (10) papan bulletin/bulletin board.

Jenis-jenis media visual ini tidak lain untuk membantu guru saat

pembelajaran berlangsung agar lebih efektif dan menarik minat siswa.

3. Media audiovisual

Media audiovisual ini merupakan penggabungan dari dua media yaitu

media audio dan media visual. Penggunaan media menggabungkan antara

indera pendengaran dan indera penglihatan. Media audiovisual sendiri

adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gerak (Djamarah,

2010: 124). Djamarah (2010: 125) membagi media audiovisual kedalam

beberapa jenis yaitu, (1) audiovisual diam, (2) audiovisual gerak, (3)

audiovisual murni, dan (4) audiovisual tidak murni. Dari ketiga jenis

media ini, media audiovisual yang paling efektif digunakan dalam

kegiatan belajar-mengajar oleh guru karena merupakan metode yang lebih

efektif dan ada unsur hiburan didalamnya. Namun dalam penggunaannya,

(45)

25 Berdasarkan teori di atas, media dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu

(1) media audio yaitu media yang menggunakan elemen suara, (2) media visual

yaitu media yang memanfaatkan indera penglihatan, (3) media audio-visual yaitu

penggabungan dari indera pendengaran dan indera penglihatan. Setiap jenis media

memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

2.1.3.3 Buku Cerita Bergambar

Buku bergambar pada dasarnya buku yang menampilkan unsur gambar.

Salah satu kegunaan gambar adalah untuk menarik minat pembaca. Buku

bergambar pada umumnya penuh dengan warna. Menurut Huck (dalam

Nurgiyantoro, 2005: 153) buku bergambar adalah buku yang menyampaikan

pesan melalui dua cara, yaitu melalui ilustrasi dan tulisan. Gambar dan tulisan

didalam buku tidak berdiri sendiri, melainkan saling berkaitan. Keduanya saling

berperan penting dalam menyampaikan pesan kepada pembaca. Mitchell (dalam

Nurgiyantoro, 2005: 153) mengungkapkan hal yang serupa namun lebih suka

memilih istilah picture storybooks yaitu bahwa buku cerita bergambar adalah

buku yang menampilkan gambar dan teks dan keduanya saling menjalin. Mitchell

juga mengungkapkan beberapa fungsi dan pentingnya dari buku cerita bergambar

bagi anak, sebagai berikut:

1. Buku cerita-bergambar dapat membantu anak terhadap pengembangan dan

perkembangan emosi;

2. Buku cerita-bergambar dapat membantu anak untuk belajar tentang dunia,

menyadarkan anak tentang keberadaan di dunia di tengah masyarakat dan

(46)

26 3. Buku cerita-bergambar dapat membantu anak belajar tentang orang lain,

hubungan yang ada terjadi, dan pengembangan perasaan;

4. Buku cerita-bergambar dapat membantu anak untuk memperoleh

kesenangan;

5. Buku cerita-bergambar dapat membantu anak untuk mengekspresikan

keindahan; dan

6. Buku cerita-bergambar dapat membantu anak untuk menstimulasi

imajinasi.

Berdasarkan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa buku cerita bergambar

adalah buku yang menampilkan cerita, dengan bahasa yang sederhana dan selalu

berkaitan dengan gambar atau ilustrasi serta dikemas dengan sampul yang

menarik. Buku cerita bergambar dibuat untuk menumbuhkan minat membaca

anak. Buku cerita bergambar juga memiliki fungsi yang penting dalam

pengembangan dan perkembangan anak.

2.1.3.4 Kriteria Buku Cerita yang Baik

Guru sebagai pendidik formal dan orang tua sebagai pendidik informal

perlu memperhatikan dan membimbing kebutuhan bacaan bagi siswa atau

anaknya dengan menuntun agar memilih bacaan yang sesuai dengan

perkembangan kebutuhan dan kematangan berpikir. Menurut Cristantiowati

(dalam Santosa, 2008: 8) buku bacaan yang baik adalah buku bacaan yang, (1)

dapat memberikan niai tambah positif pada pembacanya, misalnya, memberikan

kegembiraan, membantu memecahkan persoalan dan mampu membuka pikiran

(47)

27 penulisnya seakan ingin berbagi dengan pembaca, bukan menggurui, (3) gaya

penulisannya tidak meledak-ledak, (4) menggunakan kaidah bahasa Indonesia

yang berlaku, tidak banyak menggunakan istilah asing yang sebenarnya ada

padanannya dalam bahasa Indonesia.

Effendi, Bangsa, dan Yudani (2013) mengungkapkan hal yang serupa

yaitu buku cerita yang baik meliputi, (1) tampilan visual buku dirancang

menggunakan tampilan full color, (2) tampilan visual buku lebih dominan gambar

dibandingkan teks, (3) jenis huruf pada buku cerita memiliki tingkat keterbacaan

yang baik bagi anak-anak, (4) judul buku cerita mewakili keseluruhan isi cerita

dan menarik minat anak untuk membaca lebih lanjut, dan (5) tampilan warna

mampu memberikan kesan dan mudah ditangkap oleh indera penglihatan anak.

Menurut pendapat Mansoor (dalam Santosa, 2008: 8) buku yang

memenuhi persyaratan sebagai berikut, (1) isinya mudah dipahami pembaca, (2)

mengajak pembaca yang masih mudah itu mengenal kehidupan nyata, (3) pilihan

kata yang tepat, (4) untuk buku fiksi, buku dikatakan menarik bila pengarang

berhasil memikat pembaca untuk terus mengikuti jalan pikirannya, puncak atau

klimaks cerita harus berada di akhir cerita, sementara berbagai konflik harus

terjalin di sepanjang buku, (5) pengarang menguasai teknik bercerita sehingga

tulisannya tidak terkesan bertele-tele dan membosankan, (6) rancangan

halamannya tertata baik, artinya pemilihan jenis huruf, jarak antar baris, tata letak

halaman, luas cetak, luas margin, dan sebagainya sangat menentukan kenyamanan

pembaca, (7) sampul buku yang artistik dan reprensentatif, dimana judul, gambar,

(48)

28 Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kriteria

buku cerita yang baik adalah, (1) judul buku yang mewakili seluruh isi cerita dan

menarik minat anak untuk membaca lebih lanjut, (2) warna sampul buku

membawa pesan yang akan disampaikan, (3) isi cerita mudah dipahami oleh

pembaca, (4) isi buku cerita memberikan pembelajaran nilai-nilai moral yang

berkaitan dengan kegaitan sehari-hari, (5) buku cerita menggunakan bahasa yang

sederhana sehingga mudah dibaca dan dipahami pembaca, (6) buku cerita mampu

mengembangkan daya imajinasi dan kreativitas pembaca, (7) tampilan visual

buku lebih dominan gambar dibandingkan teks, (8) gambar buku cerita jelas dan

mudah dibedakan, (9) ilustrasi buku cerita memperjelas latar, rangkaian cerita,

penjiwaan, dan karakter, (10) gaya dan ketepatan bahasa cocok untuk pembaca

atau anak-anak, (11) isi buku berhasil memikat pembaca untuk terus mengikuti

jalan cerita, (12) rancangan halaman buku tertata dengan baik, (13) pemilihan

jenis huruf menarik perhatian pembaca, (14) jenis huruf pada buku cerita memiliki

tingkat keterbacaan yang baik bagi pembaca, dan (15) tata letak atau sistematika

penulisan tidak terlalu sempit sehingga memudahkan pembaca atau anak untuk

membaca.

2.1.3.5 Unsur-unsur Cerita

Salah satu cara yang efektif untuk mendorong anak berpikir kritis ialah

menggunakan buku sastra sebagai bahan bacaan dalam pembelajaran membaca

yang memungkinkan mereka menjadi pemikir kritis (Rahim, 2007: 90). Cerita

anak hendaknya berisi tentang pengalaman dari anak-anak itu sendiri. Isi cerita

anak tidak harus yang baik-baik saja, seperti kisah anak rajin, suka membantu ibu,

(49)

29 anak malas, anak pembohong, kucing pemalas, atau binatang yang suka makan

sebangsanya (Nurgiyantoro, 2005: 7). Di dalam cerita sebaiknya ada unsur-unsur

yang mendukung seperti unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik

adalah unsur-unsur cerita fiksi yang secara langsung berada di dalam, menjadi

bagian, dan ikut membentuk eksistensi cerita yang bersangkutan. Unsur intrinsik

meliputi tokoh dan penokohan, alur, pengaluran, dan berbagai peristiwa yang

membentuknya, latar, sudut pandang, dan lain-lain. Sedangkan untuk unsur

ekstrinsik, di pihak lain, adalah unsur yang berada diluar teks fiksi yang

bersangkutan, tetapi mempunyai pengaruh terhadap bangun cerita yang

dikisahkan, langsung atau tidak langsung (Nurgiyantoro, 2005 : 221).

Pendapat tokoh di atas mendasari peneliti dalam menyusun kerangka buku

cerita bergambar berbasis pendidikan anti korupsi. Buku cerita bergambar

berbasis pendidikan anti korupsi yang dikembangkan mengambil tema yang

berhubungan dengan nilai-nilai luhur anti korupsi yaitu nilai kejujuran, tanggung

jawab, kedisiplinan, dan kepedulian. Isi cerita digambarkan dengan tokoh yang

menarik, dengan latar cerita yang dekat dengan anak, dan cerita mudah dipahami.

Buku cerita didesain dengan menarik yaitu menggabungkan unsur gambar dan

tulisan. Usaha ini dilakukan agar menumbuhkan minat anak untuk belajar

membaca.

2.1.4 Pendidikan Anti Korupsi

Korupsi dalam sejarahnya sudah ada sejak jaman dulu. Dalam sejarah

Mesir, Babilonia, Ibrani, India, Cina, Yunani dan Romawi Kuno, korupsi sering

(50)

30 korupsi dewasa ini banyak dihadapi oleh Negara-negara maju maupun

berkembang termasuk di Indonesia. Arti kata korupsi itu sendiri menurut Syarbini

(2014: 4) berasal dari bahasa latin yakni corruption atau corruptus yang disalin

dalam bahasa inggris menjadi corruption atau corrupt, yang kemudian dalam

bahasa belanda disalin menjadi corruptie. Korupsi adalah pencurian melalui

penipuan dalam situasi yang mengkhianati kepercayaan (Alatas, 1987: viii).

Menurut Wijaya (2014: 4) korupsi merupakan sekumpulan kegiatan yang

menyimpang dan merugikan orang lain. Hamzah (1984: 9) menegaskan bahwa

korupsi ialah kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap,

tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian, kata-kata atau ucapan yang

menghina atau memfitnah.

Menurut Alatas (1987: viii) ciri-ciri korupsi diringkas sebagai berikut, (1)

suatu pengkhianatan terhadap kepercayaan, (2) penipuan terhadap badan

pemerintah, lembaga swasta atau masyarakat umum, (3) dengan sengaja

melalaikan kepentingan umum untuk kepentingan khusus, (4) dilakukan dengan

rahasia, kecuali dalam keadaan di mana orang-orang yang berkuasa atau

bawahannya menganggap tidak perlu, (5) melibatkan lebih dari satu orang atau

pihak, (6) adanya kewajiban dan keuntungan bersama, dalam bentuk uang atau

yang lain, (7) terpusatnya kegiatan (korupsi) pada mereka yang menghendaki

keputusan yang pasti dan mereka yang dapat mempengaruhinya, (8) adanya usaha

untuk menutupi perbuatan korup dalam bentuk-bentuk pengesahan hukum, dan

(9) menunjukkan fungsi ganda yang kontradiktif pada mereka yang melakukan

(51)

31 Pada dasarnya perbuatan korupsi merupakan perbuatan yang menyimpang

dan melanggar hukum. Perbuatan korupsi tidak hanya terjadi di pemerintahan saja

melainkan terjadi dimana-mana termasuk didalam dunia pendidikan. Di

lingkungan sekolah, perbuatan korupsi yang terjadi seperti berbohong,

mencontek, memberi hadiah sebagai pelicin, dan lain-lain (Wijaya, 2014: 4).

Menyikapi fenomena tersebut, sekolah dasar sebagai pendidikan dasar harus

memberikan pemahaman tentang korupsi dan kesadaran mencegah tindakan

korupsi kepada para siswa. Upaya pencegahan itu bisa berasal dari pendidikan

anti korupsi. Pendidikan anti korupsi adalah usaha sadar untuk memberikan

pemahaman dan pencegahan terjadinya perbuatan korupsi yang dilakukan melalui

pendidikan formal di sekolah, pendidikan informal di lingkungan keluarga, serta

pendidikan non formal di masyarakat (Syarbini, 2014: 7). Menurut Wijaya (2014:

24) pendidikan anti korupsi adalah penanaman dan penguatan nilai-nilai dasar

yang diharapkan mampu membentuk sikap anti korupsi dalam diri peserta didik.

Upaya pemerintah melalui sekolah dalam memberantas dan mencegah perbuatan

korupsi lewat pendidikan anti korupsi adalah suatu kewajiban. Oleh sebab itu,

penting bagi dunia pendidikan terkhusus pendidikan dasar dalam melaksanakan

upaya pencegahan melalui pendidikan anti korupsi.

Penjelasan teori di atas, menegaskan bahwa korupsi adalah perbuatan

menyimpang yang melanggar hukum. Didalam perkembangannya, pemerintah

melalui sekolah mengupayakan pencegahan dengan pendidikan anti korupsi

kepada siswa. Pendidikan anti korupsi adalah usaha yang terencana dalam

memberikan dan menanamkan nilai-nilai luhur dalam membentuk sikap anti

(52)

32 korupsi di lingkungannya. Pendidikan anti korupsi diupayakan melalui

pengintegrasian dengan mata pelajaran di sekolah. Pendidikan anti korupsi adalah

salah satu cara dalam mematikan budaya korupsi melalui bidang pendidikan.

2.1.4.1 Tujuan Pendidikan Anti Korupsi

Pendidikan anti korupsi tidak lain untuk membantu pemerintah dalam

mengupayakan pemberantasan korupsi di Indonesia melalui bidang dunia

pendidikan. Adapun tujuan pendidikan anti korupsi menurut Wijaya (2014: 25)

adalah sebagai berikut:

1. Membangun kehidupan sekolah sebagai bagian dari masyarakat melalui

penciptaan lingkungan belajar yang berbudaya integritas (anti korupsi),

yaitu jujur, disiplin, adil, tanggung jawab, bekerja keras, sederhana,

mandiri, berani, peduli, dan bermartabat;

2. Mengembangkan potensi kalbu/nurani peserta didik melalui ranah afektif

sebagai manusia yang memiliki kepekaan hati dan selalu menjunjung

tinggi nilai-nilai budaya sebagai wujud rasa cinta tanah air serta didukung

wawasan kebangsaan yang kuat;

3. Menumbuhkan sikap, perilaku, kebiasaan yang terpuji sejalan dengan nilai

universal dan tradisi budaya bangsa yang religious;

4. Menanamkan jiwa kepemimpinan yang professional dan bertanggung

jawab sebagai generasi penerus bangsa; dan

5. Menyelenggarakan manajemen sekolah secara terbuka, transparan,

(53)

33 Tujuan pendidikan anti korupsi juga diutarakan oleh Syarbini (2014: 13-14)

sebagai berikut:

1. Menanamkan nilai dan sikap hidup anti korupsi kepada warga sekolah;

2. Menumbuhkan kebiasaan perilaku anti korupsi kepada warga sekolah; dan

3. Mengembangkan kreativitas warga sekolah dalam memasyarakatkan dan

membudayakan perilaku anti korupsi.

Pada dasarnya tujuan pendidikan anti korupsi adalah untuk

membudayakan kebiasaan yang terbuka, menanamkan nilai-nilai dan sikap dalam

tercapainya lingkungan belajar yang bertanggung jawab, professional, dan

transparan dalam membiasakan perilaku anti korupsi kepada warga sekolah.

2.1.4.2 Nilai-nilai dalam Pendidikan Anti Korupsi

Di dalam pendidikan anti korupsi terdapat nilai-nilai yang harus

dikembangkan. Menurut Syarbini (2014: 70-74) terdapat Sembilan nilai-nilai anti

korupsi adalah sebagai berikut:

1. Jujur

Kata jujur dapat didefinisikan sebagai lurus hati, tidak berbohong, dan

tidak curang. Sikap jujur adalah sikap utama yang harus dimiliki setiap

orang, yang diharapkan tetap menyertainya, baik dalam berhadapan

dengan orang lain maupun dengan dirinya sendiri (Wijaya, 2014: 109).

Jujur adalah salah satu sifat yang sangat penting bagi kehidupan peserta

didik. Sebagai contoh seperti, tidak mencontek, tidak melakukan

Gambar

Gambar 4.1 Judul buku cerita bergambar ...................................................
gambar serta dapat merangsang daya imajinasi pembacanya.
Tabel 3.1 Pedoman pertanyaan wawancara guru kelas IV
gambaran umum instrumen yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian melalui
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kualitas tersebut dapat ditunjukkan dari berbagai muatan dari buku cerita bergambar teresebut antara lain buku cerita bergambar ini menggunakan bahasa dan gaya tulisan

Saran untuk peneliti selanjutnya yang akan mengembangkan produk buku cerita bergambar berbasis pendidikan anti korupsi pada siswa Sekolah Dasar kelas rendah adalah

Pendidikan anti korupsi dapat diajarkan melalui pembelajaran dengan berbagai media, salah satunya adalah menggunakan buku cerita bergambar yang menarik bagi siswa.. Tujuan

ABSTRAK PENGEMBANGAN BUKU CERITA BERGAMBAR MENGENAI KEBERAGAMAN BUDAYA UNTUK PEMBELAJARAN MEMBACA KELAS III B SD KANISIUS SOROWAJAN Angela Putri Meriyani Universitas Sanata Dharma

1. Prosedur pengembangan buku cerita bergambar berbasis pendidikan karakter peduli sosial dan literasi untuk siswa kelas IV SD menggunakan model ADDIE. Prosedur

Arif Saefudin.. Pengembangan buku cerita bergambar berbasis pendidikan lingkungan hidup untuk pembelajaran membaca siswa SD kelas atas. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan

Dari table 2 menunjukkan bahwa hasil validasi ahli materi terhadap pengembangan media pembelajaran buku cerita bergambar untuk meningkatkan minat membaca siswa kelas 2

Pengembangan buku cerita bergambar berbasis lingkungan hidup pada pembelajaran tematik kelas II SD/MI pada tema merawat hewan dan tumbuhan menggunakan Research and