• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan buku cerita bergambar berbasis pendidikan anti korupsi untuk pembelajaran membaca siswa sekolah dasar kelas III SD N 2 Traji tahun ajaran 2016 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan buku cerita bergambar berbasis pendidikan anti korupsi untuk pembelajaran membaca siswa sekolah dasar kelas III SD N 2 Traji tahun ajaran 2016 2017"

Copied!
146
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN BUKU CERITA BERGAMBAR BERBASIS

PENDIDIKAN ANTI KORUPSI UNTUK PEMBELAJARAN

MEMBACA SISWA SEKOLAH DASAR KELAS III SD N 2

TRAJI TAHUN AJARAN 2016 / 2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

Johan Kadessyah Mitranto

NIM : 131134214

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

PENGEMBANGAN BUKU CERITA BERGAMBAR BERBASIS

PENDIDIKAN ANTI KORUPSI UNTUK PEMBELAJARAN

MEMBACA SISWA SEKOLAH DASAR KELAS III SD N 2

TRAJI TAHUN AJARAN 2016 / 2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

Johan Kadessyah Mitranto

NIM : 131134214

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk :

1. Jesus Christ, sumber kekuatan dan harapan.

2. Orang tua saya, Ibu Sri Haryati yang selalu memberikan dukungan, doa

dan kasih sayangnya.

3. Kakak saya Nalurita Kurniasih Purbo, S.E.

4. Adik saya Febrian Perda Krismono.

(6)

v

MOTTO

Tetap berdoa dan berusaha, selebihnya biar Tuhan yang mengatur.

(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah

disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya

ilmiah.

Yogyakarta, 31 Mei 2017

Peneliti

(8)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Johan Kadessyah Mitranto

Nomor Mahasiswa : 131134214

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

Pengembangan Buku Cerita Bergambar Berbasis Pendidikan Anti Korupsi Untuk Pembelajaran Siswa Sekolah Dasar Kelas III SD N 2 Traji Tahun Ajaran 2016 / 2017

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan

kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,

mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan

data, mendistribusikannya secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet

atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya

maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya

sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 4 April 2017

Yang menyatakan

(9)

viii

ABSTRAK

Pengembangan Buku Cerita Bergambar untuk Pembelajaran Membaca Siswa Kelas III Sekolah Dasar Negeri 2 Traji Tahun Ajaran 2016 / 2017.

Johan Kadessyah Mitranto Universitas Sanata Dharma

2017

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang berawal dari adanya potensi dan masalah terkait dengan pembelajaran membaca. Potensi yang ada adalah pembelajaran membaca. Masalah yang dihadapi guru adalah media untuk menanamkan kejujuran dan pemahaman tentang pendidikan anti korupsi pada siswa. Oleh karena itu, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian pengembangan buku cerita bergambar untuk menanamkan kejujuran dan pemahaman tentang pendidikan anti korupsi siswa kelas dasar kelas rendah. Tujuannya untuk menjelaskan proses penyusunan dan mendeskripsikan kualitas buku cerita untuk menanamkan kejujuran dan pemahaman tentang pendidikan anti korupsi siswa sekolah dasar kelas rendah.

Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (Research and Development atau R&D). Produk yang dihasilkan berupa buku cerita bergambar untuk kelas rendah. Proses pengembangan buku cerita tersebut mengikuti enam langkah dari modifikasi langkah Sugiyono dan langkah Borg dan Gall yaitu (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, dan (6) uji coba produk. Buku cerita bergambar divalidasi oleh dua validator. Skor rata – rata yang diperoleh dari hasil validasi adalah sebesar 4,4 dengan kategori sangat baik sehingga layak digunakan pada tahap uji coba.

Uji coba dilakukan kepada enam orang siswa untuk mengetahui pendapat siswa mengenai kualitas buku cerita bergambar. Dari hasil uji coba yang dilakukan peneliti didapatkan data bahwa semua siswa menyukai buku cerita bergambar yang dibaca, buku cerita yang dihasilkan oleh peneliti mudah dipahami, siswa dapat memahami karakter dalam buku cerita, serta siswa akan melakukan sikap jujur setelah membaca buku cerita.

Kata kunci : penelitian pengembangan, buku cerita bergambar, kejujuran,

(10)

ix

ABSTRACT

The Development of Story Books for Learning to Read Students of Class III State Elementary School 2 Traji of Teaching Year 2016 / 2017.

Johan Kadessyah Mitranto Sanata Dharma University

2017

This research is a research development that originated from the potential and problems associated with reading learning. The potential is learning reading. Problems faced by teachers is a medium to instill honesty and understanding of anti-corruption education on students. Therefore, researchers are encouraged to conduct research on developing picture story books to instill honesty and understanding of anti-corruption education of low grade low class students. The goal is to explain the process of composing and describing the quality of storybooks to instill honesty and understanding of anti-corruption education of low-grade primary school students.

This type of research is research and development (Research and Development or R & D). The resulting product is a picture story book for low grade. The process of developing the storybook follows the six steps of Sugiyono's step modification and Borg and Gall's steps: (1) potential and problems, (2) data collection, (3) product design, (4) design validation, (5) revised design, (6) product trial. The picture story book is validated by two validators. The average score obtained from the validation result is 4.4 with very good category so it is feasible to be used in the testing phase.

Trial was conducted on six students to know the students' opinions about picture book quality. From the results of experiments conducted by the researcher got data that all students liked the picture book readable, the story book produced by the researchers easy to understand, the students can understand the characters in the story book, and students will do honest attitude after reading the story book.

Keywords: development research, picture story book, honesty, anti corruption

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang telah melimpahkan segala

berkat dan penyertaannya sehingga Tugas Akhir Skripsi ini yang berjudul

“Pengembangan Buku Cerita Bergambar untuk Pembelajaran Membaca Siswa Kelas III Sekolah Dasar Negeri 2 Traji Tahun Ajaran 2016/2017”. Dapat

terlaksana dengan baik.

Skripsi ini disusun dalam rangka untuk memenuhi persyaratan

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah

Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Keberhasilan penulisan Tugas Akhir Skripsi tidak lepas dari bantuan dan

dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti ingin mengucapkan terima

kasih kepada :

1. Rohandi, Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan.

2. Christiyanti Aprinastuti, S,Si., M.Pd. selaku Kaprodi PGSD.

3. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. selaku Wakaprodi PGSD.

4. Brigitta Erlita Tri Anggadewi, S.Psi., M.Psi selaku dosen pembimbing

I yang telah membimbing peneliti dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. selaku dosen pembimbing II

yang telah memberikan bimbingan serta masukan bagi peneliti dalam

penyusunan skripsi ini.

6. Para validator yang telah berkenan untuk membantu peneliti dalam

proses validasi produk.

7. Wiwik Prihatiningsih, S.Pd.SD. selaku kepala sekolah SD N 2 Traji

yang telah memberikan izin peneliti dalam melakukan penelitian di SD

N 2 Traji.

8. Guru SD N 2 Traji yang telah membantu peneliti dalam melakukan

(12)

xi

9. Siswa Kelas III SD N 2 Traji yang telah bersedia berpartisipasi dalam

melakukan uji coba produk.

10.Ibu yang selalu memberikan dukungan dan doa dalam menyelesaikan

skripsi.

11. Teman – teman satu payung skripsi yang selalu memberikan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

Peneliti juga menyadari bahwa penelitian ini masih banyak

kekurangan. Peneliti berharap semoga hasil dari penelitian ini

bermanfaat bagi para pembaca.

Yogyakarta, 4 April 2017

Peneliti,

(13)

xii

(14)

xiii

2.1.1 Pendidikan Anti Korupsi...10

2.1.1.1 Pengertian Pendidikan Anti Korupsi...10

2.1.2 Tujuan Pendidikan Anti Korupsi...11

2.1.3 Buku Cerita Bergambar...15

2.1.3.1 Pengertian Buku Cerita Bergambar...15

2.1.3.2 Jenis dan Karakteristik Buku Cerita Bergambar...15

1. Fiksi...15

2.1.3.3 Fungsi Buku Cerita Bergambar...17

2.1.4. Karakteristik Perkembangan Anak...21

2.1.4.1 Tahap Perkembangan Anak...21

2.1.4.2 Karakteristik Perkembangan Anak SD Kelas Bawah...23

(15)

xiv

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...59

4.1 Hasil Penelitian Pengembangan...59

4.1.1 Proses Pengembangan Buku Cerita...59

(16)

xv

BAB V PENUTUP...92

5.1 Kesimpulan...92

5.2 Keterbatasan Pengembangan...93

5.3 Saran...93

DAFTAR PUSTAKA...95

(17)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Daftar Pertanyaan Wawancara...45

Tabel 3.2 Kisi – kisi Uji Validasi Produk untuk Dosen Ahli dan guru...47

Tabel 3.3 Contoh Instrumen Kuesioner Uji Validasi Produk untuk Dosen dan Guru...48

Tabel 3.4 Kisi – kisi Uji Validasi Produk untuk Siswa...51

Tabel 3.5 Contoh Instrumen Kuesioner Uji Validasi Produk untuk Siswa...52

Tabel 3.6 Konversi Nilai Skala Lima (Sukardjo, 2005:53)...56

Tabel 3.7 Pedoman Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif dengan Skala 5 (Sukardjo 2005:53)...58

Tabel 4.1 Rangkuman Hasil Wawancara...61

Tabel 4.2 Penjabaran ciri - ciri Tokoh Naya dan Praya Dalam Buku Cerita...65

Tabel 4.3 Hasil Validasi Buku Cerita Bergambar oleh Dosen Ahli...72

Tabel 4.4 Hasil Validasi Buku Cerita Bergambar oleh Guru Kelas III...75

Tabel 4.5 Hasil Validasi Buku Cerita Bergambar oleh Siswa Kelas III...78

Tabel 4.6 Revisi Desain Buku Cerita...81

Tabel 4.7 Revisi Desain Buku Cerita...82

Tabel 4.8 Revisi Desain Buku Cerita...83

Tabel 4.9 Revisi Desain Buku Cerita...84

Tabel 4.10 Tabel Hasil Rekapitulasi Kuesioner Penelitian Siswa...85

(18)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Literatur Map dari Penelitian – penelitian Sebelumnya...31

Gambar 4.1 Gambar Judul Buku...66

Gambar 4.2 Gambar Menggunakan Aplikasi Corel Draw X7...67

Gambar 4.3 Gambar Sebelum Diwarnai...68

Gambar 4.4 Gambar yang Sudah Diwarnai...68

Gambar 4.5 Font untuk Judul Buku...69

Gambar 4.6 Font untuk Kata Pengantar...70

Gambar 4.7 Font untuk Isi Cerita...70

Gambar 4.8 Font untuk Biografi Penulis...71

Gambar 4.9 Gambar Sebelum Direvisi...81

Gambar 4.10 Gambar Sesudah Revisi...81

Gambar 4.11 Gambar Sebelum Direvisi...82

Gambar 4.12 Gambar Sesudah Revisi...82

Gambar 4.13 Gambar Sebelum Direvisi...83

Gambar 4.14 Gambar Sesudah Revisi...83

Gambar 4.15 Gambar Sebelum Direvisi...84

Gambar 4.16 Gambar Sesudah Revisi...84

(19)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan...100

Lampiran 2 Surat Izin Penelitian...102

Lampiran 3 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian...103

Lampiran 4 Hasil Validasi Produk oleh Dosen Ahli...104

Lampiran 5 Hasil Validasi Produk oleh Guru Kelas III...107

Lampiran 6 Hasil Validasi Produk oleh Salah Satu Siswa kelas III...110

Lampiran 7 Hasil Validasi Ujicoba Produk Siswa 1...113

Lampiran 8 Hasil Validasi Ujicoba Produk Siswa 2...115

Lampiram 9 Hasil Validasi Ujicoba Produk Siswa 3...117

Lampiran 10 Hasil Validasi Ujicoba Produk Siswa 4...119

Lampiran 11 Hasil Validasi Ujicoba Produk Siswa 5...121

Lampiran 12 Hasil Validasi Ujicoba Produk Siswa 6...123

Lampiran 13 Domentasi Hasil Ujicoba Produk...125

Lampiran 14 Buku cerita Bergambar (Terpisah)...126

(20)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Korupsi adalah tindakan yang menyebabkan negara menjadi bangkrut

dengan pengaruh luar biasa seperti hancurnya perekonomian, pelayanan

kesehatan tidak memadai, dan rusaknya sistem pendidikan sehingga

membudaya dalam kehidupan bangsa Indonesia. Menurut Suwartojo ( 1997)

menyatakan bahwa korupsi ialah tingkah laku atau tindakan seseorang atau

lebih yang melanggar norma – norma yang berlaku dengan menggunakan dan/

atau menyalahgunakan kekuasaan atau kesempatan melalui proses pengadaan,

penetapan, pungutan, penerimaan, atau pemberian fasilitas atau jasa lainnya

yang dilakukan pada kegiatan penerimaan dan/ atau pengeluaran uang atau

kekayaan, penyimpanan uang atau kekayaan serta dalam perizinan dan/ atau

jasa lainnya dengan tujuan keuntungan pribadi atau golongannya sehingga

langsung atau tidak langsung merugikan kepentingan dan/ atau keuangan

negara / masyarakat. Semma ( 2008) mengatakan “ korupsi merupakan

perwujudan immoral dari dorongan untuk memperoleh sesuatu dengan

metode pencurian atau penipuan”. Alatas (2005:108) menegaskan bahwa

korupsi adalah pencurian melalui penipuan dalam situasi yang mengkhianati

kepercayaan. Arti harafiah dari kata korupsi adalah kebusukan, keburukan,

kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari

(21)

Pendidikan menjadi suatu lembaga yang sangat penting dalam mendidik

dan membangun karakter bangsa untuk tidak korupsi dan menanamkan sikap

kejujuran. Lewat pendidikan setiap anak diharapkan untuk menjadi manusia

yang berintegritas dalam membangun bangsa. Syah (2013:10)

mengungkapkan pendidikan adalah sebuah proses dengan metode – metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara

bertingkah laku sesuai kebutuhan. Adanya pendidikan dapat membuat

seseorang mengalami perubahan tingkah laku. Hal tersebut terjadi karena

seseorang memiliki pengetahuan yang didapatkan dari pendidikan digunakan

untuk mempertimbangkan tingkah laku yang akan dilakukan. Menurut undang

– undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, “

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Pendidikan dapat berlangsung secara informal dan nonformal disamping

secara formal seperti di sekolah, madrasah, dan institusi – institusi lainnya (Syah, 2013:11). Sekolah merupakan lembaga formal untuk meningkatkan

kecerdasan dan kreatifitas manusia melalui proses pembelajaran yang ada di

dalamnya. Pembelajaran di sekolah tidak dapat terlepas dari interaksi antara

(22)

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik

pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan

pendidikan menengah”.

Pendidikan anti korupsi di sekolah dapat dipelajari dengan berbagai cara,

salah satunya adalah dari membaca buku tentang pendidikan anti korupsi

ataupun membaca buku – buku yang menanamkan sikap kejujuran. Membaca adalah salah satu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca

untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui

media kata atau bahasa lisan (Tarigan, 1990:7). Menurut Dalman (2013:5),

membaca adalah keterampilan dalam kegiatan yang berupaya untuk

menemukan berbagai informasi yang terdapat dalam tulisan. Akhadiah

(1991:22), mengungkapkan bahwa membaca merupakan suatu kesatuan

kegiatan seperti mengenali huruf dan kata – kata, menghubungkannya dengan bunyi serta maknanya, serta menarik kesimpulan mengenai maksud jawaban.

Tujuan membaca menurut Purwanto (1997:27), mengungkapkan ada faedah

dan nilai membaca yaitu sebagai berikut : (1) Di sekolah, membaca itu

mengambil tempat sebagai pembantu bagi seluruh mata pelajaran. (2)

Mempunyai nilai praktis. Bagi perorangan, membaca itu merupakan alat untuk

menambah pengetahuan. (3) Sebagai penghibur. Untuk mengisi waktu luang

(seperti membaca syair – syair, sajak – sajak, roman, majalah, dan sebagainya). (4) Memperbaiki akhlak dan bernilai keagamaan. Jika yang

(23)

kejiwaan. Misalnya membentuk daya ingatan, daya fantasi, daya pikir (akal),

berbagai jenis perasaan dan sebagainya.

Cara untuk menumbuhkan minat membaca siswa sekolah dasar kelas

bawah dan sebagai penunjang pembelajaran membaca yang dapat digunakan

siswa secara aktif dan mandiri dalam berlatih salah satunya adalah dengan

menggunakan media buku cerita bergambar. Media adalah perantara atau

pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan (Sadiman, 2002:6). Menurut

Brigs (dalam Sadiman, 2002:6) media adalah segala alat fisik yang dapat

menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Jadi, media

merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan

dari pengirim dan penerima pesan sehingga dapat merangsang pikiran,

perasaan, minat, dan perhatian sedemikian rupa sehingga dapat merangsang

proses belajar terjadi (Sadiman, 2002:6).

Buku cerita bergambar merupakan sesuatu yang tidak asing dalam

kehidupan anak – anak. Selain itu, buku adalah sebuah media yang baik bagi anak – anak untuk belajar membaca. Buku cerita bergambar merupakan satu kesatuan dari cerita yang disertai dengan gambar – gambar yang fungsinya

sebagai penghias dan juga pendukung cerita yang kiranya dapat membantu

proses pemahaman terhadap isi dari buku tersebut. Melalui penggunaan

media buku cerita bergambar, diharapkan pembaca mampu dengan mudah

memperoleh infomasi dan deskripsi cerita yang disampaikan. Menurut Putra

(2008:6) cerita bergambar merupakan media yang unik, menggabungkan teks

(24)

perhatian semua orang dari segala usia, karena memiliki kelebihan, yaitu

mudah dipahami. Cerita bergambar termasuk kedalam media visual atau

media grafis. Media grafis atau media visual berfungsi untuk menyalurkan

pesan dari sumber ke penerima pesan. Saluran yang dipakai menyangkut

indera penglihatan (Sadiman, 2011:28-29). Menurut Putra (2008:7) cerita

bergambar merupakan media komunikasi yang kuat. Fungsi – fungsi yang bisa dimanfaatkan oleh cerita bergambar antara lain adalah untuk pendidikan,

untuk advertising, maupun sebagai sara hiburan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan wali kelas III SD N 2 Traji pada

tanggal 19 November 2016, dari hasil wawancara (wawancara terlampir)

yang dilakukan peneliti, Wali kelas III SD N 2 Traji mengatakan ketersediaan

buku untuk membaca dalam bentuk buku cerita bergambar sangat kurang,

sementara antusias dan ketertarikan siswa terhadap buku cerita bergambar

sangat besar untuk pembelajaran membaca mereka. Selain itu juga ada

beberapa anak yang kurang lancar dalam membaca.

Berdasarkan hasil analisis kebutuhan melalui wawancara yang dilakukan

oleh peneliti, maka peneliti ingin mengembangkan buku cerita bergambar

yang berbasis pendidikan anti korupsi untuk pembelajaran membaca kelas

bawah. Untuk itu peneliti mengambil judul “Pengembangan Buku Cerita

Bergambar Berbasis Pendidikan Anti Korupsi Untuk Pembelajaran

Membaca Siswa Kelas III SD N 2 Traji”. Pengembangan buku cerita

bergambar berbasis pendidikan anti korupsi ini diharapkan dapat membantu

(25)

melalui buku cerita bergambar dan juga membantu siswa dalam proses

pembelajaran membaca.

1.2Rumusan masalah

1.2.1 Bagaimana pengembangan buku cerita bergambar berbasis pendidikan anti korupsi untuk pembelajaran membaca siswa kelas III SD N 2 Traji ?

1.2.2 Bagaimana kualitas produk buku cerita bergambar berbasis pendidikan anti korupsi untuk pembelajaran membaca siswa kelas III SD N 2 Traji ?

1.3Tujuan penelitian

1.3.1 Mengembangkan buku cerita bergambar berbasis pendidikan anti korupsi

untuk pembelajaran membaca siswa kelas III SD N 2 Traji.

1.3.2 Mendeskripsikan kualitas buku cerita bergambar berbasis pendidikan anti

korupsi untuk pembelajaran membaca siswa kelas III SD N 2 Traji.

1.4Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Siswa

Dengan belajar menggunakan buku cerita bergambar ini,

diharapkan siswa dapat lebih mengetahui dan memahami pengetahuan

tentang anti korupsi melalui buku cerita. Hasil produk penelitian ini

berupa buku cerita bergambar berbasis pendidikan anti korupsi untuk

siswa kelas rendah ( kelas tiga). Melalui buku cerita bergambar ini

(26)

membacanya secara mandiri. Buku yang ditunjang dengan gambar – gambar diharapkan dapat menarik minat siswa dalam belajar membaca.

1.4.2 Bagi Guru

Buku cerita bergambar ini diharapkan dapat menambah inovasi

guru ketika mengajar terutama ketika dalam hal pembelajaran membaca

untuk dapat meningkatkan kemampuan membaca siswanya.

1.4.3 Bagi Sekolah

Sekolah dapat menggunakan buku cerita bergambar berbasis

pendidikan anti korupsi ini sebagai acuan untuk mengembangkan

pembelajaran membaca siswa dalam pembelajaran membaca bagi siswa

kelas rendah.

1.4.4 Bagi Prodi PGSD

Penelitian pengembangan ini dapat menambah pustaka prodi

PGSD Universitas Sanata Dharma terkait dengan pengembangan buku

cerita bergambar berupa modul muatan pembelajaran membaca kelas

rendah.

1.4.5 Bagi Peneliti

Menambah wawasan mahasiswa dalam mengembangkan buku

cerita bergambar yang berbasis pendidikan anti korupsi untuk

pembelajaran membaca siswa. Sebagai seorang calon guru atau pendidik,

penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa dalam hal pembelajaran

(27)

1.5Definisi Operasional

1.5.1 Buku cerita bergambar adalah buku cerita yang disajikan dengan

menggunakan teks dan ilustrasi atau gambar yang bertujuan untuk

memberikan imajinasi atau gambaran visual kepada anak.

1.5.2 Membaca adalah aktifitas yang dilakukan untuk memahami maksud

penulis yang disampaikan berupa tulisan kepada pembacanya.

1.5.3 Pendidikan anti korupsi adalah usaha untuk memberikan pemahaman dan

pengetahuan secara kritis terhadap nilai – nilai anti korupsi.

1.6Spesifikasi produk

Produk yang dihasilkan dalam penelitian pengembangan ini berupa buku

cerita bergambar dengan spesifikasi seperti dibawah ini :

1.6.1 Buku cerita bergambar ini dibuat full colour untuk menarik minat siswa.

1.6.2 Buku cerita bergambar ini menggunakan bahasa / kalimat/ kata yang

mudah dipahami oleh siswa.

1.6.3 Mengandung cerita yang sangat familiar seperti dalam kehidupan sehari –

hari.

1.6.4 Buku cerita bergambar ini memberikan pembelajaran tentang arti

kejujuran dan pentingnya nilai – nilai pendidikan anti korupsi yang

berkaitan dengan kehidupan sehari – hari.

1.6.5 Buku cerita bergambar ini memiliki gambar dan teks yang berkaitan.

1.6.6 Ilustrasi dalam cerita dapat memperjelas latar, rangkaian cerita, dan

(28)

1.6.7 Buku ini berukuran 14,8 cm x 21 cm yang sama dengan ukuran A5.

1.6.8 Memiliki sebanyak 16 halaman sudah termasuk sampul depan dan

belakang. Buku ini dilengkapi dengan refleksi ataupun pesan – pesan dihalaman 11 - 13 yang hendak disampaikan kepada anak – anak yang

membaca

1.7Analisis Kebutuhan

Langkah pertama yang dilakukan oleh peneliti untuk melakukan analisis

kebutuhan dalam penelitian ini yaitu didapatkan dari hasil wawancara

(wawancara terlampir). Analisis kebutuhan ini dilakukan oleh peneliti di SD

N 2 Traji, Kecamatan Parakan, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.

Wawancara ditujukan kepada guru kelas III SD N 2 Traji pada tanggal 19

November 2016. Wawancara tersebut dilakukan oleh peneliti ini untuk

memperoleh informasi mengenai sejauh mana kemampuan membaca siswa

kelas III dalam pembelajaran membaca. Selain itu wawancara ini dilakukan

untuk mengetahui ketersediaan buku cerita bergambar berbasis pendidikan

anti korupsi untuk pembelajaran membaca siswa di sekolah tersebut. Buku

cerita bergambar ini dibuat oleh peneliti yang bertujuan untuk dapat

membantu dan mempermudah siswa dalam pembelajaran membaca terlebih

(29)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Pendidikan Anti Korupsi

2.1.1.1 Pengertian Pendidikan Anti Korupsi

Pendidikan merupakan sebuah proses yang membantu menumbuhkan,

mengembangkan, mendewasakan, membuat yang tidak tertata atau liar menjadi

semakin tertata, semacam proses penciptaan sebuah kultur dan tata keteraturan

dalam diri maupun diri orang lain (Koesoema, 2007: 53). Menurut Budiyanto

(2013) berpendapat bahwa pendidikan adalah mempersiapkan dan menumbuhkan

anak didik atau individu manusia yang prosesnya berlangsung secara terus – menerus sejak ia lahir sampai ia meninggal dunia. Sedangkan menurut Kurniawan

(2013: 26), pendidikan mempunyai definisi yang luas, yang mencangkup semua

perbuatan atau semua usaha dari generasi tua untuk mengalihkan nilai – nilai serta

melimpahkan pengetahuan, pengalaman, kecakapan, serta keterampilan pada

generasi selanjutnya sebagai usaha untuk menyiapkan mereka agar dapat

memenuhi fungsi hidup mereka, baik jasmani begitu pula rohani.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan

adalah proses pengetahuan, pengalaman, kecakapan, serta keterampilan oleh para

peserta didik, yang dilakukan secara terus menerus supaya dapat memenuhi fungsi

(30)

Pendidikan anti korupsi adalah usaha sadar untuk memberi pengetahuan,

pemahaman dan pencegahan terjadinya perbuatan korupsi yang dilakukan dari

pendidikan formal di sekolah, pendidikan informal pada lingkungan keluarga, dan

pendidikan non formal di masyarakat. Pendidikan anti korupsi tidak berhenti pada

pengenalan nilai – nilai anti korupsi saja, akan tetapi, berlanjut pada pemahaman nilai, penghayatan nilai dan pengamalan nilai anti korupsi menjadi kebiasaan

hidup sehari – hari. Pendidikan anti korupsi merupakan tindakan untuk

mengendalikan dan mengurangi korupsi berupa keseluruhan upaya untuk

mendorong generasi mendatang untuk mengembangkan sikap menolak secara

tegas terhadap setiap bentuk korupsi (Sumiarti, 2007:8). Sedangkan menurut

Burhanuddin (2012: 30), pendidikan anti korupsi merupakan upaya pencegahan

praktik korupsi di Indonesia. Tidak ada jawaban tunggal untuk menjawab

mengapa persoalan korupsi yang sedemikian masif di sebuah negeri. Disamping

itu, pendidikan anti korupsi tidak berlandaskan pada salah satu perspektif

keilmuan secara khusus, namun berdasarkan pada fenomena permasalahan serta

pendekatan budaya (Sofia, 2011: 5).

Dari defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan anti korupsi

merupakan upaya pencegahan dalam mengendalikan dan mengurangi terhadap

praktik korupsi kepada generasi di masa mendatang.

2.1.2 Tujuan Pendidikan Anti Korupsi

Menurut Dharma (2004) secara umum tujuan pendidikan anti korupsi

(31)

dan aspek – aspeknya; (2) pengubahan persepsi dan sikap terhadap korupsi ; dan (3) pembentukan keterampilan dan kecakapan baru yang dituduhkan untuk

melawan korupsi. Manfaat jangka panjangnya dapat menyumbang pada

keberlangsungan sistem integrasi Nasional dan program anti korupsi. Dalam

jangka pendek adalah pembangunan kemauan politik bangsa Indonesia untuk

memerangi korupsi (Kesuma, 2004). Sedangkan menurut Arbain (2014 : 13),

tujuan yang hendak dicapai dalam pendidikan anti korupsi di sekolah adalah

untuk :

1. Menanamkan nilai dan sikap hidup anti korupsi kepada warga sekolah.

Penanaman nilai dan sikap hidup anti korupsi kepada warga sekolah

merupakan tujuan utama dalam menerapkan pendidikan anti korupsi di

lingkungan pendidikan. Dengan penanaman nilai dan sikap kepada

warga sekolah, secara sadar telah mengajak warga sekolah untuk dapat

menjadikan sekolah sebagai wadah penanaman nilai – nilai kebaikan

dalam diri pendidik, peserta didik, dan tenaga kependidikan serta

warga sekolah secara menyeluruh. Dengan adanya penanaman nilai

dan sikap anti korupsi di lingkungan warga sekolah dan menjadikan

warga sekolah anti terhadap korupsi maka tujuan pendidikan anti

korupsi dapat terwujud.

2. Menumbuhkan kebiasaan perilaku anti korupsi kepada warga sekolah.

Melalui sebuah pembiasaan yang baik dan terus – menerus dilakukan secara konsisten dalam bersikap dan berperilaku akan menghadirkan

(32)

perilaku anti korupsi kepada warga sekolah ini merupakan upaya untuk

melatih, membimbing, dan membina diri insan pendidikan dan

lembaga pendidikan untuk dapat bersikap jujur dan amanah dalam

setiap perilaku yang dilakukannya serta dapat memiliki tanggung

jawab yang besar terhadap diri, masyarakat, dam negara.

3. Mengembangkan kreativitas warga sekolah dalam memasyarakatkan

dan membudayakan perilaku anti korupsi.

Tujuan terakhir dari pendidikan anri korupsi adalah pengembangan

kreativitas masyarakat dan membudayakan perilaku anti korupsi di

lingkungan sekolah. Hal ini sangat penting dan memiliki peranan yang

besar dalam menciptakan sekolah yang terbebas dari korupsi.

Menjadikan sekolah sebagai wahana anti korupsi dan menjadikan

sebuah kebiasaan (budaya) di sekolah adalah solusi logis untuk dapat

membebaskan sekolah dari virus – virus korupsi. Sebab, begitu banyak

lembaga pendidikan sudah terjangkiti oleh virus korupsi bahkan sudah

menjadi amalan sehari – hari dalam diri lembaga pendidikan. Oleh

karena itu, penting kiranya membudayakan perilaku anti korupsi di

setiap sekolah secara universal dan dimasukkan ke dalam kurikulum

sekolah dan terintegrasi dalam setiap mata pelajaran guna menjadikan

sekolah sebagai media untuk dapat memberantas virus korupsi sampai

(33)

Ada lima tujuan pendidikan anti korupsi menurut Wijaya (2014:

25), yaitu sebagai berikut :

1. Membangun kehidupan sekolah sebagai bagian dari

masyarakat melalui penciptaan lingkungan belajar yang

berbudaya integritas (antikorupsi), yaitu jujur, disiplin, adil,

tanggung jawab, bekerja keras, sederhana, mandiri, berani,

peduli, dan bermartabat.

2. Mengembangkan potensi kalbu/nurani peserta didik melalui

ranah efektif sebagai manusia yang memiliki kepekaan hati

dan selalu menjunjung tinggi nilai – nilai budaya sebagai wujud rasa cinta tanah air serta didukung wawasan

kebangsaan yang kuat.

3. Menumbuhkan sikap, perilaku, kebiasaan yang terpuji

sejalan dengan nilai universal dan tradisi budaya bangsa

yang religius.

4. Menanamkan jiwa kepemimpinan yang profesional dan

bertanggung jawab sebagai generasi penerus bangsa.

5. Menyelenggarakan manajemen sekolah secara terbuka,

transparan, profesional, serta bertanggung jawab.

Peneliti menggunakan kelima tujuan tersebut sebagai

(34)

2.1.3 Buku Cerita Bergambar

2.1.3.1 Pengertian Buku Cerita Bergambar

Buku cerita bergambar adalah buku yang menyampaikan cerita bergambar

dan teks dan keduanya saling menjalin (Mitchell, 2003:87). Lukens (2003:38)

mengemukakan bahwa ilustrasi cerita dan gambar merupakan dua media yang

berbeda, tetapi dalam buku cerita keduanya secara bersama membentuk

perpaduan. Menurut stewing (1980:57) buku cerita bergambar adalah sebuah

buku yang menjajarkan cerita dengan gambar. Kedua elemen ini bekerjasama

untuk mengahasilkan cerita dengan ilustrasi gambar.

Dari defenisi di atas buku cerita bergambar adalah buku yang di dalamnya

terdapat gambar dan tulisan yang kedua elemen ini saling menjalin kerja sama

untuk membentuk suatu cerita.

2.1.3.2Jenis dan Karakteristik Buku Cerita Bergambar

Buku cerita bergambar mempunyai beberapa jenis dan karakteristik.

Menurut Mc Elmeel (2002) jenis – jenis buku cerita bergambar adalah sebagai berikut :

1. Fiksi

Buku fiksi adalah buku yang menceritakan khayalan, rekaan atau

sesuatu yang tidak ada dan terjadi sungguh – sungguh. Kategori yang

termasuk dalam fiksi adalah cerita hewan, misteri, humor, dan cerita

(35)

2. Historis

Buku historis adalah buku yang mendasarkan diri pada suatu fakta

atau kenyataan di masa lalu. Buku ini meliputi kejadian sebenarnya,

tempat, atau karakter yang merupakan bagian dari sejarah.

3. Informasi

Buku informasi adalah buku – buku yang memberikan informasi faktual. Buku informasi menyampaikan fakta dan data apa adanya, yang

berguna untuk menambah ketrampilan, wawasan, dan juga bekal teoritis

dalam batas tertentu bagi anak.

4. Biografi

Biografi adalah kisah atau keterangan tentang kehidupan seseorang

mulai kelahirannya hingga kematiannya jika sudah meninggal.

5. Cerita rakyat

Cerita rakyat merupakan cerita atau kisah yang asal muasalnya

bersumber dari masyarakat serta tumbuh dan berkembang dalam

masyarakat di masa lampau.

6. Kisah nyata

Kisah nyata berfokus pada peristiwa yang sebenarnya dari sebuah

situasi atau peristiwa.

Keenam jenis itu, peneliti memilih jenis fiksi karena menurut

peneliti, jenis cerita fiksi dapat mengembangkan imajinasi cerita secara

(36)

Sutherland (dalam Faizah, 2009:252) menjelaskan beberapa

karakteristik buku cerita bergambar antara lain :

a. Buku cerita bergambar bersifat ringkas dan langsung.

b. Buku cerita bergambar berisi konsep – konsep yang berseri.

c. Konsep yang ditulis dapat dipahami oleh anak – anak.\ d. Gaya penulisannya sederhana.

e. Terdapat ilustrasi yang melengkapi teks.

2.1.3.3Fungsi Buku Cerita bergambar

Mitchell (dalam Nurgiyantoro, 2005) menunjukkan beberapa hal tentang

fungsi dan pentingnya buku cerita bergambar bagi anak sebagai berikut :

1. Buku cerita bergambar dapat membantu anak terhadap pengembangan

dan perkembangan emosi. Anak akan merasa terfasilitasi dan terbantu

untuk memahami dan menerima dirinya sendiri dan orang lain, serta

untuk mengekspresikan berbagai emosinya, seperti rasa takut dan

senang, sedih dan bahagia, yang merupakan bagian dari kehidupan.

Berbagai sikap dan reaksi emosi anak perlu mendapat rangsangan

untuk penyaluran agar perkembangan emosi berjalan secara wajar dan

terkontrol. Pemahaman dan penerimaan terhadap keadaan diri sendiri

dan orang lain perlu dikembangkan lewat pembelajaran, dan salah

satunya adalah lewat pembelajaran, dan salah satunya adalah lewat

(37)

2. Buku cerita bergambar dapat membantu anak untuk belajar tentang

dunia, menyadarkan anak tentang keberadaan di dunia di tengah

masyarakat dan alam. Lewat buku cerita bergambar anak dapat belajar

tentang kehidupan masyarakat, baik dalam perspektif sejarah masa lalu

maupun masa kini, belajar tentang keadaan geografi dan kehidupan

alam, flora, dan fauna. Hal itu semua anak akan menyadarkan anak

tentang kehidupan yang lebih luas yang menjadi lingkungan dan

bagian kehidupannya yang semuanya akan menambah pengalaman

hidup yang penting dalam perkembangan dirinya.

3. Buku cerita bergambar dapat membantu anak belajar tentang orang

lain, hubungan yang akan terjadi, dan pengambangan perasaan. Lewat

buku cerita bergambar yang menampilkan kehidupan keluarga, para

tetangga, kawan sebaya, pergaulan disekolah, dan lain – lain yang mengisahkan relasi kehidupan antar manusia dapat membelajarkan

anak untuk bersikap dan bertingkah laku, verbal dan nonverbal, yang

benar sesuai dengan tuntutan kehidupan sosial – budaya masyarakat.

Demikian pula halnya perasaan anak yang juga dapat terbangun lewat

hubungan antar sesama jadi, pada hakekatnya lewat buku bergambar

anak belajar tentang kehidupan yang disajikan secara lebih konkret

lewat kata – kata dan gambar ilustrasi.

4. Buku cerita bergambar dapat membantu anak untuk memperoleh

kesenangan. Ini merupakan salah satu hal terpenting dalam pemberian

(38)

kenikmatan batiniah. Kenikmatan batiniah merupakan salah satu hal

yang juga harus terpenuhi dalam kehidupan manusia, dan tidak hanya

pemenuhan kebutuhan fisik saja, agar perkembangan kejiwaan dapat

berlangsung secara seimbang dan harmonis. Hal itu dapat diperoleh

lewat cerita dan gambar – gambar yang menarik, bagus dan cenderung realistik, dan hal – hal lucu yang merangsang anak untuk tertawa senang.

5. Buku cerita bergambar dapat membantu anak untuk mengapresiasi

keindahan. Baik cerita secara verbal maupun gambar – gambar

ilustrasi yang mendukungknya masing – masing menawarkan keindahan. Keindahan cerita verbal dapat diperoleh antara lain lewat

kemenarikan plot dan karakter tokoh, sedang gambar – gambar

ilustrasi lewat ketepatan pelukisan objek, komposisi warna, dan

berbagai aksi yang menarik. Objek yang menawarkan keindahan perlu

diapresiasi, dihargai, dan dinikmati, dan kegiatan tersebut juga dapat

diperoleh lewat pembelajaran dalam diri anak sudah terdapat bakat

keindahan, namun ia tidak akan berkembang secara maksimal jika

tidak secara sengaja dirangsang dan dipacu untuk berkembang. Sikap

menghargai keindahan itu sendiri pada giliran selanjutnya dapat

menunjang pengembangan sikap dan perilaku halus pada diri anak.

6. Buku cerita bergambar dapat membantu anak untuk menstimulasi

(39)

verbal imajinasi sudah terkembangkan, tetapi dengan ditambah gambar

– gambar ilustrasi yang mendukung cerita akan semakin dikonkretkan

dan diperkuat. Hal itu tidak saja memperkuat pemahaman terhadap

cerita, tetapi juga daya imajinasi.

Berdasarkan penjelasan tentang buku cerita bergambar, jenis dan

karakteristik buku cerita bergambar, dan fungsi buku cerita bergambar

diatas, dapat disimpulkan bahwa buku cerita bergambar adalah buku yang

di dalamnya terdapat gambar dan tulisan yang kedua elemen ini saling

menjalin kerja sama untuk membentuk suatu cerita. Jenis buku cerita

bergambar adalah (1) fiksi, (2) historis, (3) informasi, (4) biografi, (5)

cerita rakyat, dan (6) kisah nyata. Karakteristik buku cerita bergambar

adalah (1) buku cerita bergambar bersifat ringkas dan langsung, (2) buku

cerita bergambar berisi konsep – konsep yang berseri, (3) konsep yang ditulis dapat dapat dipahami oleh anak – anak, (4) gaya penulisannya

sederhana, dan (5) terdapat ilustrasi yang melengkapi teks. Fungsi buku

cerita bergambar adalah (1) buku cerita bergambar dapat membantu anak

terhadap pengembangan dan perkembangan emosi, (2) buku cerita

bergambar dapat membantu anak untuk belajar tentang dunia, (3) buku

cerita bergambar dapat membantu anak belajar tentang orang lain,

hubungan yang ada terjadi, dan pengembangan perasaan, (4) buku cerita

bergambar dapat membantu anak memperoleh kesenangan, (5) buku cerita

(40)

buku cerita bergambar dapat membantu anak untuk menstimulasi

imajinasi.

2.1.4 Karakteristik Perkembangan Anak

2.1.4.1 Tahap Perkembangan Anak

Setiap manusia yang ada di dunia ini pasti mengalami perkembangan.

Tahapan perkembangan menurut Jean Piaget dibagi menjadi empat tahap, yaitu

(1) tahap sensorimotor yang berlangsung sejak lahir sampai usia 2 tahun, (2) tahap

praoperasional yang berlangsung dari usia 2 tahun sampai dengan usia 7 tahun,

(3) tahap operasional konkret yang berlangsung dari usia 7 tahun sampai 11 tahun,

(4) tahap operasional formal yang berlangsung pada usia 11 tahun sampai dengan

dewasa (Dahar, 2011:136).

Tahap perkembangan yang pertama disebut tahap sensorimotor, terjadi

pada usia 0 -2 tahun tahap ini ditandai dengan adanya refleks – refleks sederhana pada bayi yang baru lahir dan pada usia 2 tahun anak memulai pikiran simbolis

yang menggambarkan bahasa anak usia dini (salkind, 2009:327). Pada tahap ini

piaget mengatakan ada enam subtahap yaitu, penggunaan refleks – refleks awal, reaksi siklus primer, reaksi siklus sekunder, koordinasi skemata sekunder, reaksi

siklus tersier, dan representasi simbolik. Intelegensi pada tahap ini berdasarkan

pada pengalaman perseptual (Salkind, 2009:328).

Tahap kedua adalah tahap praoperasional konkret, berlangsung pada usia 2

– 7 tahun. Seorang anak pada tahap praoperasional dapat merekayasa simbol –

(41)

Permulaan dan perkembangan bahasa merupakan perkembangan yang sangat

penting pada tahap ini. Karakteristik dari tahap ini adalah munculnya sistem

bahasa yang canggih, penalaran egosentris, dan pemikiran yang terbatas pada

persepsi indera (Salkind, 2009:328).

Tahap ketiga adalah tahap operasional konkret dengan usia anak 7 – 11 tahun. Tahap ini merupakan tahap awal anak untuk berpikir rasional. Hal ini

berarti anak dapat melakukan operasi – operasi logis untuk menyelesaikan

masalah – masalah konkret. Anak sudah dapat menghadapi masalah yang bertentangan dengan pemikiran dan persepsi. Jika ada masalah, anak lebih

memilih keputusan logis. Pada tahap operasional konkret ini anak membutuhkan

pengalaman langsung agar dapat memecahkan masalah (Widyastono, 2014:29).

Pada tahap ini anak mampu melaksanakan konservasi, menjalakan operasi, dan

menguasai berbagai macam tugas kognitif. Pada tahap ini, struktur kognitif anak

jauh lebih berkembang, namun anak masih sering berada pada batas – batas

persepsinya.

Tahap yang keempat adalah tahap operasional formal dengan usia lebih

dari 11 tahun. Karakteristik dari tahap ini adalah kemampuan untuk merumuskan

dan menguji hipotesis, pemikiran abstrak, penalaran hipotesis – deduktif, dan pemikiran yang tidak lagi terikat dengan persepsi indera ( Salkind, 2009:328).

Tahap ini ditandai dengan kepekaan anak terhadap orang lain, kemampuan untuk

menghadapi pertentangan, dan kemampuan untuk menangani logika dan

permutasi. Kemampuan ini diperlukan mereka untuk proses penyesuaian

(42)

2.1.4.2 Karakteristik Perkembangan Anak SD Kelas Bawah

Menurut Nurhayati (2011) ciri – ciri masa perkembangan usia anak SD

kelas rendah (kelas I – III) meliputi : (1) sudah dapat mengklasifikasikan angka -angka atau bilangan meskipun harus lebih banyak menggunakan benda atau objek

konkret sebagai alat peraga, (2) mulai meyimpan pengetahuan atau hasil

pengamatan dalam daya ingat, dan (3) mulai dapat mengoperasikan kaidah – kaidah logika (berpikir logis) meskipun terbatas pada objek – objek konkret.

Sedangkan menurut Yudhawati (2008) ciri – ciri masa usia anak SD kelas bawah (6/7 – 9/10 tahun) meliputi : (1) adanya kolerasi positif yang tinggi antara keadaan

jasmani dengan prestasi, (2) sikap tunduk kepada peraturan, (3) adanya

kecenderungan memuji diri sendiri, (4) membandingkan diri sendiri dengan anak

lain, dan (5) apabila tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka soal itu dianggap

tidak penting.

Karakteristik anak di masa kelas rendah adalah (1) memiliki hubungan

yang kuat antara keadaan jasmani dengan prestasi sekolah; (2) cenderung suka

menuji diri sendiri; (3) kalau tidak dapat menyesuaikan suatu tugas atau

pekerjaan, maka tugas atau pekerjaan tersebut dianggap tidak penting; (4) suka

membandingkan dirinya dengan anak lain jika itu menguntungkan dirinya; (5)

suka meremehkah orang lain (Purwanti, 2015: 2).

Berdasarkan pendapat - pendapat yang telah dikemukakan di atas, dapat

disimpulkan bahwa masa usia anak SD kelas bawah memiliki karakteristik dan

(43)

konkret untuk kehidupan praktis dalam kegiatan sehari – hari; (2) anak – anak sangat imajinatif dan rasa keingin tahuan yang lebih saat belajar; dan (3) anak –

anak memiliki daya ingat yang sangat kuat.

2.1.5 Membaca

2.1.5.1 Pengertian Membaca

Membaca adalah suatu aktivitas yang rumit atau kompleks, karena

bergantung pada keterampilan berbahasa yang dimiliki pembaca dan tingkat

penalarannya (Nababan, 1993:164). Membaca juga diartikan sebagai metode yang

digunakan untuk berkomunikasi dengan diri sendiri dan orang lain yaitu dengan

mengkomunikasikan isi yang terkandung dalam tulisan (Tarigan, 2008:7).

Sedangkan menurut (Hodgson dalam Tarigan, 2008:7), membaca merupakan

proses yang digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang akan

disampaikan penulis melalui tulisan.

berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca adalah

suatu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh pesan atau informasi yang

disampaikan oleh penulis tentang isi suatu tulisan.

2.1.5.2 Tahapan Dalam Membaca

Ada beberapa tahapan (fase) dalam membaca menurut (Ngalimun, 2011:

36 – 37), yaitu :

Tahap pertama ketika anak berusia 6 – 7 tahun (± kelas 1 SD), anak

(44)

sederhana. Pada tahap ini, anak harus bisa mengintegrasikan bunyi dalam sistem

tulisan untuk dapat lancar membaca dan terhindar dari kesalahan membaca. Pada

usia berikutnya ( 7 – 8) tahun anak telah memperoleh pengetahuan tentang huruf, suku kata, dan kata yang diperlukan untuk membaca.

Tahap kedua, ketika anak berada dibangku kelas tiga – empat SD. Mereka dapat menganalisis kata – kata yang diketahuinya menggunakan pola tulisan dan

kesimpulan berdasarkan pada konteks.

Tahap ketiga, sekitar anak kelas lima sampai kelas tujuh SMP, terlihat

perkembangan pesat membaca, yaitu tekanan membaca tidak lagi pada

pengenalan tulisan, tetapi pemahaman bacaan.

Tahap keempat adalah akhir SMP hingga SMA/SMK. Pada tahap ini,

penggunaan keterampilan tingkat tinggi dalam bahasa sudah terlihat, misalnya

penyimpulan dan pengenalan pandangan penulis untuk meningkatkan

pemahaman.

Tahap kelima adalah ketika seseorang memasuki perguruan tinggi dan

seterusnya. Pada tahap ini, orang sudah dapat mengintegrasikan hal – hal yang dibaca dengan pengetahuan yang dimilikinya dan menanggapi bacaan secara

kritis.

2.1.5.3Jenis – jenis membaca

a. Membaca nyaring

Tarigan (2008: 23) menyebutkan definisi dari membaca nyaring adalah

(45)

ataupun pembaca bersama – sama dengan orang lainb atau pendengar untuk menangkap serta memahami informasi, pikiran, dan perasaan

seorang pengarang.

b. Membaca dalam hati

Menurut Tarigan (2008: 32) membaca dalam hati secara garis besar

dibagi atas: (1) membaca ekstensif dan (2) membaca intensif. Membaca

ekstensif berarti membaca secara luas suatu teks dalam waktu yang

sesingkat mungkin. Kegiatan membaca ekstensif adalah kegiatan

membaca untuk memahami isi yang penting dengan cepat dan efisien

dalam suatu bacaan.

c. Membaca telaah isi

Membaca telaah isi cenderung dilakukan oleh semua orang yang

menemukan ketertarikan pada bahan bacaan yang telah dibacanya dengan

sekilas. Biasanya pembaca ingin menelaah isinya secara mendalam dan

tertarik untuk membacanya dengan teliti. Tarigan (2008: 40) menyebutkan

bahwa “Menelaah isi sesuatu bacaan menuntut ketelitian, pemahaman,

kekritisan berfikir, serta keterampilan menangkap ide – ide yang tersirat

dalam bacaan”.

2.1.5.4 Tujuan Membaca

Kegiatan membaca memiliki beberapa tujuan. Seperti yang dikemukakan

oleh Tarigan (2008: 9) , bahwa tujuan utama membaca adalah untuk mencari serta

memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Supriyadi (1992:

(46)

waktu luang atau mencari hiburan; (2) kepentingan studi (secara akademik); (3)

mencari informasi, menambah ilmu pengetahuan; (4) memperkaya

perbendaharaan kosakata, dan lain – lain.

Selain itu, Prasetyono (2008: 58) juga menyebutkan beberapa tujuan dari

membaca adalah sebagai berikut :

1. Tujuan membaca seseorang adalah untuk mendapatkan sebuah

informasi. Informasi yang dicari pembaca biasanya tentang fakta dan

kejadian yang terjadi di kehidupan sehari – hari.

2. Tujuan sumber membaca adalah agar cita dirinya meningkat. Tujuan

ini bukan merupakan kebiasaan membaca, akan tetapi dilakukan

sesekali di depan orang lain.

3. Ada yang beranggapan bahwa tujuan dari membava hanya untuk

melepaskan diri dari kenyataan, misalnya pada saat seseorang merasa

jenuh dan sedih.

4. Membaca dengan tujuan rekreatif, maksudnya disini membaca untuk

mendapatkan kesenangan atau hiburan.

5. Orang membaca biasanya juga mempunyai tujuan apa – apa, hanya

karena main – main, karena tidak tahu apa yang harus dia lakukan, jadi hanya untuk mengisi waktu senggang.

6. Tujuan membaca yang tinggi biasanya untuk mencari nilai kehidupan

(47)

2.1.5.5 Manfaat membaca

Menurut Sukirno (2009: 3) manfaat dari membaca antara lain :

(a) Berkomunikasi dengan orang lain, (b) Memberikan informasi

kepada orang lain, (c) Menangkap atau menerima isi bacaan dengan cepat

dan tepat, (d) Menumbuhkan sikap positif terhadap isi bacaan, (e) bersifat

kritis terhadap informasi yang diterima, (f) Menghargai nilai – nilai luhur

yang ada dalam masyarakat, (g) Memasuki dunia keilmuan yang penuh

pesona dan memahami khasanah kearifan yang banyak hikmah, (h)

Mengembangkan berbagai keterampilan yang berguna untuk mencapai

sukses dalam hidup, (i) Menumbuhkan jendela pengetahuan yang luas,

gerbang kearifan yang terdalam, dan lorong keahlian yang lebar di masa

depan, dan (j) Memperbaiki nasibnya menjadi lebih baik.

Menurut peneliti manfaat dari membaca adalah untuk dapat menambah

informasi, pengetahuan, dan wawasan yang luas.

2.2 Penelitian yang Relevan

Penelitian pertama yang dilakukan oleh Mugiharto, Maya Maharyani

(2015), yang melakukan penelitian yang berjudul “ Pengembangan Buku

Cerita Bergambar tentang kehidupan Sehari hari untuk pembelajaran

Membaca Siswa Kelas XI”. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan agar bisa

mengembangkan media pembelajaran berupa buku cerita bergambar tentang

kehidupan sehari-hari dan sebagai salah satu cara untuk keterampilan siswa

(48)

Research and Development (R&D). Hasil penelitian ini adalah desain produk

berupa buku cerita bergambar serta dilengkapi evaluasi yang sesuai dengan

tema ”Kehidupan Sehari-hari”. Peneliti ini menggunakan 5 langkah dalam

penelitiannya yaitu merumuskan potensi dan masalah, mengumpulkan data,

membuat desain produk, validasi desain produk dan revisi desain. Hasil

penelitian yang dilakukan oleh peneliti setelah melakukan revisi dan

rancangan yang divalidasi oleh ahli dan dapat digunakan dalam pembelajaran

terutama dalam pembelajaran membaca.

Penelitian kedua yang dilakukan oleh Wijayanti (2013) melakukan

penelitian dengan judul “ Perancangan Buku Cerita bergambar Legenda

Gunung Arjuna Untuk Anak Sekolah Dasar”. Model yang digunakan dalam

perancangan buku cerita bergambar berjudul “ Legenda Gunung Arjuna”

untuk anak – anak SD ini adalah model perancangan prosedural di mana menggunakan langkah – langkah yang sistematis, terstruktur, berurutan, dan

login untuk menghasilkan produk. Hasil perancangan berupa buku cerita

bergambar Legenda Gunung Arjuna yang ditampilkan berupa gambar

ilustrasi berwarna – warni serta narasi yang menceritakan Legenda Gunung Arjuna.

Penelitian ketiga yang dilakukan oleh Larasanti (2011) melakukan

penelitian dengan judul “Pelaksanaan Pendidikan Antikorupsi di SMP

Keluarga Kudus”. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui

(49)

hambatan dalam pelaksanaan pendidikan anti korupsi di SMP Keluarga

Kudus. Penelitian menggunakan metode kualitatif dan metode kuantitatif.

Berdasarkan ketiga penelitian yang relevan tersebut di atas, maka

peneliti akan menjadikan ketiga penelitian tersebut sebagai acuan atau

landasan penelitian yang akan peneliti lakukan. Kelebihan penelitian yang di

lakukan oleh peneliti dibandingkan dengan ketiga penelitian yang lain adalah

peneliti menyakini bahwa penelitian ini merupakan produk yang dapat

membantu pendidik untuk menanamkan dan menyadari arti pentingnya

kejujuran bagi siswa dalam kehidupan yang berkelanjutan, melalui buku

cerita bergambar dan juga membantu siswa dalam proses pembelajaran

(50)
(51)

2.3 Kerangka Berpikir

Pendidikan anti korupsi merupakan usaha sadar untuk memberikan

pemahaman dan pencegahan terjadinya perbuatan korupsi yang dilakukan

melalui pendidikan formal di sekolah, pendidikan informal di lingkungan

keluarga, serta pendidikan nonformal di masyarakat. Sasaran utama

pendidikan antikorupsi adalah memperkenalkan fenomena korupsi yang

mencangkup kriteria, penyebab dan akibat, meningkatkan sikap tidak

toleran terhadap tindakan korupsi, menunjukkan berbagai kemungkinan

usaha untuk melawan korupsi, serta berkontribusi terhadap standar yang

telah ditentukan sebelumnya seperti mewujudkan nilai – nilai dan kapasitas untuk menentang korupsi di kalangan generasi muda. Siswa juga dibawa

untuk menganalisis nilai – nilai standar yang berkontribusi pada terjadinya

korupsi dan nilai – nilai yang menolak atau tidak setuju dengan korupsi. Oleh karena itu, pendidikan antikorupsi adalah penanaman dan penguatan

nilai – nilai dasar yang diharapkan mampu membentuk sikap antikorupsi dalam diri peserta didik.

Pendidikan anti korupsi merupakan salah satu usaha untuk membantu

seseorang memahami dan menerapkan nilai – nilai antikorupsi. Pendidikan antikorupsi secara sistematis akan mampu membuat siswa mengenal lebih

dini hal – hal yang berkenaan dengan korupsi termasuk sanksi yang akan diterimanya jika melakukan tindakan korupsi. Salah satu cara untuk

membentuk karakter yang efektif untuk anak yaitu melalui buku cerita

(52)

dalam bentuk cerita, bukan buku informasi. Buku cerita bergambar

merupakan sesuatu yang tidak asing dalam kehidupan anak – anak. Di

samping itu, buku cerita adalah sebuah media media bagi anak – anak untuk belajar membaca. Melalui buku cerita bergambar, diharapkan

pembaca dapat dengan mudah menerima informasi ataupun pesan yang

disampaikan.

Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti akan mengembangkan buku

cerita bergambar yang merujuk pada pendidikan anti korupsi dan juga

pembelajaran membaca untuk anak SD kelas III. Melalui buku cerita

bergambar ini diharapkan agar para pembaca dapat menerima informasi

dan pesan moral yang terkandung dalam cerita dan dapat diterapkan dalam

kehidupan sehari – hari.

2.4 Pertanyaan penelitian

Berdasarkan uraian teori diatas, maka dapat dirumuskan beberapa

pertanyaan penelitian sebagai berikut :

2.4.1 Bagaimana pengembangan buku cerita bergambar berbasis pendidikan anti

korupsi untuk pembelajaran membaca siswa kelas III SD N 2 Traji ?

2.4.2 Bagaimana kualitas produk buku cerita bergambar berbasis pendidikan

(53)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Research and

Development (R&D). Penelitian dan pengembangan atau Research and

Development (R&D) adalah suatu proses atau langkah - langkah untuk

mengembangkan suatu produk baru, atau menyempurnakan produk yang telah

ada, yang dapat dipertanggung jawabkan Sujadi (2003: 164). Menurut Sugiyono

(2010: 407), metode penelitian Research and Development yang biasa disingkat

dengan (R&D) adalah sebuah metode penelitian yang digunakan untuk

menghasilkan produk tertentu, dan menguji kefeektifan produk tersebut.

Sukmadinata (2007: 164) mengemukakan bahwa penelitian Research and

Development adalah suatu proses atau langkah – langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat

dipertanggung jawabkan. Tujuan akhir R&D adalah menghasilkan suatu produk

yang dianggap handal karena telah melalui tahap – tahap pengujian dan revisi; produk yang dihasilkan sesuai kebutuhan lapangan sesuai dengan hasil analisis

kebutuhan; proses pengembangan produk dilakukan secara ilmiah dengan

menganalisis data secara empiris (Sanjaya. 2013: 130).

Berdasarkan pendapat – pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D) adalah

(54)

sudah teruji keefektifan dan kebenarannya dengan tanggung jawab. Penelitian

yang dikembangkan oleh peneliti adalah produk berupa buku cerita bergambar

berbasis pendidikan anti korupsi untuk pembelajaran membaca kelas III SD N 2

Traji.

Model dalam penelitian ini menggunakan prosedur pengembangan dan

mengadopsi dari dua model. Model yang pertama adalah model dari Borg dan

Gall (dalam Sukmadinata, 2007: 169 – 170). Model yang kedua adalah model

yang merupakan langkah pengembangan dari Sugiyono (2011: 298).

Langkah pelaksanaan pengembangan Borg dan Gall (dalam Sukmadinata,

2007: 169 – 170) adalah :

1. Penelitian dan pengumpulan data (Research and Information

Collecting)

Pengukuran kebutuhan, studi literatur, penelitian dalam skala kecil,

dan pertimbangan – pertimbangan dari segi nilai.

2. Perencanaan (Planning)

Menyusun rencana penelitian, meliputi kemampuan –kemampuan

yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian, rumusan tujuan yang

hendak dicapai dengan penelitian tersebut, desain atau langkah – langkah penelitian, kemungkinan pengujian dalam lingkup terbatas.

3. Pengembangan Draf Produk (Develop Preliminary Form of Product

Pengembangan bahan pembelajaran, proses pembelajaran dan

(55)

4. Uji Coba Lapangan Awal (Preliminary Field Festing)

Uji coba lapangan pada 1 sampai 3 sekolah dengan 6 sampai 12 subjek

uji coba (guru). Selama ujian diadakan pengamatan, wawancara dan

pengedaran angket.

5. Merevisi Hasil Uji Coba (Main Product Revision)

Memperbaiki atau menyempurnakan hasil uji coba.

6. Uji Coba Lapangan (Main Field Testing)

Melakukan uji coba yang lebih luas pada 15 sekolah dengan 30 sampai

100 subyek uji coba. Data kuantitatif penampilan guru sebelum dan

sesudah menggunakan model yang diuji cobakan dikumpulkan. Hasil – hasil pengumpulan data evaluasi dan kalau mungkin dibandingkan

dengan kelompok pembanding.

7. Penyempurnaan Produk Hasil Uji Coba Lapangan (Operasional

Product Revesion)

Tahap ini adalah menyempurnakan produk hasil uji coba lapangan.

8. Uji Pelaksanaan Lapangan (Operasional Field Testing)

Uji pelaksanaan dilakukan pada 10 sampai 30 sekolah melibatkan

sampai dengan 200 subjek. Pengujian dilakukan melalui angket,

wawancara, dan observasi dan analisis hasilnya.

9. Penyempurnaan Produk Akhir (Field Product Revision)

(56)

10. Diseminasi dan Implementasi (Dissemination and Implementation)

Melaporkan hasilnya dalam pertemuan profesional dan dalam jurnal.

Bekerjasama dengan penerbit untuk penerbitan. Memonitor

penyebaran untuk pengontrolan kualitas.

Sugiyono (2011: 298) memaparkan sepuluh langkah

pengembangan pada penelitian Research and Development, yaitu :

a. Potensi dan Masalah

Penelitian ini bermula dari adanya potensi dan masalah. Potensi adalah

segala sesuatu yang apabila didayagunakan akan memiliki kelebihan.

Akan tetapi, potensi apabila tidak dimanfaatkan dengan baik akan menjadi

sebuah masalah. Masalah adalah penyimpangan antara yang diharapkan

dengan yang terjadi. Potensi dan masalah tidak harus dicari sendiri, namun

bisa berdasarkan laporan penelitian yang sudah dilakukan orang lain atau

dokumentasi laporan.

b. Pengumpulan Data

Langkah setelah adanya potensi dan masalah secara faktual adalah

mengumpulkan informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan perencanaan

produk tertentu. Dalam pengumpulan informasi diperlukan metode

penelitian tertentu, tergantung dari masalah dan ketelitian tujuan yang

hendak dicapai oleh peneliti itu sendiri.

c. Desain Produk

Desain produk merupakan langkah untuk merancang produk yang hendak

(57)

dari produk tersebut masih belum terbukti. Oleh karena itu, masih

diperlukan pengujian terhadap produk tersebut.

d. Validasi desain

Validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai keefektifan

rancangan produk yang dibuat. Validasi desain bersifat penilaian

berdasarkan pemikiran rasioanal, belum fakta lapangan. Validasi

dilakukan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan desain produk,

sehingga kelemahan dapat diperbaiki. Validasi produk dapat dilakukan

oleh beberapa pakar atau ahli yang sudah memiliki pengalaman untuk

menilai produk yang dibuat.

e. Revisi Desain

Revisi desain merupakan perbaikan kelemahan – kelemahan dari validasi

yang sudah dilakukan beberapa ahli untuk memperoleh produk yang lebih

baik.

f. Uji Coba Produk

Uji coba produk dilakukan dengan yaitu menguji untuk membandingkan

efektivitas dan efisiensi produk yang dihasilkan. Uji coba produk

dilakukan pada kelompok yang terbatas.

g. Revisi Produk

Revisi produk bertujuan untuk memperbaiki kelemahan yang ada setelah

dilakukan uji coba produk. Revisi akan terus dilakukan untuk

(58)

h. Uji Coba Pemakaian

Setelah melakukan uji coba dan revisi produk, kegiatan selanjutnya adalah

menerapkan produk dalam lingkup yang lebih luas. Uji coba pemakaian

tersebut juga harus dinilai kekurangan dan hambatan yang muncul untuk

perbaikan lebih lanjut.

i. Revisi Produk

Revisi produk ini dilakukan apabila dalam uji coba pemakaian masih

terdapat kekurangan dan kelemahan pada produk yang dibuat.

j. Pembuatan Produk Masal

Pembuatan produk masal dilakukan apabila produk yang dihasilkan sudah

diuji coba dan dinyatakan efektif serta layak untuk diproduksi masal.

Berdasarkan langkah pengembangan Borg dan Gall (dalam

Sukmadinata, 2007) dan langkah pengembangan Sugiyono (2011, 298),

peneliti mengambil enam langkah agar sesuai dengan langkah penelitian

yang akan dilakukan. Hal ini dilakukan karena hanya dilakukan pada uji

terbatas yaitu untuk kelas III SD N 1 Traji. Langkah – langkah tersebut

adalah : (1) potensi dan masalah; (2) pengumpulan data; (3) desain

produk; (4) validasi desain; (5) revisi desain; dan (6) uji coba produk.

3.2Prosedur Pengembangan

Prosedur pengembangan meliputi langkah – langkah penelitian yang dilakukan. Prosedur pengembangan penelitian ini akan menghasilkan

produk akhir yang berupa buku cerita bergambar berbasis pendidikan anti

Gambar

Tabel 3.1 Daftar Pertanyaan Wawancara
Tabel diatas memaparkan daftar pertanyaan wawancara yang telah
Tabel 3.3 Contoh Instrumen Kuesioner Uji Validasi Produk
gambar dibandingkan teks.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kualitas tersebut dapat ditunjukkan dari berbagai muatan dari buku cerita bergambar teresebut antara lain buku cerita bergambar ini menggunakan bahasa dan gaya tulisan

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang telah memberikan kasih dan penyertaan-Nya sehingga skripsi berjudul Pengembangan Buku Cerita Bergambar Berbasis Pendidikan

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang telah memberikan kasih dan penyertaan-Nya sehingga skripsi berjudul Pengembangan Buku Cerita Bergambar Berbasis Pendidikan

kemampuan menulis karangan sederhana menggunakan media cerita bergambar pada siswa kelas III SD Muhammadiyah Tamantirto semester II tahun ajaran

ABSTRAK PENGEMBANGAN BUKU CERITA BERGAMBAR MENGENAI KEBERAGAMAN BUDAYA UNTUK PEMBELAJARAN MEMBACA KELAS III B SD KANISIUS SOROWAJAN Angela Putri Meriyani Universitas Sanata Dharma

Arif Saefudin.. Pengembangan buku cerita bergambar berbasis pendidikan lingkungan hidup untuk pembelajaran membaca siswa SD kelas atas. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan

Dari table 2 menunjukkan bahwa hasil validasi ahli materi terhadap pengembangan media pembelajaran buku cerita bergambar untuk meningkatkan minat membaca siswa kelas 2

Andien Dwi Ryzka dan Nani Solihati, Pengaruh Media Buku Cerita Bergambar Terhadap Kemampuan Membaca Nyaring Siswa Kelas 2 Sekolah Dasar Islam Al-Fajri Kota Bekasi Tahun Ajaran